Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN KASUS

DIARE PADA ANAK

Disusun Oleh:

Daffa Arkananta Putra Yanni

1102015050

Tutor:

dr. Yenny Kumalawati S, Sp.A

Moderator:

dr. Renya Hiasinta, Sp.A

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK


RUMAH SAKIT PUSAT ANGKATAN DARAT GATOT SOEBROTO
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 16 NOVEMBER – 27 DESEMBER 2020
BAB I
STATUS PASIEN

IDENTITAS PASIEN
Nama : An. D

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tanggal Lahir / Usia : 07-11-2019 / 1 tahun

Alamat : Tebet, Jakarta Selatan

No. Rekam Medis : 9538XX

Tanggal Masuk RS : 18 November 2020

Datang sendiri/rujukan : Datang sendiri

Agama : Islam

Suku Bangsa : Jawa

ANAMNESIS
Alloanamnesis pada Ibu pasien.

KELUHAN UTAMA

Muntah-muntah sejak 2 jam SMRS.

RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG

Pasien datang ke IGD RSPAD dengan keluhan muntah-muntah sejak 2 jam SMRS.
Muntah sudah sebanyak 10 kali, berisi cairan/makanan. Setiap pasien makan dan minum,
pasien muntah. Muntah tidak menyemprot. Terdapat demam sejak 1 hari SMRS, tidak terlalu
tinggi pada perabaan, biasanya pada sore hari. Keluhan batuk, pilek dan sesak nafas tidak
ada. Saat ini pasien dalam pengobatan TB.

Setelah pasien dirawat selama 1 hari setelah masuk Rumah Sakit (19/11/20), pasien
mengeluh mencret. Mencret lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair, banyaknya
sampai menembus popok, mencret berisi hanya cairan dan berwarna kuning kemerahan
dengan bau agak menyengat. Saat setiap mencret tidak ada bercak merah darah dan tidak ada
lendir. Sejak pasien mulai mencret, anak menjadi lebih sering rewel dan terus menangis
disertai tambah sering menetek dengan minum sangat bernafsu (seperti kehausan), sehari bisa
sampai 15 kali menetek. BAK pasien tampak sedikit.

Pada tanggal (20/11/20), Ibu pasien mengatakan bahwa mencret menjadi 5 kali dalam
sehari, dengan konsistensi cair, banyaknya sampai menembus popok, berisi cairan dengan
sedikit ampas. Makan dan minum masih mau. Pasien juga menjadi sulit makan, pasien sudah
makan seperti orang dewasa (nasi, sayur, ikan).

2
Pasien lahir di rumah sakit, dibantu oleh dokter, dengan cara section caesaria dengan
berat lahir 2340 gram, panjang badan lahir 45 cm, dan lingkar kepala lahir 30 cm. Pasien
lahir dengan menangis spontan. Riwayat imunisasi lengkap sesuai usia.

RIWAYAT PENYAKIT DAHULU

Sebelumnya pasien belum pernah menderita keluhan atau penyakit seperti ini
sebelumnya. Pada bulan Juni 2020, pasien menderita COVID-19.

– Riwayat asma : Disangkal


– Riwayat trauma : Disangkal
– Riwayat epilepsy : Disangkal
– Riwayat keganasan : Disangkal
– Riwayat tuberculosis : Dalam pengobatan bulan ke-4

RIWAYAT PENYAKIT KELUARGA DAN LINGKUNGAN SEKITAR

Ibu pasien dan tante pasien sedang muntah-muntah. Lingkungan sekitar rumah tidak
ada yang sakit seperti pasien.

RIWAYAT KEHAMILAN

Morbiditas Kehamilan : Tidak ada

Perawatan Antenatal : Selama hamil ibu pasien memeriksakan kehamilan ke bidan


setiap 1 bulan sekali. Ibu hamil pada usia 27 tahun. Ini adalah
kehamilan pertama kalinya. Selama hamil Ibu tidak menderita
hipertensi, diabetes mellitus, eclampsia atau penyakit berat
lainnya. Ibu makan dan minum sesuai anjuran bidan.

RIWAYAT KELAHIRAN

Tempat lahir : Rumah Sakit

Penolong persalinan : Dokter

Cara persalinan : Sectio caesaria

Berat badan lahir : 2340 gram Panjang badan lahir : 45 cm

Lingkar kepala : 30 cm

Usia gestasi : Cukup bulan

Keadaan bayi setelah lahir :

 Langsung menangis : Langsung menangis


 Kebiruan : Tidak ada
 Pucat : Tidak ada
 Nilai APGAR : Lupa

3
 Riwayat kuning : Tidak ada
 Riwayat kejang : Tidak ada
 Lain-lain, jelaskan : Tidak ada

Kelainan bawaan : Tidak ada

RIWAYAT PERKEMBANGAN

Motorik Kasar

Tengkurap : 4 bulan Berdiri : 11 bulan

Duduk : 6 bulan Berjalan : Belum

Bahasa

Bicara : Belum

Motorik Halus dan Kognitif

Menulis : Belum

Membaca : Belum

Prestasi Belajar : Belum

Kesimpulan : Perkembangan sesuai usia

RIWAYAT NUTRISI

ASI/PASI dan
Usia Buah/ Biskuit Bubur Susu Nasi Tim
Takaran
0-2 bulan v
2-4 bulan v
4-6 bulan v
6-8 bulan v
8-10 bulan v v
10-12 bulan v v

Di atas usia 1 tahun:

