Anda di halaman 1dari 22

BAB I

LAPORAN KASUS

I. IDENTIFIKASI
Nama : Dian Fitri Ningsih
Umur : 10 tahun 6 bulan
Jenis Kelamin : Perempuan
Nama Ayah : Zainuddin
Nama ibu : Amsinah
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Alamat : Lorong Sepakat 9 Ulu, Palembang
MRS : 4 Mei 2012
No. Rekam Medis : 617914

II. ANAMNESIS
Tanggal : 4 Juni 2012
Diberikan Oleh : Ibu pasien

Keluhan Utama : Sesak Napas


Keluhan Tambahan : Demam
Riwayat Perjalanan Penyakit
± 1 bulan SMRS pasien mengeluh demam, tidak terlalu tinggi, kontinu, menggigil
(-). Batuk (-), pilek (-), nyeri menelan (-), mual muntah (-). Keluhan timbul koreng-
koreng di kulit (+) di tungkai bawah, lengan dan kepala. Koreng berukuran sebesar 1cm.
Pasien juga mengalami nyeri sendi terutama di lutut dan siku, nyeri berpindah-pindah (+),
bengkak pada sendi-sendi (-), kemerahan pada sendi (+). Pasien berobat ke dokter dan
diberi 2 macam obat, namun ibu pasien lupa nama obatnya. Keluhan nyeri sendi dan
demam berkurang.
1 minggu SMRS, pasien mengeluh sesak nafas, sesak dipengaruhi oleh aktivitas
(+), sesak dipengaruhi perubahan posisi dan cuaca (-), pasien lebih nyaman tidur dengan
1
3 bantal. Bengkak di kaki dan perut (-), bengkak yang timbul di mata dan menyebar ke
seluruh tubuh yang muncul pada pagi hari lalu menghilang pada siang hari (-). batuk (-)
suara mengi (-) Demam(+) tidak terlalu tinggi, kontinu, menggigil (-). BAB dan BAK
biasa. Nafsu makan berkurang, berat badan dirasakan menurun. Pasien lalu dibawa ke
bidan dan hanya diberi penurun panas, keluhan sesak tidak berkurang.
3 hari SMRS, pasien mengeluh sesak nafas bertambah berat,sesak dirasakan saat
istirahat dan sesak semakin berat saat aktivitas (+), sesak tidak dipengaruhi perubahan
posisi dan cuaca. Pasien tidak dapat berbaring karena sesak dan tidur dengan posisi
duduk. Demam (+) tidak terlalu tinggi, kontinu, menggigil (-). BAK lebih sedikit dari
biasa. BAB biasa. Nafsu makan berkurang. Pasien kemudian dibawa ke RS
Muhammadiyah dan dirujuk ke RSMH.
Satu bulan pasca perawatan di RSMH, kondisi pasien telah membaik. Sesak nafas
dirasakan berkurang, pasien dapat tidur dengan 2 bantal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat pernah menderita keluhan yang sama disangkal

Riwayat Penyakit Dalam Keluarga


Riwayat penyakit dengan gejala yang sama pada keluarga disangkal

Riwayat Kehamilan Ibu dan Kelahiran anak


Lahir dari ibu G5P4A0 hamil aterm, spontan ditolong bidan, langsung menangis dengan
BBL : 3300 gram
Riwayat demam (-), riwayat KPSW (-), riwayat minum jamu/ obat (-)

Riwayat Makanan
ASI : 0 – 2 tahun
Susu formula :+
Bubur susu : 6 bulan
Nasi tim : 7 bulan – 1 tahun
Nasi : 1 tahun – sekarang. 3x/hari

2
Daging : 2x/minggu
Tempe : 1x/hari
Tahu : 1x/hari
Sayuran : hampir setiap hari
Buah : Jarang makan buah
Kesan : kuantitas baik, kualitas kurang baik.

