Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

Meningitis adalah inflamasi yang mengenai jaringan meningen yang melapisi


jaringan otak & medulla spinalis yang seringkali disebabkan oleh infeksi (bakteri,
virus, atau jamur) yang disebabkan oleh iritasi bahan kimia, perdarahan subarachnoid,
keganasan atau kondisi lainnya.1,2
Ensephalitis adalah infeksi akut yang mengenai jaringan otak dan selaput otak,
disebabkan terutama oleh berbagai jenis virus, berlangsung self-limited, dan sebagian
kasus adalah berat serat berakibat fatal.1,2
Meningitis lebih sering terjadi pada pria dengan insiden adalah 2-6/100.000 per
tahun dengan puncak kejadian pada kelompok bayi, remaja, dan lansia. Untuk tingkat
insidennya pertahunnya 100.000 dengan etiologi penyebabnya sesuai pathogen yaitu
streptococcus pneumonia, neisseria meingitidis, listeria monocytogenes dan
haemophilus influenza. 1,2
Faktor-faktor resiko yang berkaitan dengan peningkatan resiko diantaranya
adalah status immunocompromised (infeksi human immunodeficiency virus, kanker,
dalam terapi obat imunosupresan, dan splenektomi), trauma tembus kranial, fraktur
basis cranium, infeksi telinga, infeksi sinus nasalis, infeksi paru, infeksi gigi, adanya
benda asing di dalam sistem saraf pusat (contoh : ventriculoperitoneal shunt), dan
penyakit kronik (gagal jantung kongestif, diabetes, penyalahgunaan alcohol, dan
sirosis hepatis). 1,2
Diagnosis meningoencephalitis ditegakkan berdasarkan gejala klinis dari
anamnesis, pemeriksaan klinis neurologis rangsang menings, didukung dengan
pemeriksaan penunjang lainnya yaitu lumbal pungsi dan pemeriksaan
electroencephalogram (EEG). Pemeriksaan penunjang laboratorium lumbal pungsi
menunjukkan peningkatan eritrosit dan protein CSF. 1,2

1
Berikut akan di bahas kasus seorang anak perempuan berusia 1 tahun 6 bulan
dengan diagnosis susp. Meningoencefalitis yang di rawat inap diruangan ICU atas
RSU Anutapura Palu

2
BAB II

LAPORAN KASUS

A. IDENTITAS PASIEN

 Nama : An. A.T

 Jenis Kelamin : Perempuan

 Lahir pada tanggal/umur : 25 maret 2017 / 1 tahun 6 bulan

 Agama : Islam

 Kebangsaan : Indonesia

 Suku Bangsa : Kaili

 Nama Ayah : Tn. M / 26 tahun

Pekerjaan : Serabutan

 Nama Ibu : Ny. N / 25 tahun

Pekerjaan : IRT

 Alamat rumah : Desa Watusampu

 Tanggal masuk ruangan : 25 September 2018 / 16.22 Wita

 Diagnosis : Susp Meningoencefalitis

3
FAMILY TREE

An. A.T 1 thn 6


bulan

B. ANAMNESIS

Keluhan utama : Kejang Berulang

Riwayat Penyakt Sekarang

Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 6 bulan, masuk Rumah Sakit

Anutapura Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan

kejang sejak 2 hari yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan

posisi ekstremitas flexi dan lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering

kejang. Frekuensi timbulnya kejang 3x sehari dalam seminggu. Kejadian ini

4
sudah berlangsung pada pasien sejak berusia 7 bulan. Kejang tanpa didahului

demam. Kejang muncul secara tiba-tiba berupa kejang klonik disertai dengan

penurunan kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir 1 minggu terakhir. Sesak

(-), Bab normal tidak ada keluhan. Bak tidak ada keluhan

Riwayat penyakit sebelumnya:

Anak A pernah menderita keluhan yang sama pada usia 7 bulan

Anamnesis antenatal dan riwayat persalinan:

Riwayat kehamilan ibu yakni G2P2A0, dengan riwayat Ante Natal Care

(ANC) yang tidak rutin. Riwayat saat hamil ibu tidak pernah sakit dan tidak

mengkomsumsi obat-obatan selain vitamin. Pasien lahir dirumah dibantu bidan

dan bayi langsung menangis , sesak (-), air ketuban jernih, BBL 2400 gram, PB

tidak di tahu, usia kehamilan 38 minggu

Penyakit yang Sudah Pernah dialami:


 Morbili : tidak ada
 Varicella : tidak ada
 Pertussis : tidak ada
 Diare : pernah
 Cacing : tidak ada
 Batuk / pilek : Pernah
 Lain – lain : kejang umur 7 bulan

Kepandaian/Kemampuan Bayi:
• Membalik pada usia 4 bulan

5
• Tengkurap pada usia 5 bulan
• Duduk pada usia 7 bulan
• Merangkak pada 7 bulan
• Berdiri pada usia 12 bulan
• Berjalan pada usia bulan 14 bulan
• Tertawa pada usia 9 bulan
• Berceloteh 7 bulan
• Memanggil papa 14 bulan

Anamnesis makanan:

Usia Riwayat makanan


0 sampai 6 bulan ASI
6 bulan sampai 9 bulan ASI + Bubur Sun
9 bulan sampai 12 bulan Bubur saring
1 tahun Nasi + ikan/daging + sayur

Riwayat imunisasi dasar :


 BCG : 1 kali pemberian (1 bulan)
 Polio : 2 kali pemberian (Lahir – 6 bulan)
 DPT : 2 kali pemberian (2 bulan – 6 bulan)
 Hep. B : 2 kali pemberian (Lahir – 6 bulan)
 Campak: tidak pernah

Riwayat Imunisasi tidak lengkap

Riwayat penyakit keluarga

6
Menurut ibu pasien tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti

ini. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit epilepsi. Tidak ada

keluarga yang memiliki riwayat diabetes, tekanan darah tinggi serta penyakit

lainnya.

Keadaan sosial, ekonomi, kebiasaan dan lingkungan:

Pasien termasuk dalam ekonomi menengah bawah, saat ini pasien memakai

pembiayaan umum. Ayah pasien bekerja sebagai serabutan sedangkan Ibu pasien

mengurus urusan rumah tangga. Anak tinggal di Desa watusampu, Anak tinggal

bersama orang tua. Dalam satu rumah terdiri dari 3 orang. Lingkungan rumah

merupakan lingkungan padat penduduk. Keadaan rumah seperti ventilasi rumah

cukup baik, sumber air yang didapat dari sumur pompa. Menurut keluarga, kamar

mandi rumah cukup bersih, dan kebutuhan listrik kadang tidak terpenuhi. Status

sosial ekonomi anak masuk dalam kategori ekonomi menengah bawah.

Ikhtisar Perjalanan penyakit

Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 6 bulan, masuk Rumah Sakit

Anutapura Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan kejang

sejak 2 hari yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan posisi

ekstremitas flexi dan lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering kejang.

Frekuensi timbulnya kejang 3x sehari dalam seminggu. Kejadian ini sudah

berlangsung pada pasien sejak berusia 7 bulan. Kejang tanpa didahului demam.

7
Kejang muncul secara tiba-tiba berupa kejang klonik disertai dengan penurunan

kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir 1 minggu terakhir. Sesak (-), Bab normal

tidak ada keluhan. Bak tidak ada keluhan

Riwayat kelahiran, anak lahir di rumah, cukup bulan, lahir langsung menangis

dengan BBL 2400, PBL tidak diingat cm, anus (+) dan riwayat kehamilan ibu

G2P2A0 dengan usia ibu sewaktu mengandung 24 tahun. Riwayat penyakit yang

diderita ibu selama kehamilan diabetes mellitus (-), hipertensi (-), demam tinggi saat

hamil (-). Anak F sebelumnya belum pernah menderita keluhan serupa

Usia 0 sampai 6 bulan anak mendapat ASI, pada usia 6 sampai 9 bulan pasien

mendapat susu formula dan mulai diberi bubur sun. Pada usia 9 bulan anak diberi

bubur saring. Pada usia 1 tahun sampai sekarang anak sudah diberikan nasi, sayur

Riwayat imunisasi pasien usia mendapat imunisasi hepatitis B sebanyak 2 kali,

imunisasi polio sebanyak2 kali, BCG 1 kali, DTP sebanyak2 kali dan campak tidak

pernah.

