Anda di halaman 1dari 49

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah, yang dinyatakan dengan millimeter air raksa
(mmHg), tekanan darah terbagi atas dua yaitu sistol dan diastol.1
Tekanan sistolik adalah tekanan tertinggi saat otot jantung berkontraksi
untuk memompa darah ke seluruh tubuh, sedangkan tekanan diastolik adalah
tekanan yang terjadi saat otot jantung relaksasi sebelum kontraksi sebelumnya.2
Di dunia sedikitnya ditemukan 839 juta kasus hipertensi, di Cina sendiri
terdapat 14,1% kasus dan di USA terdapat 7,3% kasus yang sama, diperkirakan
menjadi 1,5 miliar pada tahun 2025 atau sekitar 29% dari total penduduk dunia.3
Di Indonesia, menurut data dari Riskesdas yaitu 5,3% prevalensi nasional.
Dan di Sulawesi tengah yaitu 28,7%.4
Angka kejadian hipertensi pada tahun 2016 di Puskesmas Kamonji Palu
meningkat setiap tahunnya, dari tahun 2015 mencapai 449 penderita dan di tahun
2014 dengan 298 penderita.
Tekanan darah yang terdiri dari sistol dan diastol dapat dipengaruhi oleh
berbagai macam faktor. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah
dibagi menjadi dua yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat
dimodifidikasi. Faktor-faktor yang dapat dimodifikasi antara lain faktor umur,
jenis kelamin, sedangkan faktor yang dapat dimodifikasi meliputi olahraga, status
gizi, rokok dan pola makan.
Hipertensi dapat mengakibatkan penyakit jantung koroner, gagal jantung,

stroke, dan hipotensi yang lama dapat mengakibatkan penurunan kesadaran, gagal

ginjal akut, angina, aritma, dan encephalopathy. 5 7


2

B. Rumusan Masalah
Untuk mengetahui faktor-faktor apa sajakah yang berhubungan dengan
profil tekanan darah pada orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu
mulai dari bulan September sampai Oktober 2017 ?”

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan profil tekanan pada
orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu agar dapat dilakukan
pencegahan dan pengobatan yang lebih baik lagi.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui pengaruh faktor usia terhadap profil tekanan darah
b. Untuk mengetahui pengaruh status gizi terhadap profil tekanan darah
c. Untuk mengetahui pengaruh faktor kebiasaan rokok terhadap profil
tekanan darah
d. Untuk mengetahui pengaruh faktor kebiasaan Olahraga terhadap profil
tekanan darah
D. Manfaat penelitian

1. Manfaat pengembangan ilmu


a. Peneliti
1) Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan
subyek penelitian mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi profil tekanan
darah pada orang dewasa.
2) Melalui penelitian ini peneliti dapat menerapkan dan memanfaatkan ilmu
yang didapat selama pendidikan dan menambah pengetahuan dan pengalaman
dalam membuat penelitian ilmiah.
b. Peneliti lain
1) Hasil penelitian ini dapat dijadikan sumber data bagi peneliti lain.
2) Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan dalam penelitian
selanjutnya.
3

c. Institusi pendidikan kesehatan


Penelitian ini dapat dijadikan bahan bacaan oleh institusi pendidikan dokter
dan kesehatan.
2. Manfaat Akademik/Ilmiah
Memperoleh pembuktian teori tentang faktor-faktor determinan terjadinya
yang mempengaruhi profil tekanan darah pada orang dewasa.

3. Manfaat bagi masyarakat


a. Penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan tentang faktor-faktor
yang mempengaruhi profil tekanan darah pada orang dewasa di wilayah kerja
Puskesmas Kamonji dalam peningkatan derajat kesehatan masyarakat.
b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan masukan dan pertimbangan dalam
membuat kebijakan-kebijakan dibidang kesehatan di masa mendatang
khususnya dalam penatalaksanaan pasien dengan gangguan pada tekanan
darah. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi data dasar bagi
penelitian selanjutnya.
E. Keaslian penelitian

Widia, MYGS., dan Sudhana, I Wayan, 2015. Dengan judul penelitian


“Gambaran Faktor Risiko Hipertensi Pada Masyarakat Pralansia di Wilayah
Kerja Puskesmas Dawan I Periode Mei 2013”. Berdasarkan data kunjungan
pasien di Puskesmas Dawan I, angka kejadian hipertensi pada golongan umur
pralansia ( 45-59 tahun) lebih tinggi dari golongan lansia (> 60 tahun) pada
periode Januari hingga Desember 2012. Berdasarkan data tersebut, terdapat
kecenderungan untuk mulai bergesernya angka kejadian hipertensi kearah
umur yang lebih muda yaitu pralansia. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui gambaran faktor risiko hipertensi pada pralansia di wilayah kerja
Puskesmas Dawan I pada bulan Mei 2013. Penelitian ini dilakukan di wilayah
kerja Puskesmas Dawan I, Kecamatan Dawan, Kabupaten Klungkung, pada
bulan Mei 2013 dengan jumlah responden sebanyak 75 orang berusia 45-59
tahun. Rancangan penelitian deskriptif dengan pendekatan cross-sectional
digunakan dalam penelitian ini. Hipertensi ditentukan dengan pengukuran
4

tekanan darah menggunakan kriteria JNC VII (tekanan darah sistolik=140


mmHg dan/atau diastolik = 90 mmHg). Dari hasil penelitian didapatkan
bahwa kejadian hipertensi lebih cenderung dialami oleh laki-laki (43,6%),
yang memiliki riwayat keluarga hipertensi (69,2%), pada perokok (56,5 %),
yang menghisap rokok > 15 batang per hari (66,7%), riwayat lama
merokok=25 tahun (69,2%), memiliki riwayat minum kopi rutin setiap hari
(46%), mengkonsumsi kopi= 3 gelas per hari (62,5%), jenis kopi yang
diminum adalah kopi giling (47,5%), riwayat konsumsi garam yang masuk
dalam kategori lebih (52,2%), dan pada status IMTnya termasuk obesitas
(67,9).
5

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Telaah pustaka
1. Tekanan darah
Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah, tekanan darah hampir selalu dinyatakan
dengan milimeter air raksa (Mmhg) karena manometer air raksa merupakan
rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah.1 Tekanan darah terbagi atas
dua yaitu tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan suatu keadan dimana
tekanand arah sesorang berada diatas normal, atau optimal yaitu 120 Mmhg
untuk sistolik dan 80 Mmhg untuk diastolic, dan tekanan darah rendah
(hipotensi) adalah suatu keadaan dimana tekanan darah lebih rendah dari
90/60.6 atau tekanan darah cukup rendah sehingga menyebabkan gejala-gejala
seperti pusing dan pingsan.
a. Anatomi sistem kardiovaskuler
Jantung terletak di rongga toraks di antara paru–paru. Lokasi ini
dinamakan mediastinum. Jantung memiliki panjang kira-kira 12 cm (5 in.),
lebar 9 cm (3,5 in.), dan tebal 6 cm (2,5 in.), dengan massa rata – rata 250 g
pada wanita dewasa dan 300 g pada pria dewasa. Dua pertiga massa jantung
berada di sebelah kiri dari garis tengah tubuh. Pangkal jantung berada di
bagian paling atas, di belakang sternum, dan semua pembuluh darah besar
masuk dan keluar dari daerah ini. Apeks jantung yang dibentuk oleh ujung
ventrikel kiri menunjuk ke arah anterior, inferior, dan kiri, serta berada di atas
diafragma. 7
Membran yang membungkus dan melindungi jantung disebut perikardium.
Perikardium menahan posisi jantung agar tetap berada di dalam mediastinum,
namum tetap memberikan cukup kebebasan untuk kontraksi jantung yang
cepat dan kuat. Perikardium terdiri dari dua bagian, yaitu perikardium fibrosa
dan perikardium serosa. Perikardium fibrosa terdiri dari jaringan ikat yang
kuat, padat, dan tidak elastis. Sedangkan perikardium serosa lebih tipis dan
6

lebih lembut dan membentuk dua lapisan mengelilingi jantung. Lapisan


parietal dari perikardium serosa bergabung dengan perikardium fibrosa.
Lapisan viseral dari perikardium serosa, disebut juga epikardium, melekat
kuat pada permukaan jantung. Di antara perikardium parietal dan viseral
terdapat cairan serosa yang diproduksi oleh sel perikardial. Cairan perikardial
ini berfungsi untuk mengurangi gesekan antara lapisan – lapisan perikardium
serosa saar jantung berdenyut. Rongga yang berisi cairan perikardial disebut
sebagai kavitas perikardial.
Dinding jantung terdiri dari tiga lapisan, yaitu epikardium (lapisan paling
luar), miokardium (lapisan bagian tengah), dan endokardium (lapisan paling
dalam). Seperti yang telah disebutkan di atas, lapisan epikardium merupakan
lapisan viseral perikardium serosa yang disusun oleh mesotelium dan jaringan
ikat, lunak, sehingga tekstur permukaan luar jantung terlihat lunak dan licin.
Miokardium merupakan jaringan otot jantung yang menyusun hampir 95%
dinding jantung. Miokardium bertanggung jawab untuk pemompaan jantung.
Meskipun menyerupai otot rangka, otot jantung ini bekerja involunter seperti
otot polos dan seratnya tersusun melingkari jantung. Lapisan terdalam dinding
jantung, endokardium, merupakan lapisan tipis endotelium yang menutupi
lapisan tipis jaringan ikat dan membungkus katup jantung. 8

