Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN KASUS

PROFESI DOKTER
ILMU KESEHATAN ANAK

Disusun oleh :
Ridzky nur Leily
01.203.4658

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2009
LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PENDERITA
Nama : An. A. D.
Umur : 3 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pendidikan : Belum Sekolah
Agama : Islam
Suku : Jawa
Alamat : Dinar Mas IV/13 Semarang
Nama Ayah : Tn. K (alm.)
Umur : 35 tahun
Pekerjaan :-
Nama Ibu : Ny. S
Umur : 30 tahun
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Bangsal : ICU
Masuk RS : 9 Juli 2009
Keluar RS : 15 Juli 2009

B. DATA DASAR
1. Anamnesis ( Alloanamnesis )
Alloanamnesis dengan Ibu penderita dilakukan pada tanggal 10 Juli 2009 pukul
14.30 WIB di ruang ICU dan didukung dengan catatan medis.

Keluhan utama : Panas

Riwayat Penyakit Sekarang :


Sebelum masuk rumah sakit :
 2 hari panas tinggi mendadak pada malam hari, tidak mimisan, gusi
tidak berdarah, tidak sesak nafas, tidak ada bintik-bintik merah di kulit,
tidak pegal-pegal, tidak nyeri sendi, tidak terasa sakit perut, makan dan
minum kurang dari biasanya, tidak sering mimisan tanpa sebab, tidak
pernah mengalami luka yang lama hilang setelah terbentur. Kemudian

2
dibawa orang tua ke puskesmas diberi obat penurun panas. Setelah minum
obat penurun panas, panas turun tapi beberapa jam kemudian suhu
kembali tinggi, badan lemas, makan dan minum tetap kurang.
 1 hari badan semakin lemas dan gelisah, tidak mau makan dan minum.
Kemudian dibawa orang tuanya ke IGD RSUD Kota Semarang, oleh
dokter dilakukan uji bendung dengan menggunakan manset dan
ditemukan bintik-bintik merah di kulit tangan, disarankan untuk rawat
inap.
Setelah masuk rumah sakit :
 1 hari setelah dirawat di rumah sakit panas mulai turun, tidak mau
makan dan minum sedikit-sedikit, mengeluh nyeri perut.
Tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. Tetangga ada yang sakit seperti
ini dan sampai mondok di rumah sakit. Teman satu sekolah tidak ada yang
sakit seperti ini.
Riwayat Penyakit Dahulu :
 Riwayat pernah sakit panas, batuk, pilek tapi tidak sampai mondok di
rumah sakit.
 Riwayat sakit mencret tapi tidak sampai mondok
Riwayat Persalinan dan Kehamilan :
Anak laki-laki lahir dari ibu G3 P2 A0 hamil 40 minggu, lahir secara spontan
ditolong oleh bidan , anak lahir langsung menangis, berat badan lahir 3000 gram ,
panjang badan ibu lupa, lingkar kepala saat lahir ibu lupa dan lingkar dada saat
lahir ibu lupa.
Riwayat Pemeliharaan Prenatal :
Sang ibu biasa memeriksakan kandungannya secara teratur ke bidan terdekat.
Selama hamil ibu mengaku mendapat imunisasi dari bidan lewat suntikan. Tidak
pernah menderita penyakit selama kehamilan. Riwayat perdarahan saat hamil
disangkal. Riwayat trauma saat hamil disangkal. Riwayat minum obat tanpa resep
dokter ataupun minum jamu disangkal. Obat – obat yang diminum selama
kehamilan adalah vitamin dan tablet tambah darah.
Riwayat Pemeliharaan Postnatal :
Pemeliharaan postnatal dilakukan di bidan dan anak dalam keadaan sehat

Riwayat Perkembangan dan Pertumbuhan Anak

3
Pertumbuhan :
Berat badan lahir 3000 gram , panjang badan lahir lupa, berat badan sekarang 13
kg, panjang badan sekarang 96 cm.
Perkembangan :
Senyum : ibu lupa
Miring : ibu lupa
Tengkurap : ibu lupa
Duduk : ibu lupa
Gigi keluar : ibu lupa
Kesan : Pertumbuhan dan perkembangan anak sesuai dengan umur.