Riwayat Imunisasi
Pasien tidak pernah mendapatkan imunisasi apapun sejak lahir.
Kesan : imunisasi dasar tidak lengkap

Riwayat Perkembangan Fisik


Tengkurap : 4 bulan
Duduk : 7 bulan
Merangkak : 6 tahun
Berdiri : 11 bulan
Jalan : 1 tahun 2 bulan
Kesan : perkembangan sesuai dengan usia

Status gizi
BB/U : 23/37 x 100% = 62%
TB/U : 130/144 X100% = 90%
BB/TB : 23/27 x 100% = 85%
Kesan : Gizi kurang

III. PEMERIKSAAN FISIK ( 4 Juni 2012)


Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 110/70 mmHg

3
Nadi : 124x/menit
Suhu : 36,9oC
Pernapasan : 26 x/menit
Tinggi badan : 130 cm
Berat badan : 23 kg
Anemis :-
Sianosis :-
Ikterus :-
Lingkar Kepala : 52 cm

Keadaan Spesifik
Kulit
Tidak ada kelainan, eritema marginatum (-), nodul subkutan (-),
Tampak lesi hiperpigmentasi paska inflamasi, multiple, uk diameter 1 cm, diskret pada
regio ekstremitas superior ekstremitas inferior.

Kepala
Bentuk : Normocephali
Rambut : Warna hitam lurus, tidak mudah dicabut
Mata : Konjungtiva palpebra pucat (-), sklera ikterik (-), pupil bulat,
isokor, diameter 3 mm, refleks cahaya +/+
Hidung : Mukosa hiperemis (-), Konka hipertrofi (-), Septum deviasi (-),
sekret (-), NCH (-)
Mulut : Mukosa bibir kering (-), cheilitis (-), karies gigi (+), gusi berdarah
(-), Lidah kotor (-), atrofi papil lidah (-), faring hiperemis (-),
granul (-), tonsil hiperemis (-), T1-T1
Telinga : Nyeri mastoid (-), nyeri tekan tragus (-), nyeri tarik aurikula (-),
sekret (-), serumen (+)
Moon face (+), khorea (-)

4
Leher
Pembesaran KGB submandibula, cervical anterior et posterior, subklavikula (-), JVP
(5+0) cmH2O

Thoraks
Pulmo
Inspeksi : Statis à simetris
Dinamis à simetris, retraksi (-)
Palpasi : Stem fremitus kanan sama dengan kiri
Perkusi : Sonor, batas paru hepar di ICS V dextra
Auskultasi : vesikuler (+) normal, ronkhi (-), wheezing (-)

Cor
Inspeksi : iktus cordis terlihat di ICS VI linea midklavikula sinistra
Palpasi : iktus cordi teraba di ICS VI linea midklavikula sinistra, thrill (-)
Perkusi : Batas atas jantung ICS II
Batas kiri jantung ICS VI linea axilaris anterior sinistra
Batas kanan jantung ICS V linea sternalis
Auskultasi : HR 124x/m, BJ I/II normal, opening snap (-), gallop (-), murmur
sistolik grade 3/6 ICS IV-V linea midklavikula sinistra, dan
murmur sistolik grade 3/6 ICS IV-V linea sternalis sinistra
menjalar ke sternum.

Abdomen
Inspeksi : datar
Palpasi : lemas, hepar teraba 2 cm dari arkus kostae ke umbilikus- 2cm
dari prosessus xifoideus ke umbilikus, kosistensi kenyal, tepi
tumpul, permukaan rata, lien tidak teraba, shifting dullnes (-),
undulasi (-)
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
5
Ekstremitas
Edema pretibial (-), akral dingin (-)

Pemeriksaan Neurologi
Fungsi Motorik Tungkai Lengan
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Cukup Cukup Cukup Cukup
Kekuatan +5 +5 +5 +5
Tonus eutoni eutoni eutoni Eutoni
Klonus - - - -
Refek fisiologi + + + +
Reflek Patologis - - - -

IV. PEMERIKSAAN PENUNJANG


Darah Rutin ( 27 mei 2012)
Hb : 10,8 g/dl
Ht : 33 vol%
WBC : 25000 /mm3
LED : 17 mm/jam
Trombosit : 359.000/mm3
Hitung jenis : 0/0/1/78/16/5

