PENDAHULUAN
1
Berikut akan di bahas kasus seorang anak perempuan berusia 1 tahun 6 bulan
dengan diagnosis susp. Meningoencefalitis yang di rawat inap diruangan ICU atas
RSU Anutapura Palu
2
BAB II
LAPORAN KASUS
A. IDENTITAS PASIEN
Agama : Islam
Kebangsaan : Indonesia
Pekerjaan : Serabutan
Pekerjaan : IRT
3
FAMILY TREE
B. ANAMNESIS
Anutapura Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan
kejang sejak 2 hari yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan
posisi ekstremitas flexi dan lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering
4
sudah berlangsung pada pasien sejak berusia 7 bulan. Kejang tanpa didahului
demam. Kejang muncul secara tiba-tiba berupa kejang klonik disertai dengan
penurunan kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir 1 minggu terakhir. Sesak
(-), Bab normal tidak ada keluhan. Bak tidak ada keluhan
Riwayat kehamilan ibu yakni G2P2A0, dengan riwayat Ante Natal Care
(ANC) yang tidak rutin. Riwayat saat hamil ibu tidak pernah sakit dan tidak
dan bayi langsung menangis , sesak (-), air ketuban jernih, BBL 2400 gram, PB
Kepandaian/Kemampuan Bayi:
• Membalik pada usia 4 bulan
5
• Tengkurap pada usia 5 bulan
• Duduk pada usia 7 bulan
• Merangkak pada 7 bulan
• Berdiri pada usia 12 bulan
• Berjalan pada usia bulan 14 bulan
• Tertawa pada usia 9 bulan
• Berceloteh 7 bulan
• Memanggil papa 14 bulan
Anamnesis makanan:
6
Menurut ibu pasien tidak ada keluarga yang pernah mengalami penyakit seperti
ini. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat penyakit epilepsi. Tidak ada
keluarga yang memiliki riwayat diabetes, tekanan darah tinggi serta penyakit
lainnya.
Pasien termasuk dalam ekonomi menengah bawah, saat ini pasien memakai
pembiayaan umum. Ayah pasien bekerja sebagai serabutan sedangkan Ibu pasien
mengurus urusan rumah tangga. Anak tinggal di Desa watusampu, Anak tinggal
bersama orang tua. Dalam satu rumah terdiri dari 3 orang. Lingkungan rumah
cukup baik, sumber air yang didapat dari sumur pompa. Menurut keluarga, kamar
mandi rumah cukup bersih, dan kebutuhan listrik kadang tidak terpenuhi. Status
Anutapura Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan kejang
sejak 2 hari yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan posisi
ekstremitas flexi dan lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering kejang.
berlangsung pada pasien sejak berusia 7 bulan. Kejang tanpa didahului demam.
7
Kejang muncul secara tiba-tiba berupa kejang klonik disertai dengan penurunan
kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir 1 minggu terakhir. Sesak (-), Bab normal
Riwayat kelahiran, anak lahir di rumah, cukup bulan, lahir langsung menangis
dengan BBL 2400, PBL tidak diingat cm, anus (+) dan riwayat kehamilan ibu
G2P2A0 dengan usia ibu sewaktu mengandung 24 tahun. Riwayat penyakit yang
diderita ibu selama kehamilan diabetes mellitus (-), hipertensi (-), demam tinggi saat
Usia 0 sampai 6 bulan anak mendapat ASI, pada usia 6 sampai 9 bulan pasien
mendapat susu formula dan mulai diberi bubur sun. Pada usia 9 bulan anak diberi
bubur saring. Pada usia 1 tahun sampai sekarang anak sudah diberikan nasi, sayur
imunisasi polio sebanyak2 kali, BCG 1 kali, DTP sebanyak2 kali dan campak tidak
pernah.