Riwayat penakit keluarga, menurut ibu pasien tidak ada keluarga yang pernah

mengalami penyakit seperti ini. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat diabetes,

tekanan darah tinggi serta penyakit lainnya.

Pasien termasuk dalam ekonomi menengah bawah, saat ini pasien memakai

pembiayaan kesehatan umum. Ayah pasien bekerja sebagai serabutansedangkan Ibu

pasien mengurus urusan rumah tangga. Anak tinggal di Desa watusampu, Anak

tinggal bersama orang tua. Dalam satu rumah terdiri dari 3 orang. Lingkungan rumah

8
merupakan lingkungan padat penduduk. Status sosial ekonomi anak masuk dalam

kategori ekonomi menengah bawah.

C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Berat

Kesadaran : Somnolen

Suhu : 36,7o C

Sianosis : (-)

Keadaan Mental : Baik

Anemia : (-/-)

Ikterus : (-/-)

Tekanan Darah : - mmHg

Respirasi : 36 kali / menit Kejang : (+)

Nadi : 96 kali / menit reguler Tipe : tonik

BB/U : >0 Zscore <2 (normal) TB/U: <0 Zscore >-2 (perawakan pendek)

BB/TB:>1 Zscore<2 (gizi baik)

Berat Badan : 13 kg

Panjang Badan : 85 cm

Kulit : Warna : Kuning langsat Turgor : Baik


Efloresensi : Ruam (-) Tonus : sulit dinilai

9
Pigmentasi :- Oedema: (-)
Jaringan parut : -
Lapisan lemak : -
Lain-lain :-
Rumpleed test : (-)
Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Ubun-ubun besar : Tertutup
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Dalam batas normal Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : dalam batas normal
Refleks Kornea : Tidak dilakukan Palpebra :
Udem (-)
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)

Lidah : Kotor (-) Gusi : Perdarahan (-)


Gigi : Normal Bau napas : (-)

Rangsang Meningeal : Kaku kuduk (+), Laseque sign (tidak dilakukan)


Kernig Sign (+), Brudzinski I (+),Brudzinski II
(+),Brudzinski III ( tidak dilakukan ), Brudzinski IV (tidak
dilakukan)

Tenggorokan : Hyperemia (-) Telinga :Otore (-)


Hidung : Rinore (-)

10
Mulut :
Bibir : Kering (-), kebiruan (-), Selaput mulut : Stomatitis (-)
Luka (-)
Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hiperemia (-)

Leher Trachea : Letak ditengah


Kelenjar : Pembesaran parotis (-/-)
Kaku kuduk : terdapat tahanan (+)
Lain-lain : Pembesaran Tiroid (-/-)
Thorax Bentuk : Simetris bilateral
Rachitis rosary : - xiphosternum : -
Ruang intercostals : - Harrion’s groove: -
Precordial bulging: - pernafasan paradoxal : -
Lain-lain :- Retraksi : -

Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
- Palpasi : Vokal fremitus ki=ka, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi basah halus (-),
Wheezing (-)

Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak

11
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam keadaan normal
- Auskultasi : BJ I/II murni reguler, Bising (-),
Suara tambahan (-)

Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen cembung, Distensi (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang
terdengar
- Palpasi : Nyeri tekan (+) seluruh bagian perut
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+), Ascites (-)
Genital : Normal (tidak ditemukan kelainan)
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Atrofi (-)
Reflex – reflex : patologis (Babinski +, chaddok +)

