PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa merupakan bagian dari bagian integral dari kesehatan, sehat jiwa tidak
hanya terbatas dari gangguan jiwa, tetapi merupakan suatu hal yang dibutuhkan oleh
semua orang.sehat jiwa adalah suatu kestabilan emosional yang diperoleh dari kemampuan
seseorang dalam mengendalikan diri dengan selalu berfikir positif dalam menghadapi
stresor lingkungan tanpa adanya tekanan fisik, psikologis baik secara internal maupun
eksternal (Nasir,Abdul.2017)
Menurut UU RI No.18 tahun 2016 tentang kesehatan jiwa, kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seorang individu dapat berkembang secara fisik, mental, spiritual dan
sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan sendiri, dapat mengatasi tekanan,
dapat bekerja secara produktif, dan mampu memberikan kontribusi untuk komunitasnya.
Pada pasal 70 menjelaskan bahwa pasien dengan gangguan jiwa mendapatkan pelayanan
pelayanan kesehatan jiwa sesuai dengan standar pelayanan kesehatan jiwa, mendapat
Kesehatan RI,2017).
World Healt Organization (WHO) memperkirakan sebanyak 450 juta orang diseluruh
dunia mengalami gangguan mental. Terdapat sekitar 10 persen orang dewasa mengalami
gangguan jiwa saat ini dan 20 persen penduduk diperkirakan akan mengalami gangguan
jiwa pada usia tertentu selama hidupnya. Gangguan jiwa mencapai 13% dari penyakit
secara keseluruhan dan kemungkinan akan berkembang menjadi 25% ditahun 2030.
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menunjukan lebih dari 19 juta penduduk
berusia lebih dari 15 tahun mengalami gangguan mental emosional, dan lebih dari 12 juta
1
penduduk berusia lebih dari 15 tahun mengalami depresi. Prevalensi orang dengan
gangguan jiwa yaitu sekitar 1 dari 5 penduduk yang artinya sekitar 20% populasi di
indonesia dari 250 juta jiwa secara keseluruhan potensial mengalami kesehatan jiwa.
penduduk.
Di Sumatra Barat angka kejadiannya 1.9 per mil posisi 6 teratas di seluruh indonesia.
yang terendah di Kalimantan Barat (0.7%) dengan responden gangguan jiwa berat
kabupaten minahasa sebesar 17.60%, kepulauan Talaud 15.80%, dan kotamobagu sebesar
8.40% (Riskesdas,2018).
Di Rumah Sakit Jiwa Di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami pasien
gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% penglihatan dan 10% adalah
halusinasi penghidu, pengecap dan perabaan. Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi
berdasarkan hasil pengkajian rumah sakit jiwa Dr. V.L .Ratumbuisang manado ditemukan
85% pasien dengan kasus halusinasi. Menurut perawat di rumah sakit jiwa Dr. V.L.
Dampak dari tinginya gangguan jiwa menyebabkan peran sosial yang terhambat dan
menimbulkan penedritaan pada klien karena perilaku yang buruk. Dengan meningkatkan
pelaksanaan pengawasan dan evaluasi program kegiatan kesehatan jiwa dengan cara
dan puskesmas terutama upaya promotif dan preventif salah satu gangguan jiwa terberat
2
Skizofrenia adalah suatu gangguan proses pikir yang menyebabkan keretakan dan
perpecahan antara emosi dan psikomotor di sertai distorsi kenyataan dalam bentuk psikosa
fungsional. Gejala primer skizofrenia adalah gejala awal yang terjadi dan menyebabkan
gangguan proses pikir, gangguan afek emosi gangguan kemauan, sedangkan gejala
Halusinasi adalah suatu persepsi klien tehadap stimulus dari luar tanpa adanya obyek
yang nyata. Halusinasi dapat berupa penglihatan yaitu melihat seseorang ataupun sesuatu
serta sebuah kejadian yang tidak dapat dilihat orang lain, halusinasi juga dapat berupa
pendengaran seperti suara yang mungkin di kenal atau tidak dikenal yang meminta klien
sendiri bahkan bisa melakukan hal-hal yang dapat membahayakan dirinya sendiri. Akibat
dari halusinasi yang dialami klien, klien merasa di asingkan dan bisa mengalami harga diri
rendah. halusinasi berkembang melalui 4 fase, dimana setiap fase memiliki karakteristik
yang berbeda. Pada tahap ketiga pengalaman sensori persepsi klien menjadi berkuasa.