V. PEMERIKSAAN ANJURAN
EKG
Thorax X-Ray
Pemeriksaan ASTO dan CRP
Echocardiografi
Kultur swab faringel

VI. RESUME
Seorang pasien, anak perempuan berusia 9 tahun dating berobat ke RSMH dengan
keluhan sesak napas dan demam. ± 1 bulan SMRS pasien mengeluh demam, tetapi
6
tidak terlalu tinggi. Pasien juga mengalami nyeri sendi terutama di lutut dan siku,
nyeri berpindah-pindah (+), kemerahan pada sendi (+). Pasien berobat ke dokter dan
diberi 2 macam obat, namun ibu pasien lupa nama obatnya. Keluhan nyeri sendi
berkurang dan demam juga sudah berkurang. 1 minggu SMRS, pasien mengeluh
sesak nafas, sesak dipengaruhi oleh aktivitas (+), Pasien lebih nyaman tidur dengan 3
bantal. Demam(+) namun tidak terlalu tinggi. Pasien lalu dibawa ke bidan, dan hanya
diberi penurun panas. Namun keluhan sesak tidak berkurang. 3 hari SMRS, pasien
mengeluh sesak nafas bertambah berat,sesak dirasakan saat istirahat dan sesak
semakin berat saat aktivitas (+). Pasien tidak dapat berbaring karena sesak dan tidur
dengan posisi duduk. Demam (+) tidak terlalu tinggi, BAK lebih sedikit dari biasa.
Nafsu makan berkurang. Pasien kemudian dibawa ke RS Muhammadiyah dan dirujuk
ke RSMH. Satu bulan pasca perawatan di RSMH, pasien telah membaik. Sesak nafas
dirasakan berkurang, pasien dapat tidur dengan 2 bantal. Berdasarkan riwayat
imunisasi, pasien tidak pernah mendapatkan sebarang imunisasi sejak lahir dan status
gizi pasien menunjukkan malnutrisi.
Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dan dalam kondisi takikardi
pada pemeriksaan umum. Pada pemeriksaan khusus didapatkan JVP (5+0) cmH2O,
murmur sistolik grade 3/6 ICS IV-V lineasternalis sinistra menjalar ke sternum serta
hepar yang teraba 2 cm dari arkus kostae ke umbilikus- 2cm dari prosessus xifoideus
ke umbilicus. Pada pemeriksaan laboratorium, ditemukan peningkatan leukosit
sebesar 25000/mm3.

VII. DIAGNOSIS BANDING


- Decomp cordis ec MR, TR ec PJR
- Decomp cordis ec MR, TR ec penyakit jantung kongenital

VIII. DIAGNOSIS KERJA


Decomp cordis ec MR, TR ec PJR

IX. PENATALAKSANAAN
- Tirah baring posisi setengah duduk
7
- O2 1 L/m
- IVFD D5 ¼ NS sebanyak ¾ kebutuhan cairan total per kg per hari
- Furosemid 2x25 mg IV
- Prednison 45mg/hari dengan dosis 4-3-2
- Benzatin penisilin 750,000 unit. Dilanjutkan sebulan sekali seumur hidup.

X. PROGNOSIS
Quo ad Vitam :dubia ad bonam
Quo ad functionam :dubia

8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

II. 1 Penyakit Jantung Rematik


Definisi
 Demam rematik (DR) adalah sindrom klinik akibat infeksi kuman Streptococcus beta
hemolytikus grup A, dengan satu atau lebih gejala mayor yaitu Poliartritis Migrans
Akut, Karditis, Korea Minor, Nodul Subkutan atau Eritema Marginatum.
 Demam Rematik Akut (DRA) adalah istilah untuk penderita demam rematik yang
terbukti dengan tanda radang akut.
 Demam rematik inaktif adalah istilah untuk penderita dengan riwayat demam rematik
tetapi tanpa terbukti tanda radang akut.
 Penyakit Jantung Rematik (PJR) adalah kelainan jantung yang ditemukan pada DRA
atau kelainan jantung yang merupakan gejala sisa (sekuele) dari DR.

Etiologi
Streptococcus beta hemolyticus group A strain tertentu yang bersifat reumatogenik dan
adanya faktor predisposisi genetik. Kemungkinan menderita DRA setelah mendapat
infeksi Streptococcus beta hemolyticus grup A di tenggorokan 0,3-3%.

Patogenesis
- Infeksi Streptococcus hemolyticus group A  melepas berbagai antigen.
- Antigen Streptococcus hemolyticus grup A tertentu + komponen jaringan tubuh dengan
struktur yang mirip dengan antigen yang bersangkutan (+ mekanisme yang belum jelas)
 reaksi antigen antibodi  reaksi radang: eksudasi/proliferasi/degenerasi  kelainan
pada organ target (karditis, poliartritis migrans, korea, eritema marginatum, nodul
subkutan) + gejala umum radang (LED/CRP meningkat, panas, dsb). Karditis 
insufisiensi katup/dilatasi jantung/miokarditis/perikarditis  cacat katup, kadang-
kadang perlengketan perikardium  gangguan hemodinamik dengan segala akibatnya.

