Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN KASUS

Diare Cair Akut dengan Dehidrasi Ringan - Sedang

Pembimbing :

dr. Banani Sidiq, M.Sc, Sp.A

Di susun Oleh :
Gunung Pramudito

PROGRAM INTERNSIP
RUMAH SAKIT UMUM NYI AGENG SERANG
KULON PROGO, YOGYAKARTA
(Periode 24 Agustus 2020 s/d 18 November 2020)

1
BAB I
STATUS PASIEN

I.IDENTITAS PASIEN
Nama : An. AZ
Umur : 1 Tahun 6 Bulan
Tanggal Lahir : 2 April 2019
Tempat lahir : KulonProgo
Jenis kelamin : Prempuan
Alamat : Dlaban 08/04 Sentolo, KulonProgo
Agama : Islam
Pendidikan : Belum sekolah
Tanggal masuk RS : 17 -10- 2020 Jam 12:00 WIB

II. IDENTITAS ORANG TUA

Nama Orang Tua Ibu Ayah

Nama Ny. AM Tn. HF

Umur 29 tahun 33 tahun

Pendidikan SMK SMA

Pekerjaan Ibu Rumah Tangga Karyawan Swasta

Alamat: Dlaban 08/04 sentolo, kulonprogo

Hubungan dengan orang tua : anak kandung.

Anamnesis
Diambil dari : Alloanamnesis dari ibu

Tanggal : 17 - 10- 2020, jam 18.20 di ruang Sadewa

Keluhan Utama : Diare


Riwayat Penyakit Sekarang

2
Pasien datang dengan keluhan BAB cair sejak 1 hari SMRS sampai 7x, dan sudah 5x
BAB cair dalam 1 hari ini . BAB cair disertai ampas sedikit tidak disertai darah maupun
lender. BAB warna kuning kehijauan, tidak berbau busuk, dengan volume sekitar 1/2 gelas
aqua kecil.

OS mengalami mual dan muntah sejak malam harinya sebanyak 3x muntah tidak
menyemprot, berisi susu dan air tidak ada lendir dan tidak ada darah. OS saat menangis
masih ada air mata dan terlihat tampak rewel . Orang tua mengakatakan OS sering meminta
minum. Orang tua mengatakan belum meminum obat apapun.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien tidak pernah mengalami sakit seperti ini sebelumnya.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada keluarga yang mengalami hal serupa

Riwayat Pengobatan

Pasien belum minum obat apapun

Riwayat Kehamilan Dan Kelahiran

A. Kehamilan
G1P0A0
- Perawatan antenatal : Teratur, kontrol 1 bulan 1 x.
- Penyakit kehamilan : Tidak ada
B. Kelahiran
- Tempat kelahiran : Puskesmas
- Penolong persalinan : Bidan
- Cara persalinan : Normal pervaginam
- Masa gestasi : 39 minggu, cukup bulan
C. Keadaan bayi
- Langsung menangis : positif
- Berat badan lahir : 3310 gram
- Panjang badan lahir : 50 cm
- Lingkar kepala : Ibu tidak tahu
- Pucat/biru/kuning/kejang : tidak ada

3
- Kelainan bawaan : tidak ada

Riwayat Nutrisi

 Usia 0 – 6 bulan : ASI

Riwayat Imunisasi

Imunisasi
Waktu Pemberian
Bulan Tahun

0 1 2 3 4 6 9 15 18 5 6 12

BCG I

DPT I II III

Polio (OPV) I II II IV

Hepatitis B I II III

Campak

Imunisasi dasar lengkap

Riwayat Pertumbuhan Dan Perkembangan

Motorik kasar : Mengangkat dan mempertahankan kepala dalam posisi tengkurap : 3 bulan
Tengkurap bolak balik : 4-5 bulan
Didudukkan dan belajar merayap : 6-7 bulan
`
Motorik halus :
Meraih, menggenggam, : 4-6 bulan
Makan biskuit : 7 bulan
Bahasa :
Babbling : 7 bulan

Pemeriksaan Fisik  
• Keadaan Umum : Tampak Sakit Ringan
• Kesadaran : Compos Mentis

Tanda Vital

4
• Suhu : 36,9oC
• Nadi : 110 x/menit
• Pernapasan : 28 x/menit

Berdasarkan Kurva Pertumbuhan WCGS


BeratBadan : 8,9 kg
Panjang badan : 74 cm
• Status Nutrisi
– Weight-for-length median
– Length-for-age 1 SD sampai 2 SD
– Weight-for-age median sampai 1 SD
– Head circumference median
Kesimpulan: gizi baik, pertumbuhan normal, normosefal

Pemeriksaan Sistematis
Kepala :Normocephal, ubun-ubun tidak tampak cekung, tidak teraba benjolan

Mata : Bentuk normal, palpebra superior dan inferior tidak cekung, kedudukan
bola mata dan alis mata simetris, konjungtiva kanan dan kiri tidak anemis,
sclera kanan dan kiri tidak ikterik, kornea kanan dan kiri jernih, kedua pupil
bulat isokor diameter 3 mm, refleks cahaya langsung dan tidak langsung
pada kedua mata positif, tidak terdapat sekret, nistagmus tidak ada,
strabismus tidak ada.

Telinga : Normotia, liang telinga lapang, tidak terdapat serumen, tidak terdapat sekret.

Hidung : Bentuk normal, deviasi septum tidak ada, sekret tidak ada.

Mulut : Bentuk normal, mukosa mulut lembab, sianosis tidak ada, tidak ada tremor,
tonsil T1-T1, faring tidak hiperemis.

Leher : Tidak ada kelainan, kelenjar getah bening dan tiroid tidak teraba pembesaran,
trakea di tengah.

Thorax

Paru-paru
- Inspeksi : bentuk dada normal, simetris keadaan stasis maupun dinamis, retraksi
sela iga (-)

5
- Palpasi : vokal fremitus kanan sama dengan kiri
- Perkusi : Sonor diseluruh lapang paru.
- Auskultasi : Suara napas bronkovesikuler, ronki -/-, wheezing -/-.
Jantung
- Inspeksi : Tidak tampak pulsasi ictus cordis
- Palpasi : Teraba pulsasi ictus cordis di sela iga V linea mid clavicula sinistra.
- Perkusi : Pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung I - II reguler, murmur (-), gallop (-)
Abdomen
- Inspeksi : Datar, tidak tampak massa.
- Auskultasi : Bising usus (+) tidak meningkat
- Palpasi : Supel, tidak teraba adanya massa, tidak teraba adanya perbesaran
hepar dan lien, turgor kulit kembali sangat lambat.
- Perkusi : Timpani di seluruh lapang.
Genitalia eksterna : Dalam batas normal
Ekstremitas : Akral hangat, tidak ada deformitas, tidak ada edema, tidak ada
sianosis, CRT < 2 detik
Tonus : Normotonus.

