2020-2021
LEMBAR PENGESAHAN MINI PROJECT
Disusun oleh :
SIP : 503/1.070/VIII/2020
NIP :197605222007012005
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pemerintah Indonesia dalam upaya meningkatkan akses dan mutu
pelayanan kesehatan menerapkan standar pelayanan minimal di bidang
kesehatan yang disebut sebagai SPM kesehatan. Pada Permenkes No 4
Tahun 2019 tentang Standar Tehnis Pemenuhan Mutu Pelayanan Dasar pada
Standard Pelayanan Minimal Bidang kesehatan dijelaskan bahwa salah satu
jenis pelayanan dasar SPM Kesehatan Daerah Kabupaten/Kota adalah
Pelayanan kesehatan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) berat.
Kementerian kesehatan menetapkan strategi operasional pembangunan
kesehatan melalui program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga
(PIS-PK) dengan menetapkan 12 indikator yang tertuang dalam Permenkes
No 39 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyelenggaraan PIS-PK. Penderita
gangguan jiwa berat mendapatkan pengobatan dan tidak ditelantarkan
merupakan indikator ke 8 dari 12 indikator.
Menurut data Riskesdas tahun 2018, prevalensi rumah tangga dengan
anggota rumah tangga gangguan jiwa skizofrenia atau psikosis naik dari
1,7% menjadi 7%. Prevalensi tertinggi DI Yogyakarta 10,4 per 1.000
rumah tangga yang mempunyai ART mengidap skizofrenia/psikosis. Kulon
Progo menunjukan data tertinggi DIY yaitu sebesar 19,37% dari 4,47% data
Riskesdas2013.
Skizofrenia merupakan masalah global yang menjadi perhatian seluruh
dunia.World Health Organization (WHO, 2013) memperkirakan ada sekitar
450 jutaorang didunia yang mengalami gangguan jiwa, sedangkan National
Institute ofMental Health NIMH) menyatakan gangguan jiwa mencapai 13%
dari penyakitsecara keseluruhan dan diperkirakan akan berkembang menjadi
25% di tahun 2030. Prevalensi gangguan jiwa berat dengan penduduk yang
mengalami gangguan mental emosional secara nasional adalah 6,0%
(37.728 orang dari subyek yang dianalisis).
Puskesmas sebagai fasilitas pelayanan kesehatan tingkat pertama akan
menjadi unit terdepan dalam upaya pencapaian target-target Standar
Pelayananan Minimal melalui deteksi dini gangguan mental emosional,
melakukan diagnosis terduga ODGJ Berat, melakukan penatalaksaaan
medis dan pelaksanaan kunjungan rumah. Kegiatan kunjungan rumah
meliputi pemberian konseling informasi edukasi (KIE) kesehatan jiwa,
Perawatan diri, minum obat sesuai anjuran, kegiatan rumah tangga dan
aktivitas bekerja sederhana. Orang-orang dengan gangguan jiwa berat
biasanya disertai dengan gangguan dalam masalah perawatan diri, tingkat
kemandirian, kepatuhan minum obat, serta rawatan untuk masalah
kesehatan sehari-harinya.
Perbaikan mutu layanan mutlak perlu dilakukan baik yang ditujukan
langsung bagi orang dengan gangguan jiwa dalam hal peningkatan kapasitas
untuk lebih mampu dan mandiri melakukan perawatan diri.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana dukungan keluarga terhadap tingkat kemandirian ODGJ
dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari?
2. Bagaimana dukungan keluarga terhadap tingkat kemandirian ODGJ
dalam terapi minum obat rutin.
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tingkat kemandirian penderita ODGJ dalam perawatan diri
dan aktivitas sehari-hari di Kelurahan Kranggan wilayah UPTD
Puskesmas Galur II.
