Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

Dalam beberapa decade, angka kejadian bayi besar meningkat terutama


dinegara berkembang. Beberapa penelitian melaporkan 15 % dan 25% wanita
melahirkan bayi besar dalam populasi berbeda dalam 3 dekade terakhir. Dalam
beberapa penelitian mengemukakan beberapa faktor resiko diantaranya umur ibu,
penambahan berat badan ibu, rasio pinggang dan panggul, multiparitas, umur
kehamilan, diabetes gestational, obesitas, merokok selama kehamilan, riwayat
kehamilan dengan berat badan lahir >4000 gram, jenis kelamin laki-laki,
perubahan sosial demografi yang signifikan.1
Bayi besar(makrosomia) merupakan bayi yang dilahirkan dengan berat
lebih dari 4000 gram. Dimana bayi dengan makrosomia akan meningkatkan
resiko perinatal dan maternal bila dibandingkan dengan berat normal. Komplikasi
maternal yang ditimbulkan diantaranya pendarahan, persalinan lama, secsio
cesarean. Sedangkan resiko untuk perinatal misalnya distosia bahu, kerusakan
plexus brahialis, kerusakan tulang, aspirasi mekonium, asfiksia neonatorum,
hipoglikemia, fraktur clavicula, hyperbilirubinemia.1
Penatalaksanaan prenatal untuk bayi curiga makrosomia adalah dengan
melakukan elective cesarean section untuk mencegah trauma lahir. Komplikasi
yang dapat ditimbulkan pada bayi besar diantaranya adalah hipoglikemia dan
ikterus. Sehingga penatalaksanaan hipoglikemia perlu dilihat apakah simtomatik
atau asimtomatik. Hipoglikemia simtomatik perlu diberikan bolus dextrose 10%
sebanyak 2 ml/kgbb dan perlu dipantau kadar gula darah sewaktu setelah lahir dan
dalam 30 menit, 2-4 jam selama 48 jam.1
Hipoglikemia adalah gangguan metabolisme yang dapat terjadi pada bayi
normal maupun bayi beresiko tinggi dimana kadar gula darah sewaktu kurang dari
40-45 mg/dl. Manifestasi klinis hipoglikemia sering kali tidak spesifik, dapat
bersifat asimptomatik dan bisa juga simptomatik.(2)
Munculnya gejala dan kadar glukosa sangat bervariasi pada setiap bayi.
Gejala biasanya muncul bila kadar glukosa < 40 mg/dL dan tampak antara 24 dan
72 jam setelah kelahiran atau dalam 6 jam setelah suatu kelahiran bayi mengalami

1
stres berat. Saat bayi berusia 72 jam, pencapaian kadar glukosa sebesar 45 mg/dL
atau lebih adalah hasil yang diharapkan tanpa mempertimbangkan berat badan,
usia gestasi atau faktor predisposisi lainnya. Manifestasi klinis sangat beragam
yaitu mencakup gemetar atau kejang, iritabilitas, letargi atau hipotonia,
pernapasan tidak teratur, apnea, sianosis, pucat, menolak untuk mengisap atau
kurang minum ASI, menangis dengan suara melengking atau melemah,
hipotermia, berkeringat dingin, diaporesis atau aktivitas kejang neonatus.(3)
Pada bayi juga biasanya terjadi infeksi pada tali pusat, tali pusat atau
funiculus umbilicalis adalah saluran kehidupan bagi janin selama dalam
kandungan. Dikatakan saluran kehidupan karena saluran inilah yang selama
kehamilan menyuplai zat-zat gizi dan oksigen ke janin. Tetapi begitu bayi lahir,
saluran ini sudah tak diperlukan lagi sehingga harus dipotong dan diikat atau
dijepit. Tali pusat biasanya putus satu minggu setelah lahir dan luka sembuh
dalam 15 hari. Sebelum luka sembuh merupakan jalan masuk untuk kuman dan
infeksi yang dapat menyebabkan infeksi tali pusat dan adanya sepsis.(4,5)
Berikut ini akan dibahas tentang bayi besar yang mengalami hipoglikemia
dan ompalitis di RSUD Undata Palu.