PemeriksaanPenunjang
Laboratorium tanggal 18- 10- 2020

Darah Rutin

Pemeriksaan Hasil Satuan Nilai normal

Hematologi darah rutin

Hemoglobin 12,8 g/dl 11,5-18,0

Hematokrit 42,2 % 37-54

Eritrosit 5,83 106 /µL 3,80 – 6,50

Leukosit 7.6 /µL 4,6 – 10,2

Trombosit 272 /µL 150– 400

Hitung jenis leukosit

 Basofil 0 % 0-1

 Eosinofil 0 % 0-3

6
 batang/stat 0 % 0-5

 limfosit 13 % 25-50

 monosit 10 % 2-10

 Segmen 77 % 50-80

Nilai eritrosit rata-rata

 VER (MCV) 72,4 fL 80,0-100,0

 HER (MCH) 22,0 Pg 26,0-32,0

 KHER 30,3 g/dL 31,0-36,0


(MCHC)

DiagnosaKerja
 Diare cair akut dengan dehidrasi Ringan - Sedang
Dasar diagnosis kerja
 Pasien diduga mengidap diare cair akut dikarenakan pada anamnesis
ditemukan BAB cair >3x dalam satu hari serta muntah 3x. Dari kasus ini
pasien masuk dalam kategori diare cair akut dengan dehidrasi ringan - sedang
karena pasien terdapat 2 atau lebih tanda-tanda dehidrasi ringan-sedang seperti
anak Gelisah/Rewel, tampak kehausan/sering minum dimana teori ini menurut
WHO 2005.

Diagnosa Banding
 Disentri
Tanda untuk diagnosis disentri adalah BAB cair, tapi sering dan disertai
dengan darah yang dapat dilihat dengan jelas. Beda dengan diagnosis kerja
pada kasus ini adalah BAB cairnya ditemukan dengan darah serta untuk untuk
pemeriksaan tinja biasanya ditemukan trofozoit amuba dan giardia
 Kolera
Diare air cucian beras yang sering dan banyak dan cepat menimbulkan
dehidrasi berat. Dengan pemeriksaan kultur tinja ditemukan positif untuk V.
Cholerae O1 atau O139

Penatalaksanaan:
- IVDN 30tpm Micro

7
- Zinc 20 mg / hari selama 10 hari
- Ondansentron 2 x 1mg
- Lacto B 1x1sac

Prognosis
1. Ad Vitam :dubia ad bonam
2. Ad Fungsionam :dubia ad bonam
3. Ad Sanationam :dubia ad bonam

Catatan Perkembangan Pasien


18-10-2020
S/ kulahan BAB cair membaik, 2x BAB lembek, mual (-), muntah (-), demam (-).
O/
KU; sedang , CM
HR = 98 x/m
RR = 23 x/m
S= 36.6
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-, ubun-ubun cekung –
Thorak :
p/ sdv +/+, rhonki -/-, Wheezing -/-
c/ s1 reguler, murmur –
Abdomen : supel +, BU + normal, trugor kulit normal, NT –
Extremitas : akral hangat +/+, nadi kuat +, WPK < 2”
A/
Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
P/
- IVDN RL 12 tpm micro
- Lacto B 1x1sac
- Zink 1x20mg
19-10-2020
S/ kulahan BAB cair membaik, Diare (-), mual (-), muntah (-), demam (-). Makan/minum (+)
O/
KU; baik , CM
HR = 101x/m
RR = 24 x/m

8
S= 36.6
Kepala : konjungtiva anemis -/-, sklera ikterik -/-, mata cowong -/-, ubun-ubun cekung –
Thorak :
p/ sdv +/+, rhonki -/-, Wheezing -/-
c/ s1 reguler, murmur –
Abdomen : supel +, BU + normal, trugor kulit normal, NT –
Extremitas : akral hangat +/+, nadi kuat +, WPK < 2”
A/
Diare cair akut dengan dehidrasi ringan-sedang
P/
BLPL
- Zink sry 1x1 cth ( di lanjutkan untuk 10 hari)
- Lacto B 1x1sac

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DIARE AKUT PADA ANAK

Definisi
Diare akut adalah buang air besar lembek /cair bahkan dapat berupa air saja
yang frekuensinya lebih sering biasanya (biasanya dalam sehari 3 kali atau lebih) dan
berlangsung kurang dari 7 hari.

Epidemiologi
Di Amerika Serikat, 20-35 juta kejadian diare terjadi setiap tahunnya. Di dunia
sebesar 6 juta anak meninggal tiap tahunnya karena diare, di mana sebagian kematian
tersebut terjadi di negara berkembang. Penyakit diare adalah salah satu penyebab

9
utama morbiditas dan mortalitas pada anak di seluruh dunia, yang menyebabkan 1
miliar kejadian sakit dan 3-5 juta kematian setiap tahunnya. (Parashar,2003).
Di Indonesia dilaporkan bahwa setiap anak mengalami diare sebanyak 1-2
episode per tahun (Depkes, 2003). Berdasarkan survei demografi kesehatan Indonesia
tahun 2002-2003, prevalensi diare pada anak – anak dengan usia kurang dari 5 tahun
di Indonesia adalah : laki-laki 10,8% dan perempuan 11,2%. Berdasarkan umur,
prevalensi tertinggi terjadi pada usia 6-11 bulan(19,4%), 12-23 bulan (14,8) dan 24-35
bulan (12,0) (Biro pusat statistik, 2003).
Berdasarkan laporan WHO 2003, kematian akibat diare di negara berkembang
telah turun dari 4,6 juta tahun 1982 menjadi 2,5 juta kematian pada tahun 2003. Di
Indonesia angka kematian diare juga telah turun tajam dari 40% tahun 1972 menjadi
24,9 pada tahun 1980, 10% tahun 1985 hingga 7,4 % tahun 1996 dari semua kasus
kematian. Walaupun angka kematian karena diare telah turun, angka kesakitan
karena diare tetap tinggi baik di negara maju maupun di negara berkembang.
Diare akut sampai saat ini masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di

negara berkembang tetapi juga di negara maju. Penyakit diare masih sering

menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita yang banyak dalam

waktu yang singkat.

