Anda di halaman 1dari 12

Jurnal Keperawatan Silampari Volume 3, Nomor 1, Desember

2019 e-ISSN: 2581-1975 p-ISSN: 2597-7482


DOI: https://doi.org/10.31539/jks.v3i1.898

PENGARUH INTERVENSI STRATEGI PELAKSANAAN


KELUARGA
TERHADAP PENGETAHUAN DAN KEMAMPUAN KELUARGA DALAM
MERAWAT KLIEN SKIZOFRENIA DENGAN HALUSINASI

Susilawati1, Larra Fredrika2


Program Studi Ilmu Keperawatan, Universitas Muhammadiyah Bengkulu1 Program
Studi Profesi Ners, Universitas Muhammadiyah Bengkulu2 susilawati@umb.ac.id1

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan mengetahui pengaruh intervensi strategi pelaksanaan keluarga


terhadap pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat klien Skizofrenia
dengan halusinasi di RSKJ Soeprapto Bengkulu. Penelitian ini menggunakan metode
quasi-eksperimental dengan desain one-group pre test and post test, dengan jumlah
sampel sebanyak 15 responden. Hasil analisis terbukti ada pengaruh intervensi strategi
pelaksanaan terhadap pengetahuan dan kemampuan keluarga (p value =0, 000).
Simpulan, intervensi strategi pelaksanaan keluarga merupakan hal yang sangat penting
diperhatikan dan harus dilaksanakan sebagai bentuk intervensi untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan keluarga dalam merawat klien Skizofrenia, sehingga klien
yang sudah pulang ke rumah dapat dapat dirawat dengan baik dan benar oleh keluarga,
dan keluarga dapat dengan segera memutuskan untuk klien kembali mendapatkan
perawatan apabila terjadi kekambuhan.

Kata Kunci : Halusinasi, Keluarga, Skizofrenia, Strategi Pelaksanaan

ABSTRACT

This study aims to determine the effect of family implementation strategy interventions
on family knowledge and ability to care for Schizophrenia clients with hallucinations in
RSKJ Soeprapto Bengkulu. This study uses a quasi-experimental method with a
onegroup pre-test and post-test design, with a total sample of 15 respondents. The
results of the analysis proved that there was an influence of implementation strategy
interventions on family knowledge and abilities (p value = 0,000). Conclusion, family
implementation strategy interventions are very important to note and must be
implemented as a form of intervention to improve family knowledge and abilities in
caring for Schizophrenia clients, so clients who have returned home can be cared for
properly and correctly by the family, and the family can immediately decide for clients
to get treatment again if there is a recurrence.