Jika hal ini dibiarkan halusinasi klien akan berlanjut pada fase keempat dimana klien
mengalami panik yang berlebihan karena pengalaman sensori klien sudah mulai merasa
terancam dengan datangnya suara-suara, saat ini terjadi klien akan panik, cemas, takut dan
kehilangan kontrol.
Maka dari itu diperlukan penanganan halusinasi yang tepat, salah satu penanganan
yang dilakukan adalah pemberian terapi, terapi yang diberikan bisa dalam bentuk terapi
farmakologi, terapi kejang listrik dan terapi aktivitas kelompok. Terapi aktivitas kelompok
adalah terapi yang diupayakan oleh perawat kepada sekelompok pasien yang mempunyai
3
masalah gangguan keperawatan yang sama. Tujuan dari terapi aktifitas kelompok ini
kemampuan realitas melalui komunikasi dan umpan balik terhadap orang lain.
Berdasarkan uraian yang terdapat pada latar belakang diatas maka rumusan masalah
dalam karya tulis ilmiah ini adalah asuhan keperawatan jiwa pada Ny. A.L dengan
1.3. TUJUAN
1) Tujuan umum
Adapun tujuan dari penulisan ini adalah mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa
tahun 2022.
2) Tujuan khusus
Manado
Manado
manado
4
e. Mahasiswa melaksanakan evaluasi keperawatan pada Ny.A.L dengan gangguan
1 MANFAAT
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat digunakan sebagai informasi tambahan bagi
perawat di Rumah Sakit jiwa dalam menerapkan strategi pelaksanaan yang sistematis
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat digunakan sebagai tambahan dan referensi bagi
3. Bagi Penulis
Karya Ilmiah Akhir Ners ini dapat digunakan sebagai ilmu dan menerapkan asuhan
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian Halusinasi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek rangsangan dari
luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi seluruh pancaindra. Halusinasi merupakan
salah satu gejala gangguan jiwa yang pasien mengalami perubahan sensori persepsi,
serta merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penciuman. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. Pasien gangguan
jiwa mengalami perubahan dalam hal orientasi realitas (Yusuf, PK, & Nihayati, 2015).
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang dialami oleh
pengecapan, perabaan, atau penghiduan tanpa stimulus yang nyata Keliat, (2011)
Halusinasi pendengaran terjadi ketika klien mendengar suara- suara, halusinasi ini
sudah melebur dan klien merasa sangat ketakutan panik dan tidak bisa membedakan
pendengaran berupa suara-suara palsu yang tidak berhubungan dengan stimulus nyata
a. Respon Adaptif adalah Respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika menghadapi
1) Pikiran Logis merupakan pandangan yang mengarah pada kenyataan yang dapat
diterima akal.
4) Perilaku Sosial dengan kegiatan individu atau sesuatu yang berkaitan dengan
individu tersebut yang diwujudkan dalam bentuk gerak atau ucapan yang tidak
7
5) Hubungan Sosial merupakan proses suatu interaksi dengan orang lain dalam
b. Respon Psikososial
mengambil kesimpulan.
2) Ilusi merupakan pemikiran atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas kewajaran.
5) Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindar interaksi dengan orang lain,
sekitarnya.
c. Respon Maladaptif
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
keyakinan sosial.
2) Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang salah terhadap
rangsangan.
8
3) Kerusakan proses emosi merupakan ketidakmampuan mengontrol emosi seperti
kedekatan.
5) Isolasi sosial merupakan kondisi dimana seseorang merasa kesepian tidak mau
tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi hilang percaya diri.
c. Faktor biokimia Adanya stres yang berlebihan yang dialami oleh seseorang
maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
d. Faktor psikologis Tipe kepribadian yang lemah tidak bertanggung jawab akan
mudah terjerumus pada penyelah gunaan zat adaptif. Klien lebih memilih
kesenangan sesaat dan lari dari alam nyata menuju alam khayal.
e. Faktor genetik dan pola asuh Hasil studi menujukan bahwa faktor keluarga
9
2. Faktor Presipitasi Penyebab halusiansi dapat dilihat dari lima dimensi menurut
(Oktaviani,2020).
a. Dimensi fisik Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi fisik seperti
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi emosional Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar problem yang
tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari
c. Dimensi Intelektual
merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan,
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengobrol semua
perilaku klien.
d. Dimensi sosial
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan
harga diri yang tidak di dapatkan dalam dunia nyata. Isi halusinasi di jadikan
sistem kontrol oleh individu tersebut, sehingga jika perintah halusinasi berupa
ancaman, dirinya ataupun orang lain individu cenderung untuk itu. Oleh
10
dengan mengupayakan suatu proses interaksi yang menimbulkan pengalaman
langsung.
untuk menyucikan diri. Ia sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
takdirnya memburuk.
