Anda di halaman 1dari 55

Case Report

Demam Tifoid
Disusun Oleh:
Selviana Malinda - 2165050075

Pembimbing:
dr. Mildi Felicia, Sp.A

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Anak


Periode 29 Mei – Agustus 2023
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Indonesia
2023
01
Pendahuluan
Demam Tifoid
• Demam Tifoid adalah infeksi
sistemik yang disebabkan bakteri
Salmonella Typhi.
• Umumnya lebih rentan pada usia
5 tahun atau lebih dan
berhubungan dengan sanitasi dan
higienitas.
• Diagnosis yang tepat diperlukan
untuk mencegah terjadinya
komplikasi.
Epidemiologi
WHO (2018)
21 juta kasus dengan RISKESDAS (2018)
angka kematian 128.000 Prevalensi demam
– 161.000 setiap tifoid mencapai 1,7
tahunnya dengan % dengan distribusi
terbanyak di Asia terbanyak pada usia
Tenggara dan Asia 5-14 tahun.
Selatan
Tonsilitis
• Tonsilitis adalah peradangan pada tonsil yang
disebabkan bakteri atau virus dan paling
sering terjadi pada anak.
• WHO : belum terdapat data yang pasti
• Indonesia : kasus tonsilitis mencapai 23% dan
prevalensi di 7 provinsi mencapai 3,8 %
Tujuan Pembahasan

Membahas mengenai diagnostik demam


tifoid.dengan tonsilitis sehingga dapat menjadi
wadah dalam menyelesaikan permasalahan
seputar demam tifoid dengan tonsilitis.
02
Laporan Kasus
Identitas Pasien
Nama (inisial) : An. Z
Tanggal lahir : 18 Oktober 2017
Umur : 5 tahun 8 bulan
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Kristen
Pendidikan : Paud
Alamat : Jalan Mayjen Soetoyo No.
17
Identitas Orang Tua
Ayah Ibu
Nama Tn. HD Ny.S
Tanggal lahir 4 Desember 1985 21 September 1985
Umur 37 37
Jenis kelamin Batak Jawa
Agama Kristen Kristen
Pendidikan S1 S1
Alamat Jl. Mayjen Soetoyo No.17 Jl. Mayjen Soetoyo
No.17
Pekerjaan Karyawan swasta Karyawan
Penghasilan > Rp. 5.000.000,- > Rp. 5.000.000,-

Hubungan dengan orang tua : anak kandung


Skema Keluarga

Ket :
Laki – laki
Perempuan
Pasien
Anamnesis
Keluhan Utama : Demam
Keluhan Tambahan : Mual, nyeri perut, kembung, batuk, lemas, nyeri
menelan, nafsu makan dan minum menurun
Riwayat Penyakit Sekarang:
Pasien datang dibawa oleh ibunya ke IGD RSU UKI dengan keluhan demam
sejak 6 hari SMRS. Keluhan demam dirasakan diseluruh tubuh. Ibu pasien mengatakan
awalnya hanya terasa hangat-hangat saja kemudian keluhan demam dirasakan pada sore
hari kemudian meningkat pada malam hari hingga menggigil. Pada saat diukur demam
paling tinggi pada suhu 39 derajat celcius. Menurut ibu pasien demam dirasakan naik
setiap hari. Pasien sudah diobati dengan sanmol dan keluhan demam sempat turun
namun kambuh lagi.
Ibu pasien mengatakan 3 hari sebelum demam pasien mengeluh nyeri pada ulu hati
disertai mual dan muntah berwarna kuning sebanyak 3 kali diketahui setelah
memakan takoyaki yang dibeli didekat sekolah. Selain itu saat ini pasien mengeluh
lemas, mual namun tidak disertai muntah dan nafsu makan dan minum berkurang.
Pasien juga mengeluh terdapat nyeri perut dan perut terasa kembung, dan batuk
berdahak berwarna kuning serta nyeri menelan. Pasien berobat ke klinik dan di
berikan paracetamol puyer dan obat batuk, namun keluhan tidak membaik. Pasien
memiliki kebiasaan jarang mencuci tangan saat hendak makan dan sering jajan
sembarangan.. Keluhan nyeri disekitar mata, pusing, perdarahan gusi, sesak ruam
dipunggung, penurunan berat badan dan keringat malam hari disangkal. Tidak
terdapat keluhan dalam BAK dan BAB.
Anamnesis

