Disusun Oleh :
Pembimbing :
PEKALONGAN
2018
BAB I
LAPORAN KASUS
ANAMNESIS
a. Keluhan Utama
Nyeri perut
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien datang ke IGD dengan keluhan nyeri perut terasa melilit pada
uluhati dan perut kanan bawah sejak bangun tidur. nyeri terus-menerus
hingga mengganggu aktivitas. Nyeri bertambah dengan aktivitas berat
dan berkurang dengan istirahat. Mual (+), muntah 2 x (+) kehijauan
setiap minum, demam (+) ± 3 hari perut semakin membesar ± 1
minggu. Tidak bisa kentut dan BAB sejak bangun tidur hingga pukul
10.00 WIB. Selama di IGD, pasien bisa kentut dan BAB.
c. Riwayat Penyakit Dahulu
Riwayat alergi obat-obatan: disangkal
Riwayat trauma sebelumnya : disangkal
Riwayat thypoid : disangkal
Riwayat DHF : disangkal
Riwayat batuk lama : disangkal
2
Riwayat penyakit perut : Hepatitis (+), HBSAG (+)
Riwayat DM : disangkal
Riwayat operasi : disangkal
Riwayat penyakit bawaan : disangkal
d. Riwayat Penyakit Keluarga
3
c. Riwayat Imunisasi
PBL : lupa
BB sekarang : 28 kg
TB sekarang : 145 cm
Grafik CDC
- Riwayat Perkembangan:
Tersenyum : usia 2 bulan
Miring : usia 3 bulan
Tengkurap : usia 4 bulan
Duduk : usia 6 bulan
Berdiri : usia 9 bulan
Berjalan : usia 12 bulan
Bicara : usia 12 bulan
Berlari : usia 15 bulan
Sekolah : saat ini anak belajar di Pesantren, dapat membaur dan
bermain dengan teman sebaya
4
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 26 Maret 2018 di ruang Flamboyan
pada pukul 17.00 WIB.
Mulut : Bibir pucat (+), bibir sianosis (-), bibir kering (-),
faring hiperemis (-), uvula di tengah (+), tonsil T1-T1
hiperemis (-)
Leher : benjolan (-), kulit merah (-), perabaan hangat (-), nyeri
tekan (-) pembesaran limfonodi (-), bising tiroid (-)
Paru Depan
5
Paru Belakang
Jantung
Auskultasi : HR= 112 x/menit, bunyi jantung I-II normal, bising (-),
gallop (+)
Abdomen
6
Mukosa kuku pucat -/- -/-
Edema -/- -/-
Sianosis -/- -/-
Akral dingin -/- -/-
Capillary refill <2”/<2” <2”/<2”
Tremor jari -/-
Tangan teraba hangat +/+
Tangan basah -/-
7
1 ERITROSIT
Anisositosis Ringan (makrositik) normokromik
Poikilositosis Ringan (sferosit, pear shape cell, sel target)
Jarak antar eritrosit agak longgar,
polikromasi (+)
2 TROMBOSIT Estimasi jumlah tinggi
Bentuk besar (+)
3 LEUKOSIT Estimasi jumlah tinggi
Neutrofilia (+), Granula toksik (+),
Shift to the left (+)
4 KESAN Anemia normositik normokromik
Trombositosis dengan trombosit
teraktivasi
Leukositosis, Neutrofilia dengan
Neutrofil bergranula toksik serta
tampak gambaran shift to the left
5 Adakah tanda-tanda 1. Infeksi bakteri ?
2. Inflamasi akut ?
3. Gangguan fungsi hepar / ginjal ?
4. Kerusakan jaringan / perdarahan ?
8
COR
PULMO
KESAN
Gambaran Bronchopneumonia
Pemeriksaan BNO
9
KESAN :
10
Hepar : ukuran membesar, echogenesitas parenkim meningkat, tepi reguler,
parenkim homogen, tak tampak nodul, liver tepi lancip. Tak tampak
pelebaran vena porta dan hepatica.
Duktus intra dan extra hepatal tak melebar.
Gallblader: ukuran tak membesar, dinding menebal, tak tampak batu, tak tampak
sludge.
Pankreas :ukuran dan echostruktur normal, tak tampak massa/lesi
hipo/hiperechoic, kalsifikasi (-).
