Anda di halaman 1dari 22

PROPOSAL

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK)


STIMULASI PERSEPSI SENSORI (HALUSINASI)

DI SUSUN OLEH KELOMPOK :


CHRISTIANI VEMYLIA SAI (2021.03.001)
SAUT HORAS H.N (2021.03.005)
TABAH BEA LEZE PINANGGIH (2021.03.006)

Program Studi D3Keperawatan TK III Semester V

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan William Booth Surabaya


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat rahmat dan
hidayahnya kami dapat menyelesaikan Proposal TAK ini dengan baik.Proposal
TAK yang berjudul ”Stimulasi Sensori ( Halusinasi )” disusun untuk memenuhi
tugas mahasiswa mata kuliah keperawatan jiwa.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna oleh karena itu
kritik dan Saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi
kesempurnaan proposal TAK ini Kedepan.
Akhir kata, semoga proposal ini berguna dan bermanfaat bagi semua pihak yang
membaca, serta dapat dijadikan sebagai bahan untuk menambah pengetahuan para
mahasiswa, dan pembaca.

Surabaya, 20 Okt 2023

Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi yang mampu mengendalikan diri


dalam menghadapi stressor di lingkungan sekitar dengan selalu berpikir positif
dalam keselarasan tanpa adanya tekanan fisik dan psikologis, baik secara
internal maupun eksternal yang mengarah pada kestabilan emosional (Nasir &
Muhith, 2011).Kesehatan jiwa merupakan seseorang yang mempunyai
kemampuan untuk menyesuaikan diri pada lingkungan, serta berintegrasi dan
berinteraksi dengan baik, tepat, dan bahagia, (Yusuf dkk, 2015).Jadi dapat
disimpulkan kesehatan jiwa adalah suatu kondisi dimana individu mampu
mencapai kesejahteraan diri dan memiliki kemampuan beradaptasi pada
lingkungannya.Kondisi ini akanmemungkinkan individu untuk hidup produktif,
dan mampu melakukan hubungan sosialyang memuaskan.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang
menyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa yang menimbulkan
penderitaan pada individu dan hambatan dalam melaksanakan peran sosial
(Depkes RI, 2012). Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang
secara klinis bermakna yang berkaitan langsung dengan distress (penderitaan)
dan menimbulkan hendaya (disabilitas) langsung pada satu atau lebih
fungsikehidupan manusia (Keliat dkk, 2015). Disimpulkanbahwa seseorang

1
2

mengalami gangguan jiwa apabila ditemukan adanya gangguan pada


fungsi mental sehingga mengganggu dalam proses hidup di masyarakat.

Gangguan jiwa dibagi menjadi dua yaitu gangguan jiwa berat dan
gangguan mental emosional. Salah satu gangguan jiwa berat yaitu skizofrenia.
Skizofrenia adalah suatu penyakit yang memengaruhi otak dan menyebabkan
timbulnya pikiran, persepsi, emosi, gerakan, dan perilaku yang aneh dan
terganggu. Skizofrenia tidak dapat didefinisikan sebagai penyakit tersendiri,
melainkan diduga sebagai suatu sindrom atau proses penyakit yang mencakup
banyak jenis dengan berbagai gejala seperti jenis kanker. Selama puluhan
tahun, skizofrenia sering disalahartikan oleh masyarakat. Penyakit ini ditakuti
sebagai gangguan jiwa yang berbahaya dan tidak dapat terkontrol.Mereka yang
terdiagnosis penyakit ini digambarkan sebagai individu yang mengalami
masalah emosional atau psikologis tidak terkendali dan memperlihatkan
perilaku aneh dan amarah (Videbeck, 2009).
Menurut World Health Organization (2017), penderita gangguan jiwa di
dunia terdapat sekitar 21 juta terkena skizofrenia. Menurut laporan nasional
hasil Riset Kesehatan Dasar (2017), prevalensi gangguan jiwa berat, seperti
skizofrenia adalah 0,17% atau sekitar 400.000 jiwa lebih penduduk Indonesia.
Prevalensi psikosis di DI Yogyakarta mencapai 0,27% yakni sekitar 10.800
jiwa dan merupakan daerah kontributor tertinggi kasus gangguan jiwa berat di
Indonesia, termasuk DI Aceh. Pada tahun 2015 telah menunjukkan angka
sebesar 10.993 kasus gangguan jiwa.Di tahun 2016, jumlah itu menjadi 10.554
orang, belum termasuk Kabupaten Sleman (Dinas Kesehatan DIY, 2016).
3

