Anda di halaman 1dari 33

LAPORAN KASUS

Tinea Corporis
Oleh:
dr. Putu Dea Prayascita Aisuarya

Pembimbing:
dr. I Gede Made Sirtamaya
IDENTITAS PASIEN
Nama : Nn. IANP
No RM : 007941
Umur : 19 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku : Bali
Bangsa : Indonesia
Agama : Hindu
Alamat : Cau, Desa Marga, Tabanan
Pekerjaan : Pelajar
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Pemeriksaan : 27 September 2023

2
ANAMNESIS
Keluhan Utama
Gatal di Kedua Lengan

3
ANAMNESIS
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang diantar oleh ibunya dengan keluhan gatal di kedua
lengan sejak 3 hari yang lalu. Awalnya muncul bercak kemerahan di
lengan bawah kanan dan kiri berukuran kecil yang lama kelamaan
bertambah lebar sekitar diameter ± 1 cm bulat seperti coin. Bercak juga
semakin lama semakin bertambah banyak didaerah lengan bawah. Tidak
ditemukan bercak kemerahan di bagian tubuh lainnya. Bercak merah
dirasakan gatal setiap saat, baik saat berkeringat maupun tidak, gatal
membaik sementara saat pasien menggaruk bercak tersebut. Tidak terasa
panas dan nyeri, saat bercak diraba terasa agak kasar di bagian pinggir
bercak seperti sisik.
Sebelumnya pasien mengatakan bahwa neneknya 5 hari yang lalu
membawa seekor kucing liar kerumah dan dipelihara, besok harinya nenek
pasien sempat gatal-gatal dan terdapat bercak kemerahan juga ditangan
dan badannya. Ibu dan adik pasien juga mengeluh gatal-gatal dan
terdapat bercak kemerahan kecil dikedua lengan dan kakinya. Pasien
sempat kontak dan menggendong kucing tersebut. 4
Riwayat Penyakit Dahulu Riwayat Kebiasaan Sosial
● Sebelumnya pasien tidak ● Memiliki hewan peliharaan kucing
pernah sakit seperti ini. ● Memakai pakaian ketat (-)
● Riwayat Hipertensi (-) ● Olahraga Jarang
● Riwayat Diabetes Melitus (-) ● Berekreasi/berkemah (-)

Riwayat Penyakit Keluarga Riwayat Pengobatan


● Nenek, ibu dan adik pasien Pasien belum pernah berobat dan
menderita sakit yang sama seperti belum minum/memakai obat apapun.
pasien.
● Riwayat Hipertensi (-) Riwayat Alergi
● Riwayat Diabetes Melitus (-) Tidak ada alergi obat, debu,
maupun makanan.
● Riwayat Asma (-)
5
PEMERIKSAAN FISIK
(Status Generalis)
TANDA VITAL STATUS GIZI
Keadaan Umum Tekanan darah Berat Badan
Cukup 110/70 mmHg
52 kg
Kesadaran Nadi
Composmentis 85 x/menit Tinggi Badan
162 cm
GCS Frekuensi Nafas
4-5-6 18 x/menit
BMI  19.84
Suhu Aksiler Normal
36,6⁰C
6
PEMERIKSAAN FISIK
(Status Generalis)
Kepala
Bentuk : Normocephal, wajah simetris.
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), Thoraks (Jantung)
sklera ikterik (-/-), pupil isokor Inspeksi : Iktus cordis tidak tampak, jejas (-)
(+/+), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Pernapasan cuping hidung (-), Palpasi : Iktus cordis teraba di ICS V
sekret (-), perdarahan (-), midclavicula line Sinistra
penciuman menurun (-) Heave (-), getaran/thrill (-)
Telinga : Sekret (-/-), gangguan fungsi
pendengaran (-/-) Perkusi : Kanan  ICS V Parasternal Line D
Mulut : Sianosis (-), gusi berdarah (-), Kiri  ICS V Midclavicula Line S
lidah kotor (-), stomatitis (-), Bawah  ICS IV Parasternal Line S
gigi berlubang (-)
Leher Auskultasi : S1 S2 Tunggal Reguler, Ekstrasistol (-)
Suara jantung tambahan Murmur (-)
Simetris, Trakea di tengah, nyeri tekan (-),
Gallop (-)
pembesaran KGB (-), peningkatan JVP (-).
7
PEMERIKSAAN FISIK
(Status Generalis)
Abdomen
Thoraks (Paru) Inspeksi : Membuncit, jejas (-), striae (-).
Inspeksi : Gerakan dada simetris, retraksi ICS (-).
Auskultasi : Bising usus (+) normal.
Palpasi : Gerakan nafas simetris, fremitus raba simetris.
Palpasi : Nyeri tekan
Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru. (-) (-) (-) , Hepar tidak teraba.
(-) (-) (-) , Lien tidak teraba.
Auskultasi : Suara nafas vesikuler (+)(+) diseluruh lapang paru. (-) (-) (-) , Ren tidak teraba.
Suara napas tambahan rhonki (-)(-), Wheezing (-)(-)
Perkusi : Timpani, shifting dullness (-).