Keywords: Family, Schizophrenia, Hallucinations, Implementation Strategy

PENDAHULUAN
405
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Kesehatan jiwa suatu bagian yang belum bisa disembuhkan 100%, tetapi
tidak terpisahkan dari kesehatan atau para penderita gangguan jiwa memiliki
bagian integral dan merupakan unsur hak untuk sembuh dan di perilakukan
utama dalam menunjang terwujudnya secara manusiawi. Upaya kesehatan
kualitas hidup manusia yang utuh. jiwa bertujuan untuk menjamin setiap
Sebagai bagian yang utuh dan kualitas orang dapat mencapai kwalitas hidup
hidup seseorang dengan memperhatikan yang baik, menikmati kehidupan
semua segi kehidupan manusia. kejiwaan yang sehat,bebas dari
Kesehatan jiwa bukan sekedar terbebas ketakutan, tekanan gangguan lain yang
dari gangguan jiwa, tetapi merupakan dapat menggangu jiwa. Setiap individu
sesuatu yang dibutuhkan oleh semua beresiko mengalami gangguan jiwa
orang mempunyai perasaan sehat dan ringan sampai gangguan jiwa berat.
bahagia serta mampu menghadapi Salah satu gangguan jiwa yang terdapat
tantangan hidup, dapat menerima orang diseluruh dunia adalah gangguan jiwa
lain sebagaimana adanya dan skizofrenia (Kemenkes, 2014).
mempunyai sikap positif terhadap diri Skizofrenia adalah gangguan yang
sendiri dan orang lain. Menurut terjadi pada fungsi otak. Skizofrenia
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), sebagai penyakit neorologis yang
Kesehatan jiwa merupakan suatu mempengaruhi persepsi klien, cara
keadaan dimana seseorang yang berpikir, bahasa,emosi, dan prilaku
terbebas dari gangguan jiwa, dan sosialnya (Yosep, 2014). Indonesia
memiliki sikap positif untuk mengalami peningkatan jumlah
menggambarkan tentang kedewasaan penderita skizofrenia cukup banyak,
serta kepribadiannya. diperkirakan prevelensi skizofrenia di
Orang yang mengalami gangguan Indonesia pada tahun 2013 adalah 1.728
jiwa sepertinya tinggal di negara orang. Jumlah penderita skizofrenia di
berkembang, sebanyak 8 dari 10 Indonesia ini terkait dengan tingginya
penderita gangguan mental itu tidak stress yang muncul di daerah perkotaan.
mendapatkan perawatan, Masalah Adapun proposi rumah tangga yang
gangguan jiwa memang sudah menjadi pernah memasung ART gangguan jiwa
masalah yang serius di seluruh dunia berat sebesar 1.655 rumah tangga dari
Diperkirakan ada sekitar 450 juta orang 14,3% terbanyak tinggal di pedesaan,
didunia yang mengalami gangguan sedangkan yang tinggi diperkotaan
kesehatan jiwa. Sementara itu di sebanyak 10,7% (Riskesdas, 2013).
wilayah Asia Tenggara, hampir satu Diagnosa keperawatan dengan
pertiga dari produk diwilayah ini pernah skizofrenia salah satunya adalah
mengalami gangguan jiwa (WHO, halusinasi. Halusinasi merupakan proses
2012). akhir dari pengamatan yang diawali
Kesehatan jiwa menurut UU No oleh proses diterimanya stimulus oleh
23 tahun 1996 sebagai suatu kondisi alat indera, kemudian individu ada
yang memungkinkan perkembangan perhatian, lalu diteruskan otak dan baru
fisik, intelektual dan emosional yang kemudian individu menyadari tentang
optimal dari sesorang dan sesuatu yang dinamakan persepsi.
perkembangan itu berjalan secara halusinasi disebabkan oleh jenis dan
selaras dengan keadaan orang lain. jumlah sumber yang dapat dibangkitkan
Mengemukakan bahwa kesehatan jiwa oleh individu untuk mengatasi stress.
merupakan suatu kondisi mental yang Diperoleh baik dari klien maupun
sejahtera (mental wellbeing) yang keluarganya, Faktor preposisi dapat
memungkinkan hidup harmonis dan meliputi faktor perkembangan,
produktif. Penderita gangguan jiwa
406
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

sosiokultural, biokimia, psikologis, dan generik (Yosep, 2013).

Pengertian caregiver adalah dipahami dan dilakukan yang meliputi


seorang individu yang secara umum mengenal masalah kesehatan,
merawat dan mendukung individu lain memutuskan tindakan yang tepat bagi
(pasien) dalam kehidupannya. caregiver keluarga, memberikan perawatan
mempunyai tugas sebagai emotional terhadap keluarga yang sakit,
support, merawat pasien (memandikan, memodifikasi lingkungan keluarga
memakaikan baju, menyiapkan makan, untuk menjamin kesehatan keluarga,
mempersiapkan obat), mengatur menggunakan pelayanan kesehatan
keuangan, membuat keputusan tentang (Sarafino,2014).
perawatan dan berkomunikasi dengan Salah satu hal yang bisa dilakukan
pelayanan kesehatan formal. oleh keluarga dalam membantu anggota
Caregiver terdiri dari formal dan keluarga yang mengalami halusinasi
tidak formal, caregiver formal adalah dengan ikut berperan serta
merupakan perawatan yang disediakan membantu klien untuk bisa mengontrol
oleh rumah sakit, psikiater, pusat halusinasi, dan hal ini yang membuat
perawatan ataupun tenaga profesional keluarga juga perlu untuk mengetahui
lainnya yang diberikan dan melakukan dan memahami dengan benar strategi
pembayaran, sedangkan caregiver yang pelaksanaan (SP) halusinasi, dan untuk
tidak formal merupakan perawatan yang bisa membantu meningkatkan peran
dilakukan di rumah dan tidak keluarga tersebut, peran perawat juga
profesional dan tanpa melakukan diperlukan, salah satunya adalah
pembayaran seperti keluarga penderita memberikan health education atau
yaitu istri/suami, anak perempuan/laki- intervensi strategi pelaksanaan keluarga
laki, dan anggota keluarga lainnya. yang benar yang bisa dilakukan oleh
Caregiver dan carer adalah istilah yang keluarga dirumah.
sering digunakan untuk mengambarkan Strategi pelaksanaan tindakan
orang yang melakukan perawatan pada keperawatan merupakan alat yang
orang yang mengalami keterbatasan dijadikan sebagai panduan oleh seorang
(Sarafino, 2014). perawat jiwa ketika berinteraksi dengan
Caregiver pada masyarakat klien dengan gangguan halusinasi.
Indonesia umumnya adalah keluarga, Strategi pelaksanaan adalah penerapan
dalam hal ini adalah pasangan, anak, standar asuhan keperawatan yang
menantu, cucu atau saudara yang tinggal diterapkan pada pasien yang bertujuan
satu rumah, atau lebih yang berbagi untuk mengurangi masalah keperawatan
tempat tinggal atau berdekatan satu jiwa yang ditangani. Strategi
dengan lainnya, memiliki ikatan emosi, pelaksanaan pada pasien halusinasi
terlibat dalam posisi sosial peran dan mencakup kegiatan mengenal
tugas-tugas yang saling berhubungan halusinasi, mengajarkan pasien
serta adanya rasa saling menyayangi bercakap-cakap dengan orang lain saat
dan memiliki (Sarafino, 2014). halusinasi muncul, serta melakukan
Keluarga mempunyai peran dan aktifitas terjadwal untuk mencegah
tugas dibidang kesehatan yang perlu halusinasi (Sarafino, 2014).

