Anda di halaman 1dari 52

CASE BASED DISCUSSION

PEMBIMBING:
dr. Kurnia Dwi Astuti, Sp.A
Identitas Pasien
PASIEN
Nama : An. N
Umur : 8 tahun 3 bulan
Jenis Kelamin : perempuan
Alamat : Tajem 4/1 Curut Penawangan
Tanggal masuk : 11 September 2017
Ruang : Anggrek
ANAMNESIS
Keluhan utama: Bengkak pada pipi kanan dan kiri
. RPS :
Pada tanggal 11 September 2019 pasien masuk UGD Rumah Sakit Soedjati Purwodadi dengan
keluhan bengkak pada pipi kanan dan kiri sejak 1 hari SMRS. Bengkak pada pipi pasien terasa
nyeri yang dirasakan sepanjang hari dan bertambah berat bila pasien membuka rahangnya dan
mengunyah, nyeri agak berkurang bila pasien tidak berbicara, menutup mulut dan istirahat, pasien
juga mengeluh demam. Awalnya bengkak muncul pada sisi kanan dan kiri dengan ukuran yang
kecil, keesokan harinya bengkak kemudian bertambah besar. Ibu juga pasien mengeluhkan jika
anaknya demam, demam yang dialami munculnya bersamaan dengan bengkak pada kedua pipi,
Pasien sempat mengkonsumsi obat penurun panas (parasetamol), sesaat demam turun, kemudian
naik kembali. Ibu pasien mengatakan bahwa nafsu makan pasien juga berkurang dari biasanya
karena bengkak pada pipi kanan dan kiri nya menyulitkan pasien untuk makan dan terasa nyeri
saat mengunyah. Sementara ini pasien susah makan dan minum. Riwayat mimisan (-), bercak-
bercak kemerahan (-),minum baik. BAK (+). tidak ada gusi yang bengak namun pasien memiliki gigi
yang berlubang, dan pasien juga tidak mengalami trauma pada daerah yang bengkak.
ANAMNESIS
 Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien tidak pernah merasakan keluhan yang sama yaitu bengkak pada pipi
disertai demam, Pasien pernah dirawat sebelumnya dengan keluhan kejang demam, pasien
dirawat selama 8 hari, saat ini pasien menjalani fisioterapi untuk mengembalikan fungsi
anggota gerak sebelah kanan yang sebelumnya sulit digerakan setelah mengalami kejang.
Riwayat TBC disangkal
Riwayat asma disangkal
Riwayat penyakit jantung disangkal
 Riwayat Penyakit Keluarga

Keluarga tidak ada yang menderita sakit


seperti pasien
Riwayat TBC dalam keluargadisangkal
Riwayat asma disangkal
RIW. KEHAMILAN
Riwayat Kehamilan dan Pemeliharaan Prenatal

Riwayat pemeriksaan :
Ibu pasien mengaku memeriksakan kandungannya rutin 1x dalam sebulan
hingga usia kehamilan 9 bulan.
Riwayat penyakit selama kehamilan :
Ibu mengaku tidak pernah menderita penyakit selama kehamilan
Riwayat perdarahan selama kehamilan
Disangkal
Riwayat trauma selama kehamilan
Disangkal
Riwayat konsumsi obat :
Minum obat tanpa resep dokter dan jamu disangkal.
.
Kesan : Riwayat kehamilan dan pemeliharaan prenatal baik.
RIW. PERTUMBUHAN & PERKEMBANGAN
Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan
Riwayat Persalinan
Anak
Pertumbuhan
Anak perempuan lahir dari ibu BB lahir : 3500 gram
G2P1A0,usia kehamilan± 40 minggu, PB lahir : 50 cm
lahir secara normal di rumah, BB sekarang : 20 kg
menangis kuat, berat badan lahir 3500 TB sekarang : 118 cm
gram, panjang badan saat lahir ibu Usia : 8 tahun
lupa, lingkar kepala dan lingkar dada
saat lahir ibu lupa. Kesan : perkembangan anak sesuai usia

Kesan: neonatus aterm


•Perkembangan :
Ibu anak mengakui bahwa anak bisa belajar dengan cepat tentang
apa yang diajarkan kepadanya. Pada usia 6 tahun, psien sudah
menduduki SD kelas 2. Pasien juga mudah bergaul dengan teman-
teman sebayanya.
Kesan: pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan usia
RIW. IMUNISASI

0-7 hari : Hb0


1 bulan : BCG dan Polio 1
2 bulan : DPT, HB, Polio 2
3 bulan : DPT, HB, Polio 3
4 bulan : DPT, HB, Polio 4
9 bulan : Campak
Kesan: Riwayat imunisasi dasar lengkap, tanpa disertai
bukti KMS.