1) Halusinasi Pendengaran
Data objektif antara lain: bicara atau tertawa sendiri, marah tanpa sebab, mengarahkan
2) Halusinasi Penglihatan
Data objektif antara lain: menunjuk kearah tertentu, ketakutan pada sesuatu yang tidak
jelas.
Data subjektif anatar lain: melihat bayangan, sinar, bentuk kartun, melihat hantu atau
monster.
3) Halusinasi Penciuman
Data objektif antara lain: mencium seperti membaui bau-bauan tertentu dan menutup
hidung.
11
Data subjektif antara lain: mencium baubau seperti bau darah, feses, dan kadang-
4) Halusinasi Pengecapan
5) Halusinasi Perabaan
Data subjektif antara lain: mengatakkan ada serangga dipermukaan kulit, merasa
Tanda-tanda halusinasi menurut Yosep (2018) & Fajariyah (2019) meliputi sebagai
berikut :
12
orang lain.
Halusinasi Penglihatan 1. Klien mengatakan melihat 2. Klien tampaktatapan mata
(Visual-seeing persons or seseorang yang sudah pada tempat tertentu.
things) meninggal, melihat 3. Klien tampak menunjuk
makhluk tertentu, melihat nunjuk kearah tertentu.
bayangan hantu atau 4. Klien tampak ketakutan
sesuatu yang menakutkan. pada objek tertentu yang
dilihat.
Halusinasi Penghidu 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak
(Olfactory-smeeling odors) mencium sesuatu seperti : mengarahkan hidung pada
bau mayat, bau darah, bau tempat tertentu.
bayi, bau feses, atau bau 2. Ekspresi wajah klien
masakan, parfum yang tampak seperti mencium
menyenangkan. sesuatu dengan gerakan
2. Klien mengatakan sering cuping hidung.
mencium bau sesuatu.
Halusinasi Perabaan (Tactile- 1. Klien mengatakan ada 1. Klien tampak mengusap,
feeling bodily sensations) sesuatu yang menggaruk garuk, meraba-
menggerayangi tubuh raba permukaan kulitnya.
seperti tangan, binatang 2. Klien tampak menggerak-
kecil, atau makhluk halus. gerakkan tubuhnya seperti
2. Klien mengatakan merasakan sesuatu
merasakan sesuatu di merabanya.
permukaan kulitnya seperti
merasakan sangat panas
atau dingin, merasakan
tersengat aliran listrik, dan
sebagainya.
Halusinasi Pengecapan 1. Klien mengatakan 1. Klien tampak seperti
(Gustatoryexperiencing merasakan makanan mengecap sesuatu.
tastes) tertentu, rasa tertentu, atau 2. Klien tampak sering
mengunyah tertentu meludah.
padahal tidak ada yang 3. Klien tampak mual atau
13
sedang dimakannya. muntah.
2. Klien mengatakan
merasakan minum darah,
nanah.
Tanda-tanda yang berkaitan dengan halusinasi pendengaran meliputi sebagai berikut :
a. Data Objektif :
b. Data Subjektif :
yang berbahaya.
4) Klien mengatakan mendengar suara yang mengancam dirinya atau orang lain.
Menurut Direja (2019), proses terjadinya halusinasi terbagi menjadi 4 tahap, yaitu :
a. Tahap I (Comforting) Memberi rasa nyaman, tingkat ansietas sedang, secara umum
ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan, mencoba berfokus pada pikiran yang
dapat menghilangan ansietas, pikiran dan pengalaman masih dalam kontrol kesadaran.