Fenomena gangguan jiwa pada saat ini mengalami peningkatan yang


sangat signifikan, dan setiap tahun di berbagai belahan dunia jumlah penderita
gangguan jiwa bertambah.Hal tersebut tentunya membutuhkan upaya untuk
menangani fenomena gangguan jiwa. Kebijakan Pemerintah dalam menangani
penderita gangguan jiwa tercantum dalamUndang – Undang No 18 tahun 2014
tentang kesehatan jiwa disebutkan dalam Pasal 1 ayat (4) menyatakan bahwa
Pemerintah dan masyarakat menyelenggarakan upaya kesehatan jiwa secara
menyeluruh, terpadu dan berkesinambungan untuk mewujudkan derajad
kesehatan jiwa yang optimal bagi setiap individu, keluarga, dan masyarakat
dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Salah satunya
melalui pendekatan kuratif. Pendekatan kuratif adalah upaya yang merupakan
kegiatan pemberian pelayanan kesehatan terhadap penderita gangguan jiwa
(Pasal 17 UU No 18 Tahun 2014). Kegiatan tersebut disebutkan di dalam Pasal
18 yaitu upaya kuratif kesehatan jiwa ditujukan untuk penyembuhan atau
pemulihan, pengurangan penderitaan, pengendalian disabilitas dan
pengendalian gejala penyakit pada penderita gangguan jiwa.
Skizofrenia merupakan salah satu gangguan jiwa berat. Salah satugejala
yang paling sering muncul pada skizofrenia adalah munculnya halusinasi.
Halusinasi merupakan impresi atau pengalaman yang salah. Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu hal
yang tidak terjadi. Halusinasi menjadi sangat nyata bagi orang yang mengalami
halusinasi. Seseorang yang berhalusinasi mungkin tidak memiliki cara untuk
mengetahui apakah persepsi ini adalah nyata, dan biasanya pasien tidak
4

mengecek ulang pengalamannya. Ketidakmampuan untuk memandang realitas


secara akurat membuat hidup menjadi sulit. Oleh karena itu halusinasi dapat
dianggap sebagai masalah yang membutuhkan solusi (Stuart, 2016).Respons
yang ditimbulkan dari adanyahalusinasi adalah kehilangan kontrol diri,yang
mana dalam situasi ini pasien dapatmelakukan bunuh diri, membunuh orang
lain,bahkan merusak lingkungan (Handayani, Sriati & Widianti, 2014).
Pasien dengan diagnosis medis skizofrenia diperkirakan 90 % mengalami
halusinasi. Sebanyak 70% halusinasi yang dialami pasien gangguan jiwa
adalah halusinasi pendengaran, 20% mengalami halusinasi penglihatan dan
10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan (Wahyu & Ina,
2010). Berdasarkan data tersebut diketahui bahwa jenis halusinasi yang paling
banyak diderita oleh pasien dengan skizofrenia adalah halusinasi
pendengaran.Penanganan skizofrenia dengan halusinasi pendengaran di rumah
sakit memerlukan kerjasama yang baik dari perawat, dokter dan psikiater.
Perawat dalam menangani pasien dengan halusinasi pendengaran dapat
melakukan asuhan keperawatan yang bersifat komprehensif dengan pendekatan
proses keperawatan meliputi: pengkajian keperawatan, diagnosis keperawatan,
intervensi keperawatan, implementasi keperawatan, evaluasi tindakan, dan
dokumentasi keperawatan (Yosep, 2010).
Penatalaksanaan keperawatan pasien gangguan jiwa untuk mengatasi
halusinasi pendengaran adalah terapi psikofarmakodinamika, terapi ECT
(Elektroconvulsive Therapy) dan terapi aktivitas kelompok. Salah satu
intervensi keperawatan yang ada adalah terapi aktivitas kelompok. Terapi
5