Ektremitas
Superior : Deformitas -/-, hangat +/+, kering +/+, edema -/-

Inferior : Deformitas -/-, hangat +/+, kering +/+, edema -/-


8
PEMERIKSAAN FISIK
(Status Dermatologis)
DEXTRA SINISTRA

Regio antebrachii dextra


Gambaret
1. sinistra tampak
Regio Antebrachii macula
Dextra eritematosa, ukuran
et sinistra
numular, ɵ 1 cm x 1 cm, batas tegas, berbentuk anular, polisiklik dengan
gambaran central healing dan tepi lebih aktif berupa eritema, papul dan
skuama halus diatasnya, berjumlah multiple, tersebar diskret. 9
Resume
 Nn. IANP Perempuan berumur 19 tahun, mengeluh gatal di kedua lengan
sejak 3 hari yang lalu. Awalnya muncul bercak kemerahan di lengan bawah
kanan dan kiri berukuran kecil yang lama kelamaan semakin banyak dan
bertambah lebar sekitar diameter ± 1 cm bulat seperti coin.
 Tidak ditemukan bercak kemerahan di bagian tubuh lainnya. Bercak merah
dirasakan gatal setiap saat, baik saat berkeringat maupun tidak, gatal
membaik sementara saat pasien menggaruk bercak tersebut.
 Sebelumnya pasien mengatakan bahwa neneknya 5 hari yang lalu
membawa seekor kucing liar kerumah dan dipelihara, besok harinya nenek,
Ibu dan adik pasien juga mengeluh gatal-gatal dan terdapat bercak merah
kecil dikedua lengan dan kakinya.
 Pasien belum sempat ke dokter dan minum/memakai obat apapun.
 Pasien memiliki hewan peliharaan kucing, riwayat kebiasaan mandi 2x/hari
 Pada status dermatologis, efloresensi terdapat pada regio antebrachii
dextra et sinistra tampak macula eritematosa, ukuran numular, ɵ 1 cm x 1
cm, batas tegas, berbentuk anular, polisiklik dengan gambaran central
healing dan tepi lebih aktif berupa eritema, papul dan skuama halus
diatasnya, berjumlah multiple, tersebar diskret. 10
DIAGNOSIS KERJA
Tinea Corporis

11
DIAGNOSIS BANDING

Dermatitis Pitiriasis
Numularis Rosea

Pitiriasis Psoriasis
Versicolor Vulgaris

12
PLANNING
No Problem List P. Dx P.Tx P.Mx
1.  Gatal di kedua  Pemeriksaan  Ketokonazol Tab  Klinis
lengan, dirasakan Sediaan 1 x 200 mg,  TTV
setiap saat Langsung selama 14 hari.  Bentuk lesi
 Muncul bercak larutan KOH  Cetrizine Tab 1 x (status
berwarna merah 20% 10 mg. dermatologis)
 Memiliki hewan  Lampu Wood  Mikonazol Nitrat  Efek samping
peliharaan kucing 2% Cream, obat dan
 Nenek, ibu, dan 2x/hari selama 2 keberhasilan
adik menderita minggu, terapi
sakit yang sama dioleskan tipis-
tipis pada lesi.

13
EDUKASI
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit dan
penatalaksanaannya.
2. Menganjurkan untuk menjaga daerah lesi tetap kering.
3. Menganjurkan untuk menjaga kebersihan badan.
4. Menghindari pakaian yang panas dan tidak menyerap
keringat, menggunakan pakaian yang menyerap
keringat seperti katun, tidak ketat dan diganti setiap
hari.
5. Menghindari pemakaian handuk dan baju secara
bersama-sama.
6. Menghindari garukan apabila gatal, karena garukan
dapat menyebabkan infeksi.
7. Menjaga kebersihan hewan peliharaan.
14
DEFINISI
Tinea Corporis merupakan infeksi jamur
superfisial kulit halus yang tidak
berambut (glabrous skin) di daerah
wajah, leher, badan, lengan, tungkai,
dan glutea yang disebabkan oleh
golongan jamur dermatofita.

15
EPIDEMIOLOGI
Kondisi Geografis
Indonesia sebagai Negara tropis dengan
suhu dan kelembaban yang tinggi
memudahkan tumbuhnya jamur.