9
Proses sikatrisasi berlangsung lama  manifestasi kelainan jantung/cacat katup
berubah sebelum sampai bentuk yang definitif.
- Infeksi ulang Streptococcus hemolyticus group A  aktivasi DR  biasanya dengan
karditis yang lebih berat.

Bentuk Klinis
DR : variasi sesuai dengan gejala mayor yang manifes
PJR : variasi sesuai cacat katup yang dihadapi dan derajat serta luasnya karditis pada DR.

Komplikasi
Gagal jantung.
Gangguan tumbuh kembang akibat PJR.

Prognosis
 Prognosis PJR sangat tergantung bentuk dan derajat kelainan katup.
 Kemungkinan untuk rekuren jika kembali mendapat infeksi Streptococcus hemolyticus
grup A di tenggorokan 50%.

Diagnosis
Dasar diagnosis
Diagnosis demam rematik ditegakkan berdasarkan Kriteria WHO tahun 2003 (berdasarkan
revisi kriteria Jones).

Tabel 1. Kriteria WHO Tahun 2002-2003 Untuk Diagnosis Demam Rematik dan
Penyakit Jantung Rematik (Berdasarkan Revisi Kriteria Jones)
Kategori Diagnostik Kriteria
 Demam rematik serangan pertama  Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
ditambah dengan bukti infeksi SGA
sebelumnya
 Demam rematik serangan rekuren  Dua mayor atau satu mayor dan dua minor
tanpa PJR ditambah dengan bukti infeksi SGA

10
sebelumnya
 Demam rematik serangan rekuren  Dua minor ditambah dengan bukti infeksi SGA
dengan PJR sebelumnya
 Korea Sydenham  Tidak diperlukan kriteria mayor lainnya atau
bukti infeksi SGA
 PJR (stenosis mitral murni atau  Tidak diperlukan kriteria lainnya untuk
kombinasi dengan insufisiensi mendiagnosis sebagai PJR
mitral dan/atau gangguan katup
aorta)
Sumber: WHO, 2004

Manifestasi Mayor Manifestasi Minor


- Karditis  Klinis:
- Poliartritis migrans - Artralgia
- Korea - Demam
- Eritema marginatum  Laboratorium:
- Nodulus subkutan - Peningkatan reaktan fase akut yaitu: LED
dan atau CRP yang meningkat
- Interval PR yang memanjang

Diagnosis demam rematik di tegakkan bila terdapat 2 manifestasi mayor atau 1 manifestasi
mayor ditambah 2 manifestasi minor dan didukung bukti adanya infeksi streptokokkus
sebelumnya yaitu kultur apus tenggorok yang positif atau kenaikan titer antibodi
streptokkus (ASTO) > 200. Terdapat pengecualian untuk gejala korea minor, diagnosis DR
dapat ditegakkan tanpa perlu adanya bukti infeksi streptokokkus.

Karditis
Kriteria Karditis:
 Bunyi jantung melemah
 Adanya bising sistolik, mid diastolik di apeks atau bising diastolik di basal jantung
 Perubahan bising misalnya dari grade I menjadi grade II.

11
 Takikardia / irama derap
 Kardiomegali
 Perikarditis
 Gagal jantung kongestif tanpa sebab lain.

Tabel 2. Pembagian Karditis Menurut Decourt


Karditis Ringan Karditis Sedang Karditis Berat
Takikardi, murmur ringan Tanda-tanda karditis Ditandai dengan gejala
pada area mitral, jantung ringan, bising jantung sebelumnya ditambah
yang normal, EKG yang lebih jelas pada area gagal jantung kongestif
normal mitral dan aorta, aritmia,
kardiomegali, hipertropi
atrium kiri dan ventrikel
kiri.

Poliartritis Migrans
Merupakan tanda khas untuk demam rematik. Biasanya mengenai sendi-sendi besar, dapat
timbul bersamaan tetapi lebih sering berpindah-pindah. Sendi yang terkena menunjukkan
gejala-gejala radang yang jelas yaitu merah, panas, nyeri dan fungsiolesia, kelainan sendi
ini menghilang sendiri tanpa pengobatan.