Riwayat Penyakit Pada Anggota Keluarga


Riwayat penyakit dahulu Lain / Orang Lain Dirumah
 Pasien belum pernah • Teman sekolah pasien mengalami hal yang serupa
mengalami hal yang serupa dengan pasien saat ini.
• Tidak ada anggota keluarga dan tetangga pasien yang
mengalami keluhan yang sama dengan kondisi pasien
saat ini
• Riwayat batuk lama dikeluarga dan lingkungan di
sangkal.
Riwayat Kesehatan Keluarga
Ayah Ibu
Perkawinan ke- 1 1

Umur saat 31 tahun 31 tahun


menikah
Keadaan Sehat Sehat
kesehatan

Riwayat Adik/kakak
NO Tanggal Jenis Hidup Lahir Abortus Mati Keterangan
Lahir Kelamin mati (Sebab) Kesehatan
1 19/07/19 P + - - - Sehat
Riwayat Kehamilan
Perawatan antenatal
∙ Trimester I : 2 kali/bulan di RS Hermina
∙ Trimester II : 2 kali/bulan di RS Hermina
∙ Trimester III: 3 kali/bulan di RS Hermina
Penyakit kehamilan : Disangkal Riwayat Kehamilan

Tempat lahir : Rumah Sakit


Penolong persalinan : Dokter
Cara persalinan : Sectio caesarea
Penyulit : Terlilit tali pusar
Masa gestasi : Cukup bulan
Keadaan bayi saat lahir
Bayi perempuan dengan BBL 2.900
gram, PBL 46 cm, saat lahir bayi
langsung menangis, ibu mengatakan
bayi tidak kuning dan tidak biru.
Perkembangan dan kepandaian
Tumbuh gigi pertama (usia): 1 bulan

Motorik Kasar Motorik Halus Bicara Sosial


- Anak dapat • Anak dapat • Anak dapat • Anak tidak rewel
melompat menggambar mengerti diatas, saat ditinggalkan
dnegan satu dengan baik dibawah, didepan, • Anak dapat
kaki • Dapat menggambar dan dibelakang menunjukkan
- Anak dapat sedikitnya 3 bagian • Anak dapat keempat warna
menangkap tubuh menjawab dengan dengan tepat
bola kecil • Dapat menggambar tepat • Anak dapat
sedikitnya 6 bagian berpakaian sendiri
tubuh tanpa bantuan

Kesan: Perkembangan anak sesuai dengan tahap perkembangannya


Perkembangang Pubertas

Kesan: Pasien pada perkembangan pubertas tahap 1 yaitu prepubertas.


Riwayat Makanan

Kesan: Kualitas dan kuantitas makanan sesuai dengan pertumbuhan


usia sesuai Peraturan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
Riwayat Imunisasi
Vaksin Dasar Umum Ulangan
(Usia pemberian) (Usia pemberian)

BCG 1 bulan (scar = kiri) -

Hepatitis B 0 bulan -

Polio 1,2,3 dan 4 bulan -

DPT/HepB/HiB 2,3,4 bulan 18 bulan

Campak/ MR 9 bulan 18 bulan

Kesan : Imunisasi dasar anak sudah sesuai dengan peraturan


kementrian berdasarkan usia anak
Riwayat Penyakit yang Pernah Diderita
Penyakit Umur Penyakit Umur
Diare Disangkal Morbili 1 tahun
Otitis Disangkal Protitis Disangkal
Radang Paru Disangkal Demam Berdarah Disangkal