Riwayat Makan dan Minum Anak :


Ibu mengaku anak diberi ASI sampai usia 2 tahun. Anak hanya mendapat ASI saja
sampai umur 4 bulan. Ibu memberi ASI, bubur susu, bubur ulek, dan nasi tim,
waktu usia 5 bulan. Anak sudah diberikan nasi biasa dan lauk pauk seperti makan
keluarga saat umur lebih dari 1 tahun.
Kesan : Kualitas dan kuantitas makanan dan minum cukup
Riwayat Imunisasi :
BCG : ibu lupa, scar ( + ) di lengan atas kanan
DPT : ibu lupa
Polio : umur lupa, dilakukan beberapa kali dengan obat tetes di
Posyandu.
Campak : Ibu lupa
Hepatitis B : ibu lupa
Kesan : Lengkap berdasarkan penjelasan ibu.
Riwayat Keluarga Berencana :
Ibu penderita melakukan MOW sejak 3 tahun yang lalu.
Data Keluarga
AYAH/WALI IBU/WALI
Perkawinan ke I I
Umur lupa 28 tahun
Konsanguinitas - -
Keadaan kesehatan/ penyakit bila ada Sehat sehat

2. Pemeriksaan Fisik

4
Tanggal 10 Juli 2009, pukul 15.00 WIB
Anak laki-laki usia 3 tahun, berat badan 13 kg, panjang badan 96 cm
Kesan umum : compos mentis, kurang aktif, gizi cukup, tampak gelisah, petekie
(+), ditemukan tanda-tanda syok.
Tanda vital
- Tekanan darah : -
- Nadi : 108 x/ menit, isi dan tegangan lemah
- Laju nafas : 36 x/ menit
- Suhu : 36° C ( axilla )
Status Internus
Kepala : mesocephale
Rambut dan kulit kepala : hitam, tumbuh merata
Kulit : petekie ( + ), sianosis ( - ) turgor kembali cepat
Mata : oedem palpebra ( -/- ) konjungtiva anemis ( -/- )
Hidung : epistaksis ( -/- ), nafas cuping hidung ( -/- )
Telinga : discharge ( -/- )
Mulut : bibir kering ( + ), bibir sianosis ( + ), gusi
berdarah ( - )
Leher : simetris, pembesaran kelenjar limfe ( - )
Tenggorok : faring hiperemis ( - )
Dinding thorax :
Paru I : retraksi :-
Statis : hemithorax dextra dan sinistra simetris
Dinamis : hemithorax dextra dan sinistra simetris
Pa : paru kanan tertinggal saat bernapas
Pe : redup pada paru kanan
Aus: suara dasar : Vesikuler
Suara tambahan : ronchi (+/+)
Jantung I : ictus cordis tidak tampak
Pa : ictus cordis tidak teraba
Pe : sulit dinilai
Aus : BJ I-II regular, bising (-)
Abdomen I : datar
Aus : peristaltik (+) normal

5
Pe : timpani(+), pekak alih(-), pekak sisi(-)
Pa : supel, nyeri tekan epigastrium (+), defance muskular (-)
Hepar : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Alat kelamin : Laki-laki, dalam batas normal
Anorektal : Dalam batas normal
Ekstremitas : Superior Inferior

Akral dingin +/+ +/+


Akral sianosis -/- -/-
Oedem -/- -/-
Capillary refill > 2” > 2”
Pemeriksaan neurologis : Refleks fisiologis (+) Normal
Refleks patologis (-)

3. Pemeriksaan Penunjang
 Darah Tanggal 9 Mei 2009 pukul 08.00 WIB ( hari 1 perawatan )
Hb : 12,6 gr/ dl
Leukosit : 3300/ mm5
Trombosit : 64.000/mm5
Hematokrit : 40 %
Kesan : Lekositopeni
Trombositopeni
Peningkatan hematokrit
 X foto Thorax RLD Tanggal 9 Mei pukul 09.20 WIB (hari 1 perawatan)
Didapatkan Efusi pleura dengan PEI ± 29,4%