Korea Sydenham
Korea Sydenham/korea minor adalah gerakan-gerakan cepat, bilateral, tanpa tujuan dan
sukar dikendalikan. Seringkali disertai kelemahan otot dan gangguan emosional. Semua
otot terkena, tetapi yang mencolok adalah otot wajah dan ekstremitas.

Eritema Marginatum

12
Merupakan kelainan kulit berupa bercak merah muda, berbentuk bulat, lesi berdiameter
sekitar 2,5 cm, bagian tengahnya pucat sedang bagian tepinya berbatas tegas, tanpa
indurasi, tidak gatal paling sering ditemukan pada batang tubuh dan tungkai proksimal.

Nodul Subkutan
Terletak di bawah kulit, keras, tidak sakit, mudah digerakkan dan berukuran 3-10 mm.
Lokasinya sekitar ektensor sendi siku, lutut, pergelangan kaki dan tangan dan kaki, daerah
oksipital serta di atas prosesus vertebra torakalis dan lumbalis.

Langkah diagnosis
Tegakkan diagnosis DR berdasarkan kriteria Jones tahun 2003
 Tetapkan aktif atau inaktif
 Tetapkan ada karditis atau tidak
 Tetapkan ada kelainan pada katup jantung atau tidak
 Jika tidak ada tanda-tanda DR aktif dan penyebab lain kelainan pada katup jantung
dapat disingkirkan dianggap PJR
 Tetapkan status hemodinamik jantung: dekompensasio kordis atau tidak

Indikasi Rawat:
DRA
PJR dengan dekompensasio kordis
PJR yang rekuren

Penatalaksanaan:
1. Antibiotika
a. Untuk Eradikasi:
Benzatin penisilin G : BB ≤ 27 kg = 600.000-900.000 unit
BB ≥ 27 kg = 1,2 juta unit
Bila tidak ada, dapat diberikan Prokain penisilin 50.000 Iµ/kgBB selama 10 hari
 Alternatif lain:
Penisilin V (oral) : BB ≤ 27 kg 2-3 x 250 mg
13
BB > 27 kg 2-3 x 500 mg
Amoksisilin (oral) : 50 mg/kgbb/hari, dosis tunggal (maks.1g) selama 10 hari

Bila alergi terhadap penisilin dapat digunakan :


- Sefalosporin spektrum sempit : sefaleksin, sefadroksil
- Klindamisin : 20mg/kgbb/hari dibagi 3 dosis (dosis maks.1,8 g/hari) selama 10
hari
- Azitromisin : 12 mg/kgbb/hari, dosis tunggal (dosis maks. 500mg) selama 5 hari
- Klaritromisin : 15 mg/kgbb/hari dibagi 2 dosis (maks.250 mg/kali) selama 10 hari
- Eritromisin : 40 mg/kgBB/hari dibagi 2-4 kali sehari (dosis maksimum 1g/hari
selama 10 hari)

b. Untuk profilaksis sekunder:


 Benzatin penisilin G :
BB ≤ 27 kg = 600.000 unit setiap 3 atau 4 minggu, im.
BB > 27 kg = 1,2 juta unit

 Alternatif lain :
- penisilin V : 2 X 250 mg, oral
- Sulfadiazin : BB ≤ 27 kg 500 mg sekali sehari
BB > 27 kg 1000 mg sekali sehari
Bila alergi terhadap penisilin dan sulfadiazin dapat diberikan :
- Eritromisin
- Klaritromisin
- Azitromisin

Lama pemberian antibiotika profilaksis sekunder :


Kategori Lama pemberian setelah serangan
terakhir
 Demam rematik dengan  Selama 10 tahun atau sampai usia 40
karditis dan penyakit tahun, pada beberapa kondisi (resiko
14
jantung residual (kelainan tinggi terjadi rekuren) dapat seumur
katup persisten) hidup
 Demam rematik dengan  Selama 10 tahun atau sampai usia 21
karditis tetapi tanpa tahun
penyakit jantung residual
(tanpa kelainan katup)
 Demam rematik tanpa  Selama 5 tahun atau sampai usia 21
karditis tahun