Pasien tidak melakukan imunisasi MMR


•Riwayat Makan dan Minum Anak
ASI diberikan sejak lahir sampai usia 6 bulan, ASI ekslusif sampai 6
bulan. Sejak usia 6 bulan diberikan makanan tambahan berupa pisang
dan susu formula. Dalam satu hari pasien biasa makan nasi dan lauk
sebanyak 3 kali, namun jarang konsumsi sayur dan buah. Konsumsi
ikan dan daging cukup.
Kesan: kualitas dan kuantitas makanan dan minuman cukup.
PEMERIKSAAN FISIK

Keadaan Umum : tampak bengkak pada


pipi kanan dan kiri
Kesadaran : compos mentis
Tanda Vital
Nadi : 90 x/menit, reguler, isi
tegangan cukup
Pernapasan : 20 x/menit, reguler, adekuat
Suhu : 36,70C
RR : 24 x/menit
PEMERIKSAAN FISIK

Status Generalis
Kepala : kesan mesocephal, UUB datar, rambut hitam tidak mudah dicabut.
Mata : conjungtiva palpebra anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-
), reflek pupil (+/+), pupil isokor
Telinga : bentuk normal, serumen (-/-), discharge (-/-), nyeri tarik auricula(-/-),
nyeri tekan tragus (-/-), nyeri ketok mastoid (-/-)
Hidung : secret (-), napas cuping hidung (-)
Mulut : bibir kering (-), lidah kotor (-), tepi hiperemis(-) lidah tremor,
pernapasan mulut (-) perdarahan gingiva (-)
Kulit : hipopigmentasi (-), hiperpigmentasi (-), ptekie (-) Purpura (-)
Leher : regio submandibula kanan dan kiri tampak membesar, deviasi trachea
(-),
PX. THORAX: PULMO
Thorax :
Inspeksi : Hemithorax dextra dan sinistra tampak simetris , retraksi costa (-)

Paru
Inspeksi : hemithorax simetris, dada tong (-)
Palpasi : Sterm fremitus +/+, nyeri tekan -/-
Perkusi : sonor
Auskultasi : Suara dasar vesikuler (+/+), Rhonki basah kasar (-/-),Wheezing(-/-), friction rub (-/-)

Kesan : normal
PX. THORAX: COR
INSPEKSI ANTERIOR
Inspeksi ictus cordis tak tampak
ictus cordis teraba dengan 1 jari dari ICS 5 linea
Palpasi midclavikula 2 cm ke medial, pulsus parasternal (-),
pulsus epigastrium (-)
Kanan jantung : ICS 5 linea sternalis dextra
Atas jantung : ICS 2 linea parasternal
sinistra
Perkusi Pinggang jantung : ICS 3 linea parasternalis
sinistra
Kiri jantung :ICS5 linea midclavicula 2 cm
ke medial

Auskultasi Bunyi jantung I-II regular, bising (-)


PX. ABDOMEN
INSPEKSI ANTERIOR
Datar., sikatrik (-), ikterik
Inspeksi (-) striae (-), caput medusa (-), hiperpigmentasi (-
), spider nevi (-)
bising peristaltik (+)  17x/menit,
Auskultasi
bising pembuluh darah (-)

Perkusi Tymphani di seluruh kuadran

Supel (+), nyeri tekan (-), hepar/lien


Palpasi tidak teraba besar, tugor kulit normal
Status lokalis:
Regio angulus mandibula dekstra sinstra.
Terdapat massa dengan diameter sekitar kurang lebih
7 cm, bentuk bulat, konsistensi lunak, batas tegas,
permukaan tidak berbenjol – benjol, terfiksir,
kemerahan (-), suhu sama dengan kulit sekitar, nyeri
tekan (+)
PX. EXTREMITAS
Ekstremitas Atas Ekstremitas Bawah

Oedem -/- -/-

Akral dinging -/- -/-

Sianosis -/- -/-

Capillary Refill < 2”/< 2” < 2”/< 2”

Kesan :
Anemis, rongki basah halus, asites, cardiomegali
PX. PENUNJANG
11 september 2019 Pemeriksaan Hasil Nilai Normal