2
KASUS PASIEN

I. IDENTITAS PASIEN
Bayi perempuan masuk rumah sakit Undata umur 3 hari berat badan 4350
gram, panjang bayi 52 cm, masuk rumah sakit tanggal 04-12-2015 pukul
08.00 WITA dengan keluhan tali pusat basah, ada sedikit darah, dan berbau.
II. ANAMNESIS

Pasien diantar oleh ibunya ke rumah sakit Undata dengan keluhan tali
pusat basah, ada sedikit darah dan berbau. sejak 2 hari sebelum masuk rumah
sakit undata, menurut ibunya tali pusat bayi hanya dibersihkan dengan air
hangat dan diberikan bedak dari daun-daunan pada tali pusatnya tetapi setelah
itu tali pusatnya tidak membaik dan malah berbau.

III.RIWAYAT PERSALINAN
Dari anamnesis didapatkan bahwa bayi lahir di Rumah Sakit Anutpura
lahir dengan sectio caesarea atas indikasi pre eklampsia. Ketuban berwarna
putih keruh dengan APGAR Skore 7/9. Saat dilahirkan bayi langsung
menangis, sianosis(-), merintih(-) kelainan kongenital(-), usia kehamilan
cukup bulan usia kehamilan 38 minggu berat badan bayi baru lahir 4400 gram
dan panjang 52 cm.
IV. RIWAYAT KEHAMILAN

Dari riwayat ibu usianya 28 tahun, memiliki riwayat Diabetes Mellitus,


tidak ada hipertensi, tidak ada demam selama kehamilan, riwayat antenatal
care rutin setiap bulan ke bidan. Selama hamil ibu banyak mengkonsumsi
makanan, berat badan ibu naik > 10 kg selama kehamilan.

PEMERIKSAAN FISIK
Tanda Vital
Denyut Jantung : 120 kali/menit
Pernapasan : 52 kali/menit
Suhu : 36,5 oC
CRT : 2 detik

3
Berat badan lahir : 4350 gram

Panjang badan : 52 cm

Lingkar kepala : 36 cm Lingkar dada : 39 cm

Lingkar lengan : 11 cm Lingkar perut : 38 cm

Sistem Pernapasan
Sianosis : (-)
Merintih : (-)
Apnea : (-)
Retraksi dinding dada : (-)
Pergerakan dinding dada : simetris bilateral kanan sama dengan kiri
Cuping hidung : (-)
Stridor : (-)
Bunyi napas : bronkovesikular+/+

SKOR DOWN

Frekuensi napas :0
Retraksi :0
Sianosis :0
Udara masuk :0
Stridor :0

4
Total :0
Kesimpulan : tidak ada gawat napas

Sistem Kardiovaskular
Bunyi jantung : bunyi jantung 1/11 murni reguler
Murmur : (-)

Sistem Hematologis
Pucat : (-)
Anemia : (-)

Sistem Gastrointestinal
Kelainan dinding abdomen : (-)
Muntah : (-)
Diare : (-)
Organomegali : (-)
Bising usus : (+) kesan normal

Umbilikus : berbau, basah dan keluar sedikit darah,


edema (-), ukuran infeksinya < 1 cm

Sistem Saraf

5
Tingkat keadaran : compos mentis
Aktivitas : sedang
Fontanela : datar
Sutura : belum menyatu
Kejang : (-)
Refleks cahaya : (+)

Sistem Genitalia
Keluaran : (-)
Anus : (+)
Pemeriksaan Lain
Ekstremitas : normal, akral hangat
Turgor : baik
Tulang belakang : normal
Trauma lahir : (-)
Kelainan kongenital : (-)
Pemeriksaan GDS: 43 g/dl.

RESUME

Bayi perempuan usia 3 hari masuk tanggal 04-12-2015 pukul 08.00 WITA
masuk Rumah Sakit Undata dengan keluhan tali pusat basah, ada darah sedikit
dan berbau. Bayi lahir cukup bulan usia kehamilan 38 minggu dengan sectio
caesarea atas indikasi pre eklampsia dengan berat badan lahir 4400 gram, panjang
badan 52 cm. Air ketuban warna putih jernih. Saat lahir bayi langsung menangis,
aktivitas kurang, sianosis dan merintih tidak ada. Apgar Score 7/9.