2. Obat Anti Inflamasi : diberikan untuk DRA atau PJR yang rekuren
Tabel 2. Rekomendasi Penggunaan Anti Inflamasi
Hanya Artritis Karditis Karditis Karditis
Ringan Sedang Berat
Prednison - - 2-4 minggu * 2-6
minggu*
Aspirin a. 100 mg/kg 3-4 minggu** 6-8 minggu 2-4 bulan
BB/hari dalam 4-6
dosis (2 minggu)
b. Kemudian dosis
dikurangi menjadi
60 mg/kg/hari (4-
6 minggu)
Dosis : Prednison 2 mg/kgBB/hari dibagi 4 dosis
Aspirin 100 mg/kgBB/hari dibagi 4-6 dosis
* Dosis Prednison ditappering (dimulai pada minggu ketiga) dan Aspirin dimulai
minggu ketiga kemudian ditappering.
** Aspirin dapat dikurangi menjadi 60 mg/kgBB setelah 2 minggu pengobatan

3 . Istirahat (lihat tabel 3)


Tabel 3. Petunjuk Tirah Baring dan Ambulasi.

15
Hanya Karditis Karditis
Karditis Berat
Artritis Ringan Sedang
Tirah baring 1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu Selama masih
terdapat gagal
jantungkongestif
Ambulasi bertahap 1-2 minggu 3-4 minggu 4-6 minggu 2-3 bulan
(boleh rawat jalan
bila tidak
mendapat steroid)

4. Penanganan gagal jantung kongestif sesuai tatalaksana gagal jantung kongestif


5. Tatalaksana Korea Sydenham’s:
a. Kurangi aktivitas fisik dan stres
b. Untuk kasus berat dapat digunakan:
- Fenobarbital: 15-30 mg setiap 6-8 jam atau
- Haloperidol dimulai dengan dosis 0,5 mg dan ditingkatkan setiap 8 jam
sampai 2 mg
6. Pasien dengan gejala sisa berupa PJR, memerlukan tatalaksana tersendiri (akan dirujuk)
tergantung pada berat ringannya penyakit, berupa:
a. Tindakan dilatasi baloon perkutan (balloon mitral valvulotomy) untuk mitral
stenosis
b. Tindakan operasi katup jantung berupa valvuloplasti atau penggantian katup

Indikasi pulang:
 Dekompensasio kordis telah teratasi
 Jadwal tirah baring dan terapi steroid telah selesai
II. 2 Gagal Jantung (Decompensatio Cordis)
Definisi
Dekompensasi kordis adalah ketidakmampuan jantung untuk memompa darah secara
adekuat untuk memenuhi kebutuhan tubuh.

16
Etiologi
- Peningkatan beban volume: DSV, DAP, insufisiensi katup jantung, anemia, gagal ginjal
dengan retensi cairan, dsb.
- Peningkatan beban tekanan: stenosis katup aorta atau pulmonal, hipertensi
sistemik/pulmonal, dsb.
- Gangguan miokard: kardiomiopati, miokarditis
- Perubahan frekuensi denyut jantung: SVT, Atrial flutter, atrial fibrilasi dsb.

Patofisiologi
Faktor penyebab  gangguan pada preload, afterload, kontraktilitas otot jantung dan
frekuensi denyut jantung  mempengaruhi penampilan jantung  mekanisme kompensasi
(dilatasi, hipertropi dan rangsangan simpatik). Kemampuan kompensasi terlampaui 
gagal jantung

Bentuk klinis;
 Berdasarkan cardiac output: high dan low cardiac failure
 Berdasarkan onset: akut dan kronik
 Berdasarkan sisi jantung: kiri, kanan, atau kiri dan kanan
 Berdasarkan klasifikasi fungsional NYHA (New York Heart Association):
Derajat I : asimptomatik
Derajat II : dispnu bila aktivitas sedang
Derajat III : dispnu bila aktivitas ringan
Derajat IV : dispnu dalam keadaan istirahat.