Etiologi
1. Faktor infeksi
a. Infeksi enteral (infeksi saluran pencernaan makanan yang merupakan penyebab
utama diare)
 Infeksi bakteri : vibrio, E. coli, salmondla, shigella, campylo bacter,yersinia,
aeromonas, dan sebagainya
 Infeksi virus : enterovirus, adenovirus, rotavirus, astrovirus, daii lain-lain
 Infeksi parasit : cacing (ascaris), protozoa (entamoeba histolytica,giardia
lamblia, tricomonas hominis dan jamur (candida albicans)
b. Infeksi parenteral (infeksi diluar alat pencernaan) seperti: OMA (Otitis Media
Akut), tonsilitis, tonsilofaringitis, bronkopneumonia, ensefalitis, dan sebagainya
(sering terjadi pada bayi dan umur dibawah 2 tahun)
2. Faktor Malabsorpsi
a. Malabsorbsi karbohidrat

10
 Disakarida ; intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa
 Monosakarida: intoleransi glukosa, fruktosadan galaktosa
b. Malabsorbsi lemak
c. Malabsorbsi protein
3. Faktor makanan
Makanan besi, beracun, alergi terhadap makanan
4. Psikologis
Faktor psikologis (rasa takut dan cemas) yang dapat mempengaruhi terjadinya
peristaltik usus sehingga mempengaruhi proses penyerapan makanan. Penyebab yang
paling sering ditemukan dilapangan atau secara klinis karena infeksi dan keracunan.

Patofisiologi
Menurut patofisiologinya diare dibedakan dalam beberapa kategori yaitu diare
osmotik, sekretorik dan diare karena gangguan motilitas usus.
- Diare osmotik terjadi karena terdapatnya bahan yang tidak dapat diabsorpsi oleh
usus akan difermentasi oleh bakteri usus sehingga tekanan osmotik di lumen usus
meningkat yang akan menarik cairan.
- Diare sekretorik terjadi karena toxin dari bakteri akan menstimulasi cAMP dan
cGMP yang akan menstimulasi sekresi cairan dan elektrolit.
- Diare karena gangguan motilitas usus terjadi akibat adanya gangguan pada
kontrol otonomik, misal pada diabetik neuropati, postvagotomi, post reseksi usus
serta hipertiroid.
-

Manifestasi kinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh naik, nafsu makan berkurang
kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir dan darah. Warna tinja makin
lama berubah kehijauan, daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet karena sering
defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak diabsorbsi usus selama diare.
Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat disebabkan karena
lambung turut meradang atau akibat gangguan keseimbangan asam basa dan
elektrolit.
Bila kehilangan cairan terus berlangsung tanpa pergantian yang memadai
gejala dehidrasi mulai tampak yaitu : BB turun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun cekung (bayi), selaput lender bibir dan mulut, serta kulit kering. Bila
keadaan ini terus berlanjut, akan terjadi renjatan hypovolemik dengan gejala takikardi,

11
denyut jantung menjadi cepat, nadi lemah dan tidak teraba, tekanan daran turun,
pasien tampak lemah dan kesadaran menurun, karena kurang cairan, deuresis
berkurang (oliguria-anuria). Bila terjadi asidosis metabolik pasien akan tampak pucat,
nafas cepat dan dalam (pernafasan kusmaul).

Komplikasi Diare
Sebagai akibat diare baik akut maupun kronik akan terjadi :
1. Kehilangan cairan (dehidrasi)
Dehidrasi terjadi karena output air lebih banyak dari pada input air. Klasifikasi
tingkat dehidrasi anak dengan diare yaitu :
Kriteria Dehidrasi menurut WHO 2000
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini:
 Letargis atau tidak sadar DEHIDRASI BERAT
 Mata cekung
 Tidak bisa minum atau malas minum
 Cubitan kulit perut kembalinya
sangat lambat
Terdapat dua atau lebih dari tanda-tanda
berikut ini: DEHIDRASI
 Gelisah, rewel/mudah masalah RINGAN/SEDANG
 Mata cekung
 Cubitan kulit perut kembalinya
lambat
Tidak cukup tanda-tanda untuk
diklasifikasikan sebagai dehidrasi berat atau TANPA DEHIDRASI
ringan/sedang

2. Gangguan keseimbangan asam-basa (metabolik asidosis)


Metabolik asidosis terjadi karena :
a. Kehilangan Na-bikarbonat bersama feses
b. Adanya ketosis kelaparan. Metabolisme lemak yang tidak sempurna sehingga
benda keton tertimbun dalam tubuh.
c. Terjadi penimbunan asam laktat karena adanya anoksia jaringan.
d. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat karena tidak dapat
dikeluarkan oleh ginjal.
e. Pemindahan ion Na dari cairan ekstraselular ke dalam cairan intraselular.

12
Secara klinis asidosis dapat diketahui dengan memperhatikan pernapasan,
pernapasan bersifat cepat, teratur dan dalam yang disebut pernapasan kuszmaull.
Pernapasan ini merupakan homeostasis respiratorik yaitu usaha dari tubuh untuk
mempertahankan pH darah.
3. Hipoglikemia
Pada anak-anak dengan gizi baik/cukup, hipoglikemia ini jarang terjadi, lebih
sering terjadi pada anak yang sebelumnya sudah menderita KEP. Hal ini terjadi
karena :
a. Penyimpanan/persediaan glikogen dalam hati terganggu
b. Adanya gangguan absorbsi glukosa.
Gejala hipoglikemia dapat muncul jika kadar glukosa darah menurun sampai
40 mg% pada bayi dan 50 mg% pada anak-anak. Gejala hipoglikemia tersebut berupa:
lemas, apatis, peka rangsang, tremor, pucat, berkeringat, syok, kejang sampai koma.
4. Gangguan gizi
Sewaktu anak menderita diare, sering terjadi gangguan gizi dengan akibat
terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat. Hal ini disebabkan karena :
a. Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare dan/atau muntahnya
akan bertambah berat.
b. Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengenceran.
c. Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dengan/tanpa disertai muntah, dapat terjadi gangguan
sirkulasi darah berupa rejatan (shock) hipovolemik. Akibatnya perfusi jaringan
berkurang dan terjadi hipoksia dan asidosis bertambah berat. Kemudian dapat
mengakibatkan perdarahan di otak yang menimbulkan turunnya kesadaran
(soporokomatusa) dan bila tidak segera ditangani penderita dapat meninggal.