Tuberkulosis Disangkal Demam Tifoid Disangkal


Kejang Disangkal Cacingan Disangkal
Ginjal Disangkal Alergi Disangkal
Jantung Disangkal Kecelakaan Disangkal
Darah Disangkal Operasi Disangkal
Difteri Disangkal Lain-lain Disangkal
Data Tempat Tinggal
Kepemilikan rumah : Pribadi
Keadaan rumah
Ukuran / Type : 85 m² (2 lantai)
Dinding terbuat dari : Batu bata
Atap terbuat dari : Genteng
Ventilasi : Cukup
Jarak septic tank : Tidak tahu
Keadaan lingkungan
Kompleks Perumahan : Tidak
Tempat pembuangan sampah: Ada
Lain-lain :-
Pemeriksaan Fisik Data Antropometri
Tanggal : 12 Juni 2023 (12.30 WIB)
∙ Berat badan : 16 Kg
Keadaan umum : Tampak sakit sedang
∙ Tinggi badan : 111 cm
Kesadaran : Composmentis
Tanda Vital Indeks Antropometri menurut Kurva
∙ Frekuensi Nadi : 114 kali/menit (regular, CDC

kuat angkat, isi cukup) ∙ BB/U : 88 %


∙ TB/U : 102 %
∙ Tekanan Darah : 100/60 mmHg
∙ BB/TB :84 %
∙ Frekuensi Napas : 27 kali/menit
∙ BB ideal : 19 kg
∙ Suhu Tubuh : 38,2 °C
Kesan status gizi : Gizi kurang
(axilla)
Pemeriksaan sistem
Kepala
• Bentuk : Normocephali
• Rambut : Warna hitam, tumbuh merata, tidak mudah dicabut
• Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), mata cekung (-/-)
• Telinga : Liang telinga lapang kanan dan kiri, sekret (-/-)
• Hidung : Cavum nasi lapang, sekret (-/-), septum deviasi (-/-)
• Mulut
⮚ Bibir : Mukosa bibir lembab, sianosis (-)
⮚ Gigi : Gigi berlubang, Karies (-)
⮚ Lidah: Terletak di tengah, coated tounge (-)
⮚ Tonsil : T2/T2, hiperemis (+), detritus (+/+),Kripta (-/-)
⮚ Faring : Arkus faring simetris, hiperemis (+)
• Leher : Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening
Pemeriksaan sistem
Thorax
• Paru
o Inspeksi : Diameter laterolateral > anteroposterior, Retraksi iga (-), pergerakan
dinding dada simetris
o Palpasi : Vokal fremitus simetris kanan dan kiri
o Perkusi : Sonor/sonor pada paru kanan dan kiri
o Auskultasi: Bising nafas dasar vesikuler, ronkhi (-/-), wheezing (-/-)

• Jantung
o Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat
o Palpasi : ictus cordis teraba pada ICS 5 linea midclavicularis sinistra
o Perkusi : Batas jantung kanan ICS 4 linea parasternal dextra, batas jantung kiri
ICS 5 linea midclavicularis sinistra
o Auskultasi: Bunyi jantung I dan II regular, murmur (-), gallop (-)
Pemeriksaan sistem
Abdomen
- Inspeksi : Perut tampak mendatar
- Auskultasi : Bising usus (+), 4 kali/menit
- Perkusi : Timpani, nyeri ketuk (-)
- Palpasi : Supel, nyeri tekan (+) pada regio hipocondrica dekstra dan
epigastrium, pembesaran hepar (-), pembesaran limpa (-)
Anus dan rectum : Tidak dilakukan pemeriksaan
Genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
Anggota gerak
- Atas : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-,
- Bawah : Akral hangat, CRT < 2”, edema -/-
Tulang belakang : Lordosis (-), kifosis (-), skoliosis (-)
Kulit : Ptechiae (-) ikterik (-), sianosis (-), turgor baik
Kelenjar getah bening : Tidak membesar
 Refleks fisiologis :