Hemoglobin 13.1 gr/dl 12.8 – 16.8 gr/dl

Leukosit 8.550/mm3 4.500 - 13.000/mm3

Trombosit 270000/mm3 154000-442000/mm3

Eritrosit 4,53 106/mm6 3,9-5,2 106/mm3

Kesan :
Normal
Daftar Masalah
PX FISIK

Regio angulus mandibula PX PENUNJANG


ANAMNESIS dekstra sinstra:
Edem pipi kanan dan kiri Terdapat massa dengan Kesan hematologi:
pasien sejak 1 hari SMRS diameter sekitar kurang lebih Dalam batas normal
Pipi kanan dan kiri pasien 7 cm, bentuk bulat,
bengkak, bersamaan dengan konsistensi lunak, batas
demam. tegas, permukaan tidak
Penurunan nafsu makan berbenjol – benjol, terfiksir,
dikarenakan pipi pasien terasa kemerahan (-), shu sama
sakit ketika mengunyah. dengan kulit sekitar, nyeri
, muntah (-) tekan (+)
Differential Diagnosis

Parotitis
Linfedenopati
Tumor parotis
Diagnosis Sementara

Parotitis
IP Dx IP Tx :
Nonmedikamentosa:
• Fine needle aspiration Tirah baring, asupan makanan dan cairan
Kompres air hangat
Medikamentosa :
RL 15 tpm
Pamol 3 x Cth II
IP Mx IP Ex
Awasi Keadaan Umum, tanda vital Memotivasi orang tua untuk meminumkan
keluhan berkurang atau tidak? obatnya dengan teratur, menjaga kebersihan
Apakah setelah mendapat terapi keluhan makanan dan mencuci tangan sebelum
berkurang? makan. Menjelaskan kepada orang tua
Monitoring komplikasi bahwa penyakit yang diderita oleh pasien
adalah penyakit yang disebabkan oleh virus,
sehingga penyakit dapat sembuh dengan
sendirinya, tergantung daya tahan tubuh
pasien.
Prognosis
• Ad vitam : dubia ad bonam
• Ad sanationam : dubia ad bonam
• Ad fungsionam : dubia ad bonam
TINJAUAN PUSTAKA
PAROTITIS EPIDEMIKA
 DEFINISI
Mumps atau parotitis epidemika adalah self
limiting disease yang disebabkan oleh virus yang
ditandai dengan pembengkakan satu atau lebih
kelenjar ludah terutama kelenjar parotis
 EPIDEMIOLOGI
Sebelum ditemukan vaksin parotitis pada
tahun 1967, parotitis epidemika merupakan
penyakit yang sangat sering ditemukan pada
anak. Insidens pada umur < 15 tahun adalah
85% dengan puncak insidens kelompok umur 5-9
tahun. Setelah ditemukan vaksin parotitis,
kejadian parotitis epidemika menjadi sangat
jarang
 ANATOMI DAN FISIOLOGI
Kelenjar parotis besar terletak didepan
telinga antara otot masseter dan kulit. Saluran
parotid menonjol sejajar dengan lengkungan
zygomatikus, menembus otot buccinator, dan
bermuara di molar atas kedua
 Kelenjar-kelenjar saliva mayor terletak agak
jauh dari rongga mulut dan sekretnya disalurkan
melalui duktusnya kedalam rongga mulut.
Kelenjar saliva mayor terdiri dari :
 kelenjar parotis yang terletak dibagian bawah
telinga dibelakang ramus mandibula
 kelenjar submandibularis yang terletak dibagian
bawah korpus mandibula dan
 kelenjar sublingualis yang terletak dibawah lidah
 Selain itu terdapat juga kelenjar saliva minor
yang terdiri dari :
 kelenjar labial
 kelenjar bukal
 kelenjar Bladin-Nuhn
 kelenjar Von Ebner ,dan
 kelenjar Weber
 dll
 Kelenjar parotis berfungsi menghasilkan saliva
yang berfungsi :
 untuk membersihkan mulut
 memecahkan molekul makanan agar dapat
dirasakan,
 membasahi makanan dan membentuknya menjadi
bolus, dan
 memecahkan molekul kimiawi tepung
 ETIOLOGI
Parotitis epidemika adalah penyakit virus
sistemik yang disebabkan oleh virus ribonucleic
acid (RNA) spesifik, yang dikenal sebagai
Rubulavirus (virus mumps). Rubulavirus
termasuk dalam genus Paramyxovirus dan
merupakan anggota dari famili Paramyxoviridae
 PATOFISIOLOGI
 KLASIFIKASI
 Parotitis Akut
Parotitis akut ditandai dengan rasa sakit yang
mendadak, kemerahan dan pembengkakan pada
daerah parotis.
 Parotitis Kambuhan
Sudah pernah terinfeksi sebelumnya kemudian
kambuh. Anak-anak mudah terkena parotitis
kambuhan yang timbul pada usia antara 1 bulan
hingga akhir masa kanak-kanak. Kambuhan berarti
sebelumnya anak telah terinfeksi virus kemudian
kambuh lagi
 MANISFESTASI KLINIK
 Suhu tubuh biasanya naik sampai 38,5 – 39,5 C
 kemudian timbul pembengkakan kelenjar parotitis
yang mula-mula unilateral tetapi kemudian bilateral
 Terasa nyeri baik spontan maupun pada perabaan
 nyeri kepala
 Anorexia
 malaise
 PROGNOSIS
Parotitis merupakan penyakit self-limited,
dapat sembuh sendiri. Prognosis parotitis
adalah baik, dapat sembuh spontan dan komplit
serta jarang berlanjut menjadi kronis.
 PENEGAKKAN DIAGNOSIS
 Anamnesis
 Pemeriksaan Fisik
• Suhu meningkat mencapai 38,9-40o Celcius
• Pembengkakan di daerah temporomandibuler
• Nyeri tekan pada kelenjar yang membengkak
 Pemeriksaan Penunjang
• Pemeriksaan darah rutin
• Amilase serum
• Uji serologi
 Complement fixation antibodies (CF)