Makanan biasa Frekuensi

Nasi : 3 kali sehari, lunak

Sayur : 3 kali sehari, dicincang

Daging : 3 kali sehari, dicincang

Telur : 2 kali sehari, dicincang

4
Ikan : 3 kali sehari, dicincang

Tahu : Tidak makan

Tempe : Tidak makan

Susu (takaran) : 1 kali sehari

Kesulitan makan : Tidak ada

RIWAYAT IMUNISASI

Jenis Imunisasi Usia


Hepatitis B Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
Polio Lahir 2 bulan 3 bulan 4 bulan
BCG Lahir
DTP 2 bulan 3 bulan 4 bulan
HiB 6 bulan
Campak 9 bulan
Imunisasi Lain –

Kesan: Imunisasi dasar lengkap sesuai usia

RIWAYAT KELUARGA (CORAK REPRODUKSI)

Anak ke 1 dari 1 bersaudara

No Tgl Lahir Jenis Kondisi Saat Ini Keterangan


. (Umur) Kelamin (sehat/lahir mati/abortus/mati)
1. 07-11-2020 Laki-laki Sehat

Data Orangtua

Ayah Ibu
Usia 35 tahun 28 tahun
Pernikahan ke Ke-1 Ke-1
Usia saat menikah 34 tahun 27 tahun
Pendidikan D3 Radiologi D3 Kebidanan
Pekerjaan TNI AD Bidan
Agama Islam Islam
Suku bangsa Jawa Jawa
Riwayat penyakit (bila ada) Tidak ada Tidak ada
Kosanguinitas Tidak ada Tidak ada

Anggota keluarga lain yang tinggal serumah : Ayah, Ibu, Pasien

Masalah dalam keluarga : Tidak ada

RIWAYAT SOSIAL EKONOMI

5
Tempat tinggal :

 Milik sendiri
 Daerah lingkungan sekitar rumah dan kondisi rumah

Pasien tinggal di lingkungan padat penduduk. Memiliki saluran pembuangan limbah


cair dan padat sendiri. Sumber air menggunakan air tanah. Listrik berasal dari PLN.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanggal : 20 November 2020 Jam : 09.00 WIB

Tinggi Badan : 73 cm

Berat Badan : 7.5 kg

Tanda Vital

Tekanan Darah : Tidak dapat diukur Lingkar Kepala : 45 cm

Frekuensi nafas : 40 kali/menit, kedalaman cukup Lingkar Lengan Atas : 13 cm

Frekuensi nadi : 124 kali/menit, isi cukup, regular, ekualitas di 4 ekstrimitas

Suhu : 36.9°C axilla, suhu ruangan

KEADAAN UMUM

Keadaan sakit : Tampak sakit sedang

KESADARAN

GCS : E4 M6 V5 (Komposmentis)

STATUS MENTAL

Cengeng

PERNAPASAN

 Normal
 Pola nafas : Abdominal
 Suara nafas tambahan : stridor / mengi tidak ada
 Retraksi : Tidak ada

SIRKULASI

 Perabaan kulit : Teraba hangat


6
 Perabaan nadi : Teraba kuat
 Keadaan tekanan nadi : Normal

KEJANG

Tidak ada

RANGSANG MENINGEAL

Kaku kuduk : Negatif

Brudzinski I : Negatif

Brudzinski II : Negatif

Brudzinski III : Negatif

Brudzinski IV : Negatif

Kerniq : Negatif

GIZI
BB/U : –3 < z score < –2

TB/U : –2 < z score < 0

BB/TB : –3 < z score < –2

LLA/U : –2 < z score < –1

Kesimpulan : Gizi kurang

KELAINAN MUKOSA/KULIT/SUBKUTAN MENYELURUH

 Pucat : Tidak ada


 Sianosis : Tidak ada
 Ikterik : Tidak ada
 Perdarahan : Tidak ada
 Edema generalisata : Tidak ada
 Perabaan kulit : Tidak ada
 Turgor : Baik
 Lain-lain, jelaskan : Tidak ada

KELENJAR GETAH BENING

 Leher : Tidak ada


 Submandibula : Tidak ada
 Supraklavikula : Tidak ada
 Axilla : Tidak ada
7
 Inguinal : Tidak ada
 Lainnya : Tidak ada

KEPALA

 Bentuk kepala : Normocephal


 Rambut : Hitam
 Ubun-ubun besar : Terbuka, sedikit cekung
 Kulit kepala : Normal
 Sutura : Terbuka
 Transiluminasi : Normal

WAJAH

 Raut muka : Tenang


 Nyeri tekan sinus : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada

MATA

 Palpebra : Normal
 Konjungtiva : Tidak anemis
 Sklera : Tidak ikterik
 Kornea : Normal
 Pupil : Isokor
 Lensa : Normal
 Bola mata : Normal
 Visus : Normal
 Lain-lain : Tidak ada

TELINGA

 Daun telinga : Normal


 Lubang telinga : Tidak hiperemis, tidak tampak serumen
 Gendang telinga : Intak, tidak bulging
 Perdarahan / sekret : Tidak ada
 Lain-lain : Tidak ada

HIDUNG

 Bentuk : Normal
 Kulit : Tidak ada sikatrik
 Septum : Normoseptum
 Konka : Tidak edema, tidak hiperemis
 Mukosa : Lembab, tidak ada sekret

8
 Lain-lain : Tidak ada

MULUT

 Bibir : Lembab
 Lidah : Simetris, tidak kotor
 Langit-langit : Tidak hiperemis, tidak ada cleft
 Tonsil : T1 – T1 tidak hiperemis
 Faring : Tidak hiperemis
 Mukosa : Lembab
 Gusi : Tidak bengkak, tidak hiperemis, tidak ada perdarahan
 Lain-lain : Ada sariawan

LEHER

 Bentuk : Normal
 Kulit : Normal
 Pergerakan : Normal
 Tiroid : Tidak ada pembesaran
 Trakea : Letak di tengah
 JVP : Normal
 Kontrol : Baik