Gambar 1. anatomi sistem kardiovaskuler


(Sumber : M. Waty 2013)
7

Jantung mempunyai empat ruangan. Dua ruangan penerima di bagian


superior adalah atrium, sedangkan dua ruangan pemompa di bagian inferior
adalah ventrikel. Atrium kanan membentuk batas kanan dari jantung dan
menerima darah dari vena kava superior di bagian posterior atas, vena kava
inferior, dan sinus koroner di bagian lebih bawah. Atrium kanan ini memiliki
ketebalan sekitar 2 – 3 mm (0,08 – 0,12 in.). Dinding posterior dan anteriornya
sangat berbeda, dinding posteriornya halus, sedangkan dinding anteriornya
kasar karena adanya bubungan otot yang disebut pectinate muscles. Antara
atrium kanan dan kiri ada sekat tipis yang dinamakan septum interatrial. Darah
mengalir dari atrium kanan ke ventrikel kanan melewati suatu katup yang
dinamakan katup trikuspid atau katup atrioventrikular (AV) kanan.
Ventrikel kanan membentuk pemukaan anterior jantung dengan ketebalan
sekitar 4 – 5 mm (0,16 – 0,2 in.) dan bagian dalamnya dijumpai bubungan -
bubungan yang dibentuk oleh peninggian serat otot jantung yang disebut
trabeculae carneae. Ventrikel kanan dan ventrikel kiri dipisahkan oleh septum
interventrikular. Darah mengalir dari ventrikel kanan melewati katup pulmonal
ke arteri besar yang dinamakan trunkus pulmonal. Darah dari trunkus pulmonal
kemudian dibawa ke paru – paru. Atrium kiri memiliki ketebalan yang hampir
sama dengan atrium kanan dan membentuk hampir keseluruhan pangkal dari
jantung. Darah dari atrium kiri mengalir ke ventrikel kiri melewati katup
bikuspid (mitral) atau katup AV kiri. Ventrikel kiri merupakan bagian tertebal
dari jantung, ketebalan sekitar 10 – 15 mm (0,4 – 0,6 in.) dan membentuk
apeks dari jantung. Sama dengan ventrikel kanan, ventrikel kiri mempunyai
trabeculae carneae dan chordae tendineae yang menempel pada muskulus
papilaris. Darah dari ventrikel kiri ini akan melewati katup aorta ke ascending
aorta, sebagian darah akan mengalir ke arteria koroner dan membawa darah ke
dinding jantung kiri ini akan melewati katup aorta ke ascending aorta, sebagian
darah akan mengalir ke arteri koroner dan membawa darah ke dinding jantung.
b. Fisiologi tekanan darah
Tekanan darah berarti daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah yang hampir selalu dinyatakan dalam
8

milimeter air raksa. Tekanan darah merupakan faktor yang amat penting pada
sistem sirkulasi. Peningkatan atau penurunan tekanan darah akan
mempengaruhi homeostasis di dalam tubuh. Tekanan darah selalu diperlukan
untuk daya dorong mengalirnya darah di dalam arteri, arteriola, kapiler dan
sistem vena, sehingga terbentuklah suatu aliran darah yang menetap.8
Tekanan darah diatur melalui beberapa mekanisme fisiologis untuk menjamin
aliran darah ke jaringan yang memadai. Tekanan darah ditentukan oleh curah
jantung (cardiac output, CO) dan resistensi pembuluh darah terhadap darah.
Curah jantung adalah volume darah yang dipompa melalui jantung per menit,
yaitu isi sekuncup (stroke volume, SV) x laju denyut jantung (heart rate, HR).
Resistensi diproduksi terutama di arteriol dan dikenal sebagai resistensi
vaskular sistemik.9
Resistensi merupakan hambatan aliran darah dalam pembuluh, tetapi tidak
dapat diukur secara langsung dengan cara apapun. Resistensi harus dihitung
dari pengukuran aliran darah dan perbedaan tekanan antara dua titik di dalam
pembuluh. Resistensi bergantung pada tiga faktor, yaitu viskositas
(kekentalan) darah, panjang pembuluh, dan jari-jari pembuluh.10
Aliran darah yang mengalir di sirkulasi dalam periode waktu tertentu,
secara keseluruhan adalah 5000 ml/menit pada sirkulasi total orang dewasa
dalam keadaan istirahat. Aliran darah ini disebut curah jantung karena
merupakan jumlah darah yang dipompa ke aorta oleh jantung setiap menitnya.
Jantung memompa darah secara kontinyu ke dalam aorta, sehingga
tekanan rata-rata di aorta menjadi tinggi, rata-rata sekitar 100 mmHg.
Demikian juga, karena pemompaan oleh jantung bersifat pulsatil, sebagai
akibat pengosongan ritmik ventrikel kiri, tekanan arteri berganti-ganti antara
nilai tekanan sistolik 120 mmHg dan nilai tekanan diastolik 80 mmHg.
Pada orang dewasa sehat, tekanan pada puncak setiap pulsasi, yang disebut
tekanan sistolik, adalah sekitar 120 mmHg. Pada titik terendah setiap pulsasi,
yang disebut tekanan diastolik, nilainya sekitar 80 mmHg. Perbedaan nilai
antara kedua tekanan ini sekitar 40 mmHg, yang disebut tekanan nadi.Dua
faktor utama yang memengaruhi tekanan nadi:
9

1) curah isi sekuncup dari jantung, dan


2) komplians (distensibilitas total) dari percabangan arteri.
Beberapa pusat yang mengawasi dan mengatur perubahan tekanan darah, yaitu :
1) Sistem syaraf yang terdiri dari pusat-pusat yang terdapat di batang otak,
misalnya pusat vasomotor dan diluar susunan syaraf pusat, misalnya
baroreseptor dan kemoreseptor.
2) Sistem humoral atau kimia yang dapat berlangsung lokal atau sistemik,
misalnya renin-angiotensin, vasopressin, epinefrin, norepinefrin, asetilkolin,
serotonin, adenosin dan kalsium, magnesium, hidrogen, kalium, dan
sebagainya.
3) Sistem hemodinamik yang lebih banyak dipengaruhi oleh volume darah,
susunan kapiler, serta perubahan tekanan osmotik dan hidrostatik di bagian
dalam dan di luar sistem vaskuler.
4) Pengaturan Sirkulasi Secara Humoral
Pengaturan sirkulasi secara humoral berarti pengaturan oleh zat-zat yang
disekresi atau yang diabsorbsi ke dalam cairan tubuh seperti hormon dan ion.
Beberapa zat ini dibentuk oleh kelenjar khusus dan dibawa di dalam darah ke
seluruh tubuh. Zat lainnya dibentuk di daerah jaringan setempat dan hanya
menimbulkan pengaruh sirkulasi setempat. Faktor-faktor humoral terpenting yang
memengaruhi fungsi sirkulasi di antaranya adalah :
a) Zat Vasokonstriktor
(1) Norepinefrin dan Epinefrin
Norepinefrin merupakan hormon vasokonstriktor yang amat kuat sedangkan
epinefrin tidak begitu kuat. Ketika sistem saraf simpatis dirangsang di sebagian
besar atau seluruh tubuh selama terjadi stres atau olahraga, ujung saraf simpatis
pada masing-masing jaringan akan melepaskan norepinefrin yang merangsang
jantung dan mengkonstriksi vena serta arteriol. Selain itu, saraf simpatis untuk
medula adrenal juga menyebabkan kelenjar ini menyekresi norepinefrin dan
epinefrin ke dalam darah. Hormon-hormon tersebut kemudian bersirkulasi ke
seluruh tubuh dan menyebabkan efek perangsangan yang hampir sama dengan
10

perangsangan simpatis langsung terhadap sirkulasi dengan efek tidak langsung di


dalam darah yang bersirkulasi.
(2) Angiotensin II
Pengaruh angiotensin II adalah untuk mengkonstriksi arteri kecil dengan kuat,
yang dapat sangat mengurangi aliran darah di suatu area jaringan yang terisolasi.
Kepentingan nyata dari angiotensin II adalah bahwa angiotensin secara normal
bekerja secara bersamaan pada banyak arteriol tubuh untuk meningkatkan tahanan
perifer total yang akan meningkatkan tekanan arteri.
(3) Vasopressin
Disebut juga hormon antidiuretik karena vasopressin memiliki fungsi utama
meningkatkan reabsorbsi air dari tubulus renal kembali ke dalam darah, dan
karena itu akan membantu mengatur volume cairan tubuh. Vasopressin lebih kuat
daripada angiotensin II sebagai vasokonstriktor, sehingga menjadikannya salah
satu zat vasokonstriktor terkuat tubuh.
(4) Endotelin
Endotelin berupa peptida besar yang terdiri atas 21 asam amino. Zat ini
terdapat di sel-sel endotel di seluruh atau sebagian besar pembuluh darah.
Rangsangan yang akan melepaskan zat ini, pada umumnya adalah adanya
kerusakan pada endotel, misalnya kerusakan yang disebabkan oleh cedera
jaringan, atau dengan menyuntikkan zat kimia yang menimbulkan trauma ke
dalam pembuluh darah.
Zat Vasodilator
(5) Bradikinin
Bradikinin menyebabkan dilatasi kuat arteriol dan peningkatan permeabilitas
kapiler.
(6) Histamin
Histamin memiliki efek vasodilator kuat terhadap arteriol dan, seperti
bradikinin, memiliki kemampuan untuk meningkatkan permeabilitas kapiler
dengan hebat, sehingga timbul kebocoran cairan dan protein plasma ke dalam
jaringan.
11

c. Epidemiologi
Tabel 1. Epidemiologi tekanan darah di luar Negeri
No Penulis Tahun Lokasi Angka Kejadian Akibat