407
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Berdasarkan data awal yang hari wawancara kepada keluarga pasien


diperoleh dari rekam medik dan 10 orang yang terdiri dari 8 0rang yang
observasi penelitian di RSJK Daerah belum mengetahui strategi pelaksanaan
Soeprapto Provinsi Bengkulu terdapat keluarga dalam merawat pasien
jumlah pasien gangguan jiwa di RSJK halusinasi dan 2 orang yang sudah
Daerah Soeprapto Provinsi Bengkulu mengetahui cara merawat pasien
pada tahun 2012 berjumlah 1.738 orang halusinasi. Terdapat empat ruangan
dengan pasien skizofrenia berjumlah yangt di observasi oleh peneliti dengan
810 orang. Pada tahun 2013 terjadi jumlah pasien rawat inap sebanyak 146
peningkatan berjumlah 2.475 orang orang pasien dengan skizofrenia. Pasien
dengan pasien skizofrenia berjumlah dengan diagnosa keperawatan pada
1.200 orang. Pada tahun 2014 menurun halusinasi pada tahum 2015 berjumlah
menjadi 1.994 orang dengan jumlah 94 orang pasien. Pada tahun 2016
pasien skizofrenia berjumlah 920 orang. pasien dengan diagnosa keperawatan
Dan pada tahun 2015 mengalami pada halusinasi pendengaran ruang
penurunan berjumlah 1.962 dengan Murai A berjumlah 17 orang, Murai B
jumlah pasien skizofrenia yaitu berjumlah 19 orang, Murai C berjumlah
berjumlah 740 orang. Dapat 22 orang, dan jumlah ruang Anggrek
disimpulkan bahwa pasien RSJK berjumlah 16 orang. Pasien dengan
Daerah Soeprapto Bengkulu sudah diagnosa keperawatan pada halusinasi
banyak yang pulang kerumah masing- pendengaran pada bulan febuari tahun
masing, akan tetapi masih dalam 2017 berjumlah 75 orang. Tujuan
perawatan keluarga yang mendampingi penelitian ini diketahui pengaruh
pasien tersebut, karna ditakutkan intervensi strategi pelaksanaan
mengalami kekambuhan kembali. halusinasi terhadap pengetahuan dan
Berdasarkan survei awal yang kemampuan keluarga dalam merawat
dilakukan peneliti di temukan selama 2 klien skizofrenia dengan halusinasi.

METODE PENELITIAN Desain Penelitian


Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah pre-exsperimen dengan
desain penelitian “one-group pre-test and post-test design” diaman penelitian ini
dialkukan dengan cara memberikan pre tes (pengamatan awal) terlebih dahulu sebelum
diberikan intervensi/perlakuan kemudian diberikan intervesni strategi pelaksanaan
keluarga, selanjutnya dilakukan observasi kedua (post test) yaitu sesudah diberikan
intervensi.

Tempat Penelitian
Penelitian ini dilakukan di RSKJ Soeprapto Bengkulu untuk mendapatkan alamat
lengkap klien dan selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan melakukan kunjungan ke
rumah-rumah klien skizofrenia. Waktu penelitian dilaksanakan dari bulan AprilAgustus
2019.