Riwayat penakit keluarga, menurut ibu pasien tidak ada keluarga yang pernah
mengalami penyakit seperti ini. Tidak ada keluarga yang memiliki riwayat diabetes,
Pasien termasuk dalam ekonomi menengah bawah, saat ini pasien memakai
pasien mengurus urusan rumah tangga. Anak tinggal di Desa watusampu, Anak
tinggal bersama orang tua. Dalam satu rumah terdiri dari 3 orang. Lingkungan rumah
8
merupakan lingkungan padat penduduk. Status sosial ekonomi anak masuk dalam
C. PEMERIKSAAN FISIK
Keadaan umum : Sakit Berat
Kesadaran : Somnolen
Suhu : 36,7o C
Sianosis : (-)
Anemia : (-/-)
Ikterus : (-/-)
BB/U : >0 Zscore <2 (normal) TB/U: <0 Zscore >-2 (perawakan pendek)
Berat Badan : 13 kg
Panjang Badan : 85 cm
9
Pigmentasi :- Oedema: (-)
Jaringan parut : -
Lapisan lemak : -
Lain-lain :-
Rumpleed test : (-)
Kepala
- Bentuk : Normosefal
- Ubun-ubun besar : Tertutup
- Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
- Mata :
Exophtalmus / Enophtalmus : (-/-)
Tekanan bola mata : Dalam batas normal Lensa : Jernih
Konjungtiva : Anemia -/- Fundus : tidak dilakukan
Sklera : Ikterik -/- Visus : dalam batas normal
Refleks Kornea : Tidak dilakukan Palpebra :
Udem (-)
Pupil : Isokor, RCL (+/+) RCTL (+/+)
10
Mulut :
Bibir : Kering (-), kebiruan (-), Selaput mulut : Stomatitis (-)
Luka (-)
Tonsil : T1 /T1 hiperemis (-)
Pharynx: hiperemia (-)
Paru-paru
- Inspeksi : Simetris bilateral, retraksi (-), massa (-)
- Palpasi : Vokal fremitus ki=ka, massa (-), nyeri tekan (-)
- Perkusi : Sonor kedua lapangan paru
- Auskultasi : Bunyi vesikular (+), Ronkhi basah halus (-),
Wheezing (-)
Jantung
- Inspeksi : Ictus cordis tidak tampak
11
- Palpasi : Ictus cordis teraba di ICS V, linea midklavikularis
sinistra
- Perkusi : Batas jantung dalam keadaan normal
- Auskultasi : BJ I/II murni reguler, Bising (-),
Suara tambahan (-)
Abdomen
- Inspeksi : Bentuk abdomen cembung, Distensi (-)
- Auskultasi : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang
terdengar
- Palpasi : Nyeri tekan (+) seluruh bagian perut
Hati : tidak teraba
Lien : tidak teraba
Ginjal : tidak teraba
- Perkusi : Timpani (+), Ascites (-)
Genital : Normal (tidak ditemukan kelainan)
Kelenjar : Tidak ada pembesaran
Anggota gerak
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Tulang-belulang : Tidak ada kelainan
Otot-otot : Atrofi (-)
Reflex – reflex : patologis (Babinski +, chaddok +)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
12
Nama : An. A.T Tgl. Pemeriksaan : 25 September 2018
MCV 87 80-99 %
MCH 29 27-31%
13
Pemeriksaan morfologi sel darah :
Eritrosit : Anisositosis, normositik normokrom, polikromasia (+), target sel (+), benda
inklusi tidak ditemukan, normoblast tidak ditemukan
Leukosit : Jumlah meningkat, limfosit > PMN, vakuolisasi (+), granulasitoksik (+),
limfosit atipik (+), sel blast tidak ditemukan
Trombosit : Jumlah meningkat, giant trombosit (+), aggregasi trombosit (+)
Kesan : Lekositosis dengan tanda-tanda infeksi disertai trombositosis reaktif
E. RESUME
Seorang anak perempuan, umur 1 tahun 6 bulan, masuk Rumah Sakit Anutapura
Palu pada tanggal 25 september 2018 jam 16.22 dengan keluhan kejang sejak 2 hari
yang lalu dengan lama kejang sekitar 5-10 menit dengan posisi ekstremitas flexi dan
lidah keluar. Menurut ibu, pasien memang sering kejang. Frekuensi timbulnya kejang
3x sehari dalam seminggu. Kejadian ini sudah berlangsung pada pasien sejak berusia
7 bulan. Kejang tanpa didahului demam. Kejang muncul secara tiba-tiba berupa
kejang klonik disertai dengan penurunan kesadaran. Demam (-), batuk disertai lendir
1 minggu terakhir. Sesak (-), Bab normal tidak ada keluhan. Bak tidak ada keluhan
Pada pemeriksaan fisik ditemukan tanda tanda vital. Denyut nadi 96 kali/menit,
Suhu 36,7o C, Respirasi 36 kali/menit, tekanan darah : -mmHg dan status gizi: gizi
perut yang cembung, distensi abdomen (-), bising usus (+) terdengar jelas.
Pemeriksaan Rangsang meningeal ditemukan Kaku kuduk (+), Kernig Sign (+),
Brudzinski I dan II (+). Dari hasil pemeriksaan laboratorium yaitu darah lengkap
didapatkan hemoglobin (12,7 g/dl), WBC (18.0 103/ µl), RBC (4,39 103/ µl), HCT (38
14
103/ µl) , MCV (87 %), MCH (29 %), MCHC (33,4 g/dl) dan PLT (834 103/ µl).