4. Pemeriksaan Khusus
Data Antropometri :
Anak laki-laki, usia 3 tahun
Berat badan : 13 kg
Panjang badan : 96 cm
Pemeriksaan status gizi ( Z score ) :
WAZ = BB – median = 13 -14,6 = -1 (N)

6
SD 1,60
HAZ = TB – median = 96 – 96,5 = -0,14 (N)
SD 3,50
WHZ = BB – median = 13 -31,5 = -1,3 (N)
SD 1,3
Kesan : Gizi Cukup

C. DIAGNOSIS BANDING
Demam Chikunguya
Demam Dengue
Status Gizi Baik
D. DIAGNOSIS SEMENTARA
I. Demam Berdarah Dengue Grade III (DSS)
II. Status gizi baik

E. TERAPI ( MEDIKAMENTOSA dan DIETETIK )


Tx/ : Infus RL 10cc/kgBB/10 menit 35 tpm
Infus HES steril 6% 35 tpm bila habis di ganti RL 10 tpm
PO : Paracetamol 3 x 150 mg
Diet : 3 x lunak
Kalori : 1050 kkal/ hari
Protein 28 g/ hari
Program : Evaluasi KU dan TTV

F. PROGNOSA
Quo ad vitam : dubia ad bonam
Quo ad sanam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam

G. USULAN
Laboratorium darah ulang ( Hb, Ht, Trombo) tiap 12 jam
Foto Thorax RLD

H. NASEHAT

7
Di rumah sakit :
1. Tirah baring
2. Minum obat teratur.
3. Makan makanan yang bergizi.
Di rumah :
1. Jika panas, minum obat penurun panas, jika panas tidak turun, segera
bawa ke pelayanan kesehatan
2. Melakukan 3 M
3. Abatisasi.
4. Makan makanan yang lunak.

Waktu Hari ke- 0 perawatan Hari ke-1 perawatan

8
Tanggal 9 Juli 2009 10 Juli 2009

Keluhan Panas (+), pilek (-), sesak napas (-), Panas (-), pilek (-), sesak napas
batuk (-), mual (-), muntah (-), (-), batuk (-), mual (-), muntah
makan (-) , minum(+), berak (+), (+), makan (-) , minum(+), berak
kencing (+) warna kuning jernih (+), kencing (+) warna kuning
jernih

Keadaan Umum Compos mentis, kurang aktif, gizi Compos mentis, kurang aktif, gizi
cukup, tiduran cukup, tiduran

Tanda vital:
Tensi
Nadi 78 x/ menit 100 x/ menit
Isi dan Tegangan cukup cukup
RR 48 x/ menit 40 x/ menit
Suhu 37,8°C ( axilla ) 36,3°C ( axilla )

Laboratorium Darah Hb : 12,6 gr/dl 07.00 WIB


Ht : 40 % Hb : 12,5 gr/dl
Leukosit : 3300/mm5 Ht : 39,2 %
Trombosit : 64000/mm5 Leukosit : 9660/mm5
Post HES : Trombosit : 53000/mm5
Hb : 10,7 gr/dl
Ht : 33,3 % Foto RLD : Efusi Pleura ± 29,4%
Leukosit : 3000/mm5
Trombosit : 50000/mm5

Assesment DSS DSS

Terapi Infus RL 10 tpm, ganti HES Steril Infus RL 10 tpm bila habis
10 tpm diganti HES steril 10 tpm
Inj Cefotaxim 2 x 250 mg iv (1) Inj Cefotaxim 3 x 250 mg iv (2)
Inj Dexamethasone 3x½ amp Inj Dexamethasone 3x½ amp
Inj Vit C 1x100 mg iv Inj Cimetidin 3x25 mg iv
Po : - Inj Vit C 1 x 100 mg iv
Diit : 3x lunak Po : Inpepsa 3x½ cth
Kalori : 1050 kkal/ hari Diit : 3x lunak
Protein : 28 gr/ hari Kalori : 1050 kkal/ hari
Protein : 28 gr/ hari