Kriteria Diagnosis
a. Anamnesis
 Lama diare berlangsung, frekuensi diare dalam sehari, warna dan konsistensi
tinja, lendir dan atau darah dalam tinja
 Muntah, rasa haus, rewel, anak lemah, kesadaran menurun, buang air kecil
terakhir, demam, sesak, kejang, kembung
 Jumlah cairan yang masuk selama diare

13
 Jenis makanan dan minuman yang diminum selama diare, mengonsumsi makanan
yang tidak biasa
 Penderita diare disekitarnya dan sumber air minum
b. Pemeriksaan fisik
 Keadaan umum, kesadaran, dan tanda vital
 Tanda utama: keadaan umum gelisah/cengeng atau lemah/letargi/koma, rasa haus,
turgor kulit abdomen menurun
 Tanda tambahan: ubun-ubun besar, kelopak mata, air mata, mukosa bibir, mulu,
dan lidah
 Berat badan
 Tanda gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit, seperti napas cepat dan
dalam (asidosos metabolik), kembung (hipokalemia), kejang (hipo atau
hipernatremia)
 Penilaian derajat dehidrasi dilakukan sesuai kriteria berikut:
 Tanpa dehidrasi (kehilangan cairan < 5% berat badan)
 Tidak ditemukan tanda utama dan tandda tambahan
 Keadaan umum baik, sadar
 Ubun-ubun besar tidak cekung, mata tidak cekung, air mata ada, mukosa
mulut dan bibir basah
 Turgor abdomen baik, bising usus normal
 Akral hangat

 Dehidrasi ringan sedang (kehilangan cairan 5-10% berat badan)


 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah 2 atau lebih tanda tambahan
 Keadaan umum gelisah atau cengeng
 Ubun-ubun besar sedikit cekung, mata sedikit cekung, air mata kurang,
mukosa mulut dan bibir sedikit kering
 Turgor kurang, akral hangat
 Dehidrasi berat (kehilangan cairan > 10% berat badan)
 Apabila didapatkan 2 tanda utama ditambah dengan 2 atau lebih tanda
tambahan
 Keadaan umum lemah, letargi, atau koma
 Ubun-ubun sangat cekung, mata sangat cekung, air mata tidak ada, mukosa
mulut dan bibir sangat kering
 Turgor sangat kurang dan akral dingin

14
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium lengkap pada diare akut pada umumnya tidak
diperlukan, hanya pada keadaan tertentu mungkin diperlukan misalnya penyebab
dasarnya tidak diketahui atau ada sebab-sebab lain selain diare akut atau pada
penderita dengan dehidrasi berat. Contoh : pemeriksaan darah lengkap, kultur urine
dan tinja pada sepsis atau infeksi saluran kemih. Pemeriksaan laboratorium yang
kadang-kadang diperlukan pada saat diare akut :
Darah: darah lengkap, serum elektrolit, analisa gas darah, glukosa darah, kultur dan
kepekaan terhadap antibiotika.
Feses :
PH asam  diare osmotic
Leukosit > 5 / LPB  disentri
Hal yang dinilai pada pemeriksaan feses:
- Makroskopis : konsistensi, warna, lendir, darah, bau
- Mikroskopis : leukosit, eritrosit, parasit, bakteri
Bentuk klinis diare berdasarkan penyebabnya :

Pengobatan Diare
Prinsip penatalaksanaan penderita diare adalah:
a. Mencegah terjadinya dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering terjadi adalah dehidrasi. Mencegah terjadinya
dehidrasi dapat dilakukan mulai dari rumah dengan memberikan minum lebih banyak
dengan rumah tangga yang dianjurkan, seperti air tajun, kuah sayur, air sup, air teh. Bila

15
tidak memberikan cairan rumah tangga yang dianjurkan, berikan air matang. Jangan
diberikan cairan yang osmolaritasnya tinggi, yaitu yang terlalu manis sepeti soft drink.
b. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi terutama pada anak balita, penderita harus segera dibawa ke
petugas kesehatan atau sarana kesehatan untuk mendapatkan pengobatan yang cepat dan
tepat, yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan Ringer Laktat sebelum dilanjutkan terapi oral.
c. Pemberian ASI / makanan
Pemberian ASI / makanan selama serangan diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap kuat dan tumbuh serta mencegah
berkurangnya berat badan.
d. Pemberian Zinc
Zinc merupakan salah satu mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih dari 90
macam enzim dalam tubuh memerlukan zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
superoksida dismutase (Linder,1999). Enzim ini berfungsi untuk metabolisme radikal
bebas superoksida sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh berkurang. Pada proses
inflamasi, kadar radikal bebas superoksida meningkat, sehingga dapat merusak berbagai
jenis jaringan termasuk jaringan epitel dalam usus (Cousins et al, 2006).
Zinc  yang ada dalam tubuh akan hilang dalam jumlah besar pada saat seorang anak
menderita diare. Dengan demikian sangat diperlukan pengganti zinc yang hilang dalam
proses kesembuhan seorang anak dan untuk menjaga kesehatannya di bulan-bulan
mendatang.
Mulai tahun 2004, WHO-UNICEF merekomendasikan suplemen Zinc untuk terapi diare
karena suplementasi zinc telah terbukti menurunkan jumlah hari lamanya seorang anak
menderita sakit, menurunkan tingkat keparahan penyakit tersebut, serta menurunkan
kemungkinan anak kembali mengalami diare 2-3 bulan berikutnya.
Banyak uji klinik yang melaporkan bahwa suplemen Zinc sangat bermanfaat untuk
membantu penyembuhan diare. Zinc sebaiknya diberikan sampai 10-14 hari, walaupun
diarenya sudah sembuh. 11 Sayangnya suplemen Zinc ini belum banyak beredar di apotek
di Indonesia. Di beberapa RS besar di Indonesia telah menggunakan suplemen Zinc
dalam bentuk suspensi untuk penatalaksanaan diare akut.
Adapun cara pemberian Tablet Zinc yaitu :
 Untuk bayi usia di bawah 6 bulan berikan setengah tablet zinc (10mg) sekali sehari
selama sepuluh hari berturut-turut.