Komplikasi
Kegagalan sirkulasi

Prognosis
Tergantung faktor pencetus/penyebab yang mendasari

17
Diagnosis
Dasar diagnosis
Dispnu/ortopnu, pulsus alternans, takikardia/irama gallop, ronki basah tak nyaring di basal
paru (gagal jantung kiri), tekanan vena yugularis meningkat, hepatomegali, edema (gagal
jantung kanan), kardiomegali

Langkah diagnosis
Perhatikan gejala dan tanda:
- Kardiovaskular: takikardi/irama gallop, kardiomegali, nadi: pulsus alternans
- Respirasi: dispnu, ortopnu, batuk produktif, ronki basah tak nyaring di basal paru
- Tanda-tanda bendungan sistemik: tekanan vena yugularis, hepatomegali (tumpul,
lunak), edema

Indikasi rawat
Gagal jantung dengan sesak yang hebat (NYHA derajat IV)

Penatalaksanaan
1. Istirahat di tempat tidur, posisi setengah duduk. Bayi ditidurkan dengan posisi 30-45
derajat.
2. Berikan oksigen (2-4 L/menit)
3. Berikan cairan ¾ kebutuhan normal perhari. Bila terdapat anemia berat berikan tranfusi
darah (packed cell) terlebih dahulu, jumlah: 5-10 cc/kgBB diberikan selama 2-3 jam.
4. Medikamentosa
a. Diuretika (Furosemid) 1-2 mg/kg BB/kali iv diberikan 2 kali perhari
b. Digitalisasi
Digitalisasi awal digoksin 30-50 g/kgBB sehari peroral, dengan cara pemberian:
- ½ dosis diberikan pertama kali
- ¼ dosis 8 jam kemudian
- ¼ dosis diberikan 16 jam setelah dosis pertama

18
Dosis pemeliharaan digoksin (oral) 10-20 g/kgBB/hari diberikan pada hari kedua
dan seterusnya. Indikasi digitalis: takikardia, atrial flutter, kardiomiopati.
Untuk dekompensasi dengan NYHA derajat I-III dapat langsung dengan dosis
pemeliharaan. Hati-hati pemberian digitalis pada DR/PJR, bronkopneumonia.
Digitalis tidak boleh diberikan pada aorta stenosis, pulmonal stenosis, koarktasio
aorta, anemia (Hb < 6g%).
c. Vasodilator
Diberikan pada:
- Dekompensasi kordis yang disebabkan pirau besar (DSV, DAP, DSAV)
- Dekompensasi kordis yang tidak responsif dengan pengobatan diatas.
Dapat diberikan kaptopril oral, dengan dosis 0,1-2 mg/kgBB/kali, dengan dosis
maksimum 6 mg/kgBB/hari (dipilih dosis rendah). Diberikan dalam tiga kali
pemberian.
5. Atasi penyakit utama atau penyakit penyerta (PJR), Bronkopneumonia, anemia, CHD,
dll).
6. Diet rendah garam
7. Dilakukan pemeriksaan penunjang sesuai dengan fasilitas dan kondisi yang ada
- EKG
- Lab darah Hb lekosit, hitung jenis, LED.
- Toraks foto
- Analisa gas darah dan elektrolit
- Ekokardiografi
8. Pengawasan yang ketat terhadap gejala klinik untuk menilai:
- Frekuensi denyut jantung
- Frekuensi napas
- Berat badan
- Tekanan vena yugularis
- Pembesaran hati, edema
- Produksi urin dalam 24 jam

19
BAB III
ANALISIS KASUS

Seorang penderita anak perempuan berusia 5 tahun datang dengan keluhan utama sesak
nafas. . Sesak napas bisa disebabkan oleh banyak kausa seperti gangguan jantung, gangguan
ginjal, gangguan paru, kelainan darah dan gangguan metabolik. Dari anamnesis diketahui bahwa
. 1 minggu SMRS, pasien mengeluh sesak nafas, sesak dipengaruhi oleh aktivitas (+), sesak