1. Battistoni 2015 Cina 14,1 % berusia


18 - 29 tahun

2. Battistoni 2015 India 15,3 % wanita


30,5 % pria
3. Nwanko 2013 USA 7,3 % usia 18-39
tahun
4. WHO 2013 Dunia 6,4% Pria
6,0 % wanita
5. American 2013 Amerika 77,9 juta 69%
Heart Serikat Serangan
Association jantung,
77% stroke,
74% gagal
jantung

6. WHO 2013 India 30%


7. WHO 2013 Afrika 46%
8. WHO 2013 Asia Timur 36%
dan Selatan

Angka kejadian tekanan darah tinggi di Cina pada usia 18-29 tahun sebesar
14,1 % dan di India sebesar 15,3 % pada wanita, 30,5% pada pria. Di Amerika
angka kejadian tekanan darah tinggi sebesar 7,3% pada usia 18-39 tahun.11.Angka
kejadian tekanan darah tinggi juga terjadi sebesar 6,4% pria dan 6,0% wanita di
seluruh dunia. 3
12

Tabel 2. Epidemiologi tekanan darah di Indonesia


No. Nama Penulis Lokasi Tahun Angka Akibat
Kejadian
1. WHO Indonesia 2008 32%
2. KEMENKES RI Indonesia 2007 31,7%
3. KEMENKES RI Indonesia 2013 26,5%
5. KEMENKES RI Sulawesi 2007 36,6%
Tengah
6. KEMENKES RI Sulawesi 2013 28,7%
Tengah
Angka kejadian hipertensi di Indonesia mencapai 32%, dan di Indonesia
5,3% di Sulawesi tengah mencapai 28,7 % dan disebabkan oleh penyakit DM tipe
2, hipertensi dan stroke
Angka kejadian hipertensi yang dilakukan pada kelompok umur >18 tahun
menurut Kemenkes RI, Di Indonesia pada tahun 2016 angka kejadian mencapai
31, 7 % dan menurun pada tahun 2013 mencapai 26,5%, di Sulawesi tengah
sendiri pada tahun 2015 jumlah angka kejadian mencapai 36,6 % dan terjadi
penurunan pada tahun 2016 yaitu mencapai 28,7%

Gambar 2. Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan wawancara pada usia ≥


18 tahun menurut provinsi tahun 2015 (warna hijau) dan 2016 (warna merah).
(Kemenkes RI, 2016)
13

Gambar 3. Prevalensi tekanan darah tinggi berdasarkan pengukuran


pada orang dewasa menurut provinsi tahun 2015 dan 2016
(Kemenkes RI, 2016)

Prevalensi hipertensi berdasarkan pengukuran pada orang dewasa. Provinsi


Papua menjadi daerah dengan jumlah prevalensi paling rendah , sedangkan untuk
daerah yang paling tinggi adalah provinsi Bangka Belitung, untuk darha Sulawesi
tengah menjadi daerah keenam dengan preavalensi tertinggi di seluruh
Indonesia.12

500
450
400
350
300
250
200
150
100
50
0
2013 2014 2015 2016
jumlah 449 268 196 298

Gambar 4, jumlah penderita Hipertensi di Puskesmas Kamonji Palu


(Puskesmas Kamonji Palu, 2016)
Pada gambar diatas menunjukan penderita tekanan darah tinggi, pada tahun
2013 mencapai angka cukup tinggi yaitu 449 penderita, dan setiap tahunya
14

menurun, pada 2014 menurun menjadi 268 penderita, pada tahun 2015 menurun
menjadi 196 penderita dan pada tahun 2016 meningkat menjadi 298 penderita
d. Pengukuran tekanan darah

Gambar 5. pengukuran tekanan darah

(Sumber : LMS 2015)

1) Pasien diminta untuk beristirahat kurang lebih selama 5 menit


2) Siapkan tensi meter dan stetoskop
3) Pemeriksa berada di sebelah kanan pasien
4) Penderita dapat dalam keadaan duduk atau berbaring
5) Lengan dalam keadaan bebas dan relaksasi, bebaskan dari tekanan oleh karena
pakaian
6) Pasangkan manset sedemikian rupa sehingga melingkari lengan atas secara
rapid an tidak terlalu ketat kira-kira 2,5 cm – 5cm diatas siku
7) Carilah denyut nadi radialis
8) Dengan tiga jari meraba arteri radialis , pompa manset dengan cepat sampai
kira-kira 30 mmHg diatas tekanan ketika pulsasi arteri radialis menghilang
9) Turunkan tekanan manset perlahan-lahan sampai denyutan arteri radialis
teraba kembali inilah sisitolik palpatoir
10) Sekarang ambillah stetoskop, pasangkan corong bel stetoskop pada fossa
cubiti (arteri brachialis )
15

11) Pompa manset kembali, sampai kurang lebih 30 mmHg diatas tekanan sistol
palpatoir
12) Secara perlahan turunkan tekanan manset, perhatikan saat dimana denyutan A,
brachialis terdengar, inilah tekanan sisitolik , lanjutkan penurunan tekanan
manset sampai suara denyutan melemah dan kemudian menghilang , tekanan
pada saat itu adalah tekanan diastolic
13) Apabila menggunakan tensimeter air raksa, usahakan agar posisi monometer
selalu vertical dan pada waktu membaca hasilnya mata harus berada dengan
segaris horizontal dengan level air raksa
14) Melepas manset dan mengembalikan dan simpan selalu dalam keadaan
tertutup
15) Catat tekanan darah siastolik dan diastolic yang didapatkan
e. Klasifikasi tekanan darah
Klasifikasi Tekanan Tekanan Darah Sistol Tekanan Darah Diastol
Darah (mmHg) (mmHg)
Hipotensi <90 <60
Normal < 120 < 80
Pre Hipertensi 120-139 80-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160 atau > 160 100 atau > 100
(Dikutip dari ESH 2013)
2. faktor-faktor yang ada hubungan dengan tekanan darah orang dewasa
Faktor-faktor yang berhubungan dengan profil tekanan darah dibagi
menjadi 2 yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat dimodifikasi.
Faktor- faktor yang tidak dapat dimodifikasi adalah umur dan jenis kelamin
sedangkan yang dapat dimodifikasi meliputi, pola makan, status gizi, rokok
dan pola makan.13
a. Umur
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien
yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih
besar atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh
16

degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi


merupakan penyakit multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi
berbagai faktor. Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan
meningkat. Setelah umur 45 tahun,
Karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku.
Tekanan darah sistolik meningkat karena kelenturan pembuluh darah besar
yang berkurang pada penambahan umur sampai dekade ketujuh sedangkan
tekanan darah diastolik meningkat sampai decade kelima dan keenam
kemudian menetap atau cenderung menurun. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik. Pengaturan tekanan
darah yaitu reflex baroreseptor pada usia lanjut sensitivitasnya sudah
berkurang, sedangkan peran ginjal juga sudah berkurang dimana aliran darah
ginjal dan laju filtrasi glomerulus menurun.14 15
menurut kementrian kesehatan RI, umur orang dewasa terbagi atas dua
yaitu dewasa muda yaitu 18-30 tahun sedangkan dewasa tua 30 – 60 tahun.
b. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. 19
Wanita yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen
yang berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL).
Kadar kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam
mencegah terjadinya proses aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen
dianggap sebagai penjelasan adanya imunitas wanita pada sia premenopause.
Pada premenopause wanita mulai kehilangan sedikit demi sedikit hormon
estrogen yang selama ini melindungi pembuluh darah dari kerusakan. Proses
ini terus berlanjut dimana hormon estrogen tersebut berubah kuantitasnya
sesuai dengan umur wanita secara alami, yang umumnya mulai terjadi pada
wanita umur 45-55 tahun.16
17