Prevalensi
Studi menyebutkan 20%-25% orang
dewasa di seluruh dunia terinfeksi oleh
dermatofitosis. Infeksi ini dapat terjadi
pada semua usia dan berhubungan
dengan hewan.

16
ETIOLOGI
Dermatofita termasuk kelas fungi yang terbagi menjadi tiga genus, yaitu:
Trichophyton spp Epidermophyton spp

01 02 03
Microsphorum spp

Penyebab yang paling umum adalah Trichophyton rubrum dan


Trichophyton mentagrophytes.

17
Mentransmisikan penyakit antar
01 Antropofilik manusia secara kontak langsung.
Contohnya Trichophyton rubrum dan
Trichophyton mentagrophytes.
CARA 02 Geofilik Jamur yang hidup di tanah dan dapat
menyebabkan radang pada manusia.
PENULARAN Contohnya Microsporum gypseum dan
Microsporum fulvum.

Jamur yang hidup pada hewan, namun


03 Zoofilik dapat mentransmisikan penyakit pada
manusia. Contohnya Microsporum
canis yang berasal dari kucing.

18
PATOFISIOLOGI

19
GEJALA KLINIS

Rasa gatal Timbul bercak Perluasan lesi


pada lesi di daerah terutama di
terutama saat wajah, leher, daerah yang
berkeringat badan, lengan, lembab.
tungkai, dan
gluteanus

20
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH 20%
Menggunakan sediaan dari bahan kerokan (kulit, rambut
dan kuku) lalu dilihat melalui mikroskop akan terlihat
elemen jamur dalam bentuk hifa panjang, spora dan
artospora (spora berderet).

21
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Lampu Wood
Untuk menyingkirkan diagnosis.

22
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Biakan Medium
Agar Dekstrosa Sabouruad
pemeriksaan langsung sediaan basah untuk
menentukan spesies jamur.

23
DIAGNOSIS BANDING
Dermatitis Pitiriasis
01 Numularis 03 Rosea

Pitiriasis Psoriasis
02 Versikolor 04 Vulgaris

24
PENATALAKSANAAN
TERAPI TOPIKAL TERAPI SISTEMIK
1. Golongan imidazole 1. Griseovulfin 0,5-1 g untuk orang dewasa dan
Ketokonazole 2% 0,25-0,5 g untuk anak-anak sehari atau 10-
Mikonazole 2% 25 mg per kg berat badan.
Klotrimasol 1% 2. Flukonazol 150 mg 1x/minggu selama 4-6
2. Golongan Allilamin minggu.
Aftifine 1% 3. Itrakonazol 400 mg/hari diberikan sebagai
Butenafin 1% dua dosis harian 200 mg untuk 1 minggu.
Terbinafin 1% 4. Terbinafine 250 mg/hari selama 2-4 minggu.
5. Ketokonazol 200 mg/hari selama 10-14 hari
pada pagi hari setelah makan.

25
PENCEGAHAN
Menghindari pakainan Menghindari sumber Meningkatkan
yang panas penularan yaitu higienitas tubuh,
binatang/kontak terutama tangan dan
dengan penderita lain kuku

Menurunkan berat Meminimalkan Faktor predisposisi lain


badan bagi penderita gesekan kronis dan seperti DM, kelainan
dengan BB lebih keringat yang endokrin harus
berlebihan terkontrol dengan baik

26
PROGNOSIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis
diantaranya adalah:
1. Usia
2. Sistem kekebalan tubuh
3. Perilaku keseharian penderita.
Umumnya penyakit ini dapat hilang sempurna.
Tinea korporis mempunyai prognosa baik dengan
pengobatan yang adekuat dan kelembaban dan
kebersihan kulit yang selalu dijaga

27
ANALISIS KASUS
Nn. IANP perempuan (19 tahun) sejak 3 Pasien mengatakan neneknya membawa
hari yang lalu keluhan gatal di kedua kucing liat kerumah dan anggota keluarga
lengan disertai bercak kemerahan dan pasien yaitu nenek, ibu, dan adiknya yang
gatal dirasakan setiap saat baik saat sempat kontak dengan kucingnya pun juga
berkeringat maupun tidak. menderita sakit yang sama.