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM

12
Nama : An. A.T Tgl. Pemeriksaan : 25 September 2018

Usia : 1 tahun 6 bulan Jenis Spesimen : Darah

PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

WBC 18.0 4,8-10,8 103/ µl

RBC 4,39 4,1-5,5 103/ µl

HGB 12,7 14-18 103/ µl

HCT 38,1 42-52 103/ µl

MCV 87 80-99 %

MCH 29 27-31%

MCHC 33,4 33-37 g/dl

PLT 834 150-450 103/ µl

Pemeriksaan Elektrolit 25 September 2018


PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

K+ 4,76 3.50 – 5.10 mmol/L

Na+ 138,86 135 – 145 mmol/L

Cl- 106,26 96 – 106 mmol/L

Pemeriksaan GDS Albumin 25 September 2018


PARAMETER HASIL NILAI RUJUKAN

GDS 99 80 – 199 mg/dL

Albumin 4,3 35 – 52 g/dL

13
Pemeriksaan morfologi sel darah :
Eritrosit : Anisositosis, normositik normokrom, polikromasia (+), target sel (+), benda
inklusi tidak ditemukan, normoblast tidak ditemukan
Leukosit : Jumlah meningkat, limfosit > PMN, vakuolisasi (+), granulasitoksik (+),
limfosit atipik (+), sel blast tidak ditemukan
Trombosit : Jumlah meningkat, giant trombosit (+), aggregasi trombosit (+)
Kesan : Lekositosis dengan tanda-tanda infeksi disertai trombositosis reaktif

E. RESUME
Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 6 bulan, masuk Rumah Sakit Anutapura
Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan kejang sejak 2 hari
yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan posisi ekstremitas flexi dan
lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering kejang. Frekuensi timbulnya kejang
3x sehari dalam seminggu. Kejadian ini sudah berlangsung pada pasien sejak berusia
7 bulan. Kejang tanpa didahului demam. Kejang muncul secara tiba-tiba berupa
kejang klonik disertai dengan penurunan kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir
1 minggu terakhir. Sesak (-), Bab normal tidak ada keluhan. Bak tidak ada keluhan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda tanda vital. Denyut nadi 96 kali/menit,

Suhu 36,7o C, Respirasi 36 kali/menit, tekanan darah : -mmHg dan status gizi: gizi

buruk, pemeriksaan jantung normal, pemeriksaan abdomen secara inspeksi terdapat

perut yang cembung, distensi abdomen (-), bising usus (+) terdengar jelas.

Pemeriksaan Rangsang meningeal ditemukan Kaku kuduk (+), Kernig Sign (+),

Brudzinski I dan II (+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu darah lengkap

didapatkan hemoglobin (12,7 g/dl), WBC (18.0 103/ µl), RBC (4,39 103/ µl), HCT (38

14
103/ µl) , MCV (87 %), MCH (29 %), MCHC (33,4 g/dl) dan PLT (834 103/ µl).

Pemeriksaan elektrolit cl meningkat 106,26 mmol/L

F. DIAGNOSIS KERJA
- Susp Meningoencephalitis

G. TERAPI
- O2 1-2 tpm
- IVFD Kaen 3B 10 tpm Makro
- Inj. Cefotaxime 250mg/8jam/iv
- Inj. Gentamicin 25 mg/24jam/iv
- Inj. Santagesik 50 mg/6 jam/ k/p
- Inj. Dexamethason 1 mg / 8jam
- Inj Diazepam 2mg/ iv bila kejang
- Konsul Neurologi

H. FOLLOW UP

Follow up
Tanggal : 26 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(+), Batuk berdahak (+)

15
O :
Tanda vital : HR = 96 x/menit SB = 36,70
RR = 36 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)

Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

16
Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : - Susp. meningoencephalitis

P: - IVFD RL:Dex 10% 6 tpm - Ambroxol 2,5mg


- O2 2tpm - salbutamol 0,3mg 3x1 pulv
- Inj. Ceftriaxone 250mg/8jam/iv - histapan 5mg
- Inj. Gentamicin 25mg/24jam
- Inj. Dexamethason 1mg / 8jam
- Santagesic 50mg/6jam

17
Follow up
Tanggal : 27 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(-), Batuk berdahak (+)
O :
Tanda vital : HR = 102 x/menit SB = 36,50
RR = 34 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang

18
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)

Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V

19
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

A : - Susp. meningoencephalitis
P : - IVFD RL:Dex 10% 6 tpm - Ambroxol 2,5mg
- O2 2tpm - salbutamol 0,3mg 3x1 pulv
- Inj. Ceftriaxone 250mg/8jam/iv - histapan 5mg
- Inj. Gentamicin 25mg/24jam
- Inj. Dexamethason 1mg / 8jam
- Santagesic 50mg/6jam
- Diazepam 2mg iv (kp)

20
Follow up
Tanggal : 28 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(-), Batuk berdahak (+)
O :
Tanda vital : HR = 130 x/menit SB = 36,50
RR = 34 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis

21
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)

Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-

Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra

22
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)

A : - Susp. meningoencephalitis
P : - IVFD RL:Dex 10% 6 tpm - Ambroxol 2,5mg
- O2 2tpm - salbutamol 0,3mg 3x1 pulv
- Inj. Ceftriaxone 250mg/8jam/iv - histapan 5mg
- Inj. Gentamicin 25mg/24jam
- Inj. Dexamethason 1mg / 8jam
- Santagesic 50mg/6jam
- Diazepam 2mg iv (kp)

23
BAB III
DISKUSI

Diagnosis pada pasien meningitis berdasarkan anamnesis Pada kasus ini


didapatkan adanya gejala kejang dan penurunan kesadaran, menurut teori
gejala-gejala ini terjadi akibat produk–produk aktif dari bakteri tersebut
merangsang sel endotel dan makrofag di susunan saraf pusat (sel astrosit dan
microglia) memproduksi mediator inflamasi seperti Interleukin–1 (IL-1) dan
tumor necrosis factor (TNF). Mediator inflamasi berperan dalam proses awal dari
beberapa mekanisme yang menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial, Edema
otak yang berat juga menghasilkan pergeseran midline kearah kaudal dan terjepit
pada tentorial notch atau foramen magnum. Pergeseran ke kaudal ini menyebabkan

24
herniasi dari gyri parahippocampal, cerebellum, atau keduanya. Perubahan tekanan
intrakranial ini secara klinis menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran dan
refleks postural. yang selanjutnya mengakibatkan menurunnya aliran darah otak. Pada
meningitis dapat juga terjadi syndrome inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
diduga disebabkan oleh karena proses peradangan akan meningkatkan pelepasan atau
menyebabkan kebocoran vasopressin endogen sistem supraoptikohipofise meskipun
dalam keadaan hipoosmolar, dan SIADH ini menyebabkan hipovolemia, oliguria dan
peningkatan osmolaritas urine meskipun osmolaritas serum menurun, sehingga
timbul gejala-gejala water intoxication yaitu mengantuk, iritabel dan kejang. 2,4

Diketahui pasien memiliki gejala batuk & pilek yang sudah lama.
Saluran nafas merupakan port of entry utama bagi banyak penderita meningitis
purulenta. Proses terjadinya meningitis melalui jalur hematogen yaitu awalnya
bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan melekat pada sel epitel
mukosa nasofaring dan berkolonisasi, kemudian bakteri menembus mukosa
saluran pernafasan, selanjutnya bakteri memperbanyak diri dalam aliran darah
(menghindari dari sel fagosit dan aktivasi bakteriolitik) dan menimbulkan
bakteriemia, kemudian bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan
bakteri memperbanyak diri dalam cairan serebrospinal, mekanisme terakhir
bakteri menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak
sehingga terjadilah meningoencephalitis.4

Meningoencephalitis adalah peradangan yang terjadi pada encephalon dan


meningens. Nama lain dari meningoencephalitis adalah cerebromeningitis,
encephalomeningitis, meningocerebritis.1,2
Meningitis bisa terjadi diakibatkan oleh infeksi yang terjadi dan mencapai selaput
otak yang melalui aliran darah hematogen yang dapat disebabkan oleh karena infeksi
ditempat lain seperti faringitis, tonsillitis, endokarditis, pneumonia, infeksi gigi. Pada
keadaaan ini sering didapatkan biakan kuman yang positif pada darah yang sesuai
dengan kuman yang ada dalam cairan otak. Bisa akibat perluasan dari infeksi