Program Evaluasi KU dan TTV Evaluasi KU dan TTV


Ulang Ht Hb Trombosit Ulang Ht Hb Trombosit
Foto thorax RLD

9
Waktu Hari ke- 2 perawatan Hari ke-3 perawatan

Tanggal 11 Juli 2009 12 Juli 2009

Keluhan Panas (-), pilek (-), sesak napas (-), Panas (-), pilek (-), sesak napas
batuk (-), mual (-), muntah (-), (-), batuk (-), mual (-), muntah
makan (+) sedikit , minum(+) (-), makan (+) sedikit,
sedikit, berak (+), kencing (+) minum(+)sedikit, berak (+),
jumlah sedikit warna kuning jernih, kencing (+) warna kuning jernih

Keadaan Umum Compos mentis, kurang aktif, Compos mentis, kurang aktif,
tampak sakit, gizi cukup, palpebra tampak sakit, tampak gizi cukup,
odem palpebra odem minimal

Tanda vital:
Tensi
Nadi 68 x/ menit 82 x/ menit
Isi dan Tegangan cukup cukup
RR 40 x/ menit 27 x/ menit
Suhu 35,4°C ( axilla ) 35,7( axilla )

Laboratorium Darah 13..00 WIB 08..00 WIB


Hb : 11,7 gr/dl Hb : 12 gr/dl
Ht : 37,8 % Ht : 38 %
Leukosit : 9400/mm5 Leukosit : 9400/mm5
Trombosit : 49000/mm Trombosit : 51000/mm

17.30 WIB
Hb : 11,2 gr/dl
Ht : 34,5 %
Leukosit : 6800/mm5
Trombosit : 35000/mm
-
Assesment DSS (syok teratasi) DSS (syok teratasi)
Terapi Infus RL 5 tpm (mikro) Infus RL 5 tpm (mikro)
Inj Cefotaxim 2 x 250 mg iv (3) Inj cefotaxim 3x250 mg iv
Inj Dexamethasone 3x½ amp Inj Dexamethasone 3x½ amp
Inj Vit C 1 x 100 mg iv Inj Cimetidin 3x25 mg iv
Inj Cimetidin 3x25 mg iv PO : Inpepsa 3x½ cth
Inj Lasix 1mg pagi dan sore Diit : 3x lunak
Po : Inpepsa 3x½ cth Diit : 3x lunak
Diit : 3x lunak Kalori : 1050 kkal/ hari
Diit : 3x lunak Protein : 28 gr/ hari
Kalori : 1050 kkal/ hari
Protein : 28 gr/ hari

Program Ulang Hb Ht Trombo Ulang Hb Ht Trombo

10
Waktu Hari ke- 4 perawatan Hari ke-5 perawatan

Tanggal 13 Juli 2009 14 Juli 2009

Keluhan Panas (-), pilek (-), sesak napas (-), Panas (-), pilek (-), sesak napas
batuk (-), mual (-), muntah (-), (-), batuk (-), mual (-), muntah
makan (-) , minum(+), berak (-) (-), makan (+) , minum(+), berak
selama 2 hari, kencing (+) warna (+), kencing (+) warna kuning
kuning jernih, nyeri perut jernih

Keadaan Umum Compos mentis, cukup aktif, gizi Compos mentis, cukup aktif, gizi
cukup, palpebra odem (-/-) cukup

Tanda vital:
Tensi
Nadi 110 x/ menit 92 x/ menit
Isi dan Tegangan cukup cukup
RR 32 x/ menit 24 x/ menit
Suhu 35,2°C ( axilla ) 36.1°C ( axilla )

Laboratorium Darah 8..34 WIB 8..00 WIB


Hb : 11,2 gr/dl Hb : 12,9 gr/dl
Ht : 33,8 % Ht : 41,3 %
Leukosit : 5560/mm5 Leukosit : 10.800/mm5
Trombosit : 46.000/mm Trombosit : 96.000/mm