01 Anamnesis 02
Merupakan gejala subjektif tinea Hal ini merupakan salah satu faktor
berupa rasa gatal setiap saat, baik predisposisi karena penyakit ini menular
saat berkeringat maupun tidak. dan penularan penyakit disebabkan
Berdasarkan lokasi lesi yang timbul secara zoofilik yakni oleh hewan (kucing)
digolongkan sebagai tinea korporis. yang dipungut oleh neneknya

28
ANALISIS KASUS
 Ketokonazol  efektif, mempunyai
Regio antebrachii dextra et sinistra tampak spektrum luas, dan bersifat fungistatik.
macula eritematosa, ukuran numular, ɵ 1 cm x 1  Mikonazol  turunan imidazol sintentik
cm, batas tegas, berbentuk anular, polisiklik relatif stabil, mempunyai spekturm
dengan gambaran central healing dan tepi lebih antijamur yg lebar terhadap dermatofit.
aktif berupa eritema, papul dan skuama halus  Cetrizine  antihistamin H1 untuk
diatasnya, berjumlah multiple, tersebar diskret mengatasi rasa gatal, ES minimal.

Status Dermatologis 03 04 Terapi


Hal ini sesuai dengan efloresensi yang
terdapat pada tinea korporis yaitu lesi dapat 05 Prognosis
berbentuk makula/plak Prognosis pada kasus tinea korporis ini
merah/hiperpigmentasi, bulat atau lonjong, baik dengan terapi yang tepat asalkan
berbatas tegas dengan tepi aktif dan kelembapan dan kebersihan kulit selalu
penyembuhan sentral (central healing). dijaga

29
KESIMPULAN
● Tinea Corporis merupakan infeksi jamur superfisial kulit halus yang
tidak berambut (glabrous skin) di daerah wajah, leher, badan, lengan,
tungkai, dan glutea yang disebabkan oleh golongan jamur dermatofita.
● Tinea corporis merupakan infeksi yang umum terjadi pada daerah
dengan iklim tropis seperti Negara Indonesia dan dapat menyerang
semua usia terutama dewasa. Disebabkan oleh golongan jamur
Trichophyton, Microsporum, dan Epidermophyton.
● Patogenesis dermatofita terjadi melalui perlekatan ke keratinosit,
penetrasi melalui ataupun di antara sel, dan perkembangan respon
host.
● Ditemukan lesi khas daerah di tengahnya biasanya lebih tenang,
sementara yang di tepi lebih aktif yang sering disebut dengan central
healing.
● Pengobatan dapat diberikan melalui topikal dan sistemik.
● Tinea korporis mempunyai prognosa baik dengan pengobatan yang
adekuat dan kelembaban dan kebersihan kulit yang selalu dijaga.
30
DAFTAR PUSTAKA
1. Editor: Djuanda A. 2013. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin. Edisi ke-6. Jakarta: FKUI.

2. Wolff K, Johnson RA, Suurmond D. 2007. Cutaneus Fungal Infection. Fitzpatrick’s Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology. The McGraw Hill Company.

3. Braun CA. Anderson CM. 2007. Phatophysiology Functional Alterations in Human Health. United
Stated: Lipincott Wiliams and Wilkins: p.114-119.

4. Hidayati AN, Suyoso S, Hinda PD, Sandra E. 2009. Mikosis Superfisialis di Divisi Mikologi Unit Rawat
Jalan Penyakit Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya Tahun 2003–2005. 1; 21.1-8.

5. Siregar RS. 2004. Atlas Berwarna Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-3: Jakarta: EGC.

6. Djuanda A. 2007. Dermatosis Eritroskuamosa. Dalam Djuanda A., Hamzah M.Aisah S. Ilmu penyakit
kulit dan kelamin. Edisi kelima. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2007.h.189-95.

7. Wirya Duarsa, Dkk. 2010. Pedoman Diagnosis dan Terapi Penyakit Kulit dan Kelamin. Fakultas
Kedokteran Universitas Udayana, Denpasar. 31
DAFTAR PUSTAKA
8. Sularsito, Sri Adi. Dkk. 2006. Dermatologi Praktis. Perkumpulan Ahli Dermatologi dan Venereologi
Indonesia, Jakarta.

9. Berman, Kevin (2008-10-03). “Tinea corporis–All information”. MultiMedia Medical Encyclopedia.


University of Maryland Medical Center. Retrieved 2012-11-20.

10. Risdianto Arif, Kadir Dirmawati, Amin Safruddin. 2013. Tinea Corporis and Tinea Cruris Caused by
Trychophyton Mentagrophytes Type Glanular in Asthma Bronchiale Patient. Medical Faculty of
Hasanuddin University, Makassar.

11. Budimulja, U. sunoto. Dan Tjokronegoro. Arjatmo. 2008. Penyakit Jamur. Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, Jakarta.

12. Baligni K, Vardi VL, Barzegar MR et al. 2009. Extensive Tinea Corporis With Photosensivity. Indian:
Case Report. Hlm 54-59.

13. Amiruddin MD. 2003. Ilmu Penyakit Kulit. Makassar: Percetakan LKiS.
32

Anda mungkin juga menyukai