STATUS PASIEN
1. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. M
Usia : 70 tahun
Alamat : Bekasi
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam
2. ANAMNESIS
Keluhan Utama :
Sulit BAK
Pasien datang ke Poli RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan sulit BAK sejak 4
hari yang lalu, Pasien ingin BAK tapi tidak bisa sehingga merasa kembung di perut
bawah dan nyeri di perut bawah. BAK berwarna kuning terang, tidak ada darah,
kencing tidak berpasir, sering mengeluh selalu ingin BAK, BAK tidak bisa ditahan,
tapi sulit untuk dikeluarkan. Kadang – kadang keluar hanya menetes saja, sehingga
1
mengeluh kencing tidak puas. Terkadang mengedan saat BAK. Pada malam hari
Belum pernah mengalami keluhan serupa. Hipertensi (-), DM (-) jantung (-)
Keluhan yang sama dalam keluarga disangkal, Hipertensi (-). DM (-) jantung
(-)
Riwayat Pengobatan
4 hari yang lalu pasien dating ke IGD RSIJ pondok kopi dengan keluhan yang
Riwayat Alergi
Riwayat Psikososial
3. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan Umum
2
Tanda Vital
Suhu : 36,5o C
Nadi : 86 x/mnt
Pernapasan : 20 x/mnt
Status Generalis
Kepala : Normocephal
Wajah : Simetris
Leher : Pembesaran KBG (-), pembesaran kel. Tiroid (-), JVP tidak
meningkat
Thorax
Paru
Perkusi : Sonor
Jantung
Perkusi : Redup
3
Auskultasi : BJ I/II Normal, gallop (-), murmur (-)
Abdomen
(-)
Ekstremitas
Bawah: Akral hangat, RCT < 2 detik, sianosis (-), edema (-)
Palpasi :
Ampula rectum tidak kolaps, Mukosa rectum licin, tidak berbenjol - benjol
Prostat : teraba masa sekitar jam 11 sampai jam 1 dengan konsistensi kenyal, mobile,
Quality of life:
4
IPSS (INTERNATIONAL PROSTATE SYMPTOM SCORE)
4. RESUME
Pasien laki-laki usia 70 tahun, datang ke Poli RSIJ Pondok Kopi dengan keluhan
sulit buang air kecil + 4 bulan yang lalu. pasien sering ingin buang air kecing tetapi
sulit keluar, kadang – kadang hanya setetes. urin berwarna kuning terang.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak sakit sedang, kesadaran compos
mentis, tanda vital dalam batas normal. Status generalis dalam batas normal.
Pada pemeriksaan status lokalis, dilakukan rectal toucher. Hasil yang didapat:
teraba masa sekitar jam 11 sampai jam 1 dengan konsistensi kenyal, mobile, regular,
5. DIAGNOSIS BANDING
1. BPH
2. Ca prostat
5
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Darah rutin
2. Fungsi ginjal
3. urinalisis
4. PSA
6
1. Pemeriksaan USG : Prostat
Interpretasi:
Interpretasi:
- Buli: besar dan bentuk normal. Dinding tidak menebal. SOL (-) Batu (-)
Kesimpulan:
Prostat Hipertropi
7. WORKING DIAGNOSIS
7
8. PENATALAKSANAAN
Cefixime 2x200 mg
Tamsulosin 1x1
Paracetamol 3x500mg
9. PROGNOSIS
8
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
periureteral yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer sehingga menutup canalis
B. Epidemiologi
BPH merupakan tumor jinak yang paling sering pada laki-laki dan insidennya
berdasarkan dari umur. Prevalensi dari hasil studi otopsi BPH menunjukkan peningkatan
kira-kira sebanyak 20% pada pria dengan umur 41-50 tahun, menjadi 50 % pada pria
dengan umur 51-60 tahun dan menjadi > dari 90% pada pria > dari 80 tahun. Walaupun
bukti klinis dari penyakit lebih jarang muncul, gejala dari obstruksi prostat juga
berhubungan dengan umur. Pada umur 55 tahun, kira-kira sebanyak 25% pria
mengeluhkan gejala voiding symptoms (gejala saat berkemih). Pada umur 75 tahun, 50%
dari pria mengeluhkan penurunan dari pancaran dan jumlah dari pembuangan urin. Faktor
resiko dari BPH masih belum terlalu dimengerti. Beberapa hasil studi menyebutkan
predisposisi genetik dan beberapa studi lainny memberi perhatian pada perbedaan ras.