17.13 WIB
Hb : 12,4 gr/dl
Ht : 38,6 %
Leukosit : 10.160/mm5
Trombosit : 57.000/mm

Assesment DSS (syok teratasi) DSS (syok teratasi)


Program Evaluasi Pindah Ruang
Terapi Infus RL 5 tpm (mikro) Infus RL 5 tpm (mikro)
Inj cefotaxim 3x250 mg iv Inj cefotaxim 3x250 mg iv
Inj Dexamethasone 3x½ amp Inj Dexamethasone 3x½ amp
Inj Cimetidin 3x25 mg iv Inj Cimetidin 3x25 mg iv
PO : Inpepsa 3x½ cth PO : Inpepsa 3x½ cth
Diit : 3x lunak Diit : 3x lunak

11
Kalori : 1050 kkal/ hari Kalori : 1050 kkal/ hari
Protein : 28 gr/ hari Protein : 28 gr/ hari

12
Dengue Hemoragic Fever/ Demam Berdarah Dengue
Infeksi Virus Dengue pada manusia mengakibatkan spektrum manifestasi klinis yang luas
mulai dari demam dengue, demam hemoragic fever, dengue shock syndrome. Demam
Dengue dan Demam Berdarah Dengue disebabkan virus Dengue yang termasuk kelompok B
Artropod Virus dan mempunyai empat jenis serotipe yakni Den 1, Den 2, Den 3 dan Den 4.

Cara Penularan

Terdapat tiga faktor yang memegang peranan pada penularan infeksi virus dengue yakni
manusia, virus, dan vektor perantara. Virus dengue ditularkan kepada manusia melalui gigitan
nyamuk Aedes aegepty. Nyamuk ini dapat mengundang virus dengue pada saat menggigit
manusia yang sedang mengalami viremia. Kemudian virus yang berada di kelenjar air liur
dapat berkembang biak selama 8-10 hari sebelum dapat ditularkan kembali pada manusia
pada saat gigitan berikutnya. Di tubuh manusia virus memerlukan waktu masa tunas 4-7 hari
sebelum menimbulkan penyakit. Penularan dari manusia ke nyamuk hanya dapat terjadi pada
saat manusia mengalami viremia yakni 2 hari sebelum demam terjadi dan 5 hari setelah
demam timbul.

Patogenesis

Patogenesis DBD dan DSS masih merupakan masalah kontroversial. Dua teori yang banyak
dianut pada DBD dan DSS adalah hipotesis infeksi sekunder atau hipotesis immune
enhacement. Hipotesis ini menyatakan secara langsung bahwa pasien yang mengalami infeksi
yang kedua kalinya dengan serotipe virus dengue yang heterolog mempunyai resiko yang
berat yang lebih besar untuk menderita DBD. Antibodi heterolog yang telah ada sebelumnya
akan mengenai virus lain yang akan menginfeksi dan kemudian membentuk komplek antigen
antibodi yang kemudian akan berikatan dengan Fc reseptor dari membran sel leukosit
terutama makrofag. Sebagai tanggapan terhadap infeksi tersebut terjadi sekresi mediator
vasoaktif yang kemudian menyebabkan peningkatan permeabilitas pembuluh darah sehingga
mengakibatkan hipovolemia dan syok.

Definisi DHF

Klinis

Gejala klinis berikut harus ada yaitu :

Demam tinggi mendadak tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus menerus selama 2-7 hari.

Terdapat manifestasi perdarahan yang ditandai dengan :

Uji torniquet positif

Ptekie, ekimosis, purpura

Perdarahan mukosa, epistaksis, perdarahan gusi

Hematemesis dan melena

13
Pembesaran hati

Syok ditandai dengan nadi cepat, lemah serta penurunan tekanan nadi, hipotensi, kaki dan
tangan dingin, kulit lembab dan pasien tampak gelisah.