Pemeriksaan neurologis o Biceps (++/++)


o Triceps (++/++)
I : Normosmia VII: Wajah simetris o KPR (++/++)
II: Visus kasar baik VIII: Vertigo (-), nistagmus o APR (++/++)
(-)  Refleks patologis:
III: Pergerakan bola mata IX: Arcus faring simetris o Babinski (-/-)
kesegala arah baik
o Chaddock (-/-)
IV: Pupil isokor 3 mm/ 3mm, X: Disfagia (-), disfonia (-)
o Gordon (-/-)
RCL +/+, RCTL +/+
o Oppenheim (-/-)
V: Motorik buka tutup mulut XI: Menoleh (+/+), angkat
o Schaffer (-/-)
baik, reflek kornea (+) bahu (+/+)
o Gona (-/-)
VI: Pergerakan bola mata baik XII: Deviasi lidah (-)
o Rosolimo (-/-)
o Mendel Bechterew (-/-)
o Hoffman Tromner (-/-)
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal

• LED 15 mm/jam 0-20 mm/jam Pemeriksaan


• Hemoglobin 12.5 g/dL 11.5 – 14.5 g/dl


Leukosit
Eritrosit
5.5 ribu/μL
4.4 juta/mL
5 – 14.5 ribu/ μl
4.0 – 4.9 juta/mL
Laboratorium
12/06/2023
• Trombosit 286 ribu/μl 250 ribu – 550 ribu/uL
• Hematokrit 39 % 35 – 42%
• MCV 90/fL(L) 77 – 95 fL
• MCH 29pg (L) 25 – 33 pg/cell
• MCHC 32g/dL 31-37%
• Basofil 0% 0 – 1%
• Eosinofil 2% 0 – 3%
• Batang 2% 5 – 11%
• Segmen 33% 32 – 54%
• Limfosit 59% 28 – 48%
• Monosit 4% 3 – 6%

Kesan : Berdasarkan American Academy of Pediatric pada laboratorium didapatkan penurunan sel batang dan limfositosis
Pemeriksaan Laboratorium
12/06/2023

Kimia Klinik Hasil Nilai Normal

 Gula darah sewaktu 109 mg/dL 70-200 mg/dL


 Natrium 141 mmol/L 136-145 mmol/L
 Kalium 4,5 mmol/L 3.5-5.1 mmol/L
 Clorida 106 mmol/L 99-111 mmol/L

Kesan : Normal
Jenis pemeriksaan Hasil Nilai normal Pemeriksaan
Widal
Laboratorium
• Salmonella Typhi O 1/160 - 12/06/2023
• Salmonella Para Typi AO 1/80 -
• Salmonella Para Typi BO - -
• Salmonella Para Typi CO 1/80 -
• Salmonella Typhi H 1/80 -
• Salmonella Para Typi AH - -
• Salmonella Para Typi BH 1/80 -
• Salmonella Para Typi CH - -

Kesan : Pada pemeriksaan widal didapatkan kesan tidak bermakna


Resume
Pasien datang bersama ibunya ke IGD RSU UKI dengan
keluhan demam sejak 6 hari SMRS. Demam dirasakan diseluruh
tubuh secara mendadak dan dirasakan dari sore hari kemudian
meningkat pada malam hari hingga menggigil. Suhu terukur
adalah 39ºC. Pasien sudah minum sanmol dan demam sempat
turun namun kambuh lagi. Pasien mengeluhkan mual, nyeri
perut, perut terasa kembung nyeri menelan, nafsu makan dan
minum menurun dan batuk berdahak. Pasien memiliki kebiasaan
jarang mencuci tangan saat hendak makan dan sering jajan
sembarangan di luar. BAB dan BAK dalam batas normal.
Resume
Pemeriksaan fisik :
Keadaan Umum : Tampak Sakit Sedang
Kesadaran : Composmentis
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Frekuensi Nadi : 114x /menit (reguler, kuat angkat, isi
cukup)
Frekuensi Nafas : 27x /menit, reguler
Suhu : 38,2 C (axilla)
o

