ULKUS DIABETIKUM
Bagian Ilmu Penyakit Dalam Rumah Sakit Umum Daerah Tugurejo Semarang
Pembimbing:
dr. Bondan Prasetyo Sp.B, Msi.Med
Disusun Oleh :
Hafizhuddin Al Hazmi H2A012050
Ulfa Nurul Farida H2A012071
Fitria Nur Farizka H2A012072
Agus Sunarto H2A012054
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
SEMARANG
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Diabetes mellitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik
yang ditandai dengan adanya hiperglikemia yang disebabkan oleh defek sekresi
insulin, defek kerja insulin, atau keduanya. Pada penyandang DM dapat terjadi
komplikasi pada semua tingkat sel dan semua tingkatan anatomik. Manifestasi
komplikasi kronik dapat terjadi pada tingkat mikrovaskular (retinopati diabetik,
nefropati diabetik, neuropati diabetik, dan kardiomiopati) maupun makrovaskular
(stroke, penyakit jantung koroner, peripheral vascular disease). Komplikasi lain
dari DM dapat berupa kerentanan berlebih terhadap infeksi akibat mudahnya
terjadi infeksi saluran kemih, tuberkulosis paru, dan infeksi kaki, yang kemudian
dapat berkembang menjadi ulkus/gangren diabetik. 1
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki yang
disebabkan oleh diabetes mellitus. Faktor utama yang mempengaruhi
terbentuknya kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati
somatik, insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk
rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan oleh
penderita. 2
Risiko infeksi dan amputasi masih cukup tinggi, yaitu 40-80% ulkus kaki
diabetik mengalami infeksi, 14-20% memerlukan amputasi, 66% mengalami
kekambuhan dan 12% memiliki risiko amputasi dalam 5 tahun setelah sembuh.
Kebanyakan pasien datang berobat dalam fase lanjut, terlihat dari proporsi ulkus
kaki diabetik Wagner III-V mencapai 74,6 % dibandingkan dengan Wagner I-II
yang hanya mencapai 25,4 % dari seluruh kasus ulkus kaki diabetik yang dirawat
di RS Sanglah, dengan kecendrungan semakin tinggi derajat ulkus semakin besar
risiko amputasi. Keadaan ini sangat berkaitan dengan keterlambatan diagnosis dan
konsultasi, penanganan yang tidak adekuat, serta luasnya kerusakan jaringan.
Amputasi kaki lebih sering dilakukan atas dasar infeksi jaringan lunak yang luas
atau kombinasi dengan osteomielitis, disamping faktor-faktor lain seperti iskemia
oleh karena Peripheral artery disease (PAD), dan neuropati. Dengan program
pelayanan kesehatan yang terstruktur, dimana semua disiplin ilmu yang terkait
bekerja secara koordinatif tercapai penurunan bermakna angka amputasi major
ulkus kaki diabetik lebih dari 75% dibandingkan dengan pelayanan standar. Tanpa
adanya perubahan strategi penanganan, maka peningkatan populasi penderita DM,
dan peningkatan biaya pengobatan DM dan komplikasinya, akan menjadi beban
berat bagi sistem pelayanan kesehatan.
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Nama : Tn. S
Umur : 54 tahun
Alamat : Semarang
Agama : Islam
Pekerjaan : Pensiunan
No RM :-
Tanggal Periksa : 27 April 2016
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan di Bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang pada
tanggal 27 April 2016 pukul 15.00 WIB secara autoanamnesis dan
alloanamnesis dengan pasien.
a) Keluhan utama : Luka yang kunjung sembuh
b) Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien S datang ke IGD pada tanggal 16 April 2016 dengan keluhan
luka di bagian telapak kaki kanan. Luka tersebut timbul karena terkena
mesin motor yang panas. Awalnya luka berukuran kecil, kemudian
semakin besar dan mengalami pembengkakan. Sejak itu pasien sudah tidak
merasakan nyeri pada lukanya. Luka tersebut sudah diberikan obat berupa
salep dan luka tetapi tidak kunjung sembuh dan sangat mengganggu
aktivitas. Pasien juga mengeluhkan mual, demam, pandangan kabur,
pusing, kesemutan hanya di kaki, kebas, dan lemas.
c) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada tahun 2007 pasien mengaku pernah trauma akibat kecelakan dan
mengalami fraktur cruris. Ketika akan di operasi ternyata pasien
mempunyai penyakit Diabetes Melitus (DM). Pada tahun 2004 pasien
merasakan polifagi, polidipsi, poliuri, dan penurunan berat badan tanpa
sebab disertai disfungsi ereksi, lemas, kesemutan. Setelah dinyatakan
pasien terkena DM, pasien mengonsumsi obat secara tidak teratur. Setelah
dicek gula darah hasilnya adalah 290 mg/dl.
d) Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengaku bahwa keluarga pasien mempunyai keluhan yang sama
yaitu ibu kandung, kakak dan adik pasien mengalami DM. Riwayat alergi
makanan, alergi obat, jantung, dan hipertensi pada keluarga pasien
disangkal.
e) Riwayat Pribadi
Konsumsi alkohol, dan merokok pada pasien disangkal.
f) Riwayat Sosial Ekonomi :
Biaya pengobatan ditanggung oleh BPJS. Kesan ekonomi : Cukup.
