PENDAHULUAN
masa kanak-kanak. Leukemia merupakan 41% dari semua kasus malignansi pada
anak < 15 tahun. Pada tahun 2002 sekitar 2500 anak usia < 15 tahun didiagnosis
Pada populasi anak, umumnya jenis leukemia yang terjadi adalah leukemia
akut (LA) yang terdiri dari Leukemia Limfositik Akut (ALL) dan Leukemia
Mielositik Akut (AML). ALL lima kali lebih sering terjadi dibandingkan dengan
AML. LA pada anak mencapai 97% dari semua leukemia, ALL 82% dan AML
18%. Sedangkan leukemia kronik kerap terjadi pada usia dewasa dan lanjut,
2% dari semua leukemia pada anak-anak di bawah 15 tahun dan 9% dari semua
leukemia pada remaja antara 15 dan 19 tahun. Leukemia Limfositik Kronik (CLL)
perdarahan yang paling sering ditemukan berupa ptekie, purpura atau ekimosis,
yang terjadi pada 40 – 70% penderita leukemia akut pada saat didiagnosis. Lokasi
perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa hidung,
1
gingiva dan saluran cerna. Perdarahan yang mengancam jiwa biasanya terjadi
pada saluran cerna dan sistem saraf pusat, selain itu juga pada paru, uterus dan
ovarium. Manifestasi perdarahan ini muncul sebagai akibat dari berbagai kelainan
hemostasis.5
Tata laksana leukemia meliputi terapi kuratif dan suportif. Terapi kuratif
terapi suportif meliputi pengobatan penyakit lain yang menyerta leukemia dan
berusia 13 tahun yang dirawat di Ruang Zaal RSUD Abdul Azis Kabupaten Barito
Kuala.
BAB II
2
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS
Identitas penderita :
Umur : 13 tahun
B. ANAMNESIS
Pasien dibawa oleh orang tuanya ke Poli Anak RSUD Abdul Azis
muncul lagi pada bagian kaki. Bengkak awalnya berwarna kebiruan dan nyeri
pucat sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien juga sering terlihat lemas, cepat lelah
3
saat melakukan aktivitas di sekolah, terutama apabila berolahraga.
hilang timbul tanpa sebab. Kemudian, sejak ± 3 bulan yang lalu keluhan
demam menjadi lebih sering muncul. Orang tua pasien juga mengeluhkan
berat badan pasien yang kian turun sejak 1 tahun lalu, yaitu dari 65 kg
menjadi 42 kg.
seperti ini sebelumnya, tidak ada infeksi berulang, dan tidak pernah ada
riwayat perdarahan.
Riwayat Antenatal :
Riwayat Natal :
4
Lingkar kepala : ibu tidak tahu
3. Riwayat Perkembangan
Pada umur 3 bulan, pasien mulai bisa mengangkat kepala saat terlentang,
disamping menangis.
kepala dalam keadaan tegak dan stabil, pasien bisa mengeluarkan suara
Umur 8 bulan pasien sudah bisa merangkak, umur 10 bulan pasien bisa
duduk, usia 18 bulan bisa berdiri, umur 2 tahun pasien mulai bisa berjalan.
Saat ini pada umur 5 tahun, anak aktif, sudah bisa berbicara lancer,
Riwayat Imunisasi :
Dasar Ulangan
Nama
(umur dalam hari/bulan) (Umur dalam bulan)
BCG Umur 0 hari 1 kali pemberian
Polio 1 2 3 4 4 kali pemberian
bulan bulan bulan bulan
Hepatitis B 2bulan 3 bulan 4bulan 3 kali pemberian
DPT 2bulan 3 bulan 4bulan 3 kali pemberian
Campak Umur 9 bulan 1 kali pemberian
1. Makanan
5
Usia 0 – 6 bulan anak mendapatkan ASI ekslusif dengan frekuensi
pisang dan bubur saring. Frekuensi menyusu ASI 4 – 6 kali/ hari, dan
nasi, lauk pauk, sayur, dan buah-buahan dengan frekuensi 3 kali/ hari.