Kira-kira 50% dari pria dibawah umur 60 tahun yang telah menjalani operasi pembedahan
BPH mungkin memiliki suatu bentuk genetika dari penyakit. Bentuk ini paling banyak
9
C. Anatomi, Fisiologi dan Histologi Prostate
1. Lokasi
pars prostatica. Prostat mempunyai panjang kurang lebih 3 cm dan terletak di antara
fibrosa yang merupakan bagian lapisan visceral fascia pelvis. Prostat yang berbentuk
kerucut mempunyai basis prostatae yang terletak di superior dan berhadapan dengan
collum vesicae dan apex prostatae yang terletak di inferior dan berhadapan dengan
posterior prostatae untuk bermuara ke urethra pars prostatica pada pinggir lateral
utriculus prostaticus.
Hubungan:
prostate terus melanjut tanpa terputus dengan otot polos collum vesicae. Urethra
10
Ke inferior : Apex prostatae terletak pada fascies superior diaphragm urogenitale.
samping kanan dan kiri linea mediana dan merupakan penebalam fascia pelvis
ampulla recti dan dipisahkan dari rectum oleh septum retrovesicale (fascia
Denonvillier). Septum ini dibentuk pada masa janin oleh fusi dinding ujung
levator ani pada saat serabut ini berjalan ke posterior dari pubis.
2. Struktur Prostat
polos dan jaringan ikat, dan ductusnya bermuara ke urethra pars prostatica.
Prostat secara tidak sempuran terbagi menjadi lima lobus. Lobus anterior
terletak di depan urethra dan tidak mempunyai jaringan kelenjar. Lobus medius atau
lobus medianus adalah kelenjar berbentuk baji yang terletak di antara urethra dan
vesicae, bagian ini mengandung banyak kelenjar. Lobus posterior terletak di belakang
urethra dan di bawah ductus ejaculatorius, juga mengandung kelenjar. Lobi prostatae
dexter dan sinister terletak di samping urethra dan dipisahkan satu dengan yang lain
11
oleh alur vertical dangkal yang terdapat pada fascies posterior prostatae. Lobi laterals
darah dari vena dorsalis profunda penis dan sejumlah venae vesicales,
c. Aliran Limfe : Pembuluh limf dari prostate mengalirkan cairan limf ke nodi
iliaci interni.
4. Fungsi Prostat
Fungsi prostat adalah menghasilkan cairan tipis seperti susu yang mengandung
asam sitrat dan fosfatase asam. Cairan ini ditambahkan pada semen pada waktu
12
ejakulasi. Bila otot polos pada capsula dan stroma berkontraksi , secret yang berasal
dari banyak kelenjar diperas masuk ke urethra pars prostatica. Sekret prostat bersifat
5. Histologi
yang terdiri atas berbagai unsure glandular dan non glandular. Setiap zona glandular
memiliki fitur arsitektur dan stroma yang spesifik. Telah ditemukan lima daerah/zona
a. Zona Anterior
Sesuai dengan lobus anterior, tidak punya kelenjar, terdiri atas stroma
b. Zona Perifer
Sesuai dengan lobus lateral dan posterior, meliputi 70% massa kelenjar prostat.
Zona ini rentan terhadap inflamasi dan merupakan tempat asal karsinoma
prostat terbanyak.
c. Zona Sentralis
13
Lokasi terletak antara kedua duktus ejakulotarius, sesuai dengan lobus tengah
meliputi 25% massa glandular prostat. Zona ini resisten terhadap inflamasi.
d. Zona transisional
Zona ini bersama-sama dengan kelenjar periuretra disebut juga sebagai kelenjar
e. Kelenjar-kelenjar Periuretra
Bagian ini terdiri dari duktus-duktus kecil dan susunan sel-sel asinar abortif
Dalam semua zona, baik saluran dan asinus , dipisahkan oleh epitel sekresi.