Ren kakan : ukuran dan echostruktur normal, PCS tak melebar, tak tampak massa
/ batu.
Ren kiri : ukuran dan echostruktur normal, PCS tak melebar, tak tampak massa
/ batu.
Lien : ukuran tak membesar, parenkim homogen, tak tampak nodul, tak
tampak pelebaran vena lienalis.
Aorta : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak limfadenopati
VU : dinding tak menebal, reguler, tak tampak batu maupun massa, post
miksi masih tampak sisa urin pada VU.
Uterus : ukuran tak membesar.
Tampak cairan bebas pada paravesica
KESAN :
Mild hepatomegali dengan gambaran Bright Liver, masih mungkin proses
inflamasi
Fungsi pengosongan VU kurang baik
Ascites pada paravesica
11
12
Pemeriksaan USGAbdomen ( 28 Maret 2018)
13
Lien : ukuran tak membesar, parenkim homogen, tak tampak nodul, tak
tampak pelebaran vena lienalis.
Aorta : ukuran dan echostruktur normal, tak tampak limfadenopati
VU : dinding tak menebal, reguler, tak tampak batu maupun massa.
Tampak dilatasi sebagian bowel.
Tak tampak cairan bebas intraabdomen.
Kesan :
Hepatomegali dengan Bright Liver cenderung inflamasi
Dilatasi sebagian bowel pada cavum abdomen dan cavum pelvis.
14
Menjelaskan kemungkinan penyebab infeksi pada saluran
cerna akibat proses infeksi sebelumnya.
Menjelaskan kepada pasien bahwa akan dilakukan
pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan penyebab
Menjelaskan bahwa pasien akan diberikan terapi dalam
jangka waktu lama dan diperlukan kepatuhan minum obat
oleh pasien serta menjelaskan efek samping obat yang
sering timbul (mual, nafsu makan menurun, gangguan
hati, nyeri perut).
Menjelaskan kepada pasien bahwa pasien harus kontrol
setiap bulan untuk memantau perkembangan penyakit
pasien
I.3 PROGRESS NOTE
15
Abdomen : hipertimpani, nyeri tekan - Cernevit drop
perut bagian bawah dan epigatrium - Ranivel 5 ml/ 12 jam
Ekstremitas : pitting edema - Transfusi PRC 488 cc
- - - Cek SGOT, SGPT,
- - HBSAG, X foto
thorax, Darah Tepi,
A : Febris H2 USG Abdomen
Suspek TB Intestinal
Hb 7,2
29/3/2018 S : demam (+), perut terasa penuh, setiap - Inf. RL 75 cc / jam
minum muntah kehijauan 2 kali, Tidak - Terapi lanjut
bisa BAK dan BAB - Dulcolac supp 10 mg
O : KU lemah - Toilet training
Kesadaran CM - Edukasi minum
TV: Nadi : 118x /mnt, isi & teg cukup sedikit-sedikit namun
RR : 22 x /mnt sering
Suhu : 37,10C
Pulmo : SDV (+/+),
hipertimpani, nyeri tekan perut bagian
bawah dan epigatrium
Ekstremitas : pitting edema
- -
- -
A : TB Intestinal
30/3/2018 S : demam (+), mual (+), muntah (+), tidak - Terapi lanjut
mau makan, nyeri perut (+) - Inj. Ranitidin 150mg/
O : KU lemah 12 jam
Kesadaran CM - Motivasi pasang DC
TV: Nadi : 150x /mnt, isi & teg cukup dan NGT
RR : 28 x /mnt
Suhu : 37,20C
Pulmo : RBK (-/+),
hipertimpani, nyeri tekan perut bagian
bawah dan epigatrium Keluarga menolak
Ekstremitas : pitting edema pemasangan NGT
- -
- -
A : TB Intestinal
31/3/2018 S : komunikasi (-), mual (+), muntah (+), - Terapi lanjut
16
Hingga tidak mau makan, nyeri perut (+)
1/4/2018 O : KU lemah
Kesadaran Apatis
TV: Nadi : 150x /mnt, isi & teg cukup
RR : 28 x /mnt
Suhu : 37,20C
Pulmo : RBK (-/+),
hipertimpani, nyeri tekan perut bagian
bawah dan epigatrium