408
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Populasi dan Sampel


Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh keluarga yang dinyatakan
mendampingi anggota keluarganya yang mengalami gangguan jiwa skizoprenia dengan
halusinasi. Sampel Penelitian ini adalah seluruh keluarga yang mendampingi anggota
keluarganya yang mengalami gangguan jiwa halusinasi tahun 2019 dari bulan
AprilAgustus yang berjumlah 15 orang.

Teknik Pengambilan Sampel


Teknik Pengambilan sampel menggunakan teknik nonprobability sampling yaitu
apabila setiap subjek dalam populasi tidak mempunyai kesempatan yang sama untuk
terpilih atau tidak terpilih sebagai sampel, rancangan yang digunakan adalah purposive
sampling yaitu cara pengambilan sampel berdasarkan kriteria general.

Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian digunakan adalah kuesioner, terdiri dari kuisioner tentang
pengetahuan keluarga dan kemampuan keluarga. Pengumpulan data dilakukan dalam
dua periode yaitu: melakukan pre test pada responden dan intervensi untuk menilai
pengetahuan dan kemampuan keluarga, setelah itu diukur kembali pengetahuan dan
kemampuan keluarga dalam merawat klien skizofrenia dengan halusinasi dengan
menggunakn post test.
Analisis data dilakukan menggunakan 2 uji yaitu univariat untuk mengetahui
distribusi frekuensi pengetahun dan kemapuan keluarga sebelum dan sesudah intervensi
dan uji bivariat menggunakan analisis paired t-test.

HASIL PENELITIAN Analisis Univariat


Anlisis univariat bertujuan untuk melihat distribusi dan persentase variabel
independen dan variabel dependen, yaitu distribusi frekuensi pengetahuan dan
kemampuan keluarga yang merawat klien skizofrenia dengan halusinasi sebelum dan
sesudah diberikan intervensi strategi pelaksaan keluarga.

Tabel. 1
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Sebelum Diberikan Intervensi

Pengetahuan
Jumlah Persentase
Keluarga
Tahu 1 6,7
Tidak tahu 14 93,3
Total 15 100

Distribusi pengetahuan keluarga untuk kategori tahu yaitu 1 orang (6,7%) dan
kategori tidak tahu 14 orang (93,3%)

Tabel. 2
Distribusi Frekuensi Pengetahuan Keluarga Sesudah Diberikan Intervensi

Pengetahuan
Jumlah Persentase
Keluarga
Tahu 14 93,3
Tidak tahu 1 6,7
Total 15 100

409
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Distribusi pengetahuan keluarga untuk kategori tahu yaitu 14 orang (93,3%) dan
kategori tidak tahu 1 orang (6,7%)

Tabel. 3
Distribusi Frekuensi Kemampuan Keluarga Sebelum Diberikan Intervensi

Kemampuan
Jumlah Persentase
Keluarga
Mampu 0 0
Tidak mampu 15 100,0
Total 15 100

Distribusi kemampuan keluarga untuk kategori tidak mampu yaitu 15 orang


(100%).

Tabel. 4
Distribusi Frekuensi Kemampuan Keluarga Sesudah Diberikan Intervensi

Kemampuan
Jumlah Persentase
Keluarga
Mampu 14 93,3
Tidak mampu 1 6,7
Total 15 100

Distribusi kemampuan keluarga untuk kategori mampu yaitu 14 orang (93,3%)


dan tidak mampu 1 orang (6,7%)

Analisis Bivariat
Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan yang
signifikan antara dua variabel atau uga bisa digunakan untuk mengetahui apakah ada
perbedaan atau pengaruh yang signifikan.

Tabel. 5
Distribusi Rata-Rata Pengetahuan Keluarga

Variabel Mean SD SE P Value N


Pengetahuan
Pre test 0,07 0,258 0,067
0,000 15 Post test
0,93 0,258 0,067

Rata-rata pengetahuan keluarga pada pengukuran pertama 0,07 % dengan standar


deviasi 0,258. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata pengetahuan keluarga adalah
0,93 % dengan standar deviasi 0,258. Hasil uji statistik di dapatkan nilai P 0,000 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara pengetahuan keluarga sebelum
dan sesudah intervensi.