Dari riwayat ibu memiliki riwayat Diabetes Mellitus dan pasien


melakukan operasi sesar diRSU Anutapura, tidak ada hipertensi sebelum
kehamilan, tidak ada demam selama kehamilan, riwayat antenatal care rutin setiap
bulan ke bidan. Selama hamil ibu banyak mengkonsumsi makanan, berat badan
ibu naik > 10 kg selama kehamilan.

Dari hasil pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan:


Denyut jantung:120 x/menit.
Pernapasan: 52 x/menit
Suhu:36,5 oC.

6
Berat badan sekarang 4350 gram
Skor Down: 0 yang berarti tidak ada gawat napas.
Skor ballard: tidak dilakukan karena pasien sudah berumur 3 hari
Dan GDS 43 g/dl.
DIAGNOSIS

Bayi Besar dengan hipoglikemia dan omphalitis

TERAPI

IVFD dextrosa 10% 18 tpm

Tetes/menit= 4,3 x 100 x 60 = 17,9 tetes/menit=18 tetes/menit


24x 60

Injeksi ampisilin 3x 250 mg/IV


Rawat dengan cairan Nacl Umbilicus
Asi/pasi 8x30 cc

Anjuran pemeriksaan : periksa darah rutin

7
FOLLOW UP

05 Desember 2015

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 125x/menit Suhu : 36,5 C
Pernapasan : 50x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : Berbau dan basah
Pemeriksaan GDS: 67 g/dl

8
Pemeriksaan darah rutin:
HB: 17 g/dl
HCT 53,7%
PLT 248
WBC 13x103/mm3
A: Bayi besar+ post hipoglikemia+Omphalitis
P: IVFD dextrosa 10% 18 tpm( GIR 6,9 g/kgBB/jam)
Injeksi ampisilin 3x 250 mg/IV
Rawat dengan cairan Nacl pada Umbilicus
Asi/pasi 8x30 cc

06 Desember 2015

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 36,8 C
Pernapasan : 52x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat
Pusat : Berbau
A: bayi besar+ omphalitis
P: IVFD dextrosa 10% 18 tpm( GIR 6,9 g/kgBB/jam)
Injeksi ampisilin 3x 250 mg/IV

9
Rawat dengan cairan Nacl Umbilicus
Asi/pasi 8x30 cc
Periksa GDS

07 Desember 2015

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 120x/menit Suhu : 36,5 C
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas pasif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
Pusat : tidak berbau
GDS: 84 mg/dl
A: bayi besar+ post omphalitis
P: Asi/pasi 8x30 cc

10
08 Desember 2015

S: Febris (-), retraksi dinding dada (-), kejang (-), letargi (-), muntah (-).
O: Tanda Tanda Vital:
Denyut Jantung : 124x/menit Suhu : 36,5 C
Pernapasan : 56x/menit CRT : < 2 detik
Sistem Pernapasan.
Sianosis (-), merintih (-), apnea (-), retraksi dinding dada (-), pergerakan
dinding dada simetris (+),
Sistem Kardiovaskuler : Bunyi jantung reguler (+), murmur (-).
Sitem Hematologi : Pucat (-), ikterus (-)
Sistem Gastrointestinal : Kelainan dinding abdomen (-),
massa/organomegali (-).
Sistem Saraf : Aktivitas aktif, tingkat kesadaran composmentis, fontanela
datar, kejang (-).
Ekstremitas : akral hangat+/+
A: Bayi besar
P: Asi/pasi 8x30 cc
Pasien dipulangkan

11
DISKUSI

Makrosomia atau bayi besar adalah bayi yang dilahirkan dengan berat
badan lebih dari 4000 gram. Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan
dengan berat badan lebih dari 4000 gram. Pada kasus ini bayi lahir dengan berat
4400 gram dan berjenis kelamin perempuan, bayi dilahirkan dengan sectio
caesarea atas indikasi preeclampsia dan bayi besar2

Menurt American Family Physician Makrosomia memiliki beberapa faktor


diantaranya ;

- maternal diabetes
- gangguan intoleransi glukosa maternal
- multiparitas
- Riwayat bayi besar sebelumnya
- Kehamilan memanjang
- Maternal obesitas
- Kelebihan berat badan selama kehamilan
- Janin laki-laki
- Tinggi badan ibu
- Kala II lama 2

Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia berperan


dalam merangsang pertumbuhan bayi besar. Hipotesis perdersen menyebutkan
bahwa hiperglikemia maternal merangsang hiperinsulinemia janin dan

12
makrosomia. Hiperinsulinemia akan menekan glukoneogenesis dan glikogenolisis
janin. Kadar glukosa menurun <45 mg/dl. Glukosa menurun sampai kadar yang
rendah 1 -1 jam setelah kelahiran. Pada kasus ini pemeriksaan gula darah pada
saat masuk rumah sakit 43 mg/dl ini merupakan tanda dari hipoglikemia pada bayi
karena bayi tersebut mempunyai kadar gula darah yang rendah.

Fetus normal mempunyai sistem yang belum matang dalam pengaturan


kadar glukosa darah. Glukosa melintasi barier plasenta melalui proses difusi, dan
kadar glukosa janin sangat mendekati kadar glukosa ibu. Mekanisme transport
glukosa melindungi janin terhadap kadar maternal yang tinggi. Bila kadar glukosa
ibu tinggi melebihi batas normal akan menyebabkan dalam jumlah besar glukosa
dari ibu menembus plasenta menuju janin dan terjadi hiperglikemia pada janin.
Tetapi kadar insulin ibu tidak dapat mencapai fetus, karena insulin tidak dapat
melewati barrier plasenta. Sehingga kadar glukosa ibulah yang mempengaruhi
kadar glukosa fetus. Sel beta pancreas fetus kemudian akan menyesuaikan diri
terhadap tingginya kadar glukosa darah. Hal ini akan menimbulkan janin
mengalami hiperinsulinemia yang sebanding dengan kadar glukosa darah ibu.
Hiperinsulinemia yang bertanggung jawab terhadap terjadinya makrosomia karena
meningkatnya lemak tubuh2.

Peningkatan penggunaan zat makanan bertanggung jawab pada


peningkatan ukuran badan janin. Dimana nutrisi yang diterima oleh ibu akan
diterima oleh janin melaui plasenta. Pada kasus ini ibu pasien mengkonsumsi
banyak makanan pada saat kehamilan sehingga berpengaruh terhadap berat badan
janin.2

Berdasarkan kriteria Harman dan Jaudon pasien mengalami hipoglikemia


ringan yaitu kadar gula darah sewaktu 40-60 mg/dl, dimana kadar gula darah
sewaktu pasien 43 mg/dl. Sehingga pasien mendapatkan dextrose 10 % secara
intravena sebanyak 18 tetes/menit. Sedangkan kriteria hipoglikemia sedang adalah
20-40 mg/dl dan hipoglikemia berat <20 mg/dl.11

13
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa <40-45 mg/dl,

gejalanya sering tidak jelas atau asimptomatik, diagnosis dini dan pengobatan

yang tepat dapat mencegah konsekuensi yang serius. Penyebab dan mekanisme

dari hipoglikemia adalah berkurangnya simpanan glukosa dan menurunnya

produksi glukosa. Meningkatnya pemakaian glukosa (hiperinsulinisme) ataupun

kedua mekanisme tersebut. Tanda klinis hipoglikemia pada bayi baru lahir tidak

spesifik. Diagnosis berdasarkan gejala klinis cukup sulit karena tidak adanya

tanda patologi untuk keadaan ini, secara pasti diagnosis hipoglikemia adalah

berdasarkan pengukuran kadar gula darah.(5)

Bayi yang mempunyai risiko hipoglikemia (6):

1. Bayi dari ibu dengan diabetes. Ibu dengan diabetes yang tidak terkontrol

memiliki kadar glukosa darah yang tinggi yang bisa melewati plasenta

sehingga merangsang pembentukan insulin pada neonatus. Saat lahir, kadar

glukosa darah tiba-tiba turun karena pasokan dari plasenta berhenti, padahal

kadar insulin masih tinggi, sehingga terjadi hipoglikemia. Pencegahannya

adalah dengan mengontrol kadar glukosa darah pada ibu hamil.

2. Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya lahir dari ibu

dengan toleransi glukosa yang abnormal.