Laboratoris

Trombositopenia ( 100.000 /mm5 atau kurang)

Adanya kebocoran plasma karena peningkatan permeabilitas kapiler dengan manifestasi


sebagai berikut :

Peningkatan hematokrit > 20 %

Penurunan hematokrit >20 % dari nilai standart, setelah dilakukannya penggantian volume
plasma.

Dua kriteria klinis ditambah satu kriteria laboratoris cukup untuk menegakkan diagnosa
sementara DBD. Dalam memonitor hematokrit harus diingat kemungkinan yang ada seperti
telah adanya anemia, perdarahan berat atau telah dilakukannya penggantian volume plasma.
Efusi pleura dan terjadinya hipoalbuminemi dapat memperkuat terjadinya kebocoran plasma.

Derajad Penyakit

Derajat penyakit DBD dapat diklasifikasikan dalam 4 derajad :

Derajad I : Demam disertai gejala tidak khas dan satu satunya manifestasi perdarahan ialah
uji torniquet

Derajad II : Seperti derajad I disertai perdarahan spontan di kulit dan perdarahan lain.

Derajad III : Didapatkan kegagalan sirkulasi yaitu nadi cepat dan lambat, tekanan nadi
menurun atau hipotensi, sianosis di sekitar mulut, kulit dingin dan lembab dan anak tampak
gelisah.

Derajad IV : Syok berat ditandai dengan nadi tidak dapat diraba dan tekanan darah tidak
dapat diukur.

Pada kasus ini penderita menderita DSS (dengue shock syndrome) ditandai dengan 2 kriteria
klinis diantaranya :

- Demam tinggi terus menerus tanpa sebab yang jelas selama 4 hari

- Uji torniquet yang positif

Ditandai dengan 2 kriteria laboratoris yakni :

Trombositopenia 64.000/mm5

Hemokonsentrasi 40 %

14
Pada penderita juga didapatkan efusi pleura dengan PEI 29,4 % pada foto thorax RLD.

Diagnosis Banding

Pada awal perjalanan penyakit diagnosis banding mencakup infeksi bakteri, virus, atau
infeksi parasit seperti demam tifoid, campak, influenza, hepatitis, demam chikungunya,
leptospirosis dan malaria.

Idiopatic Trombositopenia Purpurae sulit dibedakan dengan DHF derajad II oleh karena
ditemukan demam disertai dengan perdarahan dibawah kulit.

Komplikasi

Encepalopati Dengue

Kelainan ginjal berupa gagal ginjal akut apabila terjadi pada fase terminal sebagai akibat dari
syok yang tidak teratasi dengan baik.

Udem paru

Dengue Shock Syndrome (DSS)

Syok merupakan keadaan kegawatan. Cairan pengganti adalah pengobatan yang utama, yang
berguna untuk memperbaiki kekurangan volume plasma. Pasien anak akan cepat mengalami
syok dan sembuh kembali segera dalam 28 jam. Pada penderita SSD dengan tensi tak terukur
dan tekanan nadi <20 mmHg segera berikan cairan kristaloid sebanyak 20 ml/kg BB/jam
selama 30 menit, bila syok teratasi turunkan menjadi 10 ml/kg BB.

Penggantian Volume Plasma Segera

Pengobatan awal cairan intravena larutan ringer laktat 20 ml/kg BB. Tetesan diberikan
secepat mungkin maksimal 30 menit. Pada anak dengan berat badan lebih, diberi cairan
sesuai BB ideal dan umur 10 mm/kg BB/jam, bila tidak ada perbaikan pemberian cairan
kristaloid ditambah cairan koloid. Apabila syok belum teratasi setelah 60 menit beri cairan
kristaloid dengan tetesan 10 ml/kg BB/jam bila tidak ada perbaikan stop pemberian kristaloid
dan beri cairan koloid (dekstran 40 atau plasma) 10 ml/kg BB/jam. Pada umumnya
pemberian koloid tidak melebihi 30 ml/kg BB. Maksimal pemberian koloid 1500 ml/hari,
sebaiknya tidak diberikan pada saat perdarahan. Setelah pemberian cairan resusitasi kristaloid
dan koloid syok masih menetap sedangkan kadar hematokrit turun, diduga sudah terjadi
perdarahan; maka dianjurkan pemberian tranfusi darah segar. Apabila kadar hematokrit tetap

15
> tinggi, maka berikan darah volume kecil (10 ml/kg BB/jam) dapat diulang sampai 30 ml/kg
BB/24 jam. Setelah keadaan klinis membaik, tetesan infus dikurangi bertahap sesuai keadaan
klinis dan kadar hematokrit.