Saturasi Oksigen : 99%


Berat Badan : 16 kg
Tinggi Badan : 111 cm
Kesan status gizi : Gizi kurang
Abdomen : Nyeri tekan (+) pada regio hipocondrica
dekstra, epigastrium
Tonsil : T2-T2, hiperemis(+), detritus (+/+)
Diagnosis kerja Diagnosis banding Anjuran

pemeriksaan penunjang
Tubex test
Demam Tifoid Tuberkulosis • Kultur darah
Tonsilitis Non thypoid salmonella • Mantoex test
• Media agar darah
Tatalaksana
Rawat Inap
Medikamentosa
IVFD RL : RL 1300 cc/24 jam 18 tpm
Oral :
• Chloramphenicol 4 x 400 mg
• Paracetamol 4 x 160 mg (k/p)
• Ambroxol 3 x 40 mg
• Ondansetron 3 x 2 mg
Asuhan nutrisi pediatri
Assessment(penilaian)
Indeks Antropometri
BB/U : 88 %
TB/U : 102 %
BB/TB : 84 %
BB Ideal : 19 kg

Kesan status gizi : Gizi kurang


2. Penentuan kebutuhan kalori
BB ideal x RDA (height-age (WHO))
Kalori = 90 kkal x 19 = 1.710 kkal/hari
Lemak = (20%) x 1.710 = 342 kkal
Cairan = 10kg pertama : 10x100cc = 1000cc
10kg kedua : 6x50cc = 300cc
Total kebutuhan : 1.300 cc/hari
3. Penentuan Cara Pemberian
Tidak ada gangguan, fungsi otomotor baik -> Oral

4. Penentuan jenis makanan


Fungsi gastrointestinal normal => polimerik
Diberikan : diet lunak

5.• Observasi
Monitoring dan evaluasi
makanan yang diberikan
• Pemantauan demam pada pasien
• Pemantauan nutrisi dan pertumbuhan pada pasien
Prognosis