Perilaku klien yang mencirikan dari tahap I (Comforting) yaitu tersenyum atau tertawa
14
sendiri, menggerakkan bibir tanpa suara, pergerakan mata yang cepat, respon verbal
merasa dilecehkan oleh pengalaman sensori tersebut, mulai merasa kehilangan control,
menarik diri dari orang lain. Perilaku klien yang mencirikan dari tahap II yaiu dengan
terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah, perhatian dengan
tidak dapat ditolak lagi dengan karakteristik klien menyerah dan menerima
pengalaman sensori berakhir. Perilaku klien pada tahap III ini adalah perintah
halusinasi ditaati, sulit berhubungan dengan orang lain, perhatian terhadap lingkungan
berkurang, hanya beberapa detik, tidak mampu mengikuti perintah dari perawat,
d. Tahap IV (Conquering) Klien sudah sangat dikuasai oleh halusinasi, klien tampak
panik. Karakteristiknya yaitu suara atau ide yang datang mengancam apabila tidak
diikuti. Perilaku klien pada tahap IV adalah perilaku panik, resiko tinggi mencederai,
Mekanisme koping merupakan perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri
15
a. Regresi Proses untuk menghindari stress, kecemasan dan menampilkan perilaku
kembali pada perilaku perkembangan anak atau berhubungan dengan masalah proses
b. Proyeksi Keinginan yang tidak dapat di toleransi, mencurahkan emosi pada orang lain
karena kesalahan yang dilakukan diri sendiri (sebagai upaya untuk menjelaskan
kerancuan identitas).
c. Menarik diri Reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis.
Reaksi fisik yaitu individu pergi atau lari menghindar sumber stressor, sedangkan
reaksi psikologis yaitu menunjukkan perilaku apatis, mengisolasi diri, tidak berminat,
1. Penatalaksanaan Medis
seperti:
biasanya cukup 3 x 24 jam. Setelahnya klien biasanya diberikan obat per oral 3
kondisi akut biasanya diberikan per oral 3 x 100 mg, apabila kondisi sudah
stabil dosis dapat dikurangi menjadi 1 x 100 mg pada malam hari saja, atau
16
b. Terapi Somatis Terapi somatis adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
gangguan jiwa dengan tujuan mengubah perilaku yang maladaptif menjadi perilaku
adaptif dengan melakukan tindakan yang ditujukan pada kondisi fisik pasien
walaupun yang diberi perlakuan adalah fisik klien, tetapi target terapi adalah
perilaku pasien. Jenis terapi somatis adalah meliputi pengikatan, ECT, isolasi dan
membatasi mobilitas fisik klien yang bertujuan untuk melindungi cedera fisik
2) Terapi kejang listrik adalah bentuk terapi kepada pasien dengan menimbulkan
kejang (grandmal) dengan mengalirkan arus listrik kekuatan rendah (2-3 joule)
dan lingkungan dari bahaya potensial yang mungkin terjadi. akan tetapi tidak
dianjurkan pada klien dengan risiko bunuh diri, klien agitasi yang disertai
dengan gangguan pengaturan suhu tubuh akibat obat, serta perilaku yang
menyimpang.
4) Terapi deprivasi tidur adalah terapi yang diberikan kepada klien dengan
mengurangi jumlah jam tidur klien sebanyak 3,5 jam. cocok diberikan pada
17
dalam upaya meningkatkan kemampuan untuk mengontrol halusinasinya yaitu dengan
jiwa pada klien skizofrenia dengan halusinasi oleh Carolin (2017), maka tindakan
kemampuan kognitif atau pengetahuan dan psikomotor yang harus dimiliki oleh
klien skizofrenia dengan halusinasi yang dikemukakan oleh Millis (2010, dalam
2) Cara menyampaikan pada orang lain tentang kondisi yang dialaminya untuk
menonton TV, rekreasi, bernyanyi, teknik relaksasi atau nafas dalam. Kegiatan
4) Patuh minum obat. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) yang dilakukan pada
18
5) Sesi kelima dengan patuh minum obat.
terapi generalis baik individu dan kelompok. Adapun terapi spesialis meliputi
terapi spesialis individu, keluarga dan kelompok yang diberikan juga melalui
tetapi saat ini telah dikembangkan untuk klien yang resisten terhadap pengobatan.
awal sebelum dilakukan terapi generalis dan spesialis adalah mengelompokan klien
skizofrenia dengan halusinasi mulai dari minggu I sampai dengan minggu IX selama praktik
resdensi. Setelah pasien dikelompokan, selanjutnya semua klien akan diberikan terapi
generalis mulai dari terapi generalis individu untuk menilai kemampuan klien skizofrenia
dengan halusinasi.