Pemeriksaan Hematokrit untuk Memantau Penggantian Volume Plasma

Pemberian cairan harus tetap diberikan walaupun tanda vital telah membain dan kadar
hematokrit turun. Tetesan cairan segera diturunkan menjadi 10 ml/kg BB/jam dan kemudian
disesuaikan tergantung dari kehilangan plasma yang terjadi selama 24-28 jam. Pemasangan
CVP yang ada kadangkala pada pasien SSD berat, saat ini tidak dianjurkan lagi.

Cairan intravena dapat dihentikan apabila hematokrit telah turun, dibandingkan nilai Ht
sebelumnya. Jumlah urin/ml/kg BB/jam atau lebih merupakan indikasi bahwa keadaan
sirkulasi membaik. Pada umumnya, cairan tidak perlu diberikan lagi setelah 48 jam syok
teratasi. Apabila cairan tetap diberikan dengan jumlah yang berlebih pada saat terjadi
reabsorbsi plasma dari ekatravaskuler (ditandai dengan penurunan kadar hematokrit setelah
pemberian cairan rumatan), maka akan menyebabkan hipervolema dengan akibat edema paru
dan gagal jantung. Penurunan hematokrit pada saat reabsorbsi plasma ini jangan dianggap
sebagai tanda perdarahan, tetapi disebabkan oleh hemodilusi. Nadi yang kuat, tekanan darah
normal, diuresis cukup, tanda vital baik, merupakan tanda terjadinya fase reabsorbsi.

Pemberian Oksigen

Terapi oksigen 2 lt/menit harus selalu diberikan pada semua pasien syok. Dianjurkan
pemberian oksigen dnegan mempergunakan masker tetapi harus diingat pula pada anak
seringkali menjadi semakin gelisah apabila dipasang masker oksigen.

Monitoring

Tanda vital kadar hematokrit harus dimonitor dan dievaluasi secara teratur untuk
menilai hasil pengobatan. Hal-hal yang harus diperhatikan pada monitoring adalah :

- Nadi, tekanan darah, respirasi, dan temperatur harus dicatat setiap 15-
30 menit atau lebih sering, sampai syok dapat teratasi.
- Kadar hematokrit harus diperiksa tiap 4-6 jam sekali sampai keadaan
klinis pasien stabil.

16
- Jumlah dan frekuensi diuresis.
Kriteria memulangkan pasien

 Tidak demam selama 24 jam tanpa antipiretik


 Nafsu makan membaik
 Tampak perbaikan secara klinis
 Hematokrit stabil
 Tiga hari setelah syok teratasi
 Jumlah trombosit > 50.000/ml
 Tidak dijumpai distres pernapasan (disebabkan oleh efusi pleura asidosis)
Prognosis

Apabila syok tidak segera diatasi dapat menyebabkan kematian. Bila tidak disertai
dengan renjatan prognosa baik, biasanya dalam 24-36 jam cepat menjadi baik. Kalau lebih
dari 36 jam belum ada tanda-tanda perbaikan maka kemungkinan sembuh kecil dan prognosa
menjadi jelek..

17
DAFTAR PUSTAKA

- Pusponegoro, H.D. dkk, Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak, Edisi I, 2004, IDAI, hal 99-108

- Hadinegoro, S. R. H. dkk, Tata Laksana Demam Berdarah Dengue di Indonesia, Depkes RI, 2006

- Soedarmo, S. S. dkk, Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis, Edisi 2, 2008, IDAI, hal 155-181

18

Anda mungkin juga menyukai