C. PEMERIKSAAN FISIK
1. Status Generalisata
Keadaan Umum : tampak lemas
Kesadaran : Compos mentis
2. Vital Sign
TD : 120/70
Nadi : 88
RR : 20
Suhu : 37,5
BB : 76 kg
TB : 172 cm
BMI :-
Status Gizi : normal
3. Pemeriksaan Fisik lain
4. Mata:
Eksoptalmus/ Enoptalmus : (-)
Gerakan : Ke segala arah
Tekanan Bola Mata : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kelopak Mata : Edema palpebra (-), ptosis (-)
Konjungtiva : Anemis (-)
Sklera : Ikterus (-)
Kornea : Jernih, reflex kornea (+)
Pupil : Bulat, central, reguler, isokor
5. Telinga:
Pendengaran : Tidak ada kelainan
Nyeri Tekan di Proc. Mastoideus : (-)
6. Hidung:
Perdarahan : (-)
Sekret : (-)
Nafas cuping hidung : (-)
7. Mulut:
Bibir : Kering (-), stomatitis (-)
Gigi Geligi : Karies (-)
Gusi : Candidiasis oral (-), perdarahan (-)
Faring : Hiperemis (-)
Tonsil : T1 T1, hiperemis (-)
Lidah : Kotor (-)
8. Leher:
Kel. Getah Bening : Tidak teraba, nyeri tekan (-), benjolan (-)
9. Dada
Inspeksi : Simetris hemithoraks kiri dan kanan, spider nevi -
Bentuk : Normothoraks
Pembuluh Darah : Bruit (-)
Buah Dada : Tidak ada kelainan
Sela Iga : Tidak ada pelebaran
Lain-lain : Barrel chest (-), pectus excavatum (-), pectus
karinatum (-), massa tumor (-)
10. Cor
Inspeksi : ictus cordis tak terlihat, ICS tidak melebar dan tidak
menyempit, sudut arcus costa 90 derajat
Palpasi : nyeri tekan (-), sternal lift tidak ada getaran, pulsus
epigastrium tidak ada getaran, pulsus parasternal tidak ada getaran, thrill
tidak ada getaran
Perkusi : batas jantung kanan ICS V linea sternalis kanan, batas atas
jantung ICS II linea parasternal kiri, batas pinggang ICS III linea
parasternal kiri, batas kiri bawah jantung ICS V 2cm linea midclavikularis
Auskultasi : irama jantung reguler, tidak ditemukan suara tambahan
jantung
Pulmo
Dextra Sinistra
Depan :
a. Inspeksi normal Normal
10.1. Abdomen
a. Inspeksi : Normal
b. Auskultasi : peristaltik usus 13x/menit
c. Perkusi : tympani
d. Palpasi : nyeri tekan (-),
Hati : tidak teraba
Limpa : tidak teraba
Ekstremitas :
Pemeriksaan Superior Inferior
Akral hangat (-) (-)
Oedem (-) (-)
Sianosis (-) (-)
Gerak Tidak terbatas Tidak terbatas
Reflek fisiologis (+) (+)
Reflek patologis (-) (-)
CRT < 2 < 2
Pemeriksaan Penunjang
D. DIAGNOSIS SEMENTARA:
Kaki diabetic dextra
DM tipe 2
E. PENGOBATAN
Penatalaksanaan Awal:
Diet DM
Perawatan luka
Metformin
F. RENCANA PEMERIKSAAN:
Periksa HbA1C, GDS (siang dan malam), GDP/hari
Kultur pus dan sensivitas antibiotik
G. PROGNOSIS:
Quo ad vitam : dubia
Quo ad sanam : dubia
Quo ad fungsionam : dubia
RESUME
Pasien S datang ke IGD pada tanggal 16 April 2016 dengan keluhan
luka di bagian telapak kaki kanan. Luka tersebut timbul karena terkena
mesin motor yang panas. Awalnya luka berukuran kecil, kemudian
semakin besar dan mengalami pembengkakan. Sejak itu pasien sudah tidak
merasakan nyeri pada lukanya. Luka tersebut sudah diberikan obat berupa
salep dan luka sangat mengganggu aktivitas. Pasien juga mengeluhkan
mual, demam, pandangan kabur, pusing, kesemutan hanya di kaki, kebas,
dan lemas. Pasien mulai mengetahui mempunyai penyakit DM yaitu pada
tahun 2007 saat akan di operasi pasca trauma. Pasien mengaku bahwa
keluarga pasien mempunyai keluhan yang sama yaitu ibu kandung, kakak
dan adik pasien mengalami DM. Pada pemeriksaan fisik, di temukan ada
kelainan pada pemeriksaan ekstremitas berupa ulkus pada kaki kanan dan
adanya penurunan sensasi raba pada kaki kanan. pada pemeriksaan GDS
pagi didapatkan hasil 145 mg/dl.