Langkah berikutnya adalah mengikutkan klien pada terapi generalis kelompok yaitu
Terapi Aktifitas Kelompok (TAK) Stimulasi Persepsi Sensori Halusinasi. Demikian juga
keluarga akan dilibatkan dalam terapi keluarga. Hal ini bertujuan agar keluarga tahu cara
Terapi keluarga dilakukan pada setiap anggota keluarga yang datang mengunjungi
klien. Terapi spesialis keluarga yaitu psikoedukasi keluarga yang diberikan pada keluarga
klien skizofrenia dengan halusinasi adalah Family Psycho Education (FPE) yang terdiri dari
lima sesi yaitu sesi I adalah identifikasi masalah keluarga dalam merawat klien skizofrenia
dengan halusinasi, sesi II adalah latihan cara merawat klien halusinasi di rumah, sesi III
19
latihan manajemen stres oleh keluarga, sesi IV untuk latihan manajemen beban dan sesi V
mengurangi beban perasaan dan pikiran serta dapat mengambil tindakan untuk
mengubah situasi yang ada bila klien percaya pada hal yang diperlukan,
mengurangi keraguan, membantu dalam hal mengambil tindakan yang efektif dan
fisik dan dirinya sendiri (Putri, N, & Fitrianti, 2018). Berkomunikasi dengan
penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah teknik khusus, ada beberapa hal
penderita gangguan penyakit fisik masih memiliki konsep diri yang wajar
3. Penderita gangguan jiwa cenderung sehat secara fisik, penderita penyakit fisik
bisa saja jiwanya sehat tetapi bisa juga ikut terganggu. Komunikasi dengan
20
penderita gangguan jiwa membutuhkan sebuah dasar pengetahuan tentang
ilmu komunikasi yang benar, ide yang mereka lontarkan terkadang melompat,
fokus terhadap topik bisa saja rendah, kemampuan menciptakan dan mengolah
kata – kata bisa saja kacau balau. Ada beberapa trik ketika harus
3. Pada pasien menarik diri sering libatkan dalam aktivitas atau kegiatan
yang bersama – sama, ajari dan contohkan cara berkenalan dan berbincang
dengan klien lain, beri penjelasan manfaat berhubungan dengan orang lain
support dengan terapi – terapi lain, jika pasien masih mudah mengamuk
1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian merupakan tahap awal dalam proses keperawatan, yang salah satu
Pengumpulan data yang dikumpulkan meliputi data pasien secara holistik, yakni
21
Seseorang diharapkan memiliki kesadaran atau kemampuan tilik diri (self
berikut :
a. Identitas Klien:
dengan klien tentang : Nama perawat, Nama klien, Tujuan yang akan
3) Agama.
4) Alamat.
Tanyakan pada keluarga klien alasan klien dibawa kerumah sakit jiwa, apa
rumah sakit jiwa serta hasilnya. Pada umumnya klien dengan gangguan
terganggu karena perilaku klien dan gejala yang tidak normal yang
22
biasanya sering menutup telinganya, sehingga keluarga berinisiatif
c. Faktor Predisposisi
1) Apakah pernah mengalami gangguan jiwa pada masa lalu, karena pada
d. Pemeriksaan fisik
e. Psikososial
keluarga ada yang mengalami gangguan jiwa seperti yang dialami oleh
23
klien, pola komunikasi klien, pola asuh serta siapa pengambilan
tubuh yang disukai dan tidak disukai. Pada umumnya klien dengan
klien merasa tidak puas akan status ataupun posisi klien sebagai
24
oleh keluarga ataupun masyarakat saat pulang nanti sehingga klien
sekitarnya.
4) Spiritual
budaya dan agama yang dianut klien. Pada umumnya klien dengan
25
b) Kegiatan ibadah Tanyakan pada klien tentang kegiatan ibadah yang
kelompok.
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran tampak
f. Status mental
rambut sampai ujung kaki seperti : rambut acak acakkan, kancing baju
tidak tepat, resleting tidak dikunci, baju terbalik, baju tidak diganti-
26
5) Afek Mengamati/mengobservasi kondisi emosi klien. Pada umumnya
klien mempunyai emosi labil tanpa ada sebab. Tiba tiba klien
yang tidak kooperatif, lebih banyak diam diri, pandangan mata melihat
mengecap sesuatu yang tidak nyata dengan waktu yang tidak diketahui
menggelengkan kepala.