Ekstremitas : pitting edema
- -
- -
A : TB Intestinal
2/4/2018 S : komunikasi (-), mual (+), muntah (+), - Inf. RL 75 cc/jam
tidak mau makan, nyeri perut (+) - Liprolac 1 sachet/ 12
O : KU lemah jam
Kesadaran Apatis - Zinc pro drop 1ml /
TV: Nadi : 140x /mnt, isi & teg cukup 12 jam
RR : 24 x /mnt - Terapi lanjut
Suhu : 37,30C - Cek albumin, Darah
Pulmo : RBK (+/+), Rutin
hipertimpani, nyeri tekan perut bagian
bawah dan epigatrium, ascites (+)
Ekstremitas : pitting edema
+ +
+ +
A : TB Intestinal
3/4/2018 S : komunikasi (-), penurunan kesadaran - O2 3 lpm
O : KU lemah - Inf. D5 % 60 cc/jam
Kesadaran Apatis E3 M6 V3 - Inj. Eterfix 250 mg/8
TV: Nadi : 138x /mnt, isi & teg cukup jam
RR : 20 x /mnt - Inf. Plasbumin 25 %
Suhu : 37,70C 10cc 2 FL
Pulmo : RBK (+/+), - Motivasi pasang OGT
hipertimpani, nyeri tekan perut bagian - Diet cair 6x 50 cc
bawah dan epigatrium, ascites (+) - Jika masih gelisah inj.
Ekstremitas : pitting edema Pental 60mg/12 jam
+ + - Inj. Lasik 1 mg/kg
+ + 20 mg IV
17
- Observasi kesadaran
A : TB Intestinal dan TTV
A : TB Intestinal
18
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 TB INTESTINAL
2.1.1 DEFINISI
19
2.1.3 MANIFESTASI KLINIS
Pada umumnya, pasien datang dengan keluhan nyeri perut, diare dan
penurunan berat badan. Keluhan nyeri abdomen dapat ditemukan pada TB
intestinal dan penyakit Crohn’s. Namun, jika pada anamnesis didapatkan data
pasien dari daerah endemis TB, riwayat imunosupresi dan ada keluarga yang
terdiagnosis TB atau ditemukan TB ditempat lain, maka kecurigaan lebih
mengarah ke TB.
20
TB intestinal pada umumnya segmental, namun pada kondisi yang jarang
dapat ditemui gambaran colitis difus. Keterlibatan 3 atau lebih segmen
intestinal lebih mengarahkan ke diagnosis penyakit Crohn, sedangkan lesi TB
intestinal lebih terlokalisasi.
Chong, dkk.5 membagi lesi TB saluran cerna menjadi 3 kategori, yaitu tipe
ulseratif (60%), hipertrofik (10%) dan lesi seperti massa atau hipertrofik
menyerupai ulkus (30%). Ulserasi dan penyempitan lumen adalah lesi yang
paling sering ditemui. Lesi ulseratif banyak ditemukan pada pasien dengan
defisiensi sistem imun, sedangkan lesi hipertrofik ditemukan pada pasien
dengan sistem imun baik. Lesi hipertrofik menyerupai ulkus paling banyak
ditemukan pada TB ileosaekal dibanding TB pada segmen usus lain.
2.1.4 LOKASI
Lokasi TB saluran cerna yang paling umum ditemui adalah ileum atau
ileosacecal. Hal ini disebabkan karena tingginya kelenjar limfoid dan kontak
yang lama dengan usus kecil. Mikroorganisme berpenetrasi ke mukosa dan
jaringan limfoid di submukosa dan kemudian terjadi reaksi inflamasi yang
diikuti limfangitis, edarteritis, granuloma, nekrosis perkijuan, ulserasi mukosa
dan fibrotik jaringan. Pada kolon, lesi yang tersering adalah sisi kanan (kolon
asenden dan kolon tranversum). Beberapa studi menemukan bahwa lesi
tersering adalah di kolon transversum dengan lesi dominan striktur, namun
penelitian hanya berdasarkan radiologis bukan endoskopis. Chong dan Lim
menampilkan data prevalensi TB saluran cerna dari berbagai literatur dan
frekuensi kasus dari data lokal dalam kurun waktu 1997- 2004 seperti tampak
pada Tabel 2.