aktivitas kelompok adalah salah satu terapi modalitas yang merupakan upaya
untuk memfasilitasi perawat atau psikoterapis terhadap sejumlah pasien pada
waktu yang sama. Tujuan dari terapi aktivitas adalah untuk memantau dan
meningkatkan hubungan interpersonal antar anggota (Purwanto, 2015).
Kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi bisa kendalikan dengan
terapi aktifitas kelompok stimulasi persepsi halusinasi. Terapi aktivitas
kelompok (TAK) stimulasi persepsi adalah pasien dilatih mempersepsikan
stimulus yang disediakan atau stimulus yang pernah dialami. Kemampuan
persepsi pasien dievaluasi dan ditingkatkan pada tiap sesi. Dengan proses ini
diharapkan respons pasien terhadap berbagai stimulus dalam kehidupan
menjadi adaptif (Sustrami& Sundari, 2014).
Hasil penelitian Purba, Nauli, Utami (2014) tentang “Pengaruh Terapi
Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi terhadap Kemampuan Pasien
Mengontrol Halusinasi di Rumah Sakit Jiwa Tampan Provinsi Riau”
menyimpulkan bahwa dengan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi
dapat menurunkan tingkat halusinasi pasien dan meningkatkan kemampuan
pasien mengontrol halusinasi. Hal ini juga didukung dengan penelitian dari
Hidayah (2015) dengan judul “Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi
Sensori-Persepsi terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi pada Pasien
Halusinasi di RSJD dr. Amino Gondohutomo Semarang” yaitu terdapat
pengaruh yang signifikan pada pengaruh TAK stimulasi persepsi-sensori
terhadap kemampuan mengontrol halusinasi pada pasien halusinasi.
6

Berdasarkan hasil studi pendahuluan yang dilakukan penulis di salah satu


Ruang maintenance RSJ Grhasia didapatkan data bahwa di Ruang
maintenance tersebut terdapat 20 pasien yang mengalami skizofrenia dan 6
dari pasien tersebut mengalami halusinasi. Berdasarkan hasil wawancara
dengan perawat pelaksana di Ruang maintenance tersebutpasien dengan
gangguan halusinasi setelah dilakukan TAK stimulasi persepsi yaitu adanya
pengaruh dan pasien dapat memahami cara untuk mengontrol halusinasi.
Dari pemaparan diatas dapatdijadikan suatu masalah bahwa pasien
halusinasi pendengaran menyebabkan mereka mengalami gangguan, salah
satunya persepsi, akibatnya dapat mencelakai diri sendiri maupun orang lain,
sehingga pasien membutuhkan terapi dan pelayanan khusus yang diberikan di
pelayanan kesehatan, khususnya rumah sakit jiwa. Mengingatjumlah kasus
halusinasi pendengaran meningkat, maka diperlukan intervensi yang diberikan
secara optimal pada pasien halusinasi pendengaran untuk mengontrol
halusinasinya. Berdasarkan hal tersebut maka penulis tertarik untuk
mengetahui lebihrinci tentang penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi pada pasien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran.
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka dapat disimpulkan


rumusan masalah yaitu “Bagaimanakah penerapan terapi aktivitas kelompok
stimulasi persepsi pada pasien gangguan sensori persepsi halusinasi
pendengaran.
7

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mendeskripsikan penerapan terapi aktivitas kelompok (TAK) stimulasi


persepsi pada asuhan keperawatan pasien gangguan sensori persepsi
halusinasi pendengaran di Wisma Srikandi RSJ Grhasia.
2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui variasi respon dua pasien setelah penerapan terapi aktivitas


kelompok (TAK) stimulasi persepsi pada asuhan keperawatan pasien
gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran di Wisma Srikandi
RSJ Grhasia.
b. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi hasil penerapan terapi
aktivitas kelompok (TAK) stimulasi persepsi pada asuhan keperawatan
pasien gangguan sensori persepsi halusinasi pendengaran di Wisma
Srikandi RSJ Grhasia.
D. Manfaat

1. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan Jiwa

Manfaat karya tulis ilmiah ini diharapkan dapat memberikan


sumbangan bagi ilmu keperawatan jiwa tentang penerapan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi pada pasien halusinasi pendengaran.
2. Bagi Pasien Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi

Manfaat yang dapat dirasakan langsung dengan dilakukan penerapan


terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi yaitu mampu mengontrol
halusinasinya
8

3. Bagi Mahasiswa D-III Keperawatan

Mahasiswa dapat memperdalam pengetahuan tentang penerapan


terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi pada pasien gangguan sensori
persepsi halusinasi pendengaran.
9

BAB II
TINJAUAN TEORI

2.1 DESKRIPSI
Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori Sesi II :
Menghardik Untuk Mengontrol Gangguan Persepsi Sensori (Halusinasi) Pada
Pasien Skizofrenia

2.2 MASALAH KEPERAWATAN


Persepsi sensori (halusinasi)

2.3 Tujuan
2.3.1 Tujuan umum
Klien dapat meningkatkan kemampuan diri dalam mengontrol halusinasi
dalam kelompok secara bertahap

2.3.2 Tujuan khusus


1. Klien dapat mengenal halusinasi.
2. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara menghardik.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain.
4. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara melakukan aktivitas
terjadwal.
5. Klien dapat mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat.