410
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Tabel. 6
Distribusi Rata-Rata Kemampuan Keluarga

Variabel Mean SD SE P Value N

Kemampuan
Pre test 0,00 0,000 0,000 0,000 1
Post test 0,93 0,258 0,067 5

Rata-rata kemampuan keluarga pada pengukuran pertama 0,00 % dengan standar


deviasi 0,000. Pada pengukuran kedua di dapat rata-rata pengetahuan keluarga adalah
0,93 % dengan standar deviasi 0,258. Hasil uji statistik di dapatkan nilai P 0,000 maka
dapat disimpulkan ada perbedaan yang signifikan antara kemampuan keluarga sebelum
dan sesudah intervensi.

PEMBAHASAN

Pengetahuan Keluarga Sebelum Diberikan Intervensi Strategi Pelaksanan


Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian Keluarga diharapkan dapat lebih
menunjukkan bahwa sebelum diberikan mengerti, mengetahui dan memahami
intervensi dapat diketahui rendahnya yang pada akhirnya dapat berperan
pengetahuan keluarga dalam merawat secara katif sebagai pendukung utama
klien skizofrenia dengan halusinasi. bagi klien yang juga akan meningkatkan
Hasil penelitian ini sejalan dengan kemampuan penyesuaian dirinya serta
penelitian yang dilakukan oleh Yuliza tidak rentan lagi terhadap pengaruh
tahun 2011, dar hasil penelitiaannya stressor psikososial. Upaya untuk
rendahnya tingkat pengathuan keluarga meningkatkan pengetahuan pada
dalam merawat klien yaitu karena keluarga klien skizofrenia perlu
dipengaruhi faktor ekonomi dan diberikan melalui penyuluhan dan
pendidikan. pendidikan kesehatan, baik yang
Menurut pendapat Notoatmodjo dilakukan seara langsung maupun tidak
(2010) mengatakan bahwa salah satu langsung. Sesuai dengan penelitian
faktor yang mempengaruhi pengetahuan Saragih (2014) yang menyatakan bahwa
adalah pendidikan. Pada umumnya hasil penelitiannya menunjukkan bahwa
pendidikan itu akan mempertinggi taraf pengetahuan responden tentang
intelegensi individu tersebut. perawatan anggota keluarga Skizofrenia
Pengetahuan pada keluarga klien dengan perilaku kekerasan di rumah
Skizofrenia adalah hasil dari tahu dan adalah kurang. Hampir separuh
memahami setelah orang melakukan responden memiliki pengetahuan yang
penginderaan terhadap suatu objek kurang, sehingga dikhawatirkan hal ini
tertentu. akan menyulitkan keluarga dlaam
mengatasi, menjaga salah satu keluarga
mereka yang mengalami gangguan jiwa.

411
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Pengetahuan Keluarga Setelah Diberikan Intervensi Strategi Pelaksanan Keluarga


Hasil penelitian dari pengetahuan yaitu penelitian dari Suryaningrum
15 orang keluarga setelah diberikan (2013) pada hasil penelitiannya
intervensi di dapatkan sebagian besar didapatkan pengetahuan klien
responden memiliki pengetahuan skizofrenia meningkat (67 %) dan
dengan kategori tahu. Dari penelitian ini menurut penelitian Riyandini (2011)
menunjukkan bahwa adanya dalam penelitiannya menyebutkan
peningkatan pengetahuan keluarga bahwa tingkat pengetahuan pada
setelah diberikan intervensi strategi keluarga klien skizofrenia sebagian
pelaksanaan keluarga dalam merawat besar adalah tinggi (55,6%).
klien Skizofrenia dengan halusinasi. Menurut Notoatmodjo (2010)
Intervensi strategi pelaksanaan informasi yang diperoleh baik baik dari
merupakan instrumen panduan pendidkan formal maupun non formal
pelaksanaan intervensi keperawatan dapat memberikan pengaruh jangka
jiwa yang digunakan perawat sebagai pendek sehingga menghasilkan
acuan saat berinteraksi atau perubahan atau peningkatan
berkomunikasi secara terapeutik kepada pengetahuan. Pendidkan no formal
klien dengan gangguan jiwa. (Lutfi, tersebut dapat mempengaruhi
2009). pengetahuan keluarga tentang cara
Adapun tujuannya agar keluarga merawat pasien Skizofrenia. Dapat
dapat terlibat dalam perawatan pasien disimpulkan bahwa jika pengetahuan
baik di di rumah sakit maupun di keluarga tinggi maka akan
rumah, keluarga dapat menjadi sistem meningkatkan kemampuan keluarga
pendukung yang efektif untuk pasien dalam memberikan perawatan pada
(Keliat, 2014). Hasil post test ini sejalan pasien skizofrenia dengan halusinasi
dengan dengan penelitian sebelumnya yang hasilnya akan optimal.