21
2.1.5 DIAGNOSIS
Diagnosis awal didasarkan pada penilaian klinis, yaitu demam yang tidak
diketahui sebabnya, penurunan berat badan, anemia, riwayat TB paru atau
infeksi aktif, kontak TB dan biopsi menunjukkan non caseating granuloma
dan inflamasi kronik. Perbedaan pada hasil pemeriksaan klinis, endoskopik,
radiologis, patologis, kultur dan pemeriksaan molekuler dapat digunakan utuk
membedakan keduanya. Beberapa kepustakaan mengatakan bahwa
pemeriksaan diagnostik yang direkomendasikan adalah kolonoskopi dan
biopsi.
22
Sementara itu, dugaan kolitis TB dibuat berdasarkan manifestasi klinik, yaitu
demam tanpa sebab, penurunan berat badan, anemia, riwayat TB paru, TB
paru aktif, kontak TB positif dan biopsi menunjukkan non caseating
granuloma dan inflamasi kronik. Respon terhadap terapi TB juga digunakan
sebagai metode diagnostik.
HISTOLOGI
Biopsi dalam harus diambil di tepi ulkus karena granuloma sering berada
di submukosa, tidak seperti granuloma pada penyakit Crohn yang umum
ditemui pada lapisan mukosa. Namun demikian, pada pasien dengan TB paru
aktif, pemeriksaan hasil biopsi positif pada lesi usus dapat merupakan positif
palsu akibat Mycobacterium tuberculosis yang tertelan dari sputum. Selain
itu, terapi TB sebelumnya dapat mengubah gambaran umum dan mikroskopik
sehingga menyebabkan salah diagnosis.
23
biopsi mukosa berupa granuloma kecil dan jarang (jumlah <5 dan ukuran
<200 um), granuloma tidak terorganisir, diskrit atau terisolasi.
LABORATORIUM PENUNJANG
ENDOSKOPI
24
Ballon assisted dan spiral enteroskopi adalah modalitas pilihan untuk
mengevaluasi usus kecil karena kemampuan biopsi dan terapeutik. Biospi
usus kecil penting karena lesi ulseratif tidak dapat dibedakan hanya dari
gambaran endoskopi. Biopsi dari mukosa kolon atau gastroduodenal mukosa
yang tampak normal mungkin dapat menjadi kunci diagnostik pada pasien
yang diduga menderita penyakit Crohn. Skip lession lebih umum ditemui
pada pasien penyakit Crohn dibanding TB intestinal (66% vs 17%), begitu
juga dengan ulserasi aftosa, ulserasi linier, ulserasi superfisial dan
cobblestone mukosa kolon, yaitu masing-masing 54% vs 13%, 30 % vs 7%,
51% vs 17%) dan 17% vs 0%. Sementara itu, nodularitas kolon lebih banyak
ditemukan pada TB intestinal (24.5% vs 49%).
RADIOLOGI PENUNJANG
25
USG abdomen mungkin menunjukkan penebalan usus yang konsentrik
dan regular. Foto polos abdomen tidak memberikan informasi yang bermakna
karena gambaran obstruksi atau perforasi tidak khas. Selain itu, gambaran
klasifikasi nodus mesenterikus juga tidak memastikan diagnosis jika klinis
tidak mendukung.
KULTUR
2.1.6 TERAPI
26
OAT 3 bulan. Oleh karena itu, panduan di Korea merekomendasikan
kolonoskopi dilakukan ulang setelah 2-3 bulan terapi OAT.
27
DAFTAR PUSTAKA
Park YS JD, Kim SH, Lee HH, Jo YJ, Song MH etal. Colonoscopy evaluation
after short-term anti-tuberculosis treatment in nonspecific ulcers on the ileocecal
area. World J Gastroenterol. 2008;14(32):5051-8.
Pulimood A, Amarapurkar DN, Ghoshal U, Philip M, Pai CG, Real DN, et al.
Differentiation of Penyakit Crohn’sFrom Intestinal Tuberculosis in India in 2010.
World J Gastroenterol. 2011;17(3):433-43.
Yusuf AI, Syam AF, Simadibrata M, Fauzi A. Multiple Lessions of The Colon and
Ileocaecal Valve in Collitis Tuberculosis Patient with Positive Bacili Examination
in the Stool. The Indones J Gastroenterol Hepatol Dig Endosc. 2009;10(1):33-7.
28