27
motorik seperti kekakuan, gerakan yang diulang-ulang, anggota tubuh
Pada umumnya klien dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran cenderung
tidak mampu berkonsentrasi, klien tidak dapat menjelaskan kembali pembicaraannya dengan
dibuktikan selalu meminta agar pernyataan yang diucapkan oleh seseorang untuk diulangkan
kembali.
mandi dahulu sebelum makan atau makan dahulu sebelum mandi yang
28
dapat mengambil keputusan. Biasanya klien dengan gangguan persepsi
penilaian yang baik, seperti jika disuruh untuk memilih mana yang
makan 3 x sehari dengan porsi (lauk pauk, nasi, sayur, serta buah).
menyikat gigi, cuci rambut, gunting kuku, dan bercukur serta observasi
29
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran mengganti
bersih.
pendengaran minum obat 3 x sehari dengan obat oral serta reaksi obat
apa, bagaimana, kapan dan tempat perawatan lanjutan serta siapa saja
30
h. Mekanisme koping Mekanisme koping pada klien dengan masalah
3. Masalah Keperawatan
31
4. Pohon masalah
6. Rencana keperawatan
7. Implementasi keperawatan.
8. Evaluasi keperawatan.
32
BAB III
GAMBARAN KASUS
33
4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa ? ( ) ya ( √ ) tidak
Hubungan keluarga : -
Gejala : -
Riwayat pengobatan : -
5. Adakah pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan? (perceraian/ perpisahan/konflik
dsb) :
Klien mengatakan pernah di rawat di RSj tahun 2017, dan sering jalan sendiri karena ada
yang berbisik-bisik.
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
X x X x
x x
Keterangan :
= Klien = perempuan
X = Meninggal =laki-laki
Penjelasan : klien mengatakan bahwa kedua orangtuanya sudah meninggal dan klien tinggal
bersama paman dan kakaknya.
2. Konsep diri
Gambaran diri : klien menyukai seluruh tubuhnya dan tidak ada cacat.
34
Identitas diri : klien mengatakan bahwa klien anak ke 2 dari 2
bersaudara.
Peran diri : klien mengatakan dirumah berperan sebagai adik selalu
membantu tugas- tugas rumah.
Ideal diri : klien mengatakan ingin berkumpul dengan keluarga mama
dan papa tapi kedua orangtua nya sudah meninggal.
Harga diri : klien mengatakan tidak di hargai di lingkungan dan di
masyarakat karena pernah di rawat di RSJ Dr. V.L Ratumbuysang
Manado. Klien mengatakan malu bergaul dengan teman yang ada di
lingkungannya karena pendapat klien tidak di terima.
3. Hubungan sosial
Orang terdekat : klien mengatakan orang terdekatnya di dalam rumah
adalah paman dan kakaknya kerena tempat sebagai tempat mengadu
dan membicarakan masalah.
Peran kerja dan kegiatan kelompok/ masyaakat.
Klien mengatakan tidak pernah mengikuti ataupun diajak mengikuti
kegiatan yang diadakan dilingkungan tempat tinggal klien, tapi saat di
RSJ mengikuti senam pagi dan TAK.
Hambatan dalam hubungan orang lain
Hubungan klien dengan orang lain tidak bagus karena klien pernah di
rawat di RSJ, ditambah klien sering marah-marah tidak jelas dan suka
melempar barang-barang saat klien dirumah.
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan : klien mengatakan beragama kristen protestan dan yakin
dengan agamanya.
b. Kegiatan ibadah : klien mengatakan rutin beribadah 1 minggu sekali.
35
3. Aktivitas motorik : klien tampak biasa saja, berjalan modar-mandir dan santai.
4. Suasana perasaan : klien mengatakan sering merasa takut karena mendengar bisikan dari
telinga kanan dan telinga kiri.
5. Afek : afek klien masih labil, suka diam kadang bicara, kecuali ada yang mengajak
berbicara duluan.
6. Interaksi selama wawancara : klien kooperatif ada kontak mata tapi pandangan terlihat
kosong dan klien cepat berjalan pergi.