2. Riwayat Keluarga
Ikhtisar keturunan
Ket : Laki-laki
Perempuan
Sakit
Meninggal
Susunan keluarga :
6
No Nama Umur L/P Keterangan
1 Tn. Ipansyah 34 thn L Sehat
2 Ny. Saripah 35 thn P Sehat
3 An. Gajali 13 thn L Sakit
4. An. Syifa 7 thn P Sehat
Pasien tinggal bersama ayah dan ibunya di sebuah rumah yang terbuat dari
tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi beserta WC. Di rumah menggunakan air
ledeng untuk minum dan mandi serta MCK. Rumah berada di pemukiman
C. PEMERIKSAAN FISIK
GCS : E4 – V5 – M6
1. Pengukuran :
Suhu : 36.4o C
Berat badan : 42 Kg
7
STATUS GIZI :
Pucat : (+)
Kelembaban : Cukup
Tebal/tipis : Tebal
Distribusi : Merata
Konjungtiva : Anemis
8
Pupil : Diameter : 3 mm/3 mm
Kornea : Jernih
Serumen : Minimal
Sekret : minimal
sianosis (-)
9
5. Faring : hiperemis : Tidak ada
2. Thorak :
a. Dinding dada/paru :
Pernafasan : torakoabdominal
Wheezing (-/-)
10
b. Jantung :
1. Abdomen
1. Ekstremitas
11
Neurologis :
Lengan Tungkai
Tanda
Kanan Kiri Kanan Kiri
Gerakan Bebas Bebas Bebas Bebas
Tonus Normal Normal Normal Normal
Trofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi Eutrofi
Klonus Tidak ada Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Refleks BPR (+) BPR (+) APR (+) APR (+)
Fisiologis TPR (+) TPR(+) KPR (+) KPR (+)
Refleks Hoffman (-) Hoffman (-) Babinski (-) Babinski (-)
patologis Tromner (-) Tromner (-) Chaddock (-) Chaddok (-)
Sensibilitas Normal Normal Normal Normal
Tanda Kaku kuduk (-), laseque sign(-) kernig sign (-), brudzinski I(-)
meningeal dan II(-)
cahaya (+/+)
12
N. VIII (vestibulocochlearis) : pendengaran (+)
sinistra sama
fimosis (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hematologi
13
NEU 188.0 1.00 – 8.50 75.3%
LYM 11.74 2.30 – 14.40 4.7%
MONO 11.74 0.00 – 0.95 4.7%
EOS 2.25 0.00 – 0.50 0.9%
BASO 35.96 0.00 – 0.15 14.4%
KIMIA
HATI
SGOT 33 0 – 42 U/L
SGPT 12 0 - 41 U/L
GINJAL
URINALISA
14
Leukosit 5-6 <5
Epitel Skuamos (+)
Silinder Negatif Negatif
Kristal Negatif Negatif
Bakteri Negatif Negatif
15
16
Kesan :
paraumbilical kanan)
sonografi
Suspek Leukimia
17
Laboratorium darah (Hasil Pemeriksaan tanggal 07 Maret 2017)
Hematologi
Hematologi
18
Leukosit 229.8 5.0 – 19.00 103/µL
Eritrosit 2.85 3.90 – 5.30 106/µL
Hematokrit 22.3 30.0 – 40.0 %
Trombosit 207 150 – 400 103/µL
RDWcv 23.3 %
KIMIA
P 3.5 – 7.2
Asam Urat 7.2 mg/dl
W 2.6 – 6.0
ELEKTROLIT
Bayi : 134-150
Natrium 134 Anak : 135-145 mmol/L
Dewasa : 135-145
Bayi : 3.6-5.8
Kalium 3.5 Anak : 3.5-5.5 mmol/L
Dewasa : 3.5-5.3
Klorida 103 Bayi : 94-112 mmol/L
19
Anak : 98-105
Dewasa : 95-105
Hematologi
Kesan :
20
Secara radiologi x foto thorax dalam batas normal
E. DIAGNOSIS
Diagnosis kerja :
Leukemia
F. PENATALAKSANAAN
• Cek DR ulang
G. PROGNOSIS
H. FOLLOW UP
Maret 2017
Pemeriksaan
06 07 08
SUBJEKTIF
Bengkak + + +
Pucat + + +
Demam - - -
Nyeri sendi dan - - -
tulang
Sesak - + <
21
OBJEKTIF
Tanda vital
N (x/mnt) 92 89 94
RR (x/mnt) 20 22 19