3. Bayi kecil untuk masa kehamilan (KMK). Selama dalam kandungan, bayi

sudah mengalami kekurangan gizi, sehingga tidak sempat membuat cadangan

glikogen, dan kadang persediaan yang ada sudah terpakai. Bayi KMK

mempunyai kecepatan metabolisme lebih besar sehingga menggunakan

glukosa lebih banyak daripada bayi yang berat lahirnya sesuai untuk masa

14
kehamilan (SMK), dengan berat badan yang sama. Meskipun bayi KMK

bugar, bayi mungkin tampak lapar dan memerlukan lebih banyak perhatian.

Bayi KMK perlu diberi minum setiap 2 jam dan kadang masih hipoglikemia,

sehingga memerlukan pemberian suplementasi dan kadang memerlukan cairan

intravena sambil menunggu ASI ibunya cukup.

4. Bayi kurang bulan. Deposit glukosa berupa glikogen biasanya baru terbentuk

pada trimester ke-3 kehamilan, sehingga bila bayi lahir terlalu awal,

persediaan glikogen ini terlalu sedikit dan akan lebih cepat habis terpakai.

5. Bayi lebih bulan. Fungsi plasenta pada bayi lebih bulan sudah mulai

berkurang. Asupan glukosa dari plasenta berkurang, sehingga janin

menggunakan cadangan glikogennya. Setelah bayi lahir, glikogen tinggal

sedikit, sehingga bayi mudah mengalami hipoglikemia.

6. Pasca asfiksia. Pada asfiksia, akan terjadi metabolisme anaerob yang banyak

sekali memakai persediaan glukosa. Pada metabolisme anaerob, 1 gram

glukosa hanya menghasilkan 2 ATP, sedang pada keadaan normal 1 gram

glukosa bisa menghasilkan 38 ATP.

7. Polisitemia. Bayi dengan polisitemia mempunyai risiko tinggi untuk

terjadinya hipoglikemia dan hipokalsemia, karena pada polisitemia terjadi

perlambatan aliran darah.

8. Bayi yang dipuasakan, termasuk juga pemberian minum pertama yang

terlambat. Bayi dapat mengalami hipoglikemia karena kadar glukosa darah

tidak mencukupi

15
9. Bayi yang mengalami stres selama kehamilan atau persalinan, misalnya ibu

hamil dengan hipertensi. Setelah kelahiran, bayi mempunyai kecepatan

metabolisme yang tinggi dan memerlukan energi yang lebih besar

dibandingkan bayi lain.

10. Bayi sakit. Bayi kembar identik yang terjadi twin to twin tranfusion,

hipotermia, distress pernapasan, tersangka sepsis, eritroblastosis fetalis,

sindrom Beckwith-Wiedermann, mikrosefalus atau defek pada garis tengah

tubuh, abnormalitas endokrin atau inborn error of metabolism dan bayi stres

lainnya, mempunyai risiko mengalami hipoglikemia.

11. Bayi yang lahir dari ibu yang bermasalah. Ibu yang mendapatkan pengobatan

(terbutalin, propanolol, hipoglikemia oral), ibu perokok, ibu yang mendapat

glukosa intra vena saat persalinan, dapat meningkatkan risiko hipoglikemia

pada bayinya.

Pada kasus ini, dapat disimpulkan bahwa bayi tersebut memiliki faktor

resiko untuk mengalami hipoglikemia, yaitu bayi dengan ibu yang menderita

Diabetes Mellitus, Bayi besar untuk masa kehamilan (BMK). Bayi BMK biasanya

lahir dari ibu dengan toleransi glukosa yang abnormal. dan Hal ini juga didukung

oleh pemeriksaan laboratoriun Gula Darah Sewaktu (GDS) yang bernilai 43

mg/dl.