7. Persepsi : klien mengatakan sering mendengar suara-suara tapi kadang-kadang.
8. Proses pikir : klien tampak mampu menjawab pertanyaan.
9. Isi pikir : klien dapat mengontrol dan tidak waham
10. Memori : klien tidak mampu mengingat kejadian dimasa lalu dan tidak mampu
mengulang pertemuan yang di lakukan terapi.
11. Tingkat kesadaran : klien tidak mengalami orientasi, klien mengenali waktu, orang dan
tempat.
12. Tingkat konsentrasi berhitung : klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan
sederhana tanpa bantuan orang lain.
13. Kemampuan penilaian : klien dapat membedakan mana yang baik dan buruk.
14. Daya tilik diri : klien menyadari sakitnya dan sering mendegar bisikan-bisikan.
36
IX. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN
- Masalah dengan dukungan kelompok :
Klien mengatakan mengenal baik kelompok masyarakat sekitarnya, tetapi klien,
jarang berpartisipasi dalam acara atau kegiatan di masyarakat karena pasien merasa
tidak diterima di masyarakat.
- Masalah berhubungan dengan lingkungan:
Klien mengatakan ada maslah dengan lingkungan yaitu masyarakat disekitar tidak
menerimanya.
37
ANALISA DATA
TABEL 3.1
NO. DATA FOKUS MASALAH
1 Ds : Gangguan persepsi sensori :
- Klien mengatakan kadang mendengar halusinasi pendengaran.
bisikan untuk menyuruh pergi.
- Klien mengatakan suara/ bisikan itu muncul
disaat menyendiri dan kurang tidur
- Klien mengatakan ketika suara/ bisikan itu
muncul dirinya sering merasa gelisah.
Do :
- Klien tampak mondar- mandir
- Sering diam melamun
- Tatapan kosong
- Wajah tampak marah-marah.
2 Ds : Isolasi sosial
- Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan
yang ada di lingkungan tempat tinggal
- Klien mengatakan malas untuk berkumpul
dengan teman-temannya
- Klien mengatakan tidak mempunyai teman
dekat di ruangan.
Do :
- Klien tampak menyendiri
- Klien tampak tidak mau berinteraksi duluan
3 Ds : Harga diri rendah kronis
- Klien mengatakan malu dengan penyakit
yang ia derita (gangguan jiwa )
- Klien mengatakan dirinya tidak ada manfaat
bagi orang lain
38
Do :
- Klien tampak malu berinteraksi
- Klien tampak menundukkan kepala ketika
ditanyakan soal penyakitnya.
POHON MASALAH
Gangguan persepsi : Halusinasi pendengaran
39
TABEL 3.2
40
TABEL 3.3
CATATAN PERKEMBANGAN
Ruangan : Kabela
No MRS: 03.55.89
41
2 Kamis 24-3- Gangguan persepsi Sp 1 S : klien mengatakan sudah mulai
2022/ 15.00 sensori : halusinasi - Mevalidasi kemampuan klien dalam mampu melakukan cara mengontrol
wita pendengaran mengontrol halusinasi dengan cara halusinasi dengan cara meng hardik.
menghardik Klien mengatakan merasa senang.
- Mengevaluasi manfaat melakukan latihan
menghardik O : klien sudah bisa mempraktekkan
- Memberikan pujian cara mengontrol halusinasi dengan
- Melatih cara mengontrol halusinasi cara menghardik.
dengan cara menghardik
- Memasukan dalam jadwal harian. A : klien mampu melakukan sp1 yaitu
mengontrol halusinasi dengan cara
menghardik.
43
BAB IV
PEMBAHASAN
kesenjangan- kesenjangan yang di temui serta mencari jalan keluarnya yang sesuai dengan
diruangan. Klien masuk via IGD dengan keluhan Sering lupa jika telah melakukan
sesuatu, dan sudah tidak mengkonsumsi obat lagi di karenakan sudah habis ,klien
sering marah tanpa sebab, dan gelisah 1 minggu , serta bicara dan tertawa sendiri.
Masalah keperawatan yang diangkat adalah halusinasi (pendengaran) karena pada saat
Klien mengatakan suara yang di dengar tidak jelas dan klien mengatakan takut dengan
suara tersebut. Sedangkan data objektif klien tampak berbicara dan senyum-senyum
sendiri, klieng tampak bingung dan klien tampak mondar- mandir di Ruangan. Sesuai
dengan data yang di dapat klien menunjukan tanda-tanda gejala Halusinasi (pendengaran).