0
T ( C) 37 36,2 36,8
TD (mmHg) 100/70 100/70 100/70
Pemeriksaan
Fisik
Kulit
Pucat + + +
Kepala
Mata Konjungtiva anemis Konjungtiva Anemis Konjungtiva Anemis
Thoraks
Retraksi - - -
Ronkhi + < <
Mukosa bibir Pucat Pucat Pucat
Abdomen Cembung Cembung Cembung
Bising usus +, normal +, normal +, normal
Hati Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba
Limpa Schuffner VI Schuffner VI Schuffner VI
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ekstremitas
Akral Pucat Pucat Pucat
ASSESMENT susp. CML susp. CML susp. CML
PLANNING • Hidrasi : IVFD • Hidrasi : IVFD D5 • Hidrasi : IVFD
D5 1/4 NS 1 kolf / 4 jam, 1
/4 NS 1 kolf / 4 jam D5 1/4 NS 1 kolf / 4 jam
target 2600 ml = 36 tpm • PO. Allopurinol • Meylon drip 1 fls
makro 100mg / 8 jam dalam D5 1/4 NS
• Selesai hidrasi • PO. Biknat 1 tab / 8 • PO. Allopurinol
inj. Lasix 1mg / kgBB = jam 100mg / 8 jam
40mg / 2amp
• Cek DR • PO. Biknat 1 tab /
• Cek DR ulang 8 jam
• Cek Asam Urat
• Urin tamping • Cek DR / 2 hari
hitung • Cek SE
• Pro BMA di
• Rontgen Thorax RSUD Ulin Banjarmasin
AP/LAT
22
Maret 2017
Pemeriksaan
09 10 11
SUBJEKTIF
Bengkak + + +
Pucat + + +
Demam - - -
Nyeri sendi dan - - -
tulang
Sesak - - -
OBJEKTIF
Tanda vital
N (x/mnt) 90 91 84
RR (x/mnt) 20 18 19
T (0C) 36,5 36,9 36,8
TD (mmHg) 100/70 100/70 100/70
Pemeriksaan
Fisik
Kulit
Pucat + + +
Kepala
Mata Konjungtiva anemis Konjungtiva Anemis Konjungtiva Anemis
Thoraks
Retraksi - - -
Ronkhi - - -
Mukosa bibir Pucat Pucat Pucat
Abdomen Cembung Cembung Cembung
Bising usus +, normal +, normal +, normal
Hati Tidak teraba Tidak teraba Tidak teraba
Limpa Schuffner VI Schuffner VI Schuffner VI
Nyeri tekan Tidak ada Tidak ada Tidak ada
Ekstremitas
Akral Pucat Pucat Pucat
ASSESMENT susp. CML susp. CML susp. CML
PLANNING • Hidrasi : IVFD • Hidrasi : IVFD D5 • Hidrasi : IVFD
D5 1/4 NS 1 kolf / 4 jam 1
/4 NS 1 kolf / 4 jam D5 1/4 NS 1 kolf / 4 jam
23
• Meylon drip 1 fls • Meylon drip 1 fls • Meylon drip 1 fls
dalam D5 1/4 NS dalam D5 1/4 NS dalam D5 1/4 NS
• PO. Allopurinol • PO. Allopurinol • PO. Allopurinol
100mg / 8 jam 100mg / 8 jam 100mg / 8 jam
• PO. Biknat 1 tab / • PO. Biknat 1 tab / 8 • PO. Biknat 1 tab /
8 jam jam 8 jam
• Cek DR / 2 hari • Cek DR / 2 hari • Cek DR / 2 hari
• Pro BMA di • Pro BMA di RSUD • Pro BMA di
RSUD Ulin Banjarmasin Ulin Banjarmasin RSUD Ulin Banjarmasin
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
sumsum tulang, yang ditandai dengan terjadinya proliferasi sel-sel darah putih,
dengan manifestasi adanya sel-sel abnormal dalam darah tepi. Terjadi gangguan
dalam pengaturan sel leukosit pada leukemia sehingga leukosit dalam darah
berproliferasi secara tidak teratur dan tidak terkendali, serta fungsinya pun
24
ditandai dengan penggantian elemen sumsum tulang normal oleh sel darah
abnormal atau sel leukemik. Hal ini disebabkan oleh proliferasi tidak terkontrol