TORAKS

 Bentuk : Simetris, normochest


 Kulit : Tidak tampak sikatrik, tidak tampak benjolan
 Lain-lain : Tidak ada

PARU

 Inspeksi : Dada simetris antara statis-dinamis, retraksi dada tidak ada,


benjolan tidak ada, sikatrik tidak ada
 Palpasi : Ekspansi dada simetris, fremitus dextra-sinistra sama
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : Suara nafas vesikuler, suara nafas tambahan tidak ada

JANTUNG

 Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat


 Palpasi : Iktus kordis teraba di intercostalis space 5 linea midclavicular
sinistra
 Perkusi : Tidak dilakukan
 Auskultasi : BJ I-II regular, tidak ada murmur, tidak ada gallop

ABDOMEN

9
 Inspeksi : Perut tampak datar, distensi tidak ada, dam contour tidak ada,
benjolan massa tidak ada, sikatrik tidak ada
 Auskultasi : Bising usus ada normal
 Palpasi :

Hati : Tidak teraba

Limpa : Tidak teraba

Ginjal : Tidak teraba

Lain-lain : Tidak ada

 Perkusi : Tidak dilakukan

GENITALIA

PRIA
Lubang uretra
Penis
Testis Tidak diperiksa
Skrotum
Rambut pubis

PERKEMBANGAN PUBERTAS

Stadium Tanner

PRIA
Genitalia
Pubis
Tidak diperiksa
Axilla

ANUS

Tidak diperiksa

EKSTREMITAS

 Bentuk : Normal
 Akral : Hangat
 Posisi : Semi fleksi
 Kulit : Tidak ada
 Motorik : 5555 | 5555
5555 | 5555
 Edema : Tidak ada
 Tonus : Baik
 Sianosis : Tidak ada

10
 Jari tabuh : Tidak ada

REFLEKS

Fisiologi

BPR : Normal

KPR : Normal

TPR : Normal

APR : Normal

Patologis

Tidak ditemukan kelainan

PEMERIKSAAN PENUNJANG SEBELUM DAN SAAT MASUK


PERAWATAN (LABORATORIUM, X-RAY, EKG, DLL)
– Foto Thorax (19/11/2020)

Kesan: Suspek proses spesifik aktif

– Hematologi Lengkap (19/11/2020)

JENIS PEMERIKSAAN HASIL NILAI RUJUKAN


Hemoglobin 11.9 10.5 – 13.5 g/dL
Hematokrit 35 33 – 39 %
Eritrosit 5.4* 3.7 – 5.3 juta/uL
Leukosit 5880* 6000 – 17.500/uL
Trombosit 320000 150000 – 400000 /uL
Hitung Jenis:
- Basofil 1 0–1%
- Eosinofil 1 1–3%
- Neutrofil 36* 50 – 70 %
- Limfosit 54* 20 – 40 %
- Monosit 8 2–8%
MCV 64* 70 – 86 fL
MCH 22* 23 – 31 pg
MCHC 34 30 – 36 g/dL
RDW 14.60* 11.5 – 14.5 %

– Imunoserologi COVID-19

IgM SARS-CoV-2 : Non Reaktif

IgG SARS-CoV-2 : Non Reaktif

11
RESUME
Nama Pasien : An. D

Pasien (1 tahun) datang ke IGD RSPAD dengan keluhan muntah sejak 2 jam SMRS sebanyak
10 kali berisi cairan/makanan tidak menyemprot. Keluhan batuk, pilek dan sesak nafas
disangkal. Saat ini pasien dalam pengobatan TB. Setelah dirawat 1 hari setelah masuk Rumah
Sakit, pasien mengeluh mencret lebih dari 3 kali dengan konsistensi cair sampai menembus
popok, berwarna kuning kemerahan, bercak darah dan lendir disangkal, berbau agak
menyengat. Pasien menjadi lebih rewel dan tampak kehausan. BAK sedikit. Pasien sudah
mulai makan nasi lunak. Pasien pernah mengidap COVID-19 pada bulan Juni 2020. Pada
pemeriksaan didapatkan BB = 7.5 kg, TB = 73 cm, LiLA = 13 cm, RR = 40 kali/menit, Nadi
= 124 kali/menit, Suhu = 36.9°C axilla. Pasien tampak sakit sedang, composmentis
(E4M6V5). Status gizi kesan gizi kurang. UUB terbuka sedikit cekung, conjunctiva tidak
anemis, mulut terdapat sariawan. Pada foto thorax kesan suspek proses spesifik aktif. Pada
hasil lab didapatkan Eritrosit 5.4 juta/uL, Leukosit 5880/uL, Neutrofil 36%, Limfosit 54%,
MCV = 64 fL, MCH = 22 pg, RDW = 14.60%.

DIAGNOSIS BANDING
– Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
– Disentri
– Kolera

DIAGNOSIS KERJA
– Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang
– Suspect anemia defisiensi besi
– Stomatitis
– TB paru bulan ke-4
– Gizi kurang

RENCANA PEMERIKSAAN
– Analisa feses
– Serum iron, serum ferritin, total iron binding capacity (TIBC), analisa darah tepi

PENATALAKSANAAN
Kuratif :

– Cairan: D5 ¼ NS 75 cc/kgBB = 562.5 cc selama 3 jam


– Zinc 1 x 20 mg p.o

12
Promotif :

– Menjelaskan kepada ibu pasien tentang pengertian, gejala, cara penularan, cara
mencegah, serta cara menanggulangi diare
– Menjelaskan kepada ibu pasien mengenai makana bergizi seimbang

Preventif :

– Memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan sampai 2 tahun


– Memberikan makanan pendamping ASI sesuai umur
– Mencuci tangan dengan air dan sabun sebelum makan dan sesudah buang air besar
– Membuang tinja bayi dengan benar
– Menggunakan air minum yang sudah direbus dan menggunakan air bersih

Rehabilitatif :

– Kontrol keadaan pasien secara berkala


– Meningkatkan konsumsi nutrisi pada anak untuk memulihkan kembali fungsi tubuh yang
terganggu akibat diare
– Pemulihan sanitasi lingkungan

Perjalanan Penyakit Selanjutnya

– Tanggal 20 November 2020, pukul 07.00, oleh Dokter Jaga

S:

BAB dari kemarin pagi sampai pagi ini sudah 5 kali, cair ada ampas, darah tidak ada

O:

K.U. sakit sedang, kesadaran composmentis


Suhu: 36.7°C, Nadi: 112 kali/menit, isi cukup, regular
Nafas: 28 kali/menit
Mata: tidak anemis, tidak cekung
THT: NCH tidak ada
Mulut: sariawan ada
Thorax: Simetris. Retraksi tidak ada
Cor: BK I-II regular, tidak ada gallop, tidak ada murmur
Pulmo: Suara nafas vesikuler, tidak ada ronkhi, tidak ada wheezing
Abdomen: Soepel. Bising usus ada. Nyeri tekan tidak ada
Turgor: baik
Ekstremitas: Akral hangat, CRT <2 detik

A:

- Gastroenteritis dengan dehidrasi ringan sedang  perbaikan


- Stomatitis

13
- TB paru (bulan ke-4)
- Gizi kurang

P:

Cairan: D5 ¼ NS 700 ml/24 jam


Atasi mual muntah: Inj. Ondansentron 3 x 1.5 mg IV
Atasi diare: Zinc syrup 1 x 10 mg p.o
Atasi demam: Paracetamol syrup 3 x 4 ml p.o
Atasi sariawan: Mycostatin drop 3 x 1 ml (0.5 ml oles, 0.5 ml telan)
OAT (bulan ke-4): Rifampisin 1 x 1 pulv; INH 1 x 1 pulv
Makan lunak lauk cincang 900 kkal/ 3 porsi
Cek FL

Diagnosis Akhir

– Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang (terrehidrasi)


– Vomitus (perbaikan)

Prognosis

Quo ad Vitam : Bonam


Quo ad Functionam : Dubia ad bonam
Quo ad Sanationam : Dubia ad bonam

14
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN
Diare akut didefinisikan sebagai keluarnya feses yang berbentuk cair atau tidak normal yang
berhubungan dengan peningkatan frekuensi buang air besar. Peningkatan frekuensi
ditentukan oleh tiga atau lebih buang air besar sehari. Gambaran klinis diare dengan feses
encer, frekuensi buang air besar empat kali atau lebih dalam sehari, sering disertai muntah,
badan lemas, demam, kurang nafsu makan, sensasi mual dan muntah dapat mendahului diare
akibat virus. Diare ini biasanya tidak terjadi sangat lama, hanya berlangsung beberapa hari
(3-4 hari) karena merupakan penyakit yang sembuh sendiri. 1 Setiap tahun, diperkirakan 2,5
miliar kasus diare terjadi di antara anak-anak di bawah usia lima tahun, dan perkiraan
menunjukkan bahwa insiden keseluruhan relatif stabil selama dua dekade terakhir. Penyakit
diare menyumbang 1 dari 9 atau 9% kematian anak di seluruh dunia, menjadikan diare
sebagai penyebab kematian kedua di antara anak-anak di bawah usia lima tahun. Secara
global, dari semua penyebab kematian anak yang terjadi setiap hari, penyakit diare
menyumbang 15% / lebih dari 1.600 kematian anak di bawah usia 5 tahun.2

ETIOLOGI
Diare akut dapat disebabkan oleh masalah infeksi atau non-infeksi. Patogen infeksius
termasuk virus, bakteri, atau parasit. Sedangkan diare non infeksi disebabkan oleh alergi,
kelainan anatomi, malabsorpsi, keracunan makanan, dan neoplasma.1

Tabel 1. Penyebab Diare Infektif Akut3

Virus (~70%) Rotavirus, norovirus (norwalk-like virus), adenovirus (serotypes 40


and 41), astrovirus, enterovirus
Bakteri (10-20%) Campylobacter jejuni, Salmonella (animal/non-typhoidal species),
Shigella, Yersinia enterocolitica, Escherichia coli (enteropathogenic
and enterotoxigenic), Yersinia pseudotuberculosis, Clostridium
difficile, Salmonella typhi and paratyphi, Vibrio cholerae
Protozoa (<10%) Giardia lamblia, Cryptosporidium, Entamoeba histolytica,
Dientamoeba fragilis, Blastocystis hominis
Helminthes Strongyloides stercoralis

Obat lain menyebabkan gangguan diare dengan berbagai mekanisme – preparat zat besi oral
dengan efek iritasi (prooksidatif), purgatif dengan pencahar, kemoterapi dengan sitotoksik,
penekan sekresi lambung (penghambat pompa proton dan penghambat H2) oleh prokinetik,
dll. Kondisi stres mengganggu fungsi tubuh vegetatif, termasuk motilitas dan sekresi
gastrointestinal, yang merupakan dasar untuk episode diare pada orang dengan sindrom iritasi
usus besar.3

15
Faktor risiko utama gastroenteritis adalah lingkungan, musiman, dan demografi, menjadikan
Anda anak-anak lebih rentan. Penyakit lain seperti campak dan imunodefisiensi membuat
pasien berisiko lebih tinggi terkena infeksi gastrointestinal (GI). Malnutrisi adalah faktor
risiko signifikan lainnya, seperti kekurangan vitamin A atau defisiensi zinc.4