Dalam setiap zona, terdapat lapisan sel basal di bawah lapisan sekretori, serta
D. Etiologi
Hingga sekarang etiologi dari BPH masih belum diketahui secara pasti, tetapi
faktor yang erat kaitannya dengan BPH yaitu; peningkatan kadar dihidrotestosteron
(DHT) dan proses aging (menjadi tua). Beberapa hipotesis yang diduga sebagai penyebab
ketidakseimbangan antara estrogen dan testosteron, 3) interaksi antara sel stroma dan sel
epitel prostat, 4) berkurangnya kematian sel (apoptosis) dan 5) teori stem sel.4
1) Teori Dihidrostestosteron
Dihidrotestosteron atau DHT adalah metabolit androgen yang sangat penting pada
pertumbuhan sel-sel kelenjar prostat. Dibentuk dari testosteron didalan sel prostat
14
oleh enzim 5α-reduktase dengan bantuan koenzim NADPH. DHT yang telah
terbentuk berikatan dengan reseptor androgen (RA) yang membentuk kompleks DHT-
RA pada inti sel dan selanjutnya terjadi sintesis protein growth factor yang
kadar DHT pada BPH tidak jauh berbeda dengan kadarnya pada prostat normal,
hanya saja pada BPH, aktivitas enzim 5α-reduktase dan jumlah reseptor androgen
lebih banyak pada BPH. Hal ini menyebabkan sel-sel prostat pada BPH lebih sensitif
terhadap DHT sehingga replikasi sel lebih banyak terjadi dibandingkan dengan prostat
normal.
Pada usia yang semakin tua, kadar testosteron menurun, sedangkan kadar estrogen
Telah diketahui bahwa estrogen di dalam prostat berperan dalam terjadinya proliferasi
sel-sel kelenjar prostat dengan cara meningkatkan sensitifitas sel-sel prostat terhadap
prostat(apoptosis). Hasil akhir dari semua keadaan ini adalah, meskipun rangsangan
terbentuknya sel-sel baru akibat rangsangan testosteron menurun, tetapi sel-sel prostat
yang telah ada mempunyai umur yang lebih panjang sehingga massa prostat jadi lebih
besar.
Cunha (1973) membuktikan bahwa diferensiasi dan pertumbuhan sel epitel prostat
secara tidak langsung dikontrol oleh sel-sel stroma melalui mediator (grwoth factor)
tertentu. Setelah sel-sel stroma mendapatkan stimulasi DHT dan estradiol, sel-sel
15
stroma itu sendiri secara intrakrin dan autokrin, serta mempengaruhi sel-sel epitel
Program kematian sel prostat (apoptosis) pada sel prostat adalah mekanisme fisiologik
kondensasi dan fragmentasi sel yang selanjutnya sel-sel yang mengalami apoptosis
akan difagositosis oleh sel-sel disekitarnya kemudian didegradasi oleh enzim lisosom.
Pada jaringan normal, terdapat keseimbangan antara laju proliferasi sel dengan
kematian sel. Pada saat terjadi pertumbuhan prostat sampai pada prostat dewasa,
penambahan jumlah sel-sel prostat baru dengan yang mati dalam keadaan seimbang.
Untuk mengganti sel-sel yang telah mengalami apoptosis, selalu dibentuk sel-sel baru.
Di dalam kelenjar prostat dikenal suatu sel stem, yaitu suatu sel yang mempunyai
kemampuan berproliferasi sangat ekstensif. Kehidupan sel ini sangat tergantung pada
keberadaan hormon androgen, sehingga jika hormon ini kadarnya menurun seperti
sel-sel pada BPH dipostulasikan sebagai ketidaktepatnya aktivitas sel stem sehingga
E. Patogenesis
16
Pembesaran prostat menyebabkan penyempitan lumen uretra prostatika dan
Untuk dapat mengeluarkan urine, buli-buli harus berkontraksi lebih kuat guna melawan
tahanan itu. Kontraksi yang terus menerus ini menyebabkan perubahan anatomic buli-buli
berupa hipertrofi otot detrusor, trabekulasi, terbentuknya selula, sakula, dan divertikel
buli-buli. Perubahan struktur pada buli-buli tersebut, oleh pasien dirasakan sebagai
keluhan pada saluran kemih bagian bawah atau lower urinary tract symptom (LUTS) .
terkecuali pada kedua muara ureter. Tekanan pada kedua muara ureter ini dapat
menimbulkan aliran balik urine dari buli-buli ke ureter atau terjadi refluks vesiko-ureter.
Pada BPH terjadi rasio peningkatan komponen stroma terhadap epitel. Pada prostat
normal rasio stroma dibanding dengan epitel adalah 2:1, sedangkan pada BPH, rasionya
meningkat menjadi 4:1, hal ini menyebabkan pada BPH terjadi peningkatan tonus otot
polos prostat dibandingkan dengan prostat normal. Dalam hal ini massa prostat yang
menyebabkan obstruksi komponen statik sedangkan tonus otot polos yang merupakan
frekuensi miksi, nokturia, miksi sulit ditahan dan disuria. Gejala obstruksi terjadi karena
vesika menjadi dekompesasi maka akan terjadi retensi urin sehingga pada akhir miksi
masih ditemukan sisa urin dalam kandung kemih dan rasa tidak tuntas pada akhir miksi.