16
 Untuk anak usia 6 bulan ke atas berikan satu tablet zinc (20 mg) sekali sehari selama
sepuluh hari berturut-turut.
 Larutkan tablet tersebut dengan sedikit (beberapa tetes)air matang atau ASI dalam
sendok teh.
 Jangan mencampur tablet zinc dengan oralit
 Tablet harus diberikan selama sepuluh hari penuh (walaupun diare telah berhenti
sebelum 10 hari)
 Apabila anak muntah sekitar setelah jam setelah pemberian tablet zinc, berikan lagi
tablet zinc dengan cara memberikan potongan lebih kecil dan berikan beberapa kali
hingga satu dosis penuh.
 Bila anak menderita dehidrasi berat dan memerlukan cairan infus,tetap berikan tablet
zinc segera setelah anak dapat minum atau makan.
e. Pemberian Probiotik
Probiotik adalah suatu suplemen makanan, yang mengandung bakteri atau jamur yang
tumbuh sebagai flora normal dalam saluran pencernaan manusia, yang bila diberikan
sesuai indikasi dan dalam jumlah adekuat diharapkan dapat memberikan keuntungan
bagi kesehatan dengan cara meningkatkan kolonisasi bakteri probiotik didalam lumen
saluran cerna sehingga seluruh epitel mukosa usus telah diduduki oleh bakteri probiotik
melalui reseptor dalam sel epitel usus. Dengan mencermati penomena tersebut bakteri
probiotik dapat dipakai dengan cara untuk pencegahan dan pengobatan diare baik yang
disebabkan oleh Rotavirus maupun mikroorganisme lain, speudomembran colitis
maupun diare yang disebabkan oleh karena pemakaian antibiotika yang tidak rasional
(antibiotik asociated diarrhea ) dan travellers’s diarrhea.
Terdapat banyak laporan tentang penggunaan probiotik dalam tatalaksana diare akut
pada anak. Hasil meta analisa Van Niel dkk menyatakan lactobacillus aman dan efektif
dalam pengobatan diare akut infeksi pada anak, menurunkan lamanya diare kira-kira 2/3
lamanya diare, dan menurunkan frekuensi diare pada hari ke dua pemberian sebanyak 1-
2 kali. Kemungkinan mekanisme efekprobiotik dalam pengobatan diare adalah :
Perubahan lingkungan mikro lumen usus, produksi bahan anti mikroba terhadap
beberapa patogen, kompetisi nutrien, mencegah adhesi patogen pada anterosit,
modifikasi toksin atau reseptor toksin, efektrofik pada mukosa usus dan imunno
modulasi.
Terdapat berbagai macam jenis probiotik yang hingga saat ini sering digunakan sebagai
suplemen. Golongan yang paling banyak digunakan adalah Lactic Acid Bacteria (LAB).
Golongan LAB dapat mengubah gula dan karbohidrat menjadi asam laktat, yang

17
berfungsi menurunkan kadar pH saluran gastrointestinal, sehingga menghambat
pertumbuhan bakteri patogen. Contoh strain golongan LAB adalah Lactobacillus dan
Bifidobacterium.
Sejak dipublikasikan pertama kali oleh seorang peneliti Rusia, Eli Metchnikoff, pada
awal abad 20, penelitian tentang probiotik hingga saat ini banyak dilakukan untuk
menguji kemanfaatannya pada populasi anak. Produk komersial yang mengandung
probiotik sebagai suplemen banyak tersedia di pasaran. Kemanfaatan probiotik terutama
banyak dilihat dari aspek pencegahan dan terapi penyakit, terutama penyakit alergi dan
infeksi.
Penggunaan probiotik untuk diare pada anak merupakan fokus studi yang paling banyak
dilakukan dalam penilaian kemanfaatan probiotik. Secara teoritis, probiotik dapat
mengurangi keparahan diare melalui efek kompetisi dengan patogen, imunomodulator,
meningkatkan sekresi IgA mukosa usus, dan mengurangi kejadian intoleransi laktosa.
Pemberian probiotik terlihat bermanfaat dalam tatalaksana diare akut. Meta-analisis yang
dilakukan oleh Szajewska et al menunjukkan bahwa pemberian suplemen Lactobacillus
mengurangi durasi diare akut sehari lebih cepat dibandingkan plasebo (95% CI) dengan
level of evidence 1a. Efektivitasnya terutama lebih baik pada mereka dengan etiologi
rotavirus, yang merupakan penyebab terbanyak diare akut pada anak.
f. Pemberian Antibiotik
Sebagian besar kasus diare tidak memerlukan pengobatan dengan antibiotika oleh karena
pada umumnya sembuh sendiri (self limiting). Antibiotik hanya diperlukan pada sebagian
kecil penderita diare misalnya kholera shigella, karena penyebab terbesar dari diare pada
anak adalah virus (Rotavirus). Kecuali pada bayi berusia di bawah 2 bulan karena potensi
terjadinya sepsis oleh karena bakteri mudah mengadakan translokasi kedalam sirkulasi,
atau pada anak/bayi yang menunjukkan secara klinis gajala yang berat serta berulang
atau menunjukkan gejala diare dengan darah dan lendir yang jelas atau segala sepsis.
Anti motilitis seperti difenosilat dan loperamid dapat menimbulkan paralisis obstruksi
sehingga terjadi bacterial overgrowth, gangguan absorpsi dan sirkulasi.
Beberapa antimikroba yang sering dipakai antara lain:
 Kolera : Tetrasiklin 12,5mg/kgBB/ dibagi 3 dosis (3 hari) atau Erytromycin 12,5
mg/kgBB 4x sehari selama 3 hari
 Shigella : Ciprofloxacin 15 mg/kgBB 2x sehari selama 3 hari atau Ceftriaxone 50-100
mg/kgBB 1x sehari IM selama 2-5 hari.

18
 Amebiasis : Metronidasol 10mg/kg/ 3x sehari selama 5 hari (10 hari pada kasus
berat), Untuk kasus berat : Dehidro emetin hidrokhlorida 1-1,5 mg/kg (maks 90mg)
(im) s/d 5 hari tergantung reaksi (untuk semua umur)
 Giardiasis : Metronidazole 5mg/kgBB 3x sehari selama 5 hari.
g. Mengobati masalah lain
Obat-obatan “anti diare” dan anti muntah tidak boleh diberikan pada anak dengan diare.
Anti diare tidak dianjurkan karena belum adanya bukti mengenai diare yang berdaya guna,
sehingga penggunaan anti diare hanya menimbulkan beban biaya.
h. Pemberian nasehat
Pemberian nasehat kepada orang tua anak (pengasuh) untuk segera membawa anaknya
kepada petugas kesehatan bila anak tidak membaik dalam 3 hari atau menderita sebagai
berikut:
 Buang air besar cair lebih sering
 Muntah berulang-ulang
 Rasa haus yang nyata
 Makan atau minum sedikit
 Demam
 Tinja berdarah