20
dipengaruhi perubahan posisi dan cuaca (-), bengkak dikaki (-). Pasien lebih nyaman tidur
dengan 3 bantal. Deman (+) namun tidak terlalu tinggi. BAB dan BAK biasa. Pasien lalu dibawa
ke bidan, dan hanya diberi penurun panas. 3 hari SMRS, pasien mengeluh sesak nafas
bertambah berat,sesak dirasakan saat istirahat dan sesak semakin berat saat aktivitas (+), sesak
tidak dipengaruhi perubahan posisi dan cuaca. Pasien tidak dapat berbaring karena sesak dan
tidur dengan posisi duduk. Demam (+) tidak terlalu tinggi, BAK lebih sedikit dari biasa. Nafsu
makan berkurang. Kondisi pasien dapat diarahkan ke suatu keadaan gagal jantung
(decompensatio cordis) dengan gejala pulmonal berupa ortopneu dan sesak yang dipengaruhi
aktifitas.
± 1 bulan yang SMRS pasien mengalami demam tidak terlalu tinggi. Batuk (-), pilek (-),
sakit menelan (-).Pasien juga mengalami nyeri sendi terutama di lutut dan siku, nyeri berpindah-
pindah, bengkak pada sendi-sendi (-), kemerahan pada sendi (+). Pasien berobat ke dokter dan
diberi 2 macam obat, namun ibu pasien lupa nama obatnya. Keluhan nyeri sendi berkurang.
Riwayat demam, nyeri sendi pada sendi besar yang berpindah-pindah mengarahkan pada adanya
suatu demam rematik dan kemudian menjadi penyakit jantung rematik (PJR) yang dicurigai
menjadi etiologi dari gagal jantung pada kasus ini.
Pada pemeriksaan fisik saat ini didapatkan kesadaran kompos mentis, nadi 124
kali/menit, tekanan darah 110/70 mmHg, laju pernafasan 26 kali/menit, suhu 36,9ºC. Pada
pemeriksaan fisik khusus didapatkan JVP (5+0 cmH2O). Pada pemeriksaan fisik thorax
didapatkan pembesaran batas-batas jantung jantung, kardiomegali (+), terdengar murmur sistolik
(+) grade III/6 pada ICS IV-V LS sinistra. Adanya peningkatan JVP dan kardiomegali pada
pasien menunjukkan gejala kardiovaskular dan bendungan sistemik yang terjadi pada gagal
jantung. Murmur sistolik yang terdengar pada ICS IV-V LS sinistra menunjukkan bahwa
kelainan jantung terdapat pada daerah mitral dan tricuspid dengan defek berupa insufisiensi
mitral dan trikuspid.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat dipenuhi syarat untuk ditegakkan PJR
yaitu memenuhi 2 kriteria mayor dan 1 kriteria minor atau 1 kriteria mayor dan 2 kriteria minor
pada klasifikasi menurut Jones. Manifestasi Mayor meliputi karditis, poliartritis migrans, korea,
eritema marginatum dan nodulus subkutan. Manifestasi minor meliputi artralgia, demam,
peningkatan reaktan fase akut yaitu: LED dan atau CRP yang meningkat serta interval PR yang
memanjang. Pada kasus ditemukan 2 kriteria mayor (karditis, poliartritis migrant) dan 2 kriteria

21
minor (demam dan artralgia). Pembuktian adanya infeksi streptokokus pada pasien dilakukan
dengan melakukan pemeriksaan ASTO dan kultur faringeal swab pada pasien yang telah kami
sarankan pada pemeriksaan penunjang. Menurut kriteria Decourt sendiri, kasus ini masuk ke
dalam kategori karditis berat karena telah disertai gagal jantung kongestif.
Penatalaksanaan pada pasien ini adalah dengan mengatasi gagal jantungnya setepat dan
secepat mungkin. Pasien tirah baring di tempat tidur, posisi setengah duduk, berikan O2
2L/menit, berikan cairan ¾ kebutuhan normal per hari. Terapi medikamentosa dimulai dengan
memberikan diuretika untuk mengatasi bendungan sistemik yang terjadi. Berikan furosemid
2x25 mg intravena. Cari dan atasi penyebab dari gagal jantung yang dalam kasus ini merupakan
penyakit jantung rematik (PJR), maka pasien diberikan Furosemid 2x25 mg IV, Prednison
45mg/hari dengan dosis 4-3-2 dan Benzatin penisilin 750,000 unit. Benzatin penisilin diberikan
sebulan sekali seumur hidup. Pasien juga harus mendapatkan diet rendah garam, di-follow up
secara ketat (HR, RR, BB, JVP, hepatomegali, edema, produksi urin/24 jam) dan pemeriksaan
penunjang meliputi EKG, echo, rontgen thorax, titer serum ASTO dan analisa gas darah-
elektrolit.
Prognosis pada penderita ini adalah dubia ad bonam untuk vitam dan dubia untuk
funtionam. Prognosis pada gagal jantung dengan penyebab PJR bergantung pada bentuk dan
derajat kelainan katup, hal ini dapat dikonfirmasi dengan melakukan pemeriksaan anjuran berupa
EKG, thorax X-Ray, echocardiografi. Penanganan yang cepat dan tapat dapat membantu
menentukan prognosis pada pasien ini.

22

Anda mungkin juga menyukai