25
perkontinuitatum yang disebabkan oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, abses
otak, & sinus cavernosus. Dan dapat terjadi oleh karena implantasi langsung bisa
disebabkan oleh karena trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal
dan mielokel.2,4
Komponen – komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan menimbulkan
respons peradangan pada selaput otak (meningen) serta menyebabkan perubahan
fisiologis dalam otak berupa peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan aliran
darah otak, yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala-gejala. 2,4

Pada pemeriksaan fisis neurologis pada kasus ini didapatkan pemeriksaan


rangsang mening berupa kaku kuduk (+), brudzinzski 1 (+) dan Klonus (+).
Ensefalopati pada meningitis bakterial dapat juga terjadi akibat hipoksia
sistemik dan demam. Kelainan yang terjadi pada meningitis adalah peradangan pada
selaput otak (meningen) yang disebabkan oleh bahan–bahan toksis bakteri.
Peradangan selaput otak akan menimbulkan rangsangan pada saraf sensoris,
akibatnya terjadi refleks kontraksi otot–otot tertentu untuk mengurangi rasa sakit,
sehingga timbul tanda Kernig dan Brudzinksi serta kaku kuduk. 2,4

Diagnosis meningoencephalitis didapatkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan


fisis, dan pemeriksaan penunjang. Pada Anamnesis didapatkan penderita
mengalami muntah dan penurunan kesadaran yang merupakan penyebab dari
peningkatan tekanan intrakranial. Panas dan kejang yang terjadi merupakan
penyebab dari infeksi yang terjadi yang disertai dengan peningatan TIK. Hal ini
sesuai dengan kepustakaan bahwa penderita meningoensefalitis memiliki suatu
gejala kombinasi dari gejala meningitis dan ensefalitis. Pada pemeriksaan fisis
didapatkan tanda penurunan kesadaran dimana didapatkan GCS pasien
E2M4V1 dan pada pemeriksaan fisik ditemukan adanya tanda rangsangan
meningeal seperti kaku kuduk +, brudzinsky 1 + dan klonus +. Hal ini sesuai
dengan teori yang mengatakan bahwa pada meningitis akan ditemukan tanda
rangsangan meningeal yang disebabkan oleh peregangan membran yang

26
membungkus otak dan korda spinalis (meningen) yang terinflamasi.. Akan tetapi
pada kasus ini pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal tidak
dilakukan sehingga diagnosis pasti kearah meningoencephalitis tidak dapat
ditegakkan. Menurut teori pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal
merupakan gold standar yang harus dilakukan pada kasus meningoensephalitis. Pada
meningoencephalitis yang disebabkan oleh bakteri pada pemeriksaan CSS akan
didapatkan sel PMN 95%, kenaikan kadar protein dan penurunan kadar glukosa. 2,4

MRI atau CT scan dengan kontras yang dibutuhkan untuk menggambarkan


kelainan intrakranial.  Pediatric Academic Societies merekomendasikan bahwa MRI
dengan kontras harus dilakukan untuk neonatus dengan komplikasi meningitis 7-10
hari setelah memulai pengobatan untuk memastikan bahwa tidak ada penyulit yang
terjadi.6,7,8

Pada kasus ini, pasien diberikan Antibiotic Ceftriaxon injeksi yang


Menurut Infectious Diseases Society of America (IDSA) practice guidelines for
bacterial meningitis tahun 2004, kombinasi dari vankomisin dan ceftriaxone atau
cefotaxime dianjurkan bagi mereka yang dicurigai meningitis bakteri, dengan
terapi ditargetkan berdasarkan pada kepekaan patogen terisolasi. Kombinasi ini
memberikan respon yang adekuat terhadap pneumococcus yang resisten penisilin dan
H. Influenza tipe B yang resisten beta-laktam. Perlu diketahui, Ceftazidime
mempunyai aktivitas yang buruk terhadap penumococcus dan tidak dapat digunakan
sebagai substitusi untuk cefotaxime atau ceftriaxone.8

Antibiotic Dose (mg/kg/d) IV Maximum Daily Dose Dosing Interval

Ampicillin 400 6-12 g q6h

Vancomycin 60 2-4 g q6h

Penicillin G 400,000 U 24 million q6h

Cefotaxime 200-300 8-10 g q6h

27
Ceftriaxone 100 4g q12h

Ceftazidime 150 6g q8h

Cefepime* 150 2-4 g q8h

Imipenem † 60 2-4 g q6h

Meropenem 120 4-6 g q8h

Rifampin 20 600 mg q12h

*Minimal experience in pediatrics and not licensed for treatment of meningitis.