Kemampuan Keluarga Sebelum Diberikan Intervensi Strategi Pelaksanan


Keluarga
Hasil penelitian kemampuan 15 32,55. Fontaine (2009) menyatakan
orang keluarga klien sebelum diberikan bahwa kemampuan keluarga ditentukan
intervensi adalah semuanya oleh kemampuan untuk manajemen
dikategorikan tidak mampu (100%). stres yang produktif. Kelelahan fisik
Dari hasil penelitian dapat diketahui dan emosi selama merawat anggota
dari 15 responden itu semuanya belum keluarga dengan gangguan jiwa sering
memiliki kemampuan dalam merawat melanda keluarga karena berkurangnya
anggota keluarganya dan terkait dengan stress tolerance. Peneliti berpendapat
rendahnya pengetahuan keluarga dalam bahwa ketidakmampuan keluarga bisa
merawat klien. Kemampuan keluarga disebabkan karena keluarga mengalami
merupakan gabungan dari pengetahuan kelelahan secara fisik maupun mental
dan sikap keluarga dalam merawat klien selama merawat anggota keluarganya
Skizofrenia dengan halusinasi. yang mengalami halusinasi. Dampak
Penelitian ini didukung oleh yang dirasakan keluarga akibat
Hernawaty (2009) bahwa rerata halusinasi klien sangat mempengaruhi
kemampuan kognitif keluarga dalam sikap keluarga dalam merawat klien
merawat klien gangguan jiwa sebesar sehingga kemampuan keluarga menjadi
32,15, dan kemampuan psikomotor tidak baik.
412
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Kemampuan Keluarga Setelah Diberikan Intervensi Strategi Pelaksanan Keluarga


Hasil penelitian kemampuan 15 orang keluarga klien setelah diberikan intervensi
didapatkan sebagian besar termasuk dalam kategori mampu. Berdasarkan hasil
penelitian ini terjadi peningkatan kemampuan yang signifikan setelah diberikan
intervensi strategi pelaksanaan keluarga. Sejalan dengan peningkatan kemampuan
keluarga dalam merawat pasien skizofrenia dengan halusinasi, perilaku keluarga dalam
merawat pasien terbukti ikut mengalami peningkatan. Perubahan perilaku tidak sama
dengan pengetahuan. Perubahan kemampuan memerlukan waktu yang lebih lama
(Videbeck, 2011). Meskipun demikian perubahan keluarga dapat dilihat dari perhatian
keluarga dalam pengobatan pasien. Keluarga tidak hanya mengantar pasien berobat saja,
akan tetapi keluarga mulai memastikan bahwa obat diminum oleh pasien. Keluarga
menjadi lebih memperhatikan waktu kontrol pasien. Keluarga juga mulai melibatkan
pasien dalam aktivitas sehari-hari baik di rumah maupun di luar rumah. Komunikasi
dalam keluarga mulai dilakukan sehingga beban yang dirasakan dalam merawat
berkurang.

Perbedaan Pengetahuan Keluarga Sebelum dan Sesudah Intervensi Strategi


Pelaksanaan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan rumah, keluarga dapat menjadi sistem
bahwa terjadi peningkatan pengetahuan pendukung yang efektif untuk pasien
pada klien berdasarkan hasil uji (Keliat, 2014).
pengetahuan keluarga sebelum dan Perbedaan yang signifikan ini
sesudah intervensi. Peningkatan terjadi karena adanya sikap terbuka
pengetahuan keluarga terjadi karena keluarga dan keinginan mengetahui cara
diberikannya intervensi strategi merawat anggota keluarga mereka
pelaksanaan keluarga pada keluarga dengan cara yang tepat. Keluarga
dengan klien Skizofrenia dengan merupakan faktor penting yang
halusinasi. menentukan keberhasilan asuhan
Hasil ini sejalan dengan keperawatan pada pasien dengan
penelitian yang dilakukan Emma (2014) halusinasi. Dukungan keluarga selama
hasil peneitiannya menunjukkan adanya pasien di rawat di rumah sakit sangat
pengaruh pemberian penyuluhan dibutuhkan sehingga pasien termotivasi
kesehatan intervensi strategi untuk sembuh. Demikian juga saat
pelaksanaan keluarga pada pasien pasien tidak lagi dirawat di rumah sakit
Skizofrenia dengan resiko perilaku (dirawat di rumah). Keluarga yang
kekerasan terhadap pengetahuan mendukung pasien secara konsisten
keluarga dalam merawan anggota akan membuat pasien mampu
keluarga dengan gangguan jiwa. mempertahankan program pengobatan
Intervensi strategi pelaksanaan secara optimal. Namun demikian jika
merupakan instrumen panduan keluarga tidak mampu merawat pasien,
pelaksanaan intervensi keperawatan pasien akan kambuh bahkan untuk
jiwa yang digunakan perawat sebagai memulihkannya lagi akan sangat sulit.
acuan saat berinteraksi atau Untuk itu perawat harus memberikan
berkomunikasi secara terapeutik kepada pendidikan kesehatan kepada keluarga
klien dengan gangguan jiwa (Lutfi, agar keluarga mampu menjadi
2013). Adapun tujuannya agar keluarga pendukung yang efektif bagi pasien
dapat terlibat dalam perawatan pasien dengan halusinasi baik saat di rumah
baik di di rumah sakit maupun di sakit maupun di rumah (Keliat, 2014).