2.4 KRITERIA KLIEN


1. Klien gangguan orientasi realita yang mulai terkontrol
2. Klien yang mengalami perubahan persepsi

1.5 JUMLAH PESERTA


5 orang
1. Ny. A gangguan stimulus presesi dengan mendengar suara
2. Ny. T gangguan stimulus presepsi dengan melihat sesuatu yang tidak nyata
3. Ny. N gangguan stimulus presepsi dengan mecium aroma yang tidak ada
1
4. Ny. D gangguan stimulus presepsi dengan merasa takut 0

1.6 PERSIAPAN
1. Waktu

a. Hari / tanggal : Senin, 13 Oktober 2023

b. Jam : 09.00 WIB

c. Acara : 35 Menit
 Perkenalan dan pengarahan (3 menit)
 Permainan dan diskusi (20 menit)
 Evaluasi (5 menit)
 Penutup (2 menit)
d. Tempat : Di kelas
e. Jumlah pasien : 4 orang
jumlah mahasiswa : 3 orang
alat bantu yang dipakai dan persiapan ruangan:
1) Spidol
2) Papan tulis/whiteboard
2. pembagian tugas mahasiswa :
1) Uraian tugas perawat (therapist)
a. Leader : Saut Horas H.N
b. Fasilitator : Tabah Bea Leze
c. Observer : Vemy Lia Sai

3. Program antisipas masalah


1) Penanganan terhadap klien yang tidak aktif dalam aktivitas
a.Memanggil klien
b. Memberi kesempatan pada klien untuk menjawab sapaan
perawat atau klien lain
2) Bila klien meninggalkan kegiatan tanpa izin
a.Panggil nama klien
b.Tanyakan alasan klien meninggalkan kegiatan
3) Bila klien lain ingin ikut
a. Berikan penjelasan bahwa kegiatan ini ditujukan kepada klien
yang telah dipilih
1
1
b. Katakan pada klien bahwa ada kegiatan lain yang mungkin
didikuti oleh klien tersebut
KEGIATAN
1. Perkenalan.
a. Salam dari gterapis kepada klien
b. Evaluasi/Validasi: menanyakan perasaan klien saat ini
c. Kontrak.

a) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu


mengenal suara-suara yang didengar.
b) Terapis menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

2. Kegiatan
1) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
2) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai dari klien dari sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien
mendapat klien. Hasilnya tulis di whiteboard.
3) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
4) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar.

3. Tahap terminasi

1) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
2) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
3) Kontrak yang akan datang
1
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu 2
cara
mengontrolhalusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat
4) Format evaluasi

No Nama klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut


halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :

1. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
2. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu
situasi, dan perasaan. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu
Dokumentasi
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi
Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam),
situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram) anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.
1
5) 2.7.1 SESI 1 TAKS 3
TUJUAN :
Sesi 1 : Mengenal halusinasi dan menghardik
SETTING
1. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
2. Ruangan nyaman dan tenang
ALAT
1. Spidol
2. Papan tulis
METODE
1. diskusi dan tanya jawab
2. bermain peran
LANGKAH KEGIATAN
A. Persiapan
1) Memilih klien sesuai dengan indikasi, yaitu klien dengan perubahan sensori
persepsi : halusinasi
2) Membuat kontrak dengan klien
3) Mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
B. Orientasi
1) Salam terapeutik
a) Salam dari terapis kepada klien
b) Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)
c) Menanyuakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)
2) Evaluasi/ validasi
Menanyakan perasaan klien saat ini
3) Kontrak
c) Terapis menjelaskan tujuan kegiatan yang akan dilaksanakan yaitu
mengenal suara-suara yang didengar.
d) Terapis menjelaskan aturan main berikut.
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin pada terapis
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai
C. Tahap kerja
6) Terapis menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan, yaitu mengenal suara-
suara yang didengar (halusinasi) tentang isinya, waktu terjadinya, situasi
terjadinya, dan perasaan klien pada saat terjadi.
1
4
7) Terapis meminta klien menceritakan isi halusinasi, kapan terjadinya,
situasi yang membuat terjadi, dan perasaan klien saat terjadi halusinasi.
Mulai dari klien dari sebelah kanan, secara berurutan sampai semua klien
mendapat klien. Hasilnya tulis di whiteboard.
8) Beri pujian pada klien yang melakukan dengan baik
9) Simpulkan isi, waktu terjadi, situasi terjadi, dan perasaan klien dari suara
yang biasa didengar
D. TAHAP TERMINASI
5) Evaluasi
 Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
 Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
6) Tindak lanjut
Terapis meminta klien untuk melaporkan isi, waktu, situasi, dan
perasaannya jika terjadi halusinasi.
7) Kontrak yang akan datang
 Menyepakati TAK yang akan datang, yaitu cara
mengontrolhalusinasi
 Menyepakati waktu dan tempat
8) Format evaluasi