Jika keadaan ini berlanjut pada suatu saat akan terjadi kemacetan total sehingga penderita
tidak lagi mampu miksi. Karena produksi urin terus terjadi, pada suatu saat vesika tidak
lagi mampu menampung urin sehingga tekanan intravesika terus meningkat. Apabila
tekanan vesika lebih tinggi dari tekanan sfincter dan kronik menyebabkan refluks
17
vesikoureter, hidroureter, hidronefrosis, dan gagal ginjal. Proses kerusakan ginjal
dipercepat bila terjadi infeksi. Pada waktu miksi penderita harus selalu mengedan
sehingga lama-kelamaan menyebabkan hernia atau hemoroid. Karena selalu terdapat sisa
urin, dapat terbentuk batu endapan di dalam kandung kemih. Batu ini dapat menambah
keluhan iritasi dan menimbulkan hematuria. Batu tersebut dapat pula menyebabkan
↑ Sel Stem ↑ 5-alfa reduktase dan Proses Menua Interaksi Sel Epitel Berkurangnya
reseptor endogen dan Stroma sel yang mati
Ketidakseimbangan hormon
(↓ estrogen dan ↑ testoteron)
F. Manifestasi Klinis
18
Obstruksi prostat dapat menimbulkan keluhan pada saluran kemih maupun keluhan di
luar saluran kemih. ”Lower Urinary Track Symptom” terdiri atas gejala obstruksi dan
Obstruksi Iritasi
kencing)
G. Diagnosis
keluhan miksi terhadap setiap pria berumur 50 tahun atau lebih jika ditemukan
prostatismus lakukan pemeriksaan dasar standar kemudian jika perlu dilengkapi dengan
1. Hitung skor gejala, dapat ditentukan dengan menggunakan skor IPSS (International
Untuk menilai tingkat keparahan dari keluhan pada saluran kemih sebelah
subyektif dapat diisi dan dihitung sendiri oleh pasien. Sistem skoring yang dianjurkan
oleh WHO adalah International Prostatic Symptom Score (I-PSS). Sistem skoring I-
PSS terdiri atas tujuh pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi (LUTS)
19
dan satu pertanyaan yang berhubungan dengan kualitas hidup pasien. Setiap
pertanyaan yang berhubungan dengan keluhan miksi diberi nilai 0 sampai dengan 5,
sedangkan keluhan yang menyangkut kualitas hidup pasien diberi nilai dari 1 hingga
7. Dari skor I-PSS itu dapat dikelompokkan gejala LUTS dalam 3 derajat, yaitu :
Sedang : 8 - 19 (Medikamentosa)
Berat : 20 – 35 (Operasi).
2. Riwayat penyakit lain atau pemakai obat yang memungkinkan gangguan miksi.
20
3. Pemeriksaan fisik khususnya colok dubur.
4. Pemeriksaan Tambahan :
Untuk mengukur laju pancaran urin miksi. Laju pancaran urin ditentukan oleh
daya kontraksi otot dekstrusor, tekanan intravesika dan resistensi urethra. Angka
normal laju pancaran urine ialah 10-12 ml/dtk dengan puncak laju pancaran
H. Diagnosis Banding
21
Kondisi obstruksi dari saluran kemih bagian bawah seperti :
striktur uretra dan contracture leher buli-buli : Riwayat melakukan tindakan pada
batu buli-buli : Hematuria dan nyeri biasanya berhubungan dengan batu buli-buli.