413
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

Tindakan keperawatan yang halusinasi, dan cara merawat pasien


dapat diberikan untuk keluarga pasien halusinasi. berikan kesempatan kepada
halusinasi adalah: Diskusikan masalah keluarga untuk memperagakan cara
yang dihadapi keluarga dalam merawat merawat pasien dengan halusinasi
pasien, berikan pendidikan kesehatan langsung di hadapan pasien,
tentang pengertian halusinasi, jenis memberikan pendidikan kesehatan
halusinasi yang dialami pasien, tanda kepada keluarga tentang perawatan
dan gejala halusinasi, proses terjadinya lanjutan pasien.

Perbedaan Kemampuan Keluarga Sebelum dan Sesudah Intervensi Strategi


Pelaksanaan Keluarga
Hasil penelitian menunjukkan menyebabkan responden dalam proses
bahwa ada perbedaan yang signifikan adaptasinya belum sempurna, sehingga
antara kemampuan keluarga sebelum menimbulkan kesan terjadinya
dan sesudah intervensi. Penelitian yang penurunan peran. Kondisi ini
dilaksanakan oleh tim WHO (2012) memerlukan pendampingan secara terus
menunjukkan bahwa pemberian menerus kepada keluarga agar keluarga
penyuluhan kesehatan dalam hal ini dapat dengan sepenuhnya melaksanakan
pemberian intervensi strategi strategi pelaksanaan halusinasi dan
pelaksanaan keluarga akan tidak berhenti ditengah jalan dan
mempengaruhi masyarakat melakukan kemudian kembali melakukan
penyesuaian perilaku secara gradual perawatan dengan menggunakan pola
terhadap konsep dan prosedur dalam yang lama. Menurut Mubarak (2009)
melaksanakan perilaku hidup sehat, health education dalam hal ini
untuk itu dalam melakuksanakan intervensi strategi pelaksanaan keluarga
penyuluhan kesehatan tidak boleh adalah sebuah proses yang
berhenti sebelum masyarakat benar- berkelanjutan dalam upaya untuk
benar telah mengadopsi perilaku yang menciptakan perilaku hidup sehat pada
baru agar tidak terjadi kebingungan masyarakat.
karena kurangnya referensi padasaat Berdasarkan konsep tersebut
proses adopsi perilaku. terlihat bahwa intervensi strategi
Sesuai dengan hasil penelitian pelaksanaan keluarga tidak hanya bisa
tersebut, setelah diberikan intervensi dilaksanakan sekali dua kali namun
strategi pelaksanaan keluarga maka harus dilaksanakan secara berkelanjutan
kemampuan keluarga dalam merawat sampai masyarakat mengadopsi perilaku
klien Skizofrenia dengan halusinasi baru, termasuk dalam hal ini strategi
meningkat dari tidak mampu menjadi pelaksanaan keluarga dengan klien
mampu. Peningkatan kemampuna ini Skizofrenia dengan halusinasi pada.
karena responden (keluarga) melakukan Pemberian intervensi strategi
pembaharuan perilakunya sesuai dengan pelaksanaan keluarga yang hanya sekali
strategi penatalaksanaan halusinasi oleh atau dua kali tidak memberikan manfaat
keluarga, namun karena karena secara langsung terhadap peran
informasi yang baru diterima oleh keluarga, namun hanya memberikan
responden dan frekuensinya baru sekali tambahan referensi, kondisi ini apabila
414
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

tidak didorong kembali melalui pertentangan antara konsep yang telah


intervensi stategi pelaksanaan keluarga diberikan dengan pengalaman yang
yang berkelanjutan akan menimbulkan dihadapi oleh responden.