Rencana Terapi A : Terapi di rumah untuk mencegah dehidrasi dan malnutrisi


Anak-anak tanpa tanda-tanda dehidrasi memerlukan tambahan cairan dan
garam untuk mengganti kehilangan cairan dan elektrolit akibat diare. Jika ini tidak
diberikan, tanda-tanda dehidrasi dapat terjadi. (1)
Ibu harus diajarkan cara untuk mencegah dehidrasi di rumah dengan
memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, bagaimana mencegah
kekurangan gizi dengan terus memberi makan anak, dan mengapa tindakan-tindakan
ini penting. Mereka harus juga tahu apa tanda-tanda menunjukkan bahwa anak harus
dibawa ke petugas kesehatan. Langkah-langkah tersebut dirangkum dalam empat
aturan Rencana Terapi A.
Aturan 1 : Memberikan anak lebih banyak cairan daripada biasanya, untuk mencegah
dehidrasi
Cairan yang diberikan adalah cairan yang mengandung garam (oralit), dapat
juga diberikan air bersih yang matang.
Komposisi larutan oralit baru :
 Natrium klorida 2,6 gram/liter

19
 Glukosa 13,5 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,9 gram/liter
Komposisi larutan oralit lama :
 Natrium klorida 3,5 gram/liter
 Glukosa 20 gram/liter
 Kalium klorida 1,5 gram/liter
 Trisodium sitrat 2,55 gram/liter
Dengan menurunkan osmolaritas dengan mengurangi konsentrasi glukosa dan
garam (NaCl) dimaksudkan untuk menghindari hipertonisitas cairan selama absorpsi
cairan oralit.
Cairan yang mengandung garam, seperti oralit, minuman asin (seperti
minuman youghert), atau sayuran dan sup ayam dengan garam. Ajari ibu untuk
memasukan garam (kurang lebih 3g/L) pada minuman yang tidak bergaram (seperti
air matang, air teh, jus buah-buahan yang tidak diberi gula) atau sup selama diare.
Larutan oralit yang dapat dibuat dirumah mengandung 3g/L garam dapur (1
sendok teh penuh garam) dan 18g/L dari gula dapur (sukrosa) sangat efektif namun
tidak dianjurkan karena seringkali lupa resepnya.
Minuman yang tidak boleh diberikan ialah minuman bersoda, teh manis, jus
buah-buahan yang manis. Minuman tersebut dapat menyebabkan diare osmotik dan
hipernatremia. Sedangkan kopi tidak boleh diberikan karena bersifat diuretik.
Umur (tahun) Jumlah Cairan Yang Harus
Diberikan
<> 50-100 ml cairan
2-10 100-200 ml
> 10 > 200 atau sebanyak yang mereka mau
Aturan 2 : Berikan tambahan zinc (10 - 20 mg) untuk anak, setiap hari selama 10 hari
Zinc dapat diberikan sebagai sirup atau tablet, dimana formulasinya tersedia
dan terjangkau. Dengan memberikan zinc segera setelah mulai diare, durasi dan
tingkat keparahan episode serta risiko dehidrasi akan berkurang. Dengan pemberian
zinc selama 10 sampai 14 hari, zinc yang hilang selama diare diganti sepenuhnya dan
risiko anak memiliki episode baru diare dalam 2 sampai 3 bulan ke depan dapat
berkurang. (1)
Pada pedoman penatalaksanaan diare sebelumnya tidak ada anjuran untuk
memberikan zinc, namun pada pedoman penatalaksanaan diare WHO 2005 ada
anjuran seperti ini.

20
Aturan 3 yaitu berikan anak makanan untuk mencegah kurang gizi
Diet bayi yang biasanya harus dilanjutkan selama diare dan ditingkatkan
setelahnya. Makanan tidak boleh ditahan dan makanan anak yang biasa tidak boleh
diencerkan. pemberian ASI harus dilanjutkan. Tujuannya adalah untuk memberikan
makanan yang kaya nutrisipada anak. Sebagian besar anak-anak dengan diare cair
mendapatkan kembali nafsu makan mereka setelah dehidrasi diperbaiki, sedangkan
orang-orang dengan diare berdarah seringkali nafsu makan tetap buruk sampai
penyakitnya sembuh. Anak-anak ini harus didorong untuk mau makan secara normal
sesegera mungkin.
Ketika makanan diberikan, gizi yang cukup biasanya diserap untuk
mendukung pertumbuhan dan pertambahan berat badan. Makan juga mempercepat
pemulihan fungsi usus normal, termasuk kemampuan untuk mencerna dan menyerap
berbagai nutrisi. Sebaliknya, pada anak-anak yang dibatasi makannya dan makanan
yang diencerkan dapat menurunkan berat badan, menyebabkan diare lebih lama dan
lebih lambat memulihkan fungsi usus.
Secara umum, makanan yang sesuai untuk anak dengan diare adalah sama
dengan yang diperlukan oleh anak-anak yang sehat.
o Bayi segala usia yang menyusui harus tetap diberi kesempatan untuk menyusui sesering dan
selama mereka inginkan. Bayi sering menyusui lebih dari biasanya dan ini harus
didukung.
o Bayi yang tidak disusui harus diberikan susu biasa mereka makan (atau susu formula)
sekurang-kurangnya setiap tiga jam, jika mungkin dengan cangkir.
o Bayi di bawah usia 6 bulan yang diberi makan ASI dan makanan lain harus diberikan ASI
lebih banyak. Setelah anak tersebut sembuh dan meningkatnya pasokan ASI, makanan lain
harus diturunkan.
Jika anak usia minimal 6 bulan atau sudah diberikan makanan lunak, ia harus
diberi sereal, sayuran dan makanan lain, selain susu. Jika anak di atas 6 bulan dan
makanan tersebut belum diberikan, maka harus dimulai selama episode diare atau
segera setelah diare berhenti. Daging, ikan atau telur harus diberikan, jika tersedia.
Makanan kaya akan kalium, seperti pisang, air kelapa hijau dan jus buah segar akan
bermanfaat.
Berikan anak makanan setiap tiga atau empat jam (enam kali sehari). Makan
porsi kecil yang Sering, lebih baik daripada makan banyak tetapi lebih jarang. Setelah
diare berhenti, dapat terus memberi makanan dengan energi yang sama dan
membrikan satu lagi makan tambahan daripada biasanya setiap hari selama setidaknya

21
dua minggu. Jika anak kekurangan gizi, makanan tambahan harus diberikan sampai
anak telah kembali berat badan normal-untuk-height.
Aturan 4 Bawa anak ke petugas kesehatan jika ada tanda-tanda dehidrasi atau masalah
lainnya
Ibu harus membawa anaknya ke petugas kesehatan jika anak:
• Buang air besar cair sering terjadi
• Muntah berulang-ulang
• Sangat haus
• Makan atau minum sedikit
• Demam
• Tinja Berdarah
• Anak tidak membaik dalam tiga hari.
Pedoman diare yang sebelumnya hanya mempunyai 3 aturan saja. Namun
WHO 2005 menambahkan pemberian zinc pada rencana terapi A ini.
Rencana Terapi B: Terapi rehidrasi oral untuk anak-anak dengan dehidrasi ringan-
sedang
Jika berat badan anak diketahui maka hal ini harus digunakan untuk
menentukan jumlah larutan yang tepat. Jumlah larutan ditentukan dari berat badan
(Kg) dikalikan 75 ml. Jika berat badan anak tidak diketahui maka penentuan jumlah
cairan ditentukan berdasarkan usia anak.