Ad Vitam Ad functionam Ad sanationam


Bonam Bonam Bonam
Follow up harian
Tanggal 13/06/ 2023 PH : 1 PP : 9
S O A P
Keadaan umum: tampak sakit sedang Demam
• Keluhan demam Kesadaran : compos mentis  IVFD : RL 500 cc
tifoid
masih dirasakan TTV 18 tpm
TD : 110/70 mmHg
pada saat malam, Frekuensi Nadi : 82x/menit  Ondansetron 3 x 2
Frekuensi Pernafasan : 27x/menit
• Batuk Suhu : 38°C mg
SPO2 : 99 %
berdahak(+) Mulut : Mukosa bibir lembab, Coated tongue (-)  Chloramphenicol
• Mual masih , T2-T2, hiperemis (+), detritus (+/+), Faring 4 x 400 mg
hiperemis (+)
dirasakan, BAB Abdomen  Paracetamol 4 x
Inspeksi : Perut tampak mendatar, ruam (-)
dalam batas Auskultasi : BU (+) 4 kali/menit 160 mg (k/p)
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (+)
normal.
Palpasi Supel, nyeri tekan (+) di regio
 Ambroxol 3 x 40
epigastrium dan hipokondrika dekstra mg
Kulit : ikterik (-), petechie (-)
Ekstermitas : Akral hangat (+), udem (-)
Tanggal 13/06/ 2023 PH : 1 PP : 9
S O A P
Laboratorium 13/06/23 Demam tifoid
• Keluhan demam  IVFD : RL 500 cc
Hemoglobin : 12.3
masih dirasakan Leukosit : 4.7 ribu/uL 18 tpm
Hematokrit : 38.2 %
pada saat malam,  Ondansetron 3 x 2
Trombosit : 228.0 ribu/uL
• Batuk mg
berdahak(+)  Chloramphenicol
• Mual masih 4 x 400 mg
dirasakan, BAB  Paracetamol 4 x
dalam batas 160 mg (k/p)
normal.  Ambroxol 3 x 40
mg
Tanggal 14-06-2023 PH : 2 PP : 10
(07.00)
S O A P
Keluhan demam Keadaan umum : Tampak sakit sedang Demam  Chloramphenicol 4 x 400 mg
sudah tidak ada,
Kesadaran : Composmentis Tifoid  Ambroxol 3 x 40 mg
Batuk berdahak
masih ada, TD : 100/70 mmHg
Mual sudah tidak Frekuensi Nadi : 82x/menit
ada, BAB dalam
Frekuensi Pernapasan: 26x/menit
batas normal, Nafsu
makan membaik Suhu : 36.6ºC
SpO2 : 99%
Mulut : Mukosa bibir lembab, Coated tongue (-),T2-
T2, hiperemis (+), Faring : Hiperemis (-)
Abdomen Inspeksi : Perut tampak mendatar, ruam (-)
Auskultasi : BU (+) 4 kali/menit
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (- )
Ekstermitas : Akral hangat (+), udem (-)
Tanggal 15-06- PH : 3 PP : 11
2023
(07.00)
S O A P
Keluhan demam Keadaan umum : Tampak sakit sedang Demam  Chloramphenicol 4 x 400
dan mual sudah Kesadaran : Composmentis Tifoid mg
tidak ada, Batuk TD : 110/70
sudah tidak ada, Frekuensi Nadi : 77x/menit
Nafsu makan baik Frekuensi Pernapasan: 24x/menit
Suhu : 36.4ºC
SpO2 : 99%
Mulut : Mukosa bibir lembab, Coated tongue (-),T2-T2, hiperemis (-), Faring
Hiperemis (-)
Abdomen Inspeksi : Perut tampak mendatar, ruam (-)
Auskultasi : BU (+) 4 kali/menit
Perkusi : Timpani, nyeri ketok (-)
Palpasi : Supel, nyeri tekan (-)
Kulit : ikterik (-), petechie (- )
Ekstermitas : Akral hangat (+), udem (-)
03
Analisis kasus
Kasus pasien

(Anamnesis)
Demam sejak 6 hari Demam Tifoid :
- Pola demam step ladder - Konstipasi
SMRS - Sakit kepala - Diare
• Awalnya hanya - Nyeri otot - Mual dan muntah
terasa hangat, - Anoreksia
demam meningkat
pada malam hari Tuberkulosis :
- Demam ≥ 2 minggu, suhu yang tidak terlalu tinggi
• Mual
- Keringat malam
• Nyeri Peurt Perut - Gejala intestina
kembung - Penurunan berat badan
• Betuk berdahak
• Lemas Salmonella non thypoid :
• Nafsu makan - Didapatkan gejala gastroenteritis akut (mual dan
menurut muntah) serta nyeri perut
- Kadang disertai demam dan biasanya mereda
dalam 72 jam
Kasus pasien
(Anamnesis)Demam Tifoid :
- Demam dengan suhu makin meningkat
- Bradikardi relatif - Nyeri pada abdomen
- Coated tongue
• Nyeri perut - Rose spot

pada regio Tuberkulosis :


- Nyeri pada perut
hipokondrika - Hepatosplenomegali
kanan dan - Penurunan berat badan
epigastrium
Non Thypoid Salmonella :
- Nyeri perut
- Demam yang mereda dalam 72 jam
Kasus pasien
(Pemeriksaan