F. DIAGNOSIS KERJA
- Susp Meningoencephalitis
G. TERAPI
- O2 1-2 tpm
- IVFD Kaen 3B 10 tpm Makro
- Inj. Cefotaxime 250mg/8jam/iv
- Inj. Gentamicin 25 mg/24jam/iv
- Inj. Santagesik 50 mg/6 jam/ k/p
- Inj. Dexamethason 1 mg / 8jam
- Inj Diazepam 2mg/ iv bila kejang
- Konsul Neurologi
H. FOLLOW UP
Follow up
Tanggal : 26 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(+), Batuk berdahak (+)
15
O :
Tanda vital : HR = 96 x/menit SB = 36,70
RR = 36 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
16
Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : - Susp. meningoencephalitis
17
Follow up
Tanggal : 27 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(-), Batuk berdahak (+)
O :
Tanda vital : HR = 102 x/menit SB = 36,50
RR = 34 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
18
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
19
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : - Susp. meningoencephalitis
P : - IVFD RL:Dex 10% 6 tpm - Ambroxol 2,5mg
- O2 2tpm - salbutamol 0,3mg 3x1 pulv
- Inj. Ceftriaxone 250mg/8jam/iv - histapan 5mg
- Inj. Gentamicin 25mg/24jam
- Inj. Dexamethason 1mg / 8jam
- Santagesic 50mg/6jam
- Diazepam 2mg iv (kp)
20
Follow up
Tanggal : 28 September 2018
S : Demam (-), lemas (+), muntah (-), BAB biasa, BAK biasa, Kejang
(-), Batuk berdahak (+)
O :
Tanda vital : HR = 130 x/menit SB = 36,50
RR = 34 x/menit
KU : Saki sedang
Kulit : Warna : Sawo matang
Effloresensi : Ruam (-)
Sianosis : tidak ada sianosis
21
Turgor : < 2 detik (baik)
Rangsang Meningeal : kaku kuduk (+), Kernig (+), Brudzinski I (+)
Brudzinski II (+)
Kepala :
Bentuk : Normocephal
Rambut : Hitam, tidak mudah dicabut
Mata : Conjungtiva anemis -/-, Sklera ikterus -/-, Pupil isokor, RCL
+/+, RCTL +/+
Telinga : Orthorea (-)
Hidung : Rinorhea (-)
Mulut : Bibir : Sianosis (-), Kering (-), Lidah kotor (-), Luka (-)
Tenggorokan : Hiperemis tonsil T1/T1 (-), Pharynx hyperemis (-)
Leher : Trachea terletak ditengah, Kelenjar (pembesaran parotis (-)
Thorax :
Paru-paru
I : Simetris bilateral, retraksi (-)
P: Tidak teraba adanya massa
P : Sonor pada kedua lapangan paru
A : Vesikuler +/+, Rhongki -/-, Wheezing -/-
Jantung
I : Ictus kordis tidak tampak pada SIC V
P : Ictus cordis tidak teraba di SIC V, linea midklavikularis sinistra
P : Batas jantung kanan : SIC V linea parasternal dextra
22
Batas jantung atas : SIC II linea parasternal sinistra
Batas jantung kiri : SIC VI linea midcvaicularis
A : Bunyi jantung I dan II reguler, murmur (-), bising (-)
Abdomen
I : Bentuk abdomen cembung, distensi (-)
A : Bising usus (+) kesan menurun dan kadang kurang terdengar
P : Timpani (+), Ascites (-)
P : Nyeri tekan (-), Hepatomegali (-), splenomegali (-)
Genetalia Laki-laki : dalam batas normal
Anggota Gerak :
Ekstremitas atas : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Ekstremitas bawah : Akral hangat (+/+), edema (-/-)
Otot-otot : Atrofi (-)
Refleksi Fisioligis (+)
Reflkes patologis (-)
A : - Susp. meningoencephalitis
P : - IVFD RL:Dex 10% 6 tpm - Ambroxol 2,5mg
- O2 2tpm - salbutamol 0,3mg 3x1 pulv
- Inj. Ceftriaxone 250mg/8jam/iv - histapan 5mg
- Inj. Gentamicin 25mg/24jam
- Inj. Dexamethason 1mg / 8jam
- Santagesic 50mg/6jam
- Diazepam 2mg iv (kp)
23
BAB III
DISKUSI
24
herniasi dari gyri parahippocampal, cerebellum, atau keduanya. Perubahan tekanan
intrakranial ini secara klinis menyebabkan terjadinya gangguan kesadaran dan
refleks postural. yang selanjutnya mengakibatkan menurunnya aliran darah otak. Pada
meningitis dapat juga terjadi syndrome inappropriate antidiuretic hormone (SIADH)
diduga disebabkan oleh karena proses peradangan akan meningkatkan pelepasan atau
menyebabkan kebocoran vasopressin endogen sistem supraoptikohipofise meskipun
dalam keadaan hipoosmolar, dan SIADH ini menyebabkan hipovolemia, oliguria dan
peningkatan osmolaritas urine meskipun osmolaritas serum menurun, sehingga
timbul gejala-gejala water intoxication yaitu mengantuk, iritabel dan kejang. 2,4
Diketahui pasien memiliki gejala batuk & pilek yang sudah lama.