BAB III
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Kaki diabetik adalah segala bentuk kelainan yang terjadi pada kaki
yang disebabkan oleh diabetes mellitus. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu
sindroma klinis kelainan metabolik, ditandai oleh adanya hiperglikemik yang
disebabkan oleh defek sekresi insulin, defek kerja insulin atau keduanya.
Seiring dengan peningkatan jumlah penderita DM, maka komplikasi yang
terjadi juga semakin meningkat, satu diantaranya adalah ulserasi yang
mengenai tungkai bawah, dengan atau tanpa infeksi dan menyebabkan
kerusakan jaringan di bawahnya yang selanjutnya disebut dengan kaki
diabetes (KD). Manifestasi KD dapat berupa dermopati, selulitis, ulkus,
gangrene, dan osteomyelitis. Faktor utama yang mempengaruhi terbentuknya
kaki diabetik merupakan kombinasi neuropati otonom dan neuropati somatik,
insufisiensi vaskuler, serta infeksi. Penderita kaki diabetik yang masuk
rumah sakit umumnya disebabkan oleh trauma kecil yang tidak dirasakan
oleh penderita.
B. ETIOLOGI
Ada banyak faktor yang berpengaruh dalam terjadinya kaki diabetik.
Secara umum faktor-faktor tersebut dapat dibagi menjadi:
Faktor predisposisi
Faktor yang mempengaruhi daya tahan jaringan terhadap trauma
seperti kelainan makrovaskuler dan mikrovaskuler, jenis kelamin,
merokok, dan neuropati otonom.
Faktor yang meningkatkan kemungkinan terkena trauma seperti
neuropati motorik, neuropati sensorik, limited joint mobility, dan
komplikasi DM yang lain (seperti mata kabur).
Faktor presipitasi
Perlukaan di kulit (jamur).
Trauma.
Tekanan berkepanjangan pada tumit saat berbaring lama.
Faktor yang memperlambat penyembuhan luka
Derajat luka.
Perawatan luka.
Pengendalian kadar gula darah.
C. PATOFISIOLOGI
D. KLASIFIKASI
A. Klasifikasi Edmonds (Kings College Hospital, London, 2004-2005)
Stage 1: Normal Foot
Stage 2: High Risk Foot
Stage 3: Ulcerated Foot
Stage 4: Infected Foot
Stage 5: Necrotic Foot
Stage 6: Unsalvable Foot.
B. Klasifikasi Wagner
Wagner 0: Kulit intak/utuh
Wagner 1: Tukak superfisial
Wagner 2: Tukak dalam (sampai tendo, tulang)
Wagner 3: Tukak dalam dengan infeksi
Wagner 4: Tukak dengan gangren terlokalisasi
Wagner 5: Tukak dengan gangren luas seluruh kaki.
C. Klasifikasi Texas
Tingkat
Stadium
0 1 2 3
Luka superfisial,
Tanpa tukak atau Luka sampai
tidak sampai Luka sampai
A pasca tukak, kulit tendon atau
tendon atau tulang/sendi
intak/utuh kapsul sendi
kapsul sendi
B ----------------------------Dengan Infeksi----------------------------
C ---------------------------Dengan Iskemia---------------------------
E. DIAGNOSIS
F. TATALAKSANA
Tujuan utama dari penatalaksanaan kaki diabetes adalah penutupan luka
secepat mungkin, menghilangkan ulkus, mengurangi kemungkinan rekurensi
dan menurunkan kemungkinan amputasi pada pasien DM. Prinsip perawatan
kaki diabetes meliputi beberapa hal, yaitu :
1. Kontrol Metabolik
Pengendalian keadaan metabolik sebaik mungkin seperti
pengendalian kadar glukosa darah, lipid dan sebagainya. Seperti halnya
penatalaksanaan DM, kontrol glukosa harian (GDS premeal dan GDP)
sangat penting untuk mengamati efektifitas terapi yang diberikan.
American diabetes association membuat guideline tentang algoritma terapi
pasien DM sebagai berikut :