dari klon sel darah immatur yang berasal dari sel induk hematopoietik. Sel
leukemik tersebut juga ditemukan dalam darah perifer dan sering menginvasi
B. Epidemiologi
leukemia, terhitung sekitar 30% keganasan pada pasien berusia kurang dari 14
tahun. Pada tahun 2013, insidensi leukemia di Amerika Serikat adalah 48.610
menunjukkan bahwa estimasi insidens kanker pada anak (0-17 tahun) sebesar 9
per 100.000 anak. Leukemia merupakan kanker tertinggi pada anak (2,8 per
keganasan pada anak. Sembilan puluh tujuh persen adalah Leukemia Akut (82%
leukemia akut setiap tahunnya. Di Australia, incidence rate ALL pada anak tahun
2008 adalah 12,2 per 100.000 anak, tahun 2009 adalah 13 per 100.000 anak
sedangkan incidence rate AML pada tahun 2008 adalah 2,4 per 100.000 anak dan
650 kasus leukemia baru di seluruh Indonesia, 150 diantaranya terdapat di Jakarta.
25
Di Yogyakarta, insiden ALL sebesar 20,8/1.000.000 sedangkan LMA sebesar
sebesar 27,7%. Di RSU Dr. Soetomo Surabaya, pada tahun 1991-2000 terdapat 524
kasus leukemia. Dari jumlah tersebut 430 kasus (82%) didiagnosis sebagai ALL, 52
CML jarang terjadi pada anak-anak dan remaja. CML merupakan 2-3%
dari semua leukemia pada anak-anak di bawah 15 tahun dan 9% dari semua
leukemia pada remaja antara 15 dan 19 tahun, dengan kejadian tahunan masing-
masing 1 dan 2,2 kasus per 1.000.000 pada kedua kelompok usia ini.1,3
C. Klasifikasi Leukemia
Leukemia adalah kanker pada sumsum tulang dan darah. Empat jenis
utama dari leukemia adalah leukemia myeloid akut (AML), leukemia myeloid
kronis (CML), leukemia limfoblastik akut (ALL) dan leukemia limfositik kronis
(CLL).9
maupun turunan sel. Berdasarkan maturitas sel, leukemia dibedakan atas akut dan
kronik. Jika sel ganas tersebut sebagian besar imatur (blast) dan berkembang lebih
cepat maka leukemia diklasifikasikan akut, sedangkan jika yang dominan adalah
sel matur dan berkembang lebih lambat maka diklasifikasikan sebagai leukemia
D. Patofisiologi Leukemia
26
dengan manifestasi patofisiologis yang berbeda pula. Mulai dari yang berat
dengan penekanan sumsum tulang yang berat pula seperti pada Leukemia Akut
Ada dua masalah terkait dengan sel leukemia yaitu adanya overproduksi
dari sel darah putih, kedua adanya sel-sel abnormal atau imatur dari sel darah
putih sehingga fungsi dan strukturnya tidak normal. Produksi sel darah putih yang
sangat meningkat akan menekan elemen sel darah yang lain seperti penurunan
E. Leukemia Akut
1. Definisi
sering disertai bentuk leukosit yang lain dari pada normal, jumlahnya
atau bulan.2,11
2. Klasifikasi
Menurut klasifikasi FAB (French-American-British) dapat
prekursor limfoid, baik sel T maupun sel B dan jenis leukemia ini yang
27
paling sering dijumpai pada anak-anak. Lebih dari 80% kasus, sel-sel
Satu dari empat anak dengan kanker merupakan pasien anak dengan
Bristish):11
28
yang timbul pada prekursor garis sel mieloid, eritroid, megakariosit,
darah sempurna.