Cara penularan diare pada umumnya melalui fekal oral yaitu melalui makanan atau minuman
yang tercemar oleh enteropatogen, atau kontak langsung tangan dengan penderita atau
barang-barang yang telah tercemar tinja penderita atau tidak langsung melalui lalat. (4F=
field, flies, fingers, fluid).5

KLASIFIKASI
Sedangkan klasifikasi diare menurut (Octa, dkk 2014) ada dua yaitu berdasarkan lamanya
dan berdasarkan mekanisme patofisiologik.6

1. Berdasarkan lama diare:


a. Diare akut, yautu diare yang berlangsung kurang dari 14 hari.
b. Diare kronik, yaitu diare yang berlangsung lebih dari 14 hari dengan kehilangan berat
badan atau berat badan tidak bertambah (failure to thrive) selama masa diare tersebut.
2. Berdasarkan mekanisme patofisiologik:
a. Diare Sekresi

Diare tipe ini disebabkan karena meningkatnya sekresi air dan elekrtolit dari usus,
menurunnya absorbs. Ciri khas pada diare ini adalah volume tinja yang banyak.

b. Diare Osmotik

Diare osmotik adalah diare yang disebabkan karena meningkatnya tekanan osmotik
intralumen dari usus halus yang disebabkan oleh obatobat/zat kimia yang
hiperosmotik seperti (magnesium sulfat, Magnesium Hidroksida), malabsorbsi umum
dan defek lama absorbi usus missal pada defisiensi disakarida, malabsorbsi
glukosa/galaktosa.

Menurut Lekasana (2015) derajat dehidrasi berdasarkan persentase kehilangan air dari berat
badan:7

1. Dehidrasi Ringan: kehilangan air 5% dari berat badan.


2. Dehidrasi Sedang: kehilangan air 10% dari berat badan.
3. Dehidrasi Berat : kehilangan air 15% dari berat badan.

Sedangkan klasifikasi derajat dehidrasi pada penderita diare menurut WHO (2009) yaitu:8

1. Diare dehidrasi berat


2. Diare dehidrasi ringan/sedang
3. Diare tanpa dehidrasi.

16
PATOFISIOLOGI
Patofisiologi tergantung pada organisme penyebab penyakit. Ini dapat disebabkan oleh racun
seperti Staphylococcus aureus, sementara yang lain meningkatkan sekresi yang menyebabkan
dehidrasi, misalnya, Salmonella. Sitotoksin seperti Shigella dan Clostridium difficile dapat
menyerang jaringan yang lebih rentan dan menyebabkan diare inflamasi. Agen produksi
enterotoksin menyebabkan diare non-inflamasi; virus sering menghancurkan permukaan
vilus, dan parasit menempel pada mukosa.4

Penyebab infeksi dari gangguan diare akut berkoloni di usus halus dan / atau usus besar.
Infeksi virus hanya mempengaruhi usus halus yang menyebabkan invasi dan kerusakan epitel
dewasa, sementara bakteri dan parasit, tergantung pada jenisnya, memberikan efek
patogeniknya di kedua segmen usus.3

Dari sudut pandang patogenetik, gangguan diare menular diklasifikasikan menjadi tiga
kelompok dasar, yaitu sekretori, sekretor osmotik dan sekretori eksudatif. Diare sekretorik
disebabkan oleh Vibrio cholera dan strain toksigenik E. coli, sekresi osmotik oleh virus, dan
sekretorik eksudatif oleh bakteri enteroinvasif (Salmonella, Shigella, Campylobacter) dan
Entamoeba histolytica. Oleh karena itu, diare osmotik dan osmotik-sekretori ditandai dengan
feses cair, dan eksudatif-sekretori oleh aqueous-mucilaginous dan seringkali tinja bernoda
darah. Enteropatogenik E. coli, Giardia lamblia dan Cryptosporidium menempel pada
permukaan mukosa usus halus bagian proksimal, dengan demikian, dengan mengganggu
fungsinya, terutama menyebabkan bentuk malabsorpsi dari gangguan diare.3

MANIFESTASI KLINIS
Karakteristik klinis dasar dari diare infektif akut adalah masa inkubasi yang relatif singkat,
onset mendadak yang dimanifestasikan oleh seringnya tinja encer atau encer dan pemulihan
total dalam 14 hari (Tabel 2). Enteritis ditandai dengan tinja encer dan postprandial, dan
kolitis oleh tinja berlendir atau mukosa-hemoragik. Dalam kebanyakan kasus, fase awal
penyakit ini diikuti oleh demam yang meningkat (satu sampai tiga hari), muntah, kehilangan
nafsu makan, sakit perut, dan dalam kasus kolitis, kebutuhan yang salah untuk buang air
besar, dan tenesmus.3

Berlawanan dengan infeksi, intoksikasi pencernaan ditandai dengan periode laten yang sangat
pendek (biasanya 10-12 jam, terkadang 30 menit) dan perjalanan klinis (kebanyakan satu
hari), serta tidak adanya demam. Selain diare encer, penyakit ini hampir selalu diikuti dengan
rasa mual, muntah, dan sakit perut yang intensif.3

Tabel 2. Masa Inkubasi pada Diare Infektif Akut3

Penyebab Masa Inkubasi (Hari)


Rotavirus 3 (1–3)
Norovirus 1 (1–2)
Astrovirus 1–2
Salmonella (non-typhoidal) 1 (0.3–1)
Campylobacter 3 (1–7)

17
Shigella 3 (1–7)
Giardia Lamblia 9 (7–14)
Cryptosporidium 7 (1–14)

Menurut Cahyono (2014) dalam Ardyani (2018) beberapa gejala diare sebagai berikut:9

1. Gejala Umum
a. Pengeluaran feses yang encer
b. Peningkatan suhu tubuh disertai muntah dan lemas
c. Terdapat nyeri perut dan bising usus meningkat
d. Gejala dehidrasi yaitu terlihat lemah, menangis lemah, respon tidak sesuai, nadi cepat,
mulut kering, dan apatis.
2. Gejala Spesifik
a. Campylobacter: diare berair dan berdarah nyeri perut serta demam.
b. Shigella sonnei: menyebabkan disentri dengan gejala diare berlendir dan berdarah.
c. Vibrio cholera : diare berat dan tinja berwarna putih seperti cucian beras berbau amis
d. Salmonella gastroenteritis: diare berair dan disentri (diare yang disertai darah dalam
feses).