No Nama klien Menyebut isi Menyebut Menyebut Menyebut


halusinasi waktu terjadi situasi terjadi perasaan saat
halusinasi halusinasi halusinasi
1
2
3
4
5
6
7
8

Petunjuk :

3. Tulis nama panggilan klien yang ikut TAK pada kolom nama klien
4. Untuk tiap klien, beri penilaian kemampuan mengenal halusinasi: isi, waktu
situasi, dan perasaan. Beri tanda  jika klien mampu dan tanda X jika klien tidak
mampu
1
Dokumentasi 5
Dokumentasikan kemampuan yang dimiliki klien saat TAK pada catatan proses
keperawatan tiap klien. Contoh klien mengikuti TAK stimulasi persepsi: halusinasi sesi 1.
Klien mampu menyebutkan isi halusinasi (menyuruh memukul), waktu (pukul 9 malam),
situasi (jika sedang sendiri), perasaan (kesal dan geram) anjurkan klien mengidentifikasi
halusinasi yang timbul dan menyampaikan kepada perawat.

2.7.2 SESI 2 TAKS


Tujuan

Mengontrol halusinasi dengan cara patuh minum obat

SETTING
3. Terapis dank lien duduk bersama dalam lingkaran
4. Ruangan nyaman dan tenang
ALAT
3. Spidol dan papan tulis
4. Jadwal kegiatan harian
5. Beberapa contoh obat
METODE
3. diskusi dan tanya jawab
4. melengkapi jadwal harian
LANGKAH KEGIATAN
a. persiapan
- mengingatkan kontrak kepada klien yang telah mengikuti sesi 4
- mempersiapkan alat dan tempat pertemuan
b. orientasi
- salam teraupetik
 salam dari terapis kepada klien
 terapis dan klien memakai papan nama
- evaluasi/validasi
 menanyakan perasaan klien saat ini
 terapis menanyakan pengalaman klien mengontrol halusinasi
setelah menggunakan tiga cara yang telah di pelajari
1
6
(menghardik,menyibukkan diri dengan kegiatan,dan bercakap
cakap)
- kontrak
 terapis menjelaskan tujuan, yaitu mengontrol halusinasi dengan
patuh minum obat
 menjelaskan aturan main tersebut
 Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus
meminta izin kepada petugas
 Lama kegiatan 45 menit
 Setiap klien mengikuti kegiatan dari awal sampai selesai

- tahap kerja
a) Terapis menjelaskan untungnya patuh minum obat,yaitu mencegah
kambuh karena obat memberi perasaan tenang,dan memperlambat
kambuh.
b) Terapis menjelaskan kerugian tidak patuh minum obat,yaitu penyebab
kambuh
c) Terapis meminta tiap klien menyampaikan obat yang di makan dan
waktu memakanya. Buat daftar di whiteboard
d) Menjelaskan lima benar minum obat,yaitu benar obat, benar waktu
minum obat,benar orang yang minum obat,benar cara minum
obat,benar dosis obat
e) Minta klien menyebutkan lima benar cara minum obat secara bergiliran
f) Berikan pujian pada klien yang benar
g) Mendiskusikan perasaan klien sebelum minum obat (catat d
whiteboard)
h) Mendiskusikan perasaan klien setelah teratur minum obat (catat d
whiteboard)
i) Menjelaskan keuntungan patuh minum obat,yaitu salah satu cara
mencegah halusinasi/kambuh
j) Menjelaskan akibat/kerugian tidak patuh minum obat,yaitu kejadian
halusinasi/kambuh
k) Minta klien menyebutkan kembali keuntungan patuh minum obat dan
kerugian tidak patuh minum obat
l) Memberi pujian tiap kali klien benar