c. Status Gizi
Status Gizi merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur khususnya bagi orang obeistas.
tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25
17 18
(statu gizi normal menurut standar internasional).
Obesitas berhubungan erat dengan kejadian hipertensi dan terdapat beberapa
mekanisme patofisiologi hipertensi pada penderita obesitas. Mekanisme tersebut
melibatkan aktivitas sistem saraf simpatis dan sistem renin-angiotensin
aldosteron. Selain mekanisme tersebut, disfungsi endotel dan abnormalitas fungsi
ginjal juga menjadi faktor yang perlu diperhitungkan dalam perkembangan
hipertensi pada penderita obesitas, 13 18 19
d. Pola Makan
Di Amerika penelitian intervensi mengenal siet DASH yang kaya akan sayur-
sayuran, buah dan produk rendah lemak ( rendah asam lemak jenuh dan
kolesterol dantinggi Ca,K,Mg, dan serta ) menunjukkan bahwa diet ini memiliki
efek hipotensi yang signifikan peningkatan konsumsi buah-buahan dan sayuran
meningkat antioksidan di plasma yang dpat mengurangi aterosklerosis dan
menurunkan tekanan darah , phytochemical ditemukan di buah dan sayuran yang
dapat menurunkan resiko aterosklerosis.
Potassium menghambat pembentukan radikal bebas dan oksidasi LDL
sehingga mencegah pembentukan lesi sel buih di dinding pembuluh darah , dan
juga menghambat agregasi platelet, pembentukan thrombus, migrasi dan
proliferase sel otot polos jantung yang berperan dalam proses pembentukan
aterosklerosis
Magnesium mempengaruhi tekanan darah melalui pengaturan tonus pembuluh
darah yaitu vasodilatasi otot polos, kadar magnesium di ekstrasel yang tinggi
dapat menghambat masuknya kalsium ke intrasel) karena kadar kalsium yang
ringgi di intrasel dapat menyebabkan vasokontriksi sehingga bila dihambat dapat
mengurangi resistensi pembuluh darah, sedangkan, kurangnya kadar magnesium
18

dapat menurunkan kadar HDL dan menignkatkan LDL, kolesterol dan


trigeliserida serta disfungsi Endotel sehingga menyebabkan pembentukan plak
e. Kebiasaan Merokok
Merokok dapat menyebabkan naiknya tekanan darah karena zat-zat kimia yang
terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan didalam dinding
arteri, sehingga arteri lebih rentan terjdi penumpukan plak ( aterosklerosis ).20 Hal
ini terutama disebabkan oelh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis
sehingga dapat memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan
pembuuh darah, serta peran karbonmonoksida dan yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.21
Perokok dapat diklasifikasikan menjadi : Perokok pasif dalah asap rokok yang
di hirup oleh seseorang yang tidak merokok (Pasive Smoker). Asap rokok
merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Asap rokok lebih
berbahaya terhadap perokok pasif daripada perokok aktif. Asap rokok sigaret
kemungkinan besar berbahaya terhadap mereka yang bukan perokok, terutama di
tempat tertutup. Asap rokok yang dihembusan oleh perokok aktif dan terhirup
oleh perokok pasif, lima kali lebih banyak mengandung karbon monoksida, empat
kali lebih banyak mengandung tar dan nikotin. Sedangkan Perokok Aktif Menurut
rokok aktif adalah asap rokok yang berasal dari isapan perokok atau asap utama
pada rokok yang dihisap (mainstream). Dari pendapat diatas dapat ditarik
kesimpulan bahwa perokok aktif adalah orang yang merokok dan langsung
menghisap rokok serta bisa mengakibatkan bahaya bagi kesehatan diri sendiri
maupun lingkungan sekitar. 22
Perokok dapat diklasifikasikan menjadi berdasarkan banyak rokok yang
dikonsumsi perhari. Dapat dibagi menjdi 3 bagian yaitu perokok ringan yaitu
perokok yang mengkonsumsi 1 - 10 batang setiap harinya, perokok sedang yaitu
perokok yang mengkonsumsi rokok 11 – 20 batng setiap harinya, dan perokok
berat yaitu mengkonsumsi rokok lebih 20 batang setiap harinya. 23
f. Olahraga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan
bermanfaat bagi penderita hipertensi ringan , Olahraga secara teratur dan terukur
19

dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol pada pembuluh darah


nadi, Namun, bukan sembarang Olahraga, melainkan olahraga aerobic, berupa
latihan yang menggerakan semua sendi dan otot, misalnya jalan, bersepeda,
berenang, Olahraga aerobic seharusnya dilakukan secara teratur, seminggu 3-4
kali. 22
Olahraga teratur dapat membuat system kardiovaskuler lebih efisien memompa
darah dan menyalurkan oksigen ke otot-otot yang bekerja. Pelepasan adrenalin
dan asam laktat ke darah akan meningkatkan denyut jantung, Olahraga
meningkatkan kerja beberapa komponen berbeda-beda pada system
kardiovaskuler, seperti stroke volume (SV). Cardiac output, tekanan darah
sistolik, dan tekanan arterial rata-rata saat istirahat, otot menerima kurang lebih
20% dari aliran darrah total, tetapi selama olahraga, slira darah ke otot meningkat
sampai 80%-85%.
Untuk memenuhi kebutuhan metabolic otot rangka selama olahraga dua
penyesuaian uatama dari alirah darah harus muncul, pertama meningkatkan
cardiac output jantung, kedua aliran darah dari organ dara jaringan inaktif harus
diretribusi ke otot rangka yang aktif.
Olahraga meningmbulkan beberpa respon terhadap stress fisik yang
dilakukan, respon tersebut termasuk peningkatan HR, BP, SV, cardiac output,
ventilasi dan VO2
Berbagai penelitian membuktikan, bahwa ternyata tekanan darah tinggi yang
ringan dapat ditanggulangi tanpa obat , hanya dengan melakukan oalhraga secara
teratur, tekanan darah tinggi ternyata cukup responsive terhadap latihan-latihan
olaharaga, penelitian yang dilakukan oleh Robert cade dari universitas florida ,
bahwa hamper seratus persen dari sejumlah orang menderita tekanan darah tinggi
, ternyata tekanan darahnya turun sehingga setelah tiga bulan berlatih olahraga
secara teratur dengan takaran yang cukup, menurut JNC 7, aktivitas fisik aerobic
yang dilakukan secara teratur seperti jalan cepat ( setidaknya 30 menit sehari )
dapat menurunkan tekanan darah sebanyak 4-9 mmHg, WHO merekomendasikan
orang dewasa setidaknya melakukan aktifitas fisik sedang selama 30 menit sehari
seperti berjalan, bersepeda, mengerjakan pekerjaan rumah, berkebun, berdansa
20

atau menaiki tangga dll. merekomendasikan bahwa orang –orang secara fisikn
memiliki level kolesterol HDl dan rasio HDL/ LDL, lebih tinggi dibandingkan
dengan orang-orang yang tidak aktif secara fisik. 24

B. Kerangka Teori
.
Modifikasi Tidak bias
dimodifikasi

Olahraga Rokok Pola


Status gizi Jenis Umur
makan kelamin

nikotin
Obesitas
Mg K N Hormone
esterogen
Disfungsi
Penumpukan endotel
lemak Retensi Hambatan
Saraf Pompa
cairan pemb.
simpatiku Na &K
Nitrit oksida Radikal
s
Endothelin bebas &
oksidasi LDL

atherosklerosisi
Dilatasi Vaskontrik
otot polos si otot
polos
Diameter
lumen
vaskuler
Penumpukan
Cairan zat kolagen
ekstraseluler

Cardiac output Volume darah Elastisitas PD

Sistol Diastole

Tekanan darah

Gambar 6. Kerangka teori (Prawirohardjo, 2013)


21

C. Kerangka konsep
Berdasarkan atas kerangka teori diatas maka disusun kerangka konsep
penelitian sebagai berikut :
Variabel bebas Variabel terikat