2. Mengetahui tingkat kemandirian penderita ODGJ dalam terapi minum
obat rutin di Kelurahan Kranggan wilayah UPTD Puskesmas Galur II.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kesehatan Jiwa
Kesehatan merupakan keadaan sejahteradari badan, jiwa dan sosial
yangmemungkinkan seseorang hidup produktifbaik secara sosial maupun
ekonomi(Undang-Undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan).Kesehatan
dapat menjadi investasi dalammeningkatkan kualitas sumber dayamanusia
sehingga kesehatan memberikanmakna bahwa kesehatan harus dilihatsecara
keseluruhan dimana kesehatan jiwamenjadi salah satu bagian yang sangatpenting
dalam hal tersebut.Kesehatan jiwa adalah sehatsecara fisik, mental, spiritual dan
sosial sehingga bisa menyadarikemampuan sendiri, mengatasi tekanan,produktif,
dan memberikankontribusi untuk komunitasnya (UU Nomor18 Tahun
2014tentang Kesehatan Jiwa).
Selain itu, kesehatan jiwa bisa dikatakan sebagaisuatu kondisi sehat baik
emosional,psikologis dan juga social yangditunjukkan dalam hubungan
interpersonalyang memuaskan antara individu denganindividu lainnya, memiliki
koping yangefektif, konsep diri positif dan emosi yangstabil (Videbeck, 2010).
Tidakberkembangnya koping individu secarabaik dapat menyebabkan
terjadinyagangguan jiwa. Gangguan jiwa merupakansekumpulan keadaan-
keadaan yang tidaknormal, baik yang berhubungan denganfisik maupun dengan
mental.
Orang yang mengalami gangguan pada kesehatanjiwanya dibagi menjadi dua
yaitu Orang DenganMasalah Kejiwaan (ODMK) dan Orang DenganGangguan
Jiwa (ODGJ). ODMK adalah orang yang risikomengalami gangguan jiwa.
Sedangkan ODGJadalah orang yang mengalami gangguan dalampikiran, perilaku,
dan perasaan yang menimbulkanhambatan dalam menjalankanfungsi orang
sebagai manusia.
Banyak metode yang dapat dilakukandalam menangani pasien gangguan
jiwayaitu dengan pemberian psikofarmaka danpenanganan secara psikologis baik
yangdilakukan dokter maupun perawat melaluipemberian terapi. Selain unsur
dokter danperawat, keluarga juga sangat berperandalam proses penyembuhan
gangguan jiwapada pasien. Peran serta keluarga dalampenanganan pasien
gangguan jiwa menjadipenting dimana individu memulaihubungan
interpersonalnya didalamlingkungan keluarga. Keluarga jugamembantu individu
dalam belajarmengembangkan nilai, keyakinan, sikapserta perilaku sehingga
individu siapberperan didalam masyarakat.
B. Skizofrenia
a. Pengertian
Menurut Eugen Bleuler, skizofrenia terdiri dari kata skizo artinya terpecah-
belah atau bercabang dan fren artinya jiwa. Jadi Skizofrenia adalah jiwa yang
terpecah-belah, adanya keretakan atau ketidakharmonisan antara proses berpikir,
perbuatan, dan perasaan (Maramis et al., 2009).
Skizofrenia merupakan suatu penyakit yang bersifat kronik, progresif
dancenderung memburuk yang melibatkan banyak faktor dalam kehidupan serta
masalahekonomi. Diperkirakan angka kejadian melibatkan sekitar 1% penduduk
dunia, di manapenyakit ini muncul di awal usia 20 tahun, serta memberi akibat
yang buruk (Buchanan &Carpenter, 2005).
b. Tanda dan Gejala
Secara tiba-tiba penderita bisa keluar dari keadaan stupor dan mulai
bergerak dan berbicara.Gaduh-gelisah katatonik adalah aktivitas fisik yang
berlebihan, tetapi tidak disertai emosi yang sesuai dan tidak dipengaruhi oleh
rangsangan dari luar.
Penderita bisa terus bebicara atau bergerak saja.Ia tidak dapat tidur, tidak
makan dan tidak minum sehingga bisa kekurangan cairan/dehidrasi dan
kadang-kadang bisa menimbulkan kematian (kehabisan tenaga dan penyakit
organ dalam).