Tabel 3. Bentuk Klinis Diare8

DIAGNOSIS DIDASARKAN PADA KEADAAN


Diare cair akut  Diare lebih dari 3 kali sehari berlangsung
kurang dari 14 hari
 Tidak mengandung darah
Kolera  Diare air cucian beras yang sering dan
banyak dan cepat menimbulkan dehidrasi
berat, atau
 Diare dengan dehidrasi berat selama
terjadi KLB kolera, atau
 Diare dengan hasil kultur tinja positif
untuk V. cholerae O1 atau O139
Disentri  Diare berdarah (terlihat atau dilaporkan)
Diare persisten  Diare berlangsung selama 14 hari atau
lebih
Diare dengan gizi buruk  Diare jenis apapun yang disertai tanda
gizi buruk
Diare terkait antibiotic  Mendapat pengobatan antibiotik oral
spektrum luas
Invaginasi  Dominan darah dan lendir dalam tinja
 Massa intra abdominal (abdominal mass)
 Tangisan keras dan kepucatan pada bayi.

18
DIAGNOSIS
Diagnosis diare akut didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan klinis lengkap dan analisis
laboratorium yang memadai.3

Keluhan mencret seringkali menyertai gangguan traktus gastrointestinalis, atau merupakan


keluhan penyerta pada penyakit lain. Perlu diketahui, apakah mencret berlangsung akut atau
kronik. Perlu ditanyakan frekuensi defekasi sehari, banyaknya feses setiap kali defekasi,
konsistensi tinja, warnanya (hitam seperti ter, hijau, kuning, putih seperti dempul), baunya
(busuk, anyir), serta apakah disertai lendir dan/atau darah. Tinja yang cair dengan warna
seperti air cucian beras mungkin mengarahkan diagnosis kepada kolera/eltor; tinja lembek
yang disertai lendir dan darah, bila disertai dengan tenesmus khas untuk amebiasis intestinal.
Selain rasa mulas, tenesmus serta kolik, perlu juga ditanyakan keluhan-keluhan lain yang
menyertai mencret, misalnya terdapatnya muntah, sesak nafas, kejang, gangguan kesadaran,
kencing berkurang, lemas, lecet di dubur, dubur keluar dan sebagainya.10

Dalam pemeriksaan fisik, yang harus selalu menyeluruh, perhatian khusus harus diberikan
pada derajat dehidrasi, keadaan kesadaran, serta komplikasi lain, baik usus maupun
ekstraintestinal. Analisis laboratorium melibatkan nilai serum Na, K, Cl, status asam-basa,
kreatinin, glukosa, parameter biokimia peradangan (protein C-reaktif, leukositosis, laju
sedimentasi eritrosit), pemeriksaan urin standar, dan dalam kasus tertentu hemokultur juga.
Pasien dengan dugaan invaginasi atau perforasi usus memerlukan pemeriksaan radiologis dan
ultrasound pada perut, atau pemeriksaan lain tergantung pada jenis komplikasi.3

TATALAKSANA
LINTAS DIARE (LIMA LANGKAH TUNTASKAN DIARE) 11

1. Berikan Oralit

Untuk mencegah terjadinya dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah tangga dengan
memberikan oralit osmolaritas rendah, dan bila tidak tersedia berikan cairan rumah
tangga seperti air tajin, kuah sayur, air matang. Oralit saat ini yang beredar di pasaran
sudah oralit yang baru dengan osmolaritas yang rendah, yang dapat mengurangi rasa mual
dan muntah. Oralit merupakan cairan yang terbaik bagi penderita diare untuk mengganti
cairan yang hilang. Bila penderita tidak bisa minum harus segera di bawa ke sarana
kesehatan untuk mendapat pertolongan cairan melalui infus.

Derajat dehidrasi dibagi dalam 3 klasifikasi:

a. Diare Tanpa Dehidrasi

Tanda diare tanpa dehidrasi, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

 Keadaan Umum : baik


 Mata : Normal
 Rasa haus : Normal, minum biasa

19
 Turgor kulit : kembali cepat

Dosis oralit bagi penderita diare tanpa dehidrasi sbb:

 Umur <1 tahun : ¼ - ½ gelas setiap kali anak mencret


 Umur 1-4 tahun : ½ - 1 gelas setiap kali anak mencret
 Umur di atas 5 tahun : 1 – 1 ½ gelas setiap kali anak mencret

20
b. Diare Dehidrasi Ringan/Sedang

Diare dengan dehidrasi Ringan/Sedang, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

 Keadaan Umum : Gelisah, rewel


 Mata : Cekung
 Rasa haus : Haus, ingin minum banyak
 Turgor kulit : Kembali lambat

Dosis oralit yang diberikan dalam 3 jam pertama 75 ml/kgBB dan selanjutnya
diteruskan dengan pemberian oralit seperti diare tanpa dehidrasi.