Dewasa
muda

Umur
Dewasa tua

Tidak merokok

ringan
Hipotensi
Rokok

sedang tekanan
Normotensi
darah
berat

Status Hipertensi
kurang
gizi
normal

obesitas

rutin
Olahraga

Tidak rutin

Gambar 7. Kerangka konsep


D. Landasan teori
Tekanan darah adalah daya yang dihasilkan oleh darah terhadap setiap
satuan luas dinding pembuluh darah, tekanan darah hampir selalu dinyatakan
dengan milimeter air raksa (Mmhg) karena manometer air raksa merupakan
rujukan baku untuk pengukuran tekanan darah.1
Penyebab terjadinya hipertensi tidak hanya disebabkan oleh satu faktor
saja, melainkan banyak faktor. Terjadinya hipertensi dipengaruhi oleh beberapa
faktor diantaranya faktor-faktor yang berhubungan dengan profil tekanan darah
22

dibagi menjadi 2 yaitu yang dapat dimodifikasi dan yang tidak dapat di
modifikasi. Faktor- faktor yang tidak dapat di modifikasi adalah umur dan jenis
kelamin sedangkan yang dapat dimodifikasi meliputi, pola makan, status gizi,
rokok dan pola makan.13
Insidensi hipertensi meningkat seiring dengan pertambahan umur. Pasien
yang berumur di atas 60 tahun, 50 – 60 % mempunyai tekanan darah lebih besar
atau sama dengan 140/90 mmHg. Hal ini merupakan pengaruh degenerasi yang
terjadi pada orang yang bertambah usianya. Hipertensi merupakan penyakit
multifaktorial yang munculnya oleh karena interaksi berbagai faktor. 14 15
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun
wanita terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause.19 Wanita
yang belum mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang
berperan dalam meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar
kolesterol HDL yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah
terjadinya proses aterosklerosis. 16
Status Gizi merupakan faktor determinan pada tekanan darah pada
kebanyakan kelompok etnik di semua umur khususnya bagi orang obeistas .
tekanan darah tinggi pada orang dengan Indeks Massa Tubuh (IMT) >30
(obesitas) adalah 38% untuk pria dan 32% untuk wanita, dibandingkan dengan
prevalensi 18% untuk pria dan 17% untuk wanita bagi yang memiliki IMT <25
17 18
(statu gizi normal menurut standar internasional).
Merokok dapat menyebabkan naiknya tekanan darah karena zat-zat kimia
yang terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan didalam dinding
arteri, sehingga arteri lebih rentan terjdi penumpukan plak ( aterosklerosis ).20 Hal
ini terutama disebabkan oelh nikotin yang dapat merangsang saraf simpatis
sehingga dapat memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan penyempitan
pembuuh darah, serta peran karbonmonoksida dan yang dapat menggantikan
oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi kebutuhan oksigen tubuh.21
23

E. Hipotesis Penelitian
HO: Tidak terdapat hubungan antara faktor umur,status gizi, kebiasaan merokok,
kebiasaan olahraga dengan profil tekanan darah pada orang dewasa yang
berobat di Puskesmas Kamonji Palu bulan September sampai Oktober 2017.
H1: Terdapat hubungan antara faktor umur,status gizi, kebiasaan merokok,
kebiasaan olahraga dengan profil tekanan darah pada orang dewasa yang
berobat di Puskesmas Kamonji Palu bulan September sampai Oktober 2017.
24

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain penelitian


Penelitian ini merupakan penelitian observasional analitik dengan desain
potong lintang (cross-sectional). Penelitian cross-sectional merupakan penelitian
survei epidemiologik analitik untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-
faktor risiko dengan efek, dengan model pendekatan atau observasi sekaligus pada
satu saat.
B. Waktu dan tempat penelitian
1. Waktu penelitian
Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan september sampai Oktober 2017
2. Tempat
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah kerja Puskesmas Kamonji, Kota Palu
C. Populasi dan subjek penelitian
1. Populasi
Penelitian ini diilakukan terhadap Pasien dewasa yang berobat di
Puskesmas Kamonji Palu.
2. Subjek
Sampel yang akan diambil berasal dari populasi penelitian yang memenuhi
kriteria inklusi.
D. Kriteria Penelitian
1. kriteria inklusi
a. Pria dan wanita dewasa
b. Mempunyai umur 18-60 tahun
c. Penderita yang berasal dari wilayah kerja Puskesmas Kamonji Palu
2. kriteria eksklusi
a. pasien orang dewasa yang memepunyai tekanan darah prehipertensi
b. pasien tidak memiliki riwayat penyakit (jantung,ginjal,dan DM)
c. pasien tidak dapat berkomunikasi dengan baik
25

E. Besar sampel
Zα+Zβ
Analitik Korelatif : 𝑛 = ( 1+r ) .2 + 3
0.51 n
1−r

Keterangan :
N = jumlah sampel minimal
Z𝛼 = kesalahan tipe 1 ditetapkan sebesar 5%. Hipotesis satu arah sehingga
nilainya 1.64
Z𝛽 = kesalahan tipe 2 ditetapkan sebesar 10%. Maka Z𝛽 = 1.28
r = korelasi yang dianggap bermakna sebesar 0.5
Zα+Zβ
rumus besar sampel 𝑛 = ( 1+r ) .2 + 3
0.51 n
1−r

1.64+1.28
𝑛 = (0.51 n (1+0.5)(1−0.5)) .2 + 3
2.92
𝑛 = (0.5 X ) .2 + 3
0.75
2.92
𝑛 = (0.37) .2 + 3

𝑛 = 62 + 3
𝑛 = 65 orang

F. Teknik pengambilan sampel


Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling.
Purposive sampling ini merupakan teknik non-probability/ non-random sampling
yaitu pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai
siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel
sehingga diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan
penelitian yang akan dilakukan.
G. Prosedur penelitian
1. Tahap Persiapan
a) Melakukan observasi awal rumusan masalah yang akan diteliti dengan
arahan dosen pembimbing.
b) Melakukan penelusuran literatur.
26

c) Mengambil data awal dengan mengunjungi instansi terkait yaitu


Puskesmas Kamonji.
2. Tahap Pelaksanaan
a) Mengadakan penelitian dengan mengumpulkan seluruh data penelitian
berupa data rekam medik.
b) Konsultasi hasil penelitian dengan dosen pembimbingdi puskesmas.
c) Mengolah dan menganalisis data penelitian.
3. Tahap Pelaporan
a) Menyajikan hasil dan pembahasan penelitian;
b) Menarik kesimpulan penelitian;
c) Mempertanggungjawabkan hasil penelitian.
H. Definisi operasional
1. Variabel dependen
Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi oleh variabel
bebas/independen dan merupakan variabel efek atau akibat. Variabel
dependen dalam penelitian ini adalah tekanan darah dengan definisi
operasionalnya adalah pasien yang diambil dari catatan rekam medik
didiagnosa oleh dokter umum tanda-tanda sebagai berikut:
 Tekanan darah : Hipertensi
2. Variabel Independen
Variabel independen atau variabel bebas adalah variabel yang tidak
terpengaruh oleh variabel lain justru mempengaruhi variabel dependen/
terikat dan merupakan variabel resiko atau sebab (Notoatmodjo,2010).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
27

Tabel 2.1 Definisi Operasional Variabel Dependen


NO VARIABEL DEFINISI SKALA HASIL UKUR
OPERASIONAL

1. Umur Jumlah tahun hidup Ordinal 0 = 18-30 tahun


pasien sampai sekarang dan >35 tahun

1 = 31-60 tahun

2. Status Gizi Berat badan (BB) yang Ordinal 0 = < 17, 0 – 18,
diukur dengan timbangan 4 (kurang)
berat badan dengan 1 = 18,5- 24,9
satuan kilogram (Kg) (Normal)
berbanding tinggi badan
2 = >25 (obesitas)
(TB) atau tinggi dari
responden yang akan
diukur dengan
menggunakan hasil dari
perhitumgan IMT

3. Kebiasaan responden dewasa yang Ordinal 0 = tidak


merokok mempunyai kebiasaan memiliki riwayat
merokok dengan jenis merokok
apapun
1= perokok
ringan

2 =perokok
sedang

3 = perokok berat
28

4 Kebiasaan Responden yang Ordinal 0 = Olahraga


olahraga mempunyai kebiasaan rutin
berolahraga dengan rutin
1 = Olahraga
tidak rutin

5. Tekanan Tekanan yang dihasilkan Ordinal 0 = Hipotensi


darah oleh arteri dan diukur
1 = Normotensi
dengan menggunakan
alat stetoskop dan 2 = Hipertensi
sphygmomanometer.

I. Instrumen dan alat penelitian


Instrumen dan alat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
stetoskop Litmann, spygmomanometer Litmann,timbangan one mad, meteran
tinggi badan microtoice statumeter GEA dan case report
J. Analisa data
Menggunakan Uji Kruskal Wallis, dan Mann Whitney
K. Pengolahan data
Kegiatan dalam proses pengolahan data meliputi editing, coding, entry, dan
tabulating data. Yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Editing, yaitu memeriksa kelengkapan data, mengkoreksi data yang telah
terkumpul dan belum lengkap.
2. Coding, yaitu memberikan kode-kode untuk memudahkan proses pengolahan
data.
3. Entry, memasukkan data untuk diolah menggunakan computer.
4. Tabulating, yaitu mengelompokkan data sesuai variabel yang akan diteliti
guna memudahkan analisis data.
29

L. Analisa Data
1. Analisa Univariat
Analisa univariat digunakan untuk mendapatkan gambaran dan distribusi
karakteristik frekuensi yang dipakai untuk mendeskripsikan setiap variabel
yang diteliti
2. Analisa Bivariat
Analisa ini dilakukan untuk melihat hubungan variabel dependen dan
independen. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square. Keputusan
digunakan derajat kepercayaan 95% (𝛼 = 5%). Bila p-value <0,05 maka uji
statistik bermakna signifikan dan bila p-value lebih dari 0,05 maka
perhitungan statistiknya tidak bermakna.
M. Aspek etika
1. Pasien diminta untuk menjadi subyek penelitian tanpa adanya paksaan dari
pihak peneliti karena diberikan informed consent terlebih dahulu
2. Pasien hanya akan diminta melakukan pemeriksaan kesehatan yang tidak
membahayakan nyawanya.
3. Penelitian ini tidak dipungut biaya dan akan bermanfaat.
4. Semua data yang didapat akan disimpan secara rahasia dan tanpa nama guna
menjaga kerahasiaan data medis subyek.
30

BAB IV
HASIL PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kamonji Palu pada tahun 2017, subjek
pada penelitian ini diambil dari pasien dewasa yang datang berobat di Puskesmas,
jumlah subjek yang memenuhi kriteria sebanyak 65 orang. Pengumpulan data
dilakukan dengan cara melakukan pengukuran tekanan darah secara langsung
terhadap responden. Pengukuran tinggi dan berat badan serta dengan pengisian
kuesioner dan case report, Hasil analisa statistik ditampilkan dengan sistematika
sebagai berikut.