Batasan makrosomia adalah bayi yang dilahirkan dengan berat badan lebih
dari 4000 gr. Dari berbagai penelitian didapatkan kesan bahwa hiperinsulinemia
dan peningkatan penggunaan zat makanan bertanggung jawab pada peningkatan
ukuran badan janin, hipotesis perdersen menyebutkan bahwa hiperglikemia
maternal merangsang hiperinsulinemia janin dan makrosomia. Saat lahir bayi
yang besar masa kehamilan (BMK) secara khas memiliki wajah yang kerubi

16
(seperti tomat), badan montok dan bengkak atau kemerahan dan kulit bercorak. Ini
adalah karakteristik Makrosomia. Plasenta dan tali pusat lebih besar dari ukuran
rata-rata. Otak adalah satu-satunya organ yang tidak membesar. 13

Insulin merupakan hormone pertumbuhan primer untuk perkembangan


intrauterine. Diabetes maternal mengakibatkan peningkatan asam amino dan asam
lemak bebas serta hiperglikemia pada ibu. Saat nutrisi menembus plasenta,
pankreas janin berespon dengan memproduksi insulin untuk disesuaikan dengan
sediaan bahan bakar. Akselarasi sintesis protein yang diakibatkan bersama dengan
penyimpanan glikogen dan lemak berlebih bertanggung jawab atas terjadinya
makrosomia.yang khas pada kehamilan diabetic. Inilah bayi yang beresiko
mengalami komplikasi neonatal, misalnya, hipoglikemia, hipokalsemia,
hiperviskositas dan hiperbilirubemia. Jumlah bahan bakar Metabolic berlebihan
yang diberikan ibu kepada janin, dan konsekuensi hiperinsulinisme janin kini
terbukti menunjukan mekanisme patologi dasar pada kehamilan diabetic.13

Hipoglikemia ini terdiri dari 2 yaitu: hipoglikemia asimtomatik dan

simtomatik. Hipoglikemia asimtomatik ini tidak mempunyai gejala-gejala dari

hipoglikemia sedangkan hipoglikemia simtomatik itu terdapat letargi, Menangis

lemah, letargi, kesulitan minum gerakan mata berputar, keringat dingin, pucat,

hipotermi reflex hisap berkurang dan muntah. Pada kasus ini karena bayi tidak

mempunyai tanda-tanda hipoglikemia simtomatik maka dapat disimulkan bayi

mengalami hipoglikemia asimtomatik dengan melihat faktor resiko dan hasil

pemeriksaaan laboratorium GDS untuk mencegah terjadinya prognosis yang

buruk .10

17
Tata laksana bayi hipoglikemia (7):

Asimtomatik (tanpa manifestasi klinis)

1. Pemberian ASI sedini mungkin dan sering akan menstabilkan kadar

glukosa darah. Teruskan menyusui bayi (kira-kira setiap 1-2 jam) atau beri

3-10 ml ASI perah tiap kg berat badan bayi, atau berikan suplementasi

(ASI donor atau susu formula)

2. Periksa ulang kadar glukosa darah sebelum pemberian minum berikutnya

sampai kadarnya normal dan stabil

3. Jika bayi tidak bisa menghisap atau tidak bisa mentoleransi asupannya,

hindari pemaksaan pemberian minum, dan mulailah pemberian glukosa

intra vena. Pada beberapa bayi yang tidak normal, diperlukan pemeriksaan

yang seksama dan lakukan evaluasi untuk mendapatkan terapi yang

intensif

4. Jika kadar glukosa tetap rendah meskipun sudah diberi minum, mulailah

terapi glukosa intra vena dan sesuaikan dengan kadar glukosa darah

5. ASI diteruskan selama terapi glukosa intra vena. Turunkan jumlah dan

konsentrasi glukosa intra vena sesuai dengan kadar glukosa darah

18
6. Catat manifestasi klinis, pemeriksaan fisis, kadar skrining glukosa darah,

konfirmasi laboratorium, terapi dan perubahan kondisi klinik bayi

(misalnya respon dari terapi yang diberikan).

Ompalitis adalah infeksi pada tali pusat bayi baru lahir yang ditandai
dengan kulit kemerahan disertai pus. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya infeksi tali pusat pada bayi baru lahir adalah sebagai berikut :7

a. Faktor Bakteri
Staphylococcus aereus ada dimana-mana dan didapat pada masa awal
kehidupan hampir semua bayi, saat lahir atau selama masa perawatan.
Biasanya Staphylococcus aereus sering dijumpai pada kulit, saluran pernafasan,
dan saluran cerna terkolonisasi. Selain itu Clostridium tetani juga dapat
menyebabkan terjadinya omfalitis dengan tanda utama kekakuan otot (spasme)
tanpa disertai gangguan kesadaran
b. Faktor Maternal
Status sosial-ekonomi ibu, ras, dan latar belakang. Mempengaruhi
kecenderungan terjadinya infeksi dengan alasan yang tidak diketahui sepenuhnya.
Ibu yang berstatus sosio- ekonomi rendah mungkin nutrisinya buruk dan tempat
tinggalnya padat dan tidak higienis. Status paritas (wanita multipara atau gravida
lebih dari 3) dan umur ibu (kurang dari 20 tahun atau lebih dari 30 tahun.