Jumlah Cairan yang Harus Diberikan Dalam 4 Jam Pertama


a
Usia <> 4 – 11 12 – 23 2–4 5 – 14 > 15 tahun
bulan bulan tahun tahun
Berat <> 5–7.9 kg 8-10.9 kg 11-15.9kg 16-29.9kg > 30 kg
Badan
Jumlah 200-400 400-600 600-800 800-1200 1200-2200 2200-4000
(ml)
a
Digunakan apabila tidak diketahui berat badan pasien

• Jika pasien menginginkan lebih banyak oralit, maka dapat diberikan.


• Dorong ibu untuk terus menyusui anaknya.
• Untuk bayi di bawah 6 bulan yang tidak menyusui, jika menggunakan larutan oralit WHO
yang lama yang mengandung 90 mmol / L natrium, juga memberi 100-200ml air bersih
selama periode ini. Namun, jika menggunakan larutan oralit osmolaritas rendah yang baru
mengandung 75mmol / L natrium, hal ini tidak perlu menambah air bersih.

22
Edema (bengkak) kelopak mata adalah tanda dari over-hidrasi. Jika hal ini
terjadi, hentikan penggunaan oralit, tapi dapat diberi ASI atau air putih, dan makanan.
Jangan beri diuretik. Bila edema telah hilang, lanjutkan pemberian oralit atau cairan
rumah sesuai dengan Rencana Terapi A.
Keluaraga harus diajarkan cara memberikan larutan oralit. Larutan dapat
diberikan pada anak-anak menggunakan sendok atau cangkir. Botol minum tidak
boleh digunakan. Untuk bayi dapat digunakan pipet atau syringe. Untuk anak <>(1)
Jika tanda-tanda dehidrasi parah telah muncul, terapi intravena (IV) harus
dimulai sesuai Rencana Terapi C.
Jika anak masih memiliki tanda-tanda yang menunjukkan dehidrasi beberapa,
teruskan terapi rehidrasi oral dengan mengulangi Rencana Terapi B. Pada saat yang
sama dimulai pemberian makanan, susu dan cairan lain, seperti yang dijelaskan dalam
Rencana Terapi A, dan terus menilai kembali anak.
Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, harus dipertimbangkan rehidrasi telah
lengkap. Bila rehidrasi adalah lengkap:
 Turgor kulit normal
 Tidak haus
 Urin
 Anak menjadi tenang, tidak lagi mudah marah dan seringkali tertidur.
Ajarkan ibu cara untuk merawat anaknya di rumah dengan larutan oralit dan
makanan seperti pada Rencana Terapi A.
Dengan larutan oralit yang sebelumnya, tanda dehidrasi dapat menetap atau
muncul kembali selama pemberian oralit pada 5% anak-anak. Namun dengan larutan
oralit osmolaritas rendah yang baru, diperkirakan kegagalan pengobatan sebelumnya
dapat berkurang menjadi 3%, atau kurang.
Penyebab kegagalan tersering ialah:
 Intake larutan oralit yang kurang (lebih dari 15-20 ml/kg/jam), seperti yang terjadi pada
beberapa anak-anak dengan kolera
 Tidak cukup asupan larutan oralit karena kelelahan atau kelesuan
 Sering terjadi muntah-muntah yang parah.
Anak-anak tersebut harus diberikan larutan oralit dengan selang nasogastric
(NG) atau larutan Ringer laktat intravena (IV) (75 ml/kg/4jam), biasanya dilakukan di
rumah sakit.
Mulailah untuk memberikan tambahan zinc, seperti dalam Rencana terapi A,
segera setelah anak dapat makan setelah 4 jam pertama periode rehidrasi.

23
Kecuali untuk ASI, makanan tidak boleh diberikan selama empat jam pertama
periode rehidrasi. Namun, anak-anak yang terus dalam Rencana Terapi B lebih dari
empat jam harus diberikan makanan setiap 3-4 jam seperti yang dijelaskan dalam
Rencana terapi A. Semua anak yang lebih tua dari 6 bulan harus diberikan makanan
sebelum pulang. Ini membantu untuk menekankan kepada para ibu pentingnya terus
makan selama diare.
Perbedaan dari rencana terapi B antara WHO tahun 2005 dan Depkes RI 1999
ialah adanya penambahan zinc pada terapi diare menurut WHO 2005 dan adanya
perbedaan untuk menentukan jumlah cairan rehidrasi yang ditentukan berdasarkan
usia.
Rencana Terapi C : untuk Pasien dengan Dehidrasi Berat
Pengobatan bagi anak-anak dengan dehidrasi berat adalah rehidrasi intravena
cepat, mengikuti Rencana Terapi C. Jika mungkin, anak harus dirawat di rumah sakit.
Panduan untuk rehidrasi intravena.
Anak-anak yang masih dapat minum, walaupun buruk, harus diberikan oralit
secara peroral sampai infus berjalan. Selain itu, ketika anak dapat minum tanpa
kesulitan, semua anak harus mulai menerima larutan oralit (sekitar 5 ml/kg/jam), yang
biasanya dalam waktu 3-4 jam (untuk bayi) atau 1-2 jam (untuk pasien yang lebih
tua). Ini memberikan tambahan dasar dan potasium, yang mungkin tidak dapat secara
memadai disediakan oleh cairan infus.
Mulai diberi cairan i.v segera. Bila pasien dapat minum berikan oralit sampai
cairan i.v dimulai. Berikan 100 ml/Kg cairan Ringer Laktat (atau cairan normal salin
bila ringer laktat tidak tersedia) yang dibagi sebagai berikut:
Jumlah pemberian cairan secara intravena pada pasien dehidrasi berat
Diulangi lagi bila denyut nadi masih lemah atau tidak teraba.
Nilai kembali penderita tiap 1-2 jam .Bila rehidrasi belum tercapai pencepat
tetesan intravena. Setelah 6 jam (bayi) atau 3 jam (anak) nilai lagi penderita
mengunakan Tabel Pernilaian Kemudian pilihlah rencana terapi yang sesuai (A,B atau
C ) untuk melanjutkan terapi.
Pasien harus dinilai ulang setiap 15-30 menit sampai denyut a. radialis teraba
kuat. Setelah itu, pasien harus dinilai ulang setidaknya setiap 1 (satu) jam untuk
memastikan bahwa hidrasi membaik. Jika tidak, maka infus harus diberikan lebih
cepat.
Lihat dan rasakan untuk semua tanda-tanda dehidrasi:

24
o Jika tanda-tanda dehidrasi berat masih ada, ulangi infus cairan IV seperti yang diuraikan
dalam Rencana terapi C.
o Jika anak membaik (dapat minum), tetapi masih menunjukkan tanda-tanda dari dehidrasi
sedang, hentikan infus IV dan berikan larutan oralit selama empat jam, sebagaimana
ditetapkan dalam Rencana terapi B.
o Jika tidak ada tanda-tanda dehidrasi, ikuti Rencana terapi A. Ingatlah bahwa anak
membutuhkan terapi dengan larutan oralit sampai diare berhenti.
Jika fasilitas terapi IV tidak tersedia, tetapi dapat diberikan dalam jangka
waktu dekat (yaitu dalam waktu 30 menit), kirimlah anak untuk pengobatan IV
segera. Jika anak dapat minum, berikan ibu beberapa larutan oralit dan tunjukkan
kepadanya cara untuk memberikannya kepada anaknya selama perjalanan.
Jika terapi IV tidak tersedia di dekatnya, petugas kesehatan yang telah dilatih
dapat memberikan larutan oralit menggunakan selang Naso Gastrik, dengan kecepatan
20 ml/kg BB /jam selama 6 (enam) jam (total 120 ml/kg BB). Jika perut menjadi
bengkak, larutan oralit harus diberikan perlahan-lahan sampai menjadi kurang buncit.
Jika tidak bisa menggunakan selang NGT namun anak dapat minum, larutan
oralit harus diberikan melalui mulut dengan kecepatan 20 ml/kg BB/jam selama 6
(enam) jam (total 120 ml / kg berat badan). Jika terlalu cepat, anak dapat muntah
berulang. Jika terjadi hal ini, maka memberikan larutan oralit secara lebih lambat
sampai muntah mereda.
Anak-anak menerima terapi NGT atau per oral harus dinilai ulang paling
sedikit setiap jam. Jika tanda-tanda dehidrasi tidak membaik setelah tiga jam, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV tersedia.
Kalau tidak, jika rehidrasi maju memuaskan, anak harus dinilai ulang setelah
enam jam dan keputusan pada perawatan lebih lanjut dibuat seperti yang dijelaskan di
atas untuk terapi IV yang diberikan.
Jika tidak ada fasilitas NGT dan tidak dapat dilakukan secara peroral, anak
harus segera dibawa ke fasilitas terdekat di mana terapi IV atau NGT tersedia.
Pada rencana terapi C tidak ada perbedaan antara WHO 2005 dengan
pedoman penatalaksanaan diare di Indonesia saat ini.

25
RENCANA TERAPI A
UNTUK MENGOBATI DIARE DIRUMAH
PENDERITA DIARE TANPA DEHIDRASI

26
RENCANA TERAPI B
UNTUK TERAPI DEHIDRASI RINGAN/SEDANG

27
RENCANA TERAPI C
UNTUK DEHIDRASI BERAT

28
Pencegahan Diare
Penatalaksanaan kasus yang benar, yang terdiri dari upaya rehidrasi oral dan
pemberian makanan dapat mengurangi efek buruk diare yang meliputi dehidrasi,

29
kekurangan gizi dan resiko kematian. Cara-cara lain juga dibutuhkan, untuk
mengurangi insidensi diare, yaitu intervensi yang selain mengurangi penyebaran
mikroorganisme penyebab diare juga meningkatkan resistensi anak terhadap infeksi
kuman ini.
Sejumlah intervensi telah diusulkan untuk mencegah diare pada anak,
kebanyakan meliputi cara yang berhubungan dengan cara pemberian makanan kepada
bayi, kebersihan perseorangan, kebersihan makanan, penyediaan air bersih,
pembuangan tinja yang aman dan imunisasi. Ada 7 cara diidentifikasi sebagai sasaran
untuk promosi, yaitu:
1. Pemberian ASI
2. Perbaikan makanan pendamping ASI
3. Penggunaan air bersih untuk kebersihan dan untuk minum
4. Cuci tangan
5. Penggunaan jamban
6. Pembuangan tinja bayi yang aman
7. Imunisasi campak.

Penderita yang dirawat inap harus ditempatkan pada tindakan pencegahan


enterik, termasuk cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan penderita,
penggunaan jas panjang bila ada kemungkinan pencemaran dan sarung tangan bila
menyentuh bahan yang terinfeksi. Penderita dan keluarganya harus dididik mengenai
cara penularan enteropatogen dan cara-cara mengurangi penularan.

DAFTAR PUSTAKA

30
1. Behrman, R.E et.all. Nelson Textbook of Pediatrics. 17th edition. International Edition.
Saunders 2004. p 1239-1241
2. Budiarso, Aswita.dkk. Buku Pedoman Pengendalian Penyakit Diare . Jakarta:
Departement Kesehatan R.I PPM & PLP. 2009
3. Depatemen Kesehatan. Diare Pada Anak . Kamis, 31 September 2010
www.depkes.go.id
4. Ganna, Herry. Melinda, Heda. Ilmu Kesehatan Anak Pedoman Diagnosis dan Terapi.
Edisi 3. Bandung : 2005
5. Santoso, N. Budi, Diare Pada Bayi Dan Anak, Lab/SMF. Ilmu Kesehatan Anak FK.
Unibraw/RSU Dr. Saiful Anwar Malang. 2001
6. Pusponegoro. H, dkk. Standar Pelayanan Medis Kesehatan Anak. Edisi I. Ikatan
Dokter Anak Indonesia. 2004
7. Rasad S., 2005, Radiologi Diagnostik (2nd edition), Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta
8. Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak, 1985, Buku Kuliah 3 Ilmu Kesehatan Anak.
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta

31

Anda mungkin juga menyukai