M3 - translokasi sel leukemia antara
Promielositik
kromosom 15 dan 17.
M4 - translokasi atau inversi sel
Mielomonositik
leukemia pada kromosom 16.
M5 - sel leukemia menunjukkan
Monositik
pengembangan sel monosit.
Eritroleukemik M6 - sel leukemia menunjukkan
29
pengembangan sel eritrosit.
M7 – sel leukemia menunjukkan
Megakariositik
pengembangan platelet.
F. Leukemia Kronik
1. Definisi
neoplastik dari salah satu sel yang berlangsung atau terjadi karena
akumulasi progresif yang berjalan lambat dan tidak diiringi dengan gejala
yang khas.2,16,17
2. Klasifikasi
dan anemia.18,19
30
akselerasi, dan fase krisis blastik.18,20
untuk laki-laki.17
Gambar III.1. Rangkuman Klasifikasi Stadium CLL oleh Rai dan Binet.4
31
G. Etiologi dan Faktor Risiko
Saat ini belum diketahui secara pasti faktor risiko dan penyebab kanker
pada anak. Hal ini diduga merupakan interaksi dari 4 faktor, yaitu genetik, zat
kimia, virus, radiasi. Anak-anak dengan cacat genetik (seperti trisomi 21)
kimia (benzene pada AML), obat (alkylating agents atau dengan kombinasi terapi
H. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis yang dapat dijumpai pada leukemia adalah anemia, anoreksia,
dan keterlibatan organ lain. Pada pemeriksaan, pasien tampak pucat, didapatkan
purpura, petekia, dan berbagai tanda-tanda infeksi stomatitis dan hipertrofi gusi
dapat ditemui. Terdapat pembesaran dengan derajat bervariasi dari hepar, lien, dan
limfonodi. Nyeri tulang bisa dijumpai, terutama pada sternum, tibia,dan femur.10
32
(leukemia cutis), orbita, dan ruang epidural, dan jarang keterlibatan testis. Sistem
saraf pusat dilibatkan saat diagnosis pada kira-kira 15% kasus. Pasien yang
memiliki jumlah sel darah putih tinggi mungkin hadir dengan tanda atau gejala
leukostasis, paling sering menyerang paru-paru dan otak. Gejala yang dapat
muncul seperti sakit kepala, mual, muntah, fotofobia, kelumpuhan saraf cranial,
atau ovarium dan bisa berakibat fatal. Namun, perdarahan seperti itu biasanya
didahului oleh perdarahan ringan, seperti pendarahan hidung, darah dalam urin
atau memar. Ptekie, purpura atau ekimosis terjadi pada 40 – 70% penderita
leukemia. Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran
I. Diagnosis
33
Gambar III.2. Proses Diagnosis Leukemia.7
34
imunologi, sitogenetika, dan biologi molekuler. Pada pemeriksaan
blas.1,8,22
Leukemia akut biasanya didefinisikan sebagai adanya lebih dari 20% sel
blast di sumsum tulang pada presentasi klinis. Namun, dapat didiagnosis dengan
kurang dari 20% sel blast jika ada kelainan genetik sitogenetik atau molekular
molekuler. Pemeriksaan ini akan menentukan apakah sel blast tersebut adalah
turunan mieloid atau limfoid dan juga melokalisasi tahap diferensiasi seluler.