- tahap terminasi
1
a) evaluasi 7
1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK
2. Terapis menanyakan jumlah cara mengontrol halusinasi yang
sudah d pelajari
3. Terapis memberikan pujian atas keberhasilan kelompok
b) tindak lanjut
mengajurkan klien menggunakan empat cara mengontrol
halusinasi,yaitu menghardik,melakukan kegiatan harian,bercakap
cakap dan patuh minum obat
c) kontrak yang akan datang
1. Terapis mengakhiri sesi TAK stimulasi pesepsi untuk mengontrol
halusinasi
2. Buat kesepakatan baru untuk TAK yang lain sesuai dengan
indikasi klien

- Evaluasi dan dokumentasi


Evaluasi

Evaluasi dilakukan saat proses TAK berlangsung,khususnya pada


tahap kerja.aspek yang dievaluasi adalah kemampuan halusinasi sesi
2 ,kemampuan klien yang di harapakan adalah menyebutkan 5 benar
minum obat keuntungan minum obat dan akibat tidak patuh minum obat
formulir evaluasi sebagai berikut.

1.8 KRITERIA EVALUASI

1. Evaluasi input
 Tim berjumlah oang yang terdiri atas 1 leader, 1 fasilitator dan 1
obsever
 Lingkungan memiliki syarat luas dan sirkulasi baik.
 Peralatan spidol dan papan tulis
 Tersedia papan
 Tidak ada kesulitan memilih klien yang sesuai dengan kriteria dan
karakteristik klien untuk melakukan TAK-SP-Persepsi sensori
(Halusinasi)
2. Evaluasi proses
1
 Leader menjelaskan aturan main dengan jelas. 8

 Fasilitator menempatkan diri di tempat yang memungkinkan untuk


dapat mengawasi jalannya permainan.
 100% klien yang mengikuti permainan dapat mengikuti kegiatan
dengan aktif dari awal sampai selesai.
3. Evaluasi output
Setelah mengadakan terapi aktifitas kelompok sosialisasi dengan
klien yang diamati, hasil yang diharapkan adalah sebagi beriku
dengan aktif dari awal hingga selesai.
 100% klien dapat meningkatkan komunikasi non verbal: (bergerak
mengikuti instruksi, ekspresi wajah cerah, berani kontak mata).
 100% klien dapat meningkatkan komunikasi verbal: (menyapa
klien lain/perawat, mengungkapkan perasaan dengan perawat).
100% klien dapat meningkatkan kemampuan akan kegiatan
kelompok (mengikuti kegiatan dari awal hingga selesai)
1
BAB 3 9
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

1. Terdapat variasi respon dari dua pasien halusinasi pendengaran setelah


diberikan penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi antara
lain salah satu pasien asuhan dengan tahap comforting masih belum
menggunakan teknik menghardik, melakukan kegiatan secara terjadwal,
bercakap-cakap sebagai salah satu cara untuk mengontrol halusinasi.
2. Faktor – faktor yang mempengaruhi hasil penerapan terapi aktivitas
kelompok stimulasi persepsi pada dua pasien halusinasi pendengaran
antara lain : fase halusinasi pasien, tingkat pendidikan pasien, sikap ketidak
patuhan pasien, kurangnya minat pasien akibat harga diri rendah,
penggunaan obat antipsikotik
B. Saran

1. Bagi Pengembangan Ilmu dan Teknologi Keperawatan Jiwa

Karya tulis ilmiah ini dijadikan sebagai sumber informasi maupun acuan
bagi penulis mengenai penerapan terapi aktivitas kelompok stimulasi
persepsi.
2. Bagi Pasien Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
Pasien dapat mengikuti terapi aktivitas kelompok sebagai terapi untuk
mengontrol halusinasi pendengaran.
2
0

3. Bagi Mahasiswa D-III Keperawatan

Mahasiswa memahami dan mampu menerapkan terapi aktivitas


kelompok untuk pasien halusinasi pendengaran.
4. Bagi Perawat di RSJ

Perawat hendaknya mendampingi dan mengevaluasi kemampuan


pasien setelah melibatkan pasien dalam kegiatan TAK stimulasi
persepsi pada pasien halusinasi pendengaran.

Anda mungkin juga menyukai