† Caution in use for treatment of meningitis because of possible seizures.

Tabel 8. Dosis antibiotik pada bayi dan anak dengan meningitis bakterial 8

Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI, terapi empirik pada bayi dan anak
dengan meningitis bakterial sebagai berikut : 6,7

 Usia 1 – 3 bulan :
- Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Sefotaksim 200-
300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis
 Usia > 3 bulan :
- Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis, atau
- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau
- Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dengan hasil
kultur dan resistensi. Durasi pemberian antibiotik menurut IDSA 2004 guidelines
for management of bacterial meningitis adalah sebagai berikut :8

 N meningitidis - 7 hari
 H influenzae - 7 hari

28
 S pneumoniae - 10-14 hari
 S agalactiae - 14-21 hari
 Bacil aerob Gram negatif - 21 hari atau or 2 minggu
 L monocytogenes - 21 hari atau lebih

Pada anamnesis, pasien memliliki riwayat imunisasi yang tidak lengkap.


Melakukan imunisasi yang direkomendasikan tepat waktu dan sesuai jadwal
merupakan pencegahan terbaik. Menjalani kebiasaan hidup sehat, seperti
istirahat yang cukup, tidak kontak langsung dengan penderita lain juga dapat
membantu. Bila hamil, resiko meningitis oleh bakteri Listeria (listeriosis) dapat
dikurangi dengan memasak daging dengan benar, hindari keju yang terbuat dari susu
tanpa pasteurisasi. Berikut beberapa vaksin untuk tiga bakteri penyebab meningitis:
Neisseria meningitidis, Streptococcus pneumoniae and Haemophilus influenzae type
b (Hib). Dan untuk pencegahan ensefaliitis dapat diberikan vaksin campak, cacar air,
polio.1

Komplikasi meningoensefalitis terdiri dari komplikasi akut, intermediet dan


kronis. Komplikasi akut melipiuti edema otak, hipertensi intracranial, SIADH
( syndrome of inappropriate andtidiuretic hormone release ), kejang, ventrikulitis,
meningkatnya tekanan intracranial. Komplikasi kronik adalah memburuknya fungsi
kognitif ketulian, kecacatan motorik.2

Prognosis penyakit ini bervariasi. Makin muda umur pasien makin jelek
prognosisnya pada bayi baru lahir yang menderita meningitis angka kematian masih
tinggi. Apabila pengobatan terlambat ataupun kurang adekuat dapat menyebabkan
kematian atau cacat yang permanen. Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten
terhadap antibiotik bersifat fatal.1,2

29
DAFTAR PUSTAKA

1. Widagdo. Tatalaksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang. Jakarta: Sagung


Seto:2014.
2. Suharso D, Buku Ajar Neurologi Anak. Jakarta: BP IDAI; 2015.
3. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Cited on
November 2016. Available from :
http://www.cdc.gov/meningitis/about/cause.html. .
4. Razonable RR, dkk. Meningitis. Updated: March 29th. 2014. Available from :
http://emedicine.medscape.com/article/232915-overview. Accessed November
07th,2015.
5. Anonymous. Meningitis. Centers for Disease Control and Prevention. Available
from : http://www.cdc.gov/meningitis/about/ prevention.html. Accessed June 1st,
2017.
6. Pudjiadi AH,dkk. Ed. Pedoman Pelayanan Medis Ikatan Dokter Anak Indonesia.
Jilid 1. Jakarta : Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia. h. 189-96. Cited
on Desember 2018
7. Muller ML, dkk. Pediatric Bacterial Meningitis. Available from:
http://emedicine.medscape.com/article/961497-overview. Accessed November 9th,
2015.

30
31

Anda mungkin juga menyukai