 Hemagglutination inhibition antibodies (HI)

 Virus neutralizing antibodies (VN)


 DIAGNOSIS BANDING
 Tumor kelenjar ludah ganas atau jinak
 Sialolithiasis
 Chronic recurrent parotitis
 PENATALAKSANAAN
Parotitis merupakan penyakit yang bersifat
self-limited (sembuh/hilang sendiri) yang
berlangsung kurang lebih dalam satu minggu.
Tidak ada terapi spesifik bagi infeksi virus
“Mumps” oleh karena itu pengobatan parotitis
seluruhnya simptomatis dan suportif.
 Penderita rawat jalan
 Penderita baru dapat dirawat jalan bila : tidak ada
komplikasi, keadaan umum cukup baik.
a. Istirahat yang cukup
b. Pemberian diet lunak dan cairan yang cukup
c. Medikamentosa
Analgetik-antipiretik bila perlu
 metampiron : anak > 6 bulan 250 – 500 mg/hari maksimum 2
g/hari
• parasetamol : 7,5 – 10 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis
 Penderita rawat inap
 Penderita dengan demam tinggi, keadaan umum
lemah, nyeri kepala hebat, gejala saraf perlu rawat
inap diruang isolasi
a. Diet lunak, cair dan TKTP
b. Analgetik-antipiretik
c. Penanganan komplikasi tergantung jenis
komplikasinya.
 KOMPLIKASI
 Komplikasi dari infeksi mumps lazimnya adalah
keterlibatan sistem saraf pusat (meningitis), tetapi
tidak sering
 setengah dari pasien orkitis memiliki resiko
terjadinya atropi testis, tetapi jarang hingga
menimbulkan kemandulan
 Ooforitis (pembengkakan ovarium) dan mastitis
dapat terjadi pada wanita yang telah mengalami
pubertas
 Pencegahan
 Pasif
antibodi yang didapatkan dari ibu melalui plasenta
 Aktif
dilakukan dengan memberikan vaksinasi dengan virus
parotitis hidup yang dilemahkan (Mumpsvax-merck,
sharp and dohme)
DAFTAR PUSTAKA
 BM,Erwanto, R,Okki. Gondongan (Mumps).2010
 Maldonado Yvonne, Parotitis Epidemika (Gondong, Mumps), dalam Ilmu Kesehatan Anak
Nelson, 1999, Edisi XV, EGC, Jakarta, hal : 1074-1076.
 Franklin H. Top, SR., Paul F. Wehrle, Mumps, dalam Communicable and infectious
Disease, Edisi IX, The C.V.Mosby company, 1972, hal: 427-434.
 Komite Medis RSUP Dr. Sardjito dan FK UGM Yogyakarta, Parotitis Epidemika, dalam
Standar Pelayanan Medis, Edisi II, Komite Medis RSUP Dr.Sardjito Yogyakarta, 1999, hal
: 62-64.
 Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FK UI, Parotitis Epidemika, dalam Ilmu Kesehatan
Anak, Edisi VI, infomedika, Jakarta 2000, hal: 629-632.
 Suprohaita, Arif Mansjoer, Wahyu Ika Wardhani, Wiwiek Setiowulan, Parotitis
Epidemika, dalam Kapita Selekta Kedokteran, Edisi III, Jilid II, Media Aesculapius FK UI,
Jakarta, 2000, hal: 418-419.
 C.George Ray, Parotitis Epidemika, dalam Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Harrison,
Edisi XIII,EGC, Jakarta, 1999, hal : 935-938.
 Wu FY. Mumps. In: Dambro MR, editor. Griffith's 5 minute clinical consult. Philadelphia:
Lippincott; 2006. p. 730-1.
 Templer JW. Parotitis. In: Meyers AD, editor.: Medscape; 2011.
TERIMAKASIH

Anda mungkin juga menyukai