1. Analisis sampel
Penelitian ini dilakukan di Puskesmas Kamonji Palu. Data yang diambil
adalah data pasien yang berobat di wilayah kerja puskesmas kamonj.
Pengambilan data dilakukan di Puskesmas Kamonji Palu dengan
memperhatikan kriteria inklusi dan eksklusi.

2. Analisis Univariat
Dari 65 subjek penelitian,yang menderita hipotensi (9.2%), normal
(72.3%) dan yang hipertensi (28.5%). Dari 65 data subjek penelitian terdapat
dua kelompok umur yaitu kelompok umur dewasa muda dan dewasa tua,
dewasa muda yaitu (26,2 %) sedangkan dewasa tua yaitu (73, 8 %). Dari 65
subjek penelitian terdapat yang kurang gizi yaitu (1.5%). Normal (70.8%) dan
obesitas (27.7 %). Dari 65 subjek penelitian didapatkan yang tidak merokok
yaitu 73.8%, perokok ringan (7,7%), perokok sedang (4.6%) dan perokok
berat (13.8%). Dari 65 data subjek penelitian didapatkan yang rutin
berolahraga (27,7%) dan yang tidak rutin berolahraga (72,3%) sehingga total
(100%)
31

Tabel.4 Karakteristik sampel berdasarkan umur, Jenis kelamin, Aktivitas fisik,


kebugaran dan tekanan darah
Variabel N %
Tekanan darah
- Hipotensi 6 9.2
- Normal 47 72.3
- Hipertensi 12 28.5
Umur
- Dewasa Muda 17 26.2
- Dewasa Tua
48 73.8
Status Gizi
- Kurang 1 1.5
- Normal 46 70.8
- Obesitas 18 27.7
Rokok
- Tidak 48 73.8
merokok
- Perokok 5 7.7
ringan
- Perokoko 3 4.6
sedang
- Perokok berat 9 13.8
Olahraga
- Rutin 18 27.7
- Tidak rutin 47 72.3
32

3. Faktor- faktor yang berhubungan dengan profil tekanan darah pada


orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu
a. Hubungan antara umur dengan profil tekanan darah
Tabel 5. Hubungan antara umur dengan profil tekanan darah orang dewasa yang
berobat di Puskesmas Kamonji Palu
Umur Profil tekanan darah Total P

Hipotensi Normotensi Hipertensi


N (%) N (%) N (%)
Dewasa 2 (11.8%) 14 (82.4%) 1 (5.9%) 17 (100%)
muda
0.156
Dewasa 4 (8.3%) 33 (68.8%) 11 (22.9%) 48 (100%)
tua
Total 6 (9.2%) 47 (72.3%) 12 (18.5%) 65 (100%)
Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Mann Whitney menunjukkan tidak
adanya hubungan yang bermakna antara umur dengan profil tekanan darah dengan
nilai p value 0,156 ( p > 0,05)

b. Hubungan status gizi dengan profil tekanan darah


Tabel 6. Hubungan status gizi dengan profil tekanan darah orang dewasa yang
berobat di Puskesmas Kamonji Palu
Status gizi Profil tekanan darah Total P
Hipotensi Normotensi Hipertensi
n (%) n (%) n (%)
Kurang 0 (0.0%) 1 (100%) 0 (0.0%) 1 (100%)
Normal 5 (20.9%) 14 (53.9%) 7 (25.2%) 26 (100%) 0.045
Obeistas 1 (5.6%) 12 (36.7%) 25 (57.8%) 38 (100%)

Total 6 (9.2%) 27 (18,5%) 32 (72,3%) 65 (100%)


Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara status gizi dengan profil tekanan darah
dengan nilai p value 0,0454( p < 0,05)
33

c. Hubungan rokok dengan profil tekanan darah


Tabel 7.Hubungan rokok dengan profil tekanan darah orang dewasa yang berobat
di Puskesmas Kamonji Palu
Perokok Profil tekanan darah Total P

Hipotensi Normal Hipertensi


n (%) n (%) n (%)
Tidak
6 (12.5%) 37 (77.1%) 5 (10.4%) 48 (100%)
merokok
Ringan 0 (0.0%) 4 (80.0%) 1 (20.0%) 5 (100%) 0.015
Sedang 0 (0.0%) 2 (66.7%) 1 (33.3%) 3 (100%)
Berat 0 (0.0%) 4 (44.4%) 5 (55.6%) 9 (100%)
Total 6 (9.2%) 47 (72.3%) 12 (18.5%) 65 (100%)
Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Kruskal Wallis menunjukkan
adanya hubungan yang bermakna antara rokok dengan profil tekanan darah
dengan nilai p value 0,015 ( p < 0,05)

d. Hubungan olahraga dengan profil tekanan darah


Tabel 8. Hubungan olahraga dengan profil tekanan darah orang dewasa yang
berobat di Puskesmas Kamonji Palu

Olahraga Profil tekanan darah Total P

Hipotensi Normal Hipertensi


n (%) n (%) n (%)
Rutin 3 (16.7%) 14 (77.8%) 1 (5.6%) 18 (100%)
0.052
Tidak rutin 3 (6.4%) 33 70.2%) 11 (23.4%) 47 (100%)
Total 6 (9.2%) 47 (72.3%) 12 (18.5%) 65 (100%)
Dari hasil analisis secara statistik dengan uji Mann Whitney menunjukkan
tidak adanya hubungan yang bermakna antara olahraga dengan profil tekanan
darah dengan nilai p value 0,052 ( p > 0,05)
34

BAB V
PEMBAHASAN

1. Hubungan usia dengan profil tekanan darah

Dari hasil analisa univariat menunjukkan kelompok umur dewasa muda


dengan jumlah sampel 17 orang yaitu 26,2% sedangkan umur dewasa tua
proporsinya adalah 73,8% dengan jumlah sampel 48 orang.
Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Black & Hawks (2012)
bahwa tingkat kejadian hipertensi lebih tinggi pada pria daripada wanita pada
usia di bawah 55 tahun dan tingkat kejadian ini akan menjadi sebanding pada
usia di atas 75 tahun keatas, wanita lebih rentan mengalami hipertensi daripada
pria.
Menurut Roystrong (2013) hasil analisis regresi logistiK menunjukkan
bahwa faktor usia memiliki pengaruh yang paling besar terhadap kejadian
hipertensi. Risiko untuk mengalami hipertensi bagi subjek berusia >40 tahun
adalah 17,726 kali lebih besar dibandingkan dengan subjek yang berusia <40
tahun berdasarkan hasil penelitian sesuai dengan fakta bahwa tanda-tanda
penuaan dan munsulnya penyakit-penyakit degenerative mulai terlihat pada
usia 40 tahun ke atas.
Menurut Strauss, et al (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa
meningkatnya insiden hipertensi dan penyakit kardiovaskular seiring dengan
pertambahan usia berhubungan dengan profil genetik seseorang yang
berpengaruh terhadap metabolism homosistein. Berdasarkan penelitian tersebut
diketahui bahwa pada DNA penderita hipertensi dan penyakit kardiovaskular
terdapat gen-gen yang berperan dalam metabolisme homosistein.
Uji korelasi dipilih untuk mengetahui hubungan usia dengan profil tekanan
darah pada orang dewasa yang berobat di puskesmas kamonji. Dari hasil
analisa uji statistik. Hubungan usia dengan profil tekanan darah pada orang
dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu menunjukan hasil nilai P >
0.05, sehingga tidak ada hubungan yang bermakna antara usia dengan profil
35

tekanan darah. Namun pada penelitian ini jumlah orang dewasa tua (30-60
tahun) lebih dominan di dibawah <45 tahun. Dimana umur seperti ini secara
fisiologi elastisitas pembuluh darah dan pompa jantung masih secara normal.
Hal ini juga sejalan dengan penelitian yang dikemukakan oleh Anggara
D,(2011) probabilitas untuk terjadinya hipertensi pada kelompok usia ≥45
tahun sekitar 1,5 kali lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia <45
tahun. Selanjutnya Population Attributable Risk (PAR) diperoleh nilai sebesar
0.29, artinya sekitar 29% kejadian hipertensi dapat dicegah dengan
menghilangkan faktor risiko usia.13
Dilihat secara teori usia bisa berhubungan dengan tekanan darah karena
semakin tua seseorang akan menyebabkan elastisitas pembuluh darah juga
akan berkurang sehingga menyebabkan naiknya tekanan darah.