4. Skizofrenia Simpleks
Sering timbul pertama kali pada masa pubertas.Gejala utamanya
adalah kedangkalan emosi atau kemunduran kemauan.Waham dan
halusinasi jarang ditemui.Jenis ini timbul sangat perlahan-lahan.Pada
tahap awal penderita mungkin mulai tidak memperhatikan keluarganya
atau mulai menarik diri dari pergaulan.Semakin lama dia makin mundur
dari pekerjaannya atau pelajarannya dan akhirnya menjadi
pengangguran.Bila tidak ada yang menolongnya bisa menjadi pengemis,
pelacur atau “penjahat”.
5. Skizofrenia Residual
Jenis ini adalah keadaan yang kronis dari skizofrenia dengan
riwayat minimal satu episode psikotik yang jelas dan gejala-gejala
berkembang ke arah gejala negatif yang lebih menonjol.Gejala negatif
terdiri dari kelambatan gerak, penurunan aktivitas, perasaan yang tumpul,
pasif dan tidak ada inisiatif, jarang berbicara, ekspresi nonverbal
menurun, serta buruknya perawatan diri dan fungsi sosial.
d. Terapi Keluarga
NilaiB :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
NilaiC :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu fungsi
tambahan
NilaiG :Ketergantunganpadakeenamfungsitersebut
Tabel.Instrumen ADL
A. KESIMPULAN
Kesimpulan pelaksanaan miniproject di Desa Kranggan dengan menilai
kepatuhan minum obat rutin dan menilai tingkat kemandirian ODGJ
adalah:
1. Untuk tingkat kemandirian, sebagian besar diDesa Kranggan termasuk
mandiri dalam perawatan diri dan aktivitas sehari-hari. Namun untuk
penampilan diri seperti jarang mandi dan ganti baju masih kurang.
2. Untuk kepatuhan minum obat, sebagian besar di Desa Krangganmasih
belum terpenuhi dikarenakan kurangnya dukungan keluarga terhadap
ODGJ.
B. SARAN
1. KIE minum obat secara rutin dan teratur pada ODGJ kepada keluarga.
2. KIE personal Higyene pada ODGJ
3. KIEilmu pengetahuan tentang dukungan keluarga terhadap tingkat
kemandirian ODGJ pada keluarga
DAFTAR PUSTAKA
Saputra, F.R., Ranimpi, Y.Y., Pilakoannu, R.T., 2015, Kesehatan Mental dan
Koping Strategi di Kudangan, Kecamtan Delang, Kabupaten Lamandau
Kalimantan Tengah: Suatu Studi Sosisodemografi. Humanits. 2(1):63-74
Sarni, 2018. Analisis Faktor Yang Berhubungan Dengan Strategi Koping Pada
Pasien Scizofrenia Di Kota Sungai Penuh Tahun 2017. Indonesia Journal
for Health Sciences. 2(1):26-45
1. Saya telah membaca lembar informasi ini dan telah mendapat penjelasan
mengenai penelitian yang dilakukan, dan saya telah mendapat kesempatan
untuk mengajukan pertanyaan.
2. Saya memahami bahwa kerahasiaan identitas diri saya akan terjaga dalam
penelitian ini.
3. Saya sebagai wali/pendamping setuju untuk membantu pelaksanaan dalam
penelitian ini tanpa paksaan.
Kulon Progo,..............................
Responden Wali/Pendamping
( ) ( )
LAMPIRAN III
Analisis Hasil :
Nilai A :Kemandirian dalam hal makan, kontinen (
BAK/BAB ), berpindah, kekamar kecil, mandi
danberpakaian.
Nilai B :Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi
tersebut
Nilai C : Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi dan satu
fungsi tambahan
Nilai D :Kemandirian dalam semua hal, kecuali mandi,
berpakaian, dan satu fungsitambahan
Nilai E :Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, dan satu fungsitambahan.
Nilai F :Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi,
berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi
tambahan
Nilai G : Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
LAMPIRAN IV
DOKUMENTASI KEGIATAN
1. Kunjungan ODGJ
2. Kegiatan Bersama Kader Dan ODGJ Dalam Rangka Terapi Aktif Kelompok