21
c. Diare Dehidrasi Berat

Diare dehidrasi berat, bila terdapat 2 tanda di bawah ini atau lebih:

 Keadaan Umum : Lesu, lunglai, atau tidak sadar


 Mata : Cekung
 Rasa haus : Tidak bisa minum atau malas minum
 Turgor kulit : Kembali sangat lambat (lebih dari 2 detik)

Penderita diare yang tidak dapat minum harus segera dirujuk ke Puskesmas untuk
diinfus.

22
2. Berikan Obat Zinc

Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Zinc dapat
menghambat enzim INOS (Inducible Nitric Oxide Synthase), dimana ekskresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan hipersekresi epitel usus. Zinc juga berperan
dalam epitelisasi dinding usus yang mengalami kerusakan morfologi dan fungsi selama
kejadian diare.

Pemberian Zinc selama diare terbukti mampu mengurangi lama dan tingkat keparahan
diare, mengurangi frekuensi buang air besar, mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan kejadian diare pada 3 bulan berikutnya. Penelitian di Indonesia
menunjukkan bahwa Zinc mempunyai efek protektif terhadap diare sebanyak 11 % dan
menurut hasil pilot study menunjukkan bahwa Zinc mempunyai tingkat hasil guna
sebesar 67%. Berdasarkan bukti ini semua anak diare harus diberi Zinc segera saat anak
mengalami diare.

Dosis pemberian Zinc pada balita:

 Umur <6 bulan: ½ tablet (10 mg) per hari selama 10 hari.
 Umur ≥6 bulan: 1 tablet (20 mg) per hari selama 10 hari.

Zinc tetap diberikan selama 10 hari walaupun diare sudah berhenti.

Cara pemberian tablet zinc:

Larutkan tablet dalam 1 sendok makan air matang atau ASI, sesudah larut berikan pada
anak diare.

3. Pemberian ASI/Makanan

Pemberian makanan selama diare bertujuan untuk memberikan gizi pada penderita
terutama pada anak agar tetap kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya berat
badan. Anak yang masih minum Asi harus lebih sering diberi ASI. Anak yang minum
susu formula juga diberikan lebih sering dari biasanya. Anak uis 6 bulan atau lebih
termasuk bayi yang telah mendapatkan makanan padat harus diberikan makanan yang
mudah dicerna dan diberikan sedikit lebih sedikit dan lebih sering. Setelah diare berhenti,
pemberian makanan ekstra diteruskan selama 2 minggu untuk membantu pemulihan berat
badan.

4. Pemberian Antibiotika Hanya Atas Indikasi

Antibiotika tidak boleh digunakan secara rutin karena kecilnya kejadian diare pada balita
yang disebabkan oleh bakteri. Antibiotika hanya bermanfaat pada penderita diare dengan
darah (sebagian besar karena shigellosis), suspek kolera.

Obat-obatan Anti diare juga tidak boleh diberikan pada anak yang menderita diare karena
terbukti tidak bermanfaat. Obat anti muntah tidak dianjurkan kecuali muntah berat. Obat-
obatan ini tidak mencegah dehidrasi ataupun meningkatkan status gizi anak, bahkan

23
sebagian besar menimbulkan efek samping yang bebahaya dan bisa berakibat fatal. Obat
anti protozoa digunakan bila terbukti diare disebabkan oleh parasit (amuba, giardia).

5. Pemberian Nasihat

Ibu atau pengasuh yang berhubungan erat dengan balita harus diberi nasehat tentang:
a. Cara memberikan cairan dan obat di rumah
b. Kapan harus membawa kembali balita ke petugas kesehatan bila:
1) Diare lebih sering
2) Muntah berulang
3) Sangat haus
4) Makan/minum sedikit
5) Timbul demam
6) Tinja berdarah
7) Tidak membaik dalam 3 hari.

KOMPLIKASI
Menurut Maryunani (2010) dalam Ardyani (2018) sebagai akibat dari diare akan terjadi
beberapa hal sebagai berikut:9

1. Kehilangan Air (Dehidrasi)

Dehidrasi terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.

2. Gangguan Keseimbangan Asam Basa (Metabolik Asidosis)

Hal ini terjadi karena kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak
sempurna sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam
laktat karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam
meningkat karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria atau anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler ke dalam cairan intraseluler.

3. Hipoglikemia

Hipoglikemia terjadi pada 2–3% anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang
sebelumnya telah menderita Kekurangan Kalori Protein (KKP). Hal ini terjadi karena
adanya gangguan penyimpanan atau penyediaan glikogen dalam hati dan adanya
gangguan etabol glukosa. Gejala hipoglikemia akan muncul jika kadar glukosa darah
menurun hingga 40% pada bayi dan 50% pada anak-anak.

4. Gangguan Gizi

Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh makanan
sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang bertambah hebat,
walaupun susu diteruskan sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang encer ini

24
diberikan terlalu lama, makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi
dengan baik karena adanya hiperperistaltik.

5. Gangguan Sirkulasi

Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi
jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan
perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.

PENCEGAHAN
Untuk mencegah penyebaran diare dapat dilakukan dengan cara:9

1. Mencuci tangan dengan menggunakan sabun sampai bersih pada lima waktu penting:
2. Mengkonsumsi air yang bersih dan sehat atau air yang sudah melalui proses pengolahan.
Seperti air yang sudah dimasak terlebih dahulu, proses klorinasi.
3. Pengolahan sampah yang baik dengan cara pengalokasiannya ditempatkan ditempat yang
sudah sesuai, supaya makanan anda tidak dicemari oleh serangan (lalat, kecoa, kutu, dll).
4. Membuang proses MCK (Mandi Cuci Kakus) pada tempatnya, sebaiknya anda
meggunakan WC/jamban yang bertangki septik.