2. Hubungan status gizi dengan tekanan darah


Dari hasil analisa uji statistik. Hubungan status gizi dengan profil tekanan
darah pada orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu
menunjukan hasil nilai P <0.05, yaitu nilai P 0,04 sehingga ada hubungan yang
bermakna antara status gizi dengan profil tekanan darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian sebelumnya
Sihombing (2012) menyatakan bahwa peningkatan IMT berkaitan erat dengan
peningkatan tekanan darah baik pada laki-laki maupun perempuan.
Lies, et al (2015) menemukan hubungan yang sangat kuat antara IMT
dengan insiden hipertensi pada masyarakat Korea, yaitu pada subjek dengan
IMT > 27 dan resiko hipertensi lebih tinggi pada wanita dibandingkan pria.
Obesitas merupakan ciri khas pada populasi pasien hipertensi. Curah
jantung dan volume darah sirkulasi pasien obesitas dengan hipertensi lebih
tinggi dibandingkan dengan penderita yang mempunyai berat badan normal
dengan tekanan darah yang setara. Kegemukan dan obesitas disebabkan oleh
pola makan (diet) tinggi kalori, dan ketidakseimbangan hormonal (resistensi
insulin atau hiperinsulinemia dan retensi natrium atau natriouresis).
36

Hasil analisis regresi logistik menunjukkan bahwa resiko untuk menderita


hipertensi bagi subjek yang tergolong obesitas adalah 3 kali lebih besar
dibandingkan dengan subjek yang tidak mengalami obesitas. Obesitas berarti
ketidakseimbangan antara konsumsi kalori dengan kebutuhan energi yang
disimpan dalam bentuk lemak pada jaringan sub kutan usus, jantung, paru-paru
dan hati sehingga menyebabkan peningkatan jumlah jaringan lemak in aktif
dan ini akan meningkatkan beban atau kerja jantung.
Secara teori status gizi pada orang dewasa khususnya orang yang obesitas
akan mempengaruhi tekanan darah karena memiliki beberapa makanisme
patofisiologi, mekanisme tersebut melibatkan sistem renin angiotensin
aldosteron, selain mekanisme tersebut, disfungsi endotel dan abnormalitas
fungsi ginjal juga manjadi faktor yang perlu diperhitungkan menjadi penyebab
hubungan status gizi dengan tekanan darah khususnya pada orang obesitas. 18

3. Hubungan merokok dengan tekanan darah


Dari hasil analisa uji statistik. Hubungan rokok dengan profil tekanan
darah pada orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu
menunjukan hasil nilai P <0.05, sehingga terdapat hubungan yang bermakna
antara rokok dengan profil tekanan darah.
Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa hasil penelitian yang
menunjukkan bahwa tekanan darah pada perokok lebih tinggi daripada bukan
perokok, seperti penelitian Elliot and Simpson (2012) yaitu resiko hipertensi
akan meningkat 1,13 kali pada seseorang yang merokok >10 batang per hari.
Hal ini serupa dikemukakan pada penelitian Grassi (2014) yaitu tekanan
darah, denyut jantung dan tahanan pembulih darah mengalami peningkatan
secara cepat pada subjek yang merokok >10 batang.
Secara teori rokok naiknya tekanan darah karena zat-zat kimia yang
terkandung di dalam tembakau yang dapat merusak lapisan di dalam dinding
arteri, sehingga arteri lebih rentan terjdi penumpukan plak (aterosklerosis).20
Hal ini terutama disebabkan oleh nikotin yang dapat merangsang saraf
simpatis sehingga dapat memacu kerja jantung lebih keras dan menyebabkan
37

penyempitan pembuuh darah, serta peran karbonmonoksida dan yang dapat


menggantikan oksigen dalam darah dan memaksa jantung memenuhi
kebutuhan oksigen tubuh.21 Dalam penelitian ini didapatkan hasil yang
bermakna karena banyak orang dewasa yang datang berobat di Puskesmas
Kamonji mempunyai kebiasaan merokok. 22

4. Hubungan Olahraga dengan tekanan darah


Dari hasil analisa uji statistik. Hubungan olahraga dengan profil tekanan
darah pada orang dewasa yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu
menunjukan hasil nilai P>0.05, sehingga tidak terdapat hubungan yang
bermakna antara Olahraga dengan profil tekanan darah.
Hasil penelitian ini serupa dengan penelitian yang dilakukan Tjandra
(2014) dimana penelitian tersebut mendapatkan hasil uji statistik p = 0,211
dinyatakan tidak memiliki hubungan. Dapat dinyatakan olahraga yang baik
dapat mengurangi kejadian hipertensi sebanyak 1,690 kali dibandingkan
olahraga yang buruk, sehingga dapat diartikan bahwa olahraga belum tentu
merupakan faktor resiko terjadinya penyakit hipertensi. Hal ini dapat
disebabkan sebagian responden berusia 31-60 tahun sehingga dalam
melaksanakan olahraga juga tidak sesuai ketentuan. Pendidikan yang rendah
juga dapat menyebabkan kurangnya pengetahuan responden akan pentingnya
olahraga dalam kegiatan sehari-hari dan kurang memperhatikan olahraga apa
yang dapat mengurangi resiko hipertensi.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian Wahyuningsih (2015), bahwa tidak
ada hubungan antara olahraga dengan kejadian hipertensi. Hasil imi
meunjukkan olahraga bukan merupakan faktor terjadinya hipertensi, tetapi
diharapkan untuk rutin melakukan olahraga karena apabila dilakukan secara
tepat dan teratur dengan frekuensi dan lamanya waktu yang digunakan dengan
baik dan benar maka dapat menurunkan tekanan darah.
Menurut Torrance, et al (2012) Salah satu keuntungan yang didapatkan
dengan melakukan aktifitas fisik adalah dalam hal pencegahan dan
penaggulangan tekanan darah tinggi. Resiko hipertensi akan semakin rendah
38

jika aktifitas fisik dilakukan secara teratur, baik pada seseorang yang
mengalami hipertensi atau obesitas. Sebaliknya tingkat aktifitas yang rendah
di hubungkan dengan peningkatan resiko hipertensi, baik pada orang yang
kurus maupun yang gemuk masing-masing 1,3 kali dan 2,6 kali.
Secara teori Olahraga rutin dapat membuat sistem kardiovaskuler lebih
efisien memompa darah dan menyalurkan oksigen ke otot-otot yang bekerja.
Pelepasan adrenalin dan asam laktat ke darah akan meningkatkan denyut
jantung. Olahraga meningkatkan kerja beberapa komponen berbeda-beda pada
sistem kardiovaskuler, seperti stroke volume (SV). Hal ini sejalan dengan
Tjekyan S. (2014) yang melakukan penelitian pada 266 orang dewasa dan
didapatkan 91 yang olahraga dan 175 yang tidak pernah Olahraga 24
39

BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Puskesmas Kamonji palu tentang
faktor-faktor yang berhubungan dengan profil tekanan darah pada orang dewasa
yang berobat di Puskesmas Kamonji Palu dari bulan September sampai oktober
tahun 2017, dengan kesimpulan :
1. Faktor usia merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi di Puskesmas
Kamonji dengan nilai p pada variabel usia adalah 0,156. Secara statistik
hubungan antara usia terhadap profil tekanan darah di Puskesmas Kamonji
belum dapat dikatakan tidak memiliki hubungan yang bermakna atau
signifikan.
2. Faktor status gizi merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi di Puskesmas
Kamonji dengan nilai p pada variabel status gizi adalah 0,045. Secara statistik
hubungan antara status gizi terhadap profil tekanan darah di Puskesmas
Kamonji dapat dikatakan memiliki hubungan yang bermakna atau signifikan.
3. Faktor merokok merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi di Puskesmas
Kamonji dengan nilai p pada variabel merokok adalah 0,015. Secara statistic
hubungan antara merokok terhadap profil tekanan darah di Puskesmas
Kamonji dapat dikatakan memiliki hubungan yang bermakna atau signifikan.
4. Faktor olahraga merupakan faktor resiko terjadinya hipertensi di Puskesmas
Kamonji dengan nilai p pada variabel olahraga adalah 0,052. Secara statistik
hubungan antara faktor resiko olahraga terhadap profil tekanan darah di
Puskesmas Kamonji belum dapat dikatakan tidak memiliki hubungan yang
bermakna atau signifikan.
40