SIMPULAN
Distribusi frekuensi pengetahuan keluarga dengan klien Skizofrenia dengan
halusinasi sebelum diberikan intervensi strategi pelaksanaan keluarga menunjukkan
bahwa dari 15 orang keluarga yang menjadi responden didapatkan sebagian besar
pengetahuan responden dengan kategori tidak tahu. Distribusi frekuensi pengetahuan
keluarga dengan klien Skizofrenia dengan halusinasi setelah diberikan intervensi strategi
pelaksanaan keluarga menunjukkan bahwa dari 15 orang keluarga yang menjadi
responden didapatkan sebagian besar pengetahuan responden dengan kategori tahu.
Distribusi frekuensi kemampuan keluarga dengan klien skizofrenia dengan
halusinasi setelah diberikan intervensi strategi pelaksanaan keluarga menunjukkan
bahwa dari 15 orang keluarga yang menjadi responden didapatkan semua kemampuan
keluarga dengan kategori tidak mampu. Distribusi frekuensi kemampuan keluarga
dengan klien Skizofrenia dengan halusinasi sebelum diberikan intervensi strategi
pelaksanaan keluarga menunjukkan bahwa dari 15 orang keluarga yang menjadi
responden didapatkan sebagian besar kemampuan keluarga dengan kategori mampu.
Ada pengaruh intervensi strategi pelaksanaan keluarga terhadap pengetahuan dan
kemampuan keluarga dalam merawat klien Skizofrenia dengan halusinasi.

SARAN
1. Keluarga Pasien
Diharapkan keluarga menerapkan pengetahuan dan kemampuan yang tepat untuk
merawat klien Skizofrenia dengan halusinasi
2. Institusi Kesehatan
Dihapakan dapat menerapkan intervensi strategi pelaksaan keluarga secara
berkelanjutan dalam merawat klien Skizofrenia dengan halusinasi
3. Peneliti Selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan
menggunakan kelompok kontrol, perlu melakukan penelitian lebih lanjut mengenai
faktor-faktor seperti faktor ekonomi dan pendidikan, proses komunikasi dalam
keluarga, beban keluarga, dan dukungan keuarga.

415
2019. Jurnal Keperawatan Silampari 3 (1) 405-415

DAFTAR PUSTAKA
Emma, S. (2014). Faktor-Faktor yang Memengaruhi Pemasungan terhadap Penderita
Skizofrenia di Kota Binjai Sumatera Utara. Diunduh tanggal 15 agustus 2019 di
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/52304/7/Cover.pdf
Fontaine, K. L. (2009). Mental Health Nursing. Fifth Edition. Prentice Hall. Upper
Saddle River
Hernawaty, T. (2009). Pengaruh Terapi Suportif terhadap Kemampuan Keluarga
Merawat Klien Gangguan Jiwa di Kelurahan Bogor Barat. Tesis. Tidak
dipublikasi
Keliat, B A. (2014). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course).
Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Kemenkes RI (2014). UU RI No. 18 Tahun 2014 tentang Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Kemenkes RI
Lutfi, I. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Ciputat
Mubarak & Chayatin. (2009). Pendidikan Kesehatan. Jakarta: EGC
Notoatmodjo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Riset Kesehatan Dasar. (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian RI tahun 2013. Diakses: 19 Agustus 2018, dari
http://www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%20201
3.pdf
Sarafino, E. P., & Smith, T. W. (2014). Health Psychology Eight Edition. USA: John
Wiley & Sons, Inc
Saragih., Sasmaida (2014). Gambaran Tingkat Pengetahuan dan Sikap Keluarga tentang
Perawatan Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di Rumah. Jurnal Online mahasiswa
Bidang Ilmu Keperawatan, 1(1)
Suryaningrum & Yuliawardhani. (2013). Hubungan antara Beban Keluarga dengan
Kemampuan Keluarga Merawat Pasien Perilaku Kekerasan di Poliklinik Rumah
Sakit Marzoeki Mahdi Bogor. Jurnal Keperawatan Jiwa, 1(2), 148–55
Videbeck & Sheila. L. (2011). Psychiatric Mental Health Nursing. Fifth Edition.
Lippincott Williams & Wilkins
World Health Organization. (2012). Kesehatan Jiwa. Amerika: WHO
Yosep, I. (2013). Keperawatan Jiwa (Edisi Revisi). Bandung: Refika Aditama

416

Anda mungkin juga menyukai