Mikroorganisme atau kuman penyebab infeksi dapat mencapai neonatus melalui


beberapa cara, yaitu :
Pada masa antenatal atau sebelum lahir. Pada masa antenatal kuman dari ibu
setelah melewati plasenta dan umbilikus masuk dalam tubuh bayi melalui
sirkulasi darah janin. Kuman penyebab infeksi adalah kuman yang dapat
menembus plasenta antara lain virus rubella, herpes, sitomegalo, koksaki,

19
hepatitis, influenza, parotitis. Bakteri yang dapat melalui jalur ini, antara lain
malaria, sipilis, dan toksoplasma.
Pada masa intranatal atau saat persalinan. Infeksi saat persalinan terjadi
karena yang ada pada vagina dan serviks naik mencapai korion dan amnion.
Akibatnya, terjadi amniotis dan korionitis, selanjutnya kuman melalui umbilikus
masuk dalam tubuh bayi. Cara lain, yaitu saat persalinan, cairan amnion yang
sudah terinfeksi akan terinhalasi oleh bayi dan masuk dan masuk ke traktus
digestivus dan traktus respiratorius, kemudian menyebabkan infeksi pada lokasi
tersebut. Selain cara tersebut di atas infeksi pada janin dapat terjadi melalui kulit
bayi atau port de entre lain saat bayi melewati jalan lahir yang terkontaminasi oleh
kuman. Beberapa kuman yang melalui jalan lahir ini adalah Herpes genetalis,
Candida albican dan N.gonorrea.
Infeksi paska atau sesudah persalinan. Infeksi yang terjadi sesudah kelahiran
umumnya terjadi akibat infeksi nosokomial dari lingkungan di luar rahim (misal
melalui alat- alat : penghisap lendir, selang endotrakhea, infus, selang nasogastrik,
botol minuman atau dot). Perawat atau profesi lain yang ikut menangani bayi
dapat menyebabkan terjadinya infeksi nosokomil. Infeksi juga dapat terjadi
melalui luka umbilicus.
. proses persalinan yang tidak sehat atau yang dibantu oleh tenaga non
medis, terjadi pada saat memotong tali pusat menggunakan alat yang tidak steril
dan tidak diberikan obat antiseptik. Untuk perawatan tali pusat juga tidak
lepas dari masih adanya tradisi yang berlaku di masyarakat.
c. Faktor tradisi
Sebagian masyarakat misalnya dengan memberikan berbagai ramuan-ramuan
atau serbuk-serbuk yang dipercaya bisa membantu mempercepat kering dan
lepasnya potongan tali pusat. Ada yang mengatakan tali pusat bayi itu harus
diberi abu-abu pandangan seperti inilah yang seharusnya tidak boleh dilakukan
karena justru dengan diberikannya berbagai ramuan tersebut kemungkinan
terjangkitnya tetanus lebih besar biasanya penyakit tetanus neonatorum ini
cepat menyerang bayi, pada keadaan infeksi berat hanya beberapa hari setelah
persalinan jika tidak ditangani biasa mengakibatkan kematian.

20
Selain yang diatas ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan omphalitis
yaitu14:
1. Perawatan tali pusat yang tidak baik( misalnya aplikasi budaya seperti
pemberian oli mesin, kotoran sapi, bedak bubuk atau minyak sawit pada
tali pusat
2. Infeksi sekunder
Ketuban pecah dini
Ibu dengan infeksi
Proses kelahiran yang tidak steril
Prematuritas umumnya imunitas bayi kurang bulan lebih rendah
daripada bayi yang cukup bulan transpor imunoglobulin melalui
plasenta terutama terjadi pada paruh terakhir trimester ketiga.
Setelah lahir, konsentrasi imunoglobulin serum terus menurun
menyebabkan hipoglamaglobulinemia berat.imaturitas kult juga
melemahan pertahanan kulit. Kerentanan neonatus terhadap infeksi
dipengaruhi oleh berbagai faktor antara lain kulit dan selaput lendir
yang tipis dan mudah rusak kemampuan fagositosis dan lekosit
imunitas masih rendah.
3. Faktor risiko lain
Neonatus dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah atau imunodefisiensi
atau yang dirawat dirumah sakit dan mengalami prosedur invasif.