B. Saran

1. Bagi pihak Puskesmas agar lebih meningkatkan penyuluhan kepada


masyarakaat tentang faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan profil
tekanan darah pada orang dewasa khususnya faktor rokok sehingga
masyarakat mengetahui dan dapat menentukan langkah-langkah agar dapat
terhindar dari penyakit degeneratif.
2. Diharapkan akan dilakukan penelitian kembali mengenai profil tekanan darah
tapi dengan faktor-faktor seperti (pola makan, ras dan budaya) juga dengan
metode berbeda seperti metode (case control) agar bisa didapatkan hasil yang
bisa lebih baik lagi.
41

DAFTAR PUSTAKA

1. Guyton A. Hall J. 2013 Text book of medical physiology eleventh edition.


Published by Elsevier saunders
2. Anggraini D. 2014. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian
hipertensi pada pasien yang berobat dipoliklinik dewasa puskesmas
bangkinang, pekanbaru : FK. Universitas Riau
3. WHO. 2012. Noncommunicable diseases in the south – east asia region :
situation and response . India : WHO
4. Kementrian Kesehatan RI. 2013. Hasil riset kesehatan dasar. Bab 3 penyakit
tidak menular
5. Jones AE, Yiannibes V, Johnson C, kline JA. 2014. Emergency departement
hypotension predicts sudden enxepected in hospital mortality : a prospective
cheng P, smith D. V. Considine J. Et al.. Outcome of emergency departement
patients with non traumatic hypotension cohort study. Chest. ; 130 (4) : 941-
6. PMID: 1703542
6. Setiaiti S. 2013. Prevalensi dan faktor predictor hipotensi ortostatik pada orang
dewasa. Jakarta: Perpustakaan FK. Universitas Indoesia
7. Gordon A. Vallet B. Singer M, 2012, patient centre acute care training :
hypotension clinical problem update. European society of intensive care
medicine
8. Rakhmalia 2014. Analisi faktor-faktor yang mempengaruhi tekanan darah
pada usia lanjut di dusun sumberan sumberenan. Yogyakarta.fakultas
kedokteran UMY
9. Hall. J and guyton, A. 2010. Textbook of medical physiologi twelfth edition
Elsevier health sciences. Missippi
10. Sherwood, L. 2014 . fisiologi manusia EGC. Jakarta
11. AHA (American hearth association). 2014. Understanding and managing high
blood preussure
12. Kementrian kesehatan RI. 2013. Hasil riset kesehatan dasar : Bab 3 . penyakit
tidak menular
42

13. Anggara Dwi, priyitno N. 2012. Faktor – faktor yang berhubungan dengan
tekanan darah di Puskesmas Telaga murni. Jakarta timur : jurnal Ilmiah
kesehatan
14. Martingsih. 2016. Analisis faktor-faktor yang berhubungan dengan terjadinya
Hipertensi primer pasa pasieb di poliklinik penyakit dalam RSUD. Bima.
Jakarta : FK. Universitas Indonesia
15. Hengli. 2013. Hubungan rokok dengan aktifitas fisik dengan kejadian
hipertensi pada pria wilayah kerja puskesmas siantan hulu. Kec. Pontianak
utara. Potianak : FK. Universitas tanjungpura
16. Stephen R. 2012 management of high blood pressure in children and
adolescents. Rochester : University of Rochester medical center
17. Selvia D. 2012. Kejadian Indeks masa tubuh terhadap tekanan darah perawat
di RS. Kediri. Kediri : jurnal kesehatan RS. Baptis Kediri
18. Natalia D. 2015, hubungan obesitas dengan kejadian hipertensi di kec.
Sintang. Pontianak. FK. Universitas tanjungpura
19. Sulastri D.(2013). Hubungan Obesitas dengan kejadian Hipertensi pada
masyarakaat etnik minangkabau di kota padang. Padang . Padang : bagian
GIzi FK. Andalas
20. ACS (action on smoking and health). 2013. Fact sheet on smooking , the heart
and circulation
21. Setyanda Y. 2015. Hubungan merokok dengan kejadian hipertensi pada laki-
laki usia 35-65 tahun dikota padang, padang : jurnal kesehatan Andalas
22. Yoki M. Sugiantoro. 2014. Hubungan kebiasaan merokok dengan kejadian
hipertensi . Jember : FK. Universitas Jember
23. WHO south-East Asia Region. 2013. Global adult tobacco survey : Indoensia
report . Jakarta : Kementrian kesehatan republik Indonesia
24. Syatria A. (2016). Pengaruh Olahraga Terprogram Terhadap Tekanan Darah
Pada Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro Yang
Mengikuti Ekstrakurikuler Basket, semarang : FK. Universitas diponegoro
43

Lampiran 1. Formulir-formulir
a. Kuesioner
KUESIONER PENELITIAN
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Profil Tekanan Darah Orang
Dewasa yang Berobat di Puskesmas Kamonji Palu
Tanggal :
Pewawancara :
No responden :

A. Perilaku Merokok dan Berolahraga

1 Apakah bapak/ibu 1. Ya
merokok? 2. Tidak

(jika tidak beralih ke pertanyaan no. 6 )


2 Sudah berapala lama bapak 1. Kurang dri 10 tahun
Merokok ? 2. Lebih dari 10 tahun
3 Berapa banyak rokok yang 1. kurang dari 10 batang
bapak habiskan setiap 2. 10-20 batang
harinya ? 3. Lebih dari 20 batang

4 Dimana biasanya bapak 1. Dirumah


merokok ? 2. Tempat kerja
3. Tempat umum
5 Kapan biasanya bapak 1. saaat santai
merokok ? 2. bekerja
3. habis makan
6 Apakah anda sering 1. Ya
berolahrga selama minimal 2. Tidak
3 bulan terakhir ini?
44

7 Olahrag jenis apa yang 1. Jogging


anda lakukan ? 2. Berenang
3. Jalan cepat
4. Sepak bola
5. Bulu tangkis
6. Voli
7. Olahraga lain ( )
Berapa kali anda 1. Kurang dari 3 kali
berolahraga dalam 2. Lebih dari 3 kali
seminggu ?
Berapa lama anda biasnya 1. Kurang lebih 30 menit
berolahraga ? 2. Lebih dari 30 menit
45

Lampiran 2 data subjek


DATA SUBJEK PENELITIAN
No Tekanan Umur Obesitas Rokok Olahraga Jenis
responden daraha kelamin

1201 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria


tua merokok
2102 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Wanita
muda merokok
2203 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
2204 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Wanita
tua merokok
2205 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
2106 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
muda merokok
1207 Hipertensi Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
1208 Hipertensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
1209 Normal Dewasa Normal Prokok Tidak rutin Wanita
tua sedang
2110 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1211 Hipertensi Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua sedang
1112 Hipertensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
muda merokok
2113 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
Muda merokok
46

2114 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Wanita


tua merokok
1215 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Pria
tua merokok
1116 Normal Dewasa Kurang Perokok Tidak rutin Pria
muda berat
1117 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
muda berat
2218 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
2219 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1220 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua sedang
1221 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
1122 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
muda merokok
1223 Normal Dewasa Obesitas 1 Perokok Rutin Pria
tua ringan
2224 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
2225 Hipertensi Dewasa Normal merokok Rutin Wanita
tua
2226 Hipotensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1227 Hipertensi Dewasa Obesitas Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
2228 Hipertensi Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
47

1229 Hipertensi Dewasa Obesitas Perokok Tidak rutin Pria


tua ringan
2230 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1231 Hipertensi Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
1232 Hipertensi Dewasa Obesitas Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
1233 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Pria
tua merokok
2134 Hipotensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
muda merokok
2235 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Wanita
tua merokok
2136 Normal Dewasa Normal Tidsk Tidak rutin Wanita
muda merokok
1237 Normal Dewasa Obesitas Tidak Rutin Pria
tua merokok olahraga
2238 Hipertensi Dewasa Obesitas Perokok Tidak rutin Wanita
tua berat
2139 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
muda merokok
1140 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
muda merokok
2241 Normal Dewasa Obesitasa Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
2242 Normal Dewasa Normal Tidak rutin Wanita
tua merokok
2243 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
48

2144 Normal Dewasa Obesitas Tidak Rutin Wanita


muda merokok
2245 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1246 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua berat
1247 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Pria
tua merokok
1248 Normal Dewasa Normal Perokok Rutin Pria
tua ringan
2149 Normal Dewasa Obesitas Tidak Rutin Wanita
muda merokok
1250 Hipotensi Dewasa Obesitas Tidak Rutin Pria
tua merokok
2251 Normal Dewasa Normal Tidak Rutin Wanita
tua merokok
1252 Hipertensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
1253 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
tua ringan
1154 Hipotensi Dewasa Normal Tidak Rutin Pria
muda merokok
2155 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
muda merokok
1257 Hipotensi Dewasa Normal Tidak Rutin Pria
tua merokok
2257 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok
1258 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
49

1259 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria


tua merokok
1160 Normal Dewasa Normal Perokok Tidak rutin Pria
muda ringan
1161 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Pria
muda merokok
1262 Hipotensi Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
1263 Normal Dewasa Normal Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
1264 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Pria
tua merokok
2265 Normal Dewasa Obesitas Tidak Tidak rutin Wanita
tua merokok

Anda mungkin juga menyukai