PROGNOSIS
Dengan penggantian cairan yang adekuat, perawatan yang mendukung, dan terapi
antimikrobial jika diindikasikan, prognosis diare infeksius sangat baik dengan morbiditas dan
mortalitas minimal.12

25
BAB III

ANALISA KASUS
Pasien adalah anak laki-laki berusia 1 tahun, datang dibawa oleh orang tuanya dengan
keluhan muntah sejak 2 jam SMRS. Berdasarkan alloanamnesis yang dilakukan dengan ibu
pasien, diketahui muntah pasien sudah 10 kali, berisi cairan/makanan. Pasien masih mau
makan dan minum. Pasien sehari sebelumnya mengalami demam. Saat ini pasien sedang
dalam pengobatan TB bulan ke-4. Setelah pasien dirawat di RS, pasien mengalami diare lebih
dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair, banyaknya sampai menembus popok, berisi cairan
dan berwarna kuning kemerahan serta bau agak menyengat. Bercak darah dan lendir tidak
ada. Sejak pasien diare, anak menjadi lebih rewel dan terus menangis disertai rasa haus
meningkat dan BAK sedikit.

Pada pemeriksaan fisik, pasien tampak sakit sedang dengan kesadaran composmentis.
Pemeriksaan tanda vital dalam batas normal. Kesan status gizi kurang. Status generalis
ditemukan UUB terbuka sedikit cekung, conjunctiva tidak anemis dan mulut terdapat
sariawan, lainnya dalam batas normal. Pada pemeriksaan antropometri, BB 7.5 kg, TB 73 cm,
dilakukan plotting ke dalam curva WHO dan didapatkan hasil sebagai berikut:

BB/U : –3 < z score < –2


TB/U : –2 < z score < 0
BB/TB : –3 < z score < –2
LLA/U : –2 < z score < –1
Kesimpulan : Gizi kurang

Pada pemeriksaan laboratorium darah dan radiologi, ditemukan pada hasil lab didapatkan
Eritrosit 5.4 juta/uL, Leukosit 5880/uL, Neutrofil 36%, Limfosit 54%, MCV = 64 fL, MCH =
22 pg, RDW = 14.60%. Pada foto thorax kesan suspek proses spesifik aktif. Berdasarkan atas
anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang, ditetapkan masalah pada pasien ini
adalah: (1) Diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang; (2) Suspect anemia defisiensi besi; (3)
TB paru bulan ke-4; (4) Gizi kurang.

Masalah pertama, yaitu diare akut dengan dehidrasi ringan-sedang ditegakkan atas: (1)
definisi diare, yaitu keluarnya feses yang berbentuk cair atau tidak normal yang berhubungan
dengan peningkatan frekuensi buang air besar sebanyak tiga atau lebih buang air besar sehari.
(2) Dikatakan periode akut berdasarkan lama waktu terjadinya diare, yaitu kurang dari 14
hari. (3) Keadaan dehidrasi ringan-sedang diklasifikasikan oleh WHO atas dasar gejala dan
tanda yang terlihat, yaitu ditemukan adanya 2 atau lebih tanda dan gejala yaitu anak rewel
dan rasa ingin minum.

26
DAFTAR PUSTAKA
1. Imanadhia A, Ranuh IGMRG & Nuswantoro D. 2019. Etiology Based on Clinical
Manifestation of Acute Diarrhea Incidence of Children Hospitalized in Dr. Soetomo
General Hospital Surabaya Period 2011- 2013. Biomolecular and Health Science Journal
2019 June, Vol 02 (01), pp. 31–5.
2. Melese B, Paulos W, Astawesegn FH & Gelgelu TB. 2019. Prevalence of diarrheal
diseases and associated factors among under-five children in Dale District, Sidama zone,
Southern Ethiopia: a cross-sectional study. BMC Public Health (2019) 19:1235.
(https://doi.org/10.1186/s12889-019-7579-2).
3. Radlović N, Leković Z, Vuletić B, Radlović V & Simić D. 2015. Acute Diarrhea in
Children. Srp Arh Celok Lek. 2015 Nov-Dec;143(11-12):755-762. DOI:
10.2298/SARH1512755R.
4. Rivera-Dominguez G & Ward R. 2020. Pediatric Gastroenteritis. [Updated 2020 Aug 15].
In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. Available from:
(https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK499939/). Accessed on November 30th 2020.
5. Perangin-angin HMJ. 2014. Acute Diarrhea with Mild to Moderate Dehydration e.c. Viral
Infection. J Agromed Unila. Vol. 1, No. 1, September 2014.
6. Octa DRL, Maita E, Maya S. & Yulfiana R, 2014. Buku Ajar Asuhan Kebidanan
Neonatus, Bayi/Balita dan Anak Prasekolah Untuk Para Bidan. Yogyakarta: CV Budi
Utama.
7. Leksana E. (2015). Dehidrasi dan Syok. CDK-228, 42(5): 394.
8. WHO. 2009. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Anak di Rumah Sakit. Jakarta: World
Health Organization.
9. Ardyani D. 2018. Studi Deskriptif Hemodinamik pada Pasien Diare Anak dengan
Dehidrasi. Semarang: Fakultas Ilmu Keperawatan dan Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Semarang.
10. Wahidiyat I & Sastroasmoro S. 2014. Pemeriksaan Klinis pada Bayi dan Anak Edisi Ke-
3. Jakarta: CV Sagung Seto.
11. Kemenkes. 2011. Situasi Diare di Indonesia. Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia.
12. Amin L. Tatalaksana Diare Akut. Continuing Medical Education. 2015;42(7):504-8.

27

Anda mungkin juga menyukai