Infeksi saluran kemih bisa mirip gejalanya seperti pada iritatif BPH, bisa
I. Pemeriksaan Penunjang
1. Laboratorium
atau inflamasi pada saluran kemih. Pemeriksaan kultur urine berguna dalam
mengenai saluran kemih bagian atas, sedangkan gula darah dimaksudkan untuk
2. Pencitraan
Foto polos abdomen berguna untuk mencari adanya batu opak di saluran
22
bayangan buli-buli yang penuh terisi urine, yang merupakan tanda dari suatu
retensi urine.
defect” (pendesakan buli-bli oleh kelenjar prostat) atau ureter disebelah distal yang
berbentuk seperti mata kail atau hooked fish dan (3) penyulit yng terjadi pada buli-
buli yaitu adanya trabekulasi, divertikel, atau sakulasi buli-buli. Pemeriksaan ini
J. Penatalaksanaan
Ada beberapa pilihan terapi BPH, dimana terapi spesifik dapat diberikan untuk pasien
kelompok tertentu. Untuk pasien dengan gejala ringan (symptom score 0-7), dapat dengan
hanya dilakukan watchful waiting. Terapi paling akhir yang dilakukan adalah operasi.
Retensi urin berulang (berat), yaitu retensi urin yang gagal dengan pemasangan
Batu buli-buli
Insufisiensi ginjal
Divertikula buli-buli
1. Watchful waiting
23
Pilihan terapi ini ditujukan untuk pasien BPH dengan skor I-PSS < 7, yaitu
keluhan ringan yang tidak menganggu aktivitas sehari-hari. Pasien tidak diberikan
terapi apapun dan hanya diberi penjelasan ,mengenai sesuatu hal yang mungkin dapat
b. Kurangi konsumsi makanan atau minuman yang mengiritasi buli-buli (kopi atau
cokelat)
laboratorium, residu urine, atau uroflometri. Jika keluhan miksi bertambah jelek,
2. Medikamentosa
berperan dalam mengecilnya prostat dan leher buli-buli secara primer diperantarai
oleh reseptor ɑ1a. Penghambatan terhadap alfa telah memperlihatkan hasil berupa
perbaikan subjektif dan objektif terhadap tanda dan gejala BPH pada beberapa
24
Finasteride adalah penghambat 5ɑ- Reduktase yang bekerja menghambat
Dianjurkan pemberian terapi ini selama 6 bulan, guna melihat efek maksimal
c. Terapi kombinasi
d. Fitoterapi
tumbuhan untuk tujuan medis. Fitoterapi paling umum untuk BPH adalah
African Star Grass (Hypoxis rooperi). Saw Palmetto adalah Phytotherapy paling
(diekstraksi dari kelapa muda di bagian tenggara Amerika Serikat dan Hindia
kemungkinan
mekanisme aksi, namun perubahan volume prostat atau PSA belum diamati.
Tersedia informasi tentang saw palmetto ekstrak terdiri sebagian besar dari dalam
percobaan in vitro dan penelitian di Eropa, yang banyak telah membatasi nilai
seperti dicatat oleh peneliti. Keterbatasan serupa telah diamati dalam beberapa
25
studi menilai bentuk lain terapi alternatif. Tidak ada data dari yang dirancang
menunjukkan bahwa terapi alternatif memiliki efek pada jangka panjang hasil
3. Operasi Konvensional
sakit selama 1-2 hari. Perbaikan symptom score dan aliran urin dengan TURP
lebih tinggi dan bersifat invasive minimal. Resiko TURP adalah antara lain
Pasien dengan gejala sedang dan berat, prostat yang kecil sering terjadi
keadaan ini lebih-lebih mendapat keuntungan dengan insisi prostat. Prosedur ini
pada BPH dengan divertikulum buli-buli, batu buli-buli dan pada posisi litotomi
26
4. Terapi Minimal Invasive
a. Laser
Dua sumber energy utama yang digunakan pada operasi dengan sinar laser
Lebih iritatif
Biaya besar
c. Hyperthermia
mendinginkan mukosa uretra. Namun jika suhu lebih rendah dari 45⁰C, alat
27
Transuretral needle ablation of the prostate menggunakan kateter khusus
f. Intrauteral stents
Intrauteral stents adalah alat yang ditempatkan pada fossa prostatika dengan
paten
melebarkan fossa prostatika dan leher buli-buli. Lebih efektif pada prostat yang
28
DAFTAR PUSTAKA
3. Snell, Richard S. Clinical Anatomy For Medical Students 6th edition in cavitas
Pelvis Part II.Lippincot William & Wilkins Inc. 2006. USA. Pg.350-352.
420
http://men.webmd.com/picture-of-the-prostate p
6. Jr, Presti C Joseph. ,MD. Neoplasms of the Prostate Gland. Page 399-417.
8. Wein AJ, kavoussi LR, Novick AC , parin AW, peters CA. 2008. Cambell’s
9. Tanagho EA, McAnnich JW. 2008. Smith’s General urology. San Fransisco:
29