Saluran nafas merupakan port of entry utama bagi banyak penderita meningitis
purulenta. Proses terjadinya meningitis melalui jalur hematogen yaitu awalnya
bakteri yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan melekat pada sel epitel
mukosa nasofaring dan berkolonisasi, kemudian bakteri menembus mukosa
saluran pernafasan, selanjutnya bakteri memperbanyak diri dalam aliran darah
(menghindari dari sel fagosit dan aktivasi bakteriolitik) dan menimbulkan
bakteriemia, kemudian bakteri masuk ke dalam cairan serebrospinal dan
bakteri memperbanyak diri dalam cairan serebrospinal, mekanisme terakhir
bakteri menimbulkan peradangan pada selaput otak (meningen) dan otak
sehingga terjadilah meningoencephalitis.4
25
perkontinuitatum yang disebabkan oleh infeksi dari sinus paranasalis, mastoid, abses
otak, & sinus cavernosus. Dan dapat terjadi oleh karena implantasi langsung bisa
disebabkan oleh karena trauma kepala terbuka, tindakan bedah otak, pungsi lumbal
dan mielokel.2,4
Komponen – komponen bakteri dan mediator inflamasi berperan menimbulkan
respons peradangan pada selaput otak (meningen) serta menyebabkan perubahan
fisiologis dalam otak berupa peningkatan tekanan intrakranial dan penurunan aliran
darah otak, yang dapat mengakibatkan timbulnya gejala-gejala. 2,4
26
membungkus otak dan korda spinalis (meningen) yang terinflamasi.. Akan tetapi
pada kasus ini pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal tidak
dilakukan sehingga diagnosis pasti kearah meningoencephalitis tidak dapat
ditegakkan. Menurut teori pemeriksaan cairan serebrospinalis melalui pungsi lumbal
merupakan gold standar yang harus dilakukan pada kasus meningoensephalitis. Pada
meningoencephalitis yang disebabkan oleh bakteri pada pemeriksaan CSS akan
didapatkan sel PMN 95%, kenaikan kadar protein dan penurunan kadar glukosa. 2,4
27
Ceftriaxone 100 4g q12h
Tabel 8. Dosis antibiotik pada bayi dan anak dengan meningitis bakterial 8
Menurut Pedoman Pelayanan Medis IDAI, terapi empirik pada bayi dan anak
dengan meningitis bakterial sebagai berikut : 6,7
Usia 1 – 3 bulan :
- Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Sefotaksim 200-
300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis, atau
- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 2 dosis
Usia > 3 bulan :
- Sefotaksim 200-300 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 3-4 dosis, atau
- Seftriakson 100 mg/kgBB/hari IV dibagi 2 dosis, atau
- Ampisilin 200-400 mg/kgBB/hari IV dibagi dalam 4 dosis + Kloramfenikol 100
mg/kgBB/hari dibagi dalam 4 dosis
Jika sudah terdapat hasil kultur, pemberian antibiotik disesuaikan dengan hasil
kultur dan resistensi. Durasi pemberian antibiotik menurut IDSA 2004 guidelines
for management of bacterial meningitis adalah sebagai berikut :8
N meningitidis - 7 hari
H influenzae - 7 hari
28
S pneumoniae - 10-14 hari
S agalactiae - 14-21 hari
Bacil aerob Gram negatif - 21 hari atau or 2 minggu
L monocytogenes - 21 hari atau lebih
Prognosis penyakit ini bervariasi. Makin muda umur pasien makin jelek
prognosisnya pada bayi baru lahir yang menderita meningitis angka kematian masih
tinggi. Apabila pengobatan terlambat ataupun kurang adekuat dapat menyebabkan
kematian atau cacat yang permanen. Infeksi yang disebabkan bakteri yang resisten
terhadap antibiotik bersifat fatal.1,2
29
DAFTAR PUSTAKA
30
31