FISIK)
Untuk menentukan penyebab dari terjadinya
• Pembesaran faringitis menggunakan centor score untuk
mengidentifikasi Streptococcus β hemolitikus
tonsil T2- group A sebagai penyebab terjadinya faringitis
T2, bakteri dan penentuan penggunaan antibiotik
hiperemis, • Hasil centor score yang didapatkan adalah
terdapat 3( Demam pernah terukur 39ºC, tonsil
detritus dan membesar dan usia anak % tahun )
• Berdasarkan centor score risiko faringitis
faring disebabkan Streptococcus β-hemolitikus grup A
hiperemis sebesar 28-35 % sehingga perlu dilakukan
swab tenggorok.
Kasus pasien
(Pemeriksaan FISIK)
Hasil laboratorium :
- Limfositosis
- Penurunan • Pemeriksaan darah pada
eritrosit dan demam tifoid tidak spesifik
segmen • Dapat ditemukan leukopeni,
- Terdapat trombositopeni, limfositosis.
penurunan
leukosit
Kasus pasien
(Tatalaksana)

• Kloramfenikol merupakan lini


Pasien ini diberikan pertama pada demam tifoid. Obat ini
kloramfenikol 4 x merupakan obat yang murah, mudah
400 mg didapat, dan dapat diberikan secara
oral.
Kasus pasien
(tatalaksana)
• Paracetamol diberikan sebagai antipiretik
Tatalaksana dengan dosis 10-15 mg/kgBB dengan interval
Simtomatis : pemberian 4-6 jam.
- Paracetamol 4x • Ondansetron digunakan untuk mengurangi
160 mg mual dan muntah. Penelitian terbaru
- Ondansetron 3 menunjukkan ondansetron efektif untuk
x 2 mg mengurangi efek mual dan muntah pada
- Ambroxol 3 x GEA.
40 mg • Batuk berdahak pada pasien dapat diberikan
ambroxol karena memiliki efek mukokinetik
sehingga memfasilitasi pembersihan mukus
dan bersifat ekspektoran.
Kasus pasien
(tatalaksana)
• Penelitian yang dilakukan di Sakr dkk
menunjukkan bahwa tonsillitis yang
Tatalaksana terkait pada umumnya disebabkan oleh
tonsilitis Streptoccocus dan Staphylococcus
aureus sensitif terhadap pemberian
ciprofloxacin, chloramphenicol, dan
vancomycin. Namun pilihan
utamanya adalah penisilin.
Kesimpulan
Demam tifoid merupakan penyakit infeksi sistemik yang disebabkan oleh
bakteri gram negatif Salmonella enterica serotype typhi yang rentan terjadi pada anak-anak.
Pada kasus ini menunjjukkan bahwa gejala yang dialami pasien tidak khas. Demam tifoid
sendiri memiliki gejala yang sangat umum sehingga penegakan diagnosis demam typhoid
cukup sulit dilakukan. Maka, diperlukan pemeriksaan laboratorium yang dapat menunjang
diagnosis penyakit. Pemeriksaan laboratorium untuk menegakkan diagnosis penyakit ini
antara lain pemeriksaan darah, uji cepat pemeriksaan mikrobiologis dengan isolasi dan
biakan Salmonella typhi. Dikarenakan sulit untuk menegakkan diagnosis demam tifoid,
maka saya menyarankan dilakukannya pemeriksaan kultur darah atau dapat menggunakan
pemeriksaan cepat yang sensitivitas dan spesifisitasnya lebih tinggi seperti uji Tubex dan
uji Thypidot. Selain itu, pada kasus ini ditemukan tonsillitis dengan centor score berjumlah
3 skor. Oleh karena itu perlu dilakukan pemeriksaan swab tenggorok dan kultur. Apabila
hasil yang didapatkan positif terdapat Streptococcus β hemolitikus group A maka perlu
dilakukan pemberian antibiotik dan apabila negatif tidak perlu diberikan antibiotik.
Thank
You

Anda mungkin juga menyukai