positif, sudan hitam, atau esterase nonspesifik) blast leukemia biasanya cukup
Diagnosis ALL sering didasarkan atas pemeriksaan apusan darah tepi dan
pemeriksaan bagi studi untuk klasifikasi lebih lanjut. Jumlah leukosit dapat
normal atau lebih tinggi pada kebanyakan pasien ALL. Jumlah trombosit pada
seluruh pasien ALL dapat normal atau sedikit berkurang dan hanya 30 % pasien
dengan jumlah trombosit kurang dari 50.000/ mm3. Kebanyakan pasien memiliki
35
Gambar III.3. Gambaran ALL pada morfologi darah tepi.2
Analisis darah rutin pada AML menunjukkan pada sebagian besar pasien
diferensial, dan hanya promielosit dan / atau mielosit yang dapat dilihat. Hitung
36
Gambar III.4. Panel A menunjukkan sumsum tulang normal yang terlihat melalui mikroskop.
Bentuk yang lebih gelap adalah nukleus. Beberapa inti berbentuk lingkaran dan beberapa
berbentuk tapal kuda, mencerminkan berbagai tahap perkembangan dan jenis sel yang berbeda.
Panel B menunjukkan sel blast AML yang terlihat melalui mikroskop. Sel-sel ini "ditangkap"
pada tahap awal pembentukan. Sel AML di panel B semuanya memiliki penampilan serupa,
berbeda dengan tampilan sel normal di panel A.10
37
Gambar III.5. Contoh morfologi leukemia mieloid akut. (A) Sel blast tanpa diferensiasi
menunjukkan sedikit butiran tapi mungkin menunjukkan ‘Auer rods’; (B) sel-sel dalam
diferensiasi menunjukkan beberapa butir sitoplasma atau (c) sel blast M3 mengandung butiran
menonjol atau beberapa ‘Auer rods’; (D) sel blast mielomonositik memiliki diferensiasi
monositoid; (E) leukemia monoblastik dimana> 80% sel monoblast; (F) monositik dengan <80%
sel monoblast; (G) eritroid menunjukkan kelebihan eritroblast; (H) megakarioblastik yang
menunjukkan blebs sitoplasma pada sel blast nya.23
38
Temuan laboratorium yang kerap ditemukan untuk mendiagnosis
2. Peningkatan basofil.
6. Adanya gen fusi BCR-ABL1 dengan analisis RT-PCR dan pada 98% kasus
Gambar III.6. Leukemia myeloid kronis: morfologi darah tepi yang menunjukkan berbagai tahap
granulopoiesis termasuk promyelosit, myelosit, metamyelosit, dan neutrofil batang serta segmen. 23
39
Gambar III.7. Leukemia myeloid kronis: transformasi myeloblastik akut. Morfologi darah tepi
menunjukkan myeloblast.23
1. Limfositosis dengan jumlah limfosit >5 × 109 / µL dan mungkin sampai >300
× 109 / µL. Antara 70-99% leukosit dalam morfologi darah tepi muncul
dasar autoimun.
dari unsur sumsum normal, didapatkan adanya infiltrasi merata oleh limfosit kecil,
40
Gambar III.8. Leukemia limfoid kronis: morfologi darah tepi menunjukkan limfosit dengan
dinding sitoplasma tipis, kromatin kasar, dan jarang didapatkan nukleus. 23
J. Penatalaksanaan
harus dianggap sebagai keadaan darurat medis karena merupakan risiko awal
41
Gambar III.9. Protokol Kemoterapi ALL-SR Indonesia 2006.15
42
Gambar III.11. Protokol Kemoterapi AML Indonesia 2011.15
43
K. Prognosis
yang buruk.
Umur
Umur <18 bulan atau >10 tahun mempunyai prognosis yang lebih
Fenotip imunologis
Jenis Kelamin
laki-laki.