Pada pasien ini omphalitis terjadi akibat perawatan tali pusat yang tidak
baik karena diberikan bedak dari daun-daunan yang tidak diketahui dapat
menyebabkan infeksi pada tali pusatnya, Untuk pengobatannya diberikan injeksi
ampisilin untuk antibiotic yang mengatasi infeksi tali pusat dari bayi tersebut.

21
Klasifikasi Omphalitis:14

a. Infeksi tali pusat lokal atau terbatas


Jika tali pusat bengkak, mengeluarkan nana atau berbau busuk, dan sekitar
tali pusat berwarna emerahan dan pembengkakan terbatas pada daerah
kurang dari 1 cm disekitar pangkal tali pusat lokal atau terbatas
b. Infeksi tali pusat berat
Jika kemerahan atau bengkak pada tali pusat meluas melebihi area 1 cm
atau kulit disekitar tali pusat bayi mengeras dan memerah serta bayi
mengalami pembengkakan perut, disebut sebagai infeksi tali pusat berat.

Pada kasus omphalitis ini klasifikasinya yaitu infeksi tali pusat lokal
karena tali pusatnya terdapat berbau busuk dan daerah kemerahannya kurang dari
1 cm.

Prognosis pada bayi ini adalah dubia ed bonam. Untuk penanganan yang
cepat dan tepat pada hipoglikemia dan omphailtis. Tetapi jika tidak diobati,
hipoglikemia yang berat dan berkepanjangan dapat menyebabkan kematian.
prognosis tergantung dari berat, lamanya penyakit, adanya gejala-gejala klinik dan
kelainan patologik yang menyertainya, demikian pula etiologi, diagnosis dini dan
pengobatan yang adekuat1,4,5

22
REFERENSI

1. Zamorski M., Biggs W., 2001.Management Of Suspected Fetal Macrosomia.


Volume 63. Universitas Of Michigan Medical Scool. American Family
Physician. From <www.aafp.org/afp. Pp 302-306
2. Mustadjab I. Kumpulan Kuliah Perinatologi Manado. Bagian Ilmu Kesehatan
Anak FK Unsrat.
3. Mustadjab I. 2002. Hipoglikemia. Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat.

4. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2008. Buku Ajar Neonatologi. Badan Penerbit
IDAI. Jakarta.
5. Nelson. Ilmu Kesehatan Anak, Edisi 15, Vol.1. EGC. Jakarta.
6. FKUI. 1985. Ilmu Kesehatan Anak Jilid III. Balai Penerbit FKUI. Jakarta.
7. Markum AH, Ismail S. 1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak, Jilid I. Balai
Penerbit FKUI. Jakarta.
8. Siregar HS. 1998. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. Medika. Jakarta.

9. Tim Poned IDAI. 2009. Hipoglikemia Pada Bayi Baru Lahir. Tim Poned
UKK Perinatologi IDAI.
10. Akune Kartin. 2002. Buku Kumpulan Laporan Kasus Neonatologi. Bagian
Ilmu Kesehatan Anak FK Unsrat. Manado
11. Behrman, Kliegman, Arvin.2008. Ilmu Kesehatan Anak Nelson Jilid 1. EGC.

Jakarta.
12. Klaus, Fanaroff, 2003. Penatalaksanaan Neonatal resiko tinggi. Edisi empat.
EGC. Jakarta
13. Committee Opinion.2013 .Weight Gain During Pregnency. The American
College of Obsetrician and Gynecologist. From : < www.acog.org>
14. Maridin F., Kematian Perinatal & Analisis Faktor Resiko, Bagian Obstetri
dan Ginekologi FK UGM, Yogyakarta. 2007

23
24

Anda mungkin juga menyukai