Respon terapi
prognosis buruk.
44
mempunyai respon yang baik terhadap kemoterapi. Prognosis baik
persentase sel blast, ukuran limpa dan jumlah trombosit. Skor Sokal =
blast - 2,10)].24
L. Komplikasi
jiwa, termasuk pendarahan, leukostasis, sindroma lisis tumor, dan infeksi. Tiga
45
transfusi tukar, hidrasi agresif, pengikat fosfat oral dan oksidase urat rekombinan,
leukemia akut yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu pertama setelah
Komplikasi infeksi pada saat diagnosis dan selama terapi tetap menjadi
pasien AML yang diobati di Dep. IKA-RSCM meninggal dan 62% diantaranya
BAB IV
46
DISKUSI
Pada makalah ini telah dipaparkan laporan kasus pasien anak, 13 tahun
dengan keluhan utama bengkak pada punggung dan kaki yang muncul sejak 3 hari
SMRS, ukuran bengkak kurang lebih sebesar bola pingpong, awalnya berwarna
tampak pucat dan sering demam sejak ± 1 tahun yang lalu. Pasien juga sering
terlihat lemas, cepat lelah saat melakukan aktivitas di sekolah, terutama apabila
berolahraga. Sejak ± 3 bulan yang lalu keluhan demam menjadi lebih sering
muncul. Orang tua pasien juga mengeluhkan berat badan pasien yang kian turun
sejak 1 tahun lalu, yaitu dari 65 kg menjadi 42 kg. Pada pemeriksaan fisik pasien
monosit 11,74 / 4,7%, eosinofil 2,25 / 0,9%, basofil 35,96 / 14,4%, dan RDWsd
60,7 fL.
penyakit keganasan paling banyak yang terjadi pada masa kanak-kanak. Leukemia
merupakan 41% dari semua kasus malignansi pada anak < 15 tahun. Penyakit
pembesaran organ, dan kelainan pada pemeriksaan darah seperti kelainan jumlah
hitung jenis leukosit dan trombositopenia. Bisa terdapat eosinofilia reaktif, pada
47
pemeriksaan preparat apus darah tepi didapatkan sel-sel blas. Namun untuk
yang berwarna kebiruan, pucat, cepat lelah, dan sering demam. Keluhan bengkak
kebiruan pada pasien merupakan suatu tanda perdarahan, yang mana diketahui
perdarahan adalah salah satu manifestasi klinis yang kerap terjadi pada leukemia.
Lokasi perdarahan yang paling sering adalah pada kulit, mata, membran mukosa
hidung, gingiva dan saluran cerna. Penyebab tersering perdarahan ini adalah
oleh sel leukemik sehingga terjadi penurunan jumlah megakariosit yang berakibat
Keluhan pucat dan cepat lelah yang juga dikeluhkan pasien, dikarenakan
produksi sel darah merah yang berkurang menyebabkan oksigen dalam tubuh
berkurang akibatnya penderita terlihat pucat dan mudah lelah. Produksi sel darah
merah yang berkurang juga merupakan akibat dari infiltrasi sel leukemia ke
sumsung tulang dan menyebabkan kegagalan fungsi tulang normal dalam proses
hematopoetik normal.2,7
Anak yang menderita leukemia akut akan lebih mudah untuk terkena
infeksi karena sel darah putihnya tidak berfungsi normal. Akibatnya tubuh anak
keluhan demam.2
48
(splenomegali). Hal ini juga dikarenakan adanya infiltrasi dari sel leukemia ke
Infiltrasi
49
• Selesai hidrasi inj. Lasix 1mg / kgBB = 40mg / 2amp
• Cek DR ulang
leukemia dan untuk mengatasi efek samping obat. Misalnya hidrasi untuk
antibiotik untuk mengatasi infeksi, dan pencegahan untuk tumor lisis sindrom
dilakukan aspirasi sumsum tulang / BMA. Hal ini dilakukan untuk penegakan
50