Berdasarkan konsep kasus terkait pada pasien halusinasi (pendengaran) biasanya akan
menampakkan tanda gejala seperti mendengarkan suara atau kebisingan yang kurang jelas
ataupun yang jelas, dimana terkadang suara- suara tersebut seperti mengajak berbicara
44
4.2 ANALISA SALAH SATU INTERVENSI DENGAN KONSEP PENELITI
TERKAIT
Penulis akan menguraikan rencana dan penatalaksanaan yang telah dilakukan untuk
mengatasi permasalahan yang ada pada Ny.A.L. Diagnosa yang pertama yaitu
maret 2022, perencanaan tindakan ini dapat dilaksanakan dengan baik oleh penulis
Menghardik )
Sp 1
- Mengidentifikasi halusinasi ( isi, waktu, frekuensi, situasi, respon, dan perasaan saat
halusinasi muncul).
Hasil yang didapatkan ketika melakukan implementasi Sp 1 adalah klien memerlukan waktu
2 hari sampai akhirnya klien optimal dalam Sp 1. Klien awalanya tampak sedikit kesulitan
dan bingung ketika disuruh untuk mempraktekkan Sp 1 tapi pada hari kedua klien mampu
Halusinasi berkembang melalui 4 fase, dimana setiap fase memiliki karakteristik yang
berbeda. Pada tahap ketiga pengalaman sensori persepsi klien menjadi berkuasa. Klien mulai
45
menyerah untuk melawan halusinasinya dan membiarkan halusinasi menguasai dirinya. Klien
cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan halusinasinya. Jika hal ini dibiarkan halusinasi
klien akan berlanjut pada fase keempat dimana klien mengalami panik yang berlebihan
karena pengalaman sensori klien sudah mulai merasa terancam dengan datangnya suara-
suara, saat ini terjadi klien akan panik, cemas, takut, dan kehilangan kontrol.
Maka dari itu diperlukan penanganan halusinasi yang tepat, salah satunya penanganan yang
dilakukan adalah pemberian terapi, terapi yang diberikan bisa dalam bentuk terapi
- Latih cara mengontrol halusinasi dengan cara minum obat dengan prinsip 6 benar
- Masukan pada jadwal kegiatan untuk latihan menghardik dan minum obat.
Hasil yang di dapatkan ketika melakukan implementasi Sp 2 adalah klien tidak memerlukan
beberapa hari untuk dapat mengontrol halusinasi dengan terapi minum obat dengan prinsip 6
benar. Hanya 1 hari klien mampu menyebutkan cara minum obat dengan prinsip 6 benar.
bercakap-cakap)
46
Sp 3 (mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap), implementasi yang
Sp 3
Hasil yang didapatkan ketika melakukan implementasi Sp 3 adalah klien mampu melakukan
(pendengaran) tergantung pada kerja sama yang baik antara perawat, klien dan keluarga
klien. Maka tindakan yang dapat diberikan adalah memberikan strategi pelaksana (SP)
secara komprehensif. Dampak dari halusinasi yang diderita klien diantaranya dapat
menyebabkan klien tidak mempunyai teman dan asyik dengan fikirannya sendiri.
sejumlah klien dengan masalah hubungan sosial. Salah satu gangguan hubungan sosial
pada klien gangguan jiwa adalah gangguan persepsi sensori : Halusinasi yang merupakan
salah satu masalah keperawatan yang dapat ditemukan pada klien gangguan jiwa.
47
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Dari Asuhan Keperawatan Jiwa yang telah dilakukan pada Ny.A.L dengan halusinasi
(pendengaran) di Rumah sakit jiwa Dr. V.L Ratumbuysang manado dapat disimpulkan:
penulis tidak menemukan beberapa perbedaan, serta hambatan tidak ada ditemuka
penulis.
Rumah Sakit Jiwa Dr. V.L Ratumbuysang Manado di rumuskan 3 diagnosa yaitu :
Jiwa Dr. V.L Ratumbuysang Manado tindakan yang penulis rencanakan yaitu
pemberian Sp
Rsj Dr. V.L Ratumbuysang Manado hampir semua dapat dilakukan, namum ada
Manado dapat dilakukan dengan baik. Pada diagnosa keperawatan dengan halusinasi (
48
5.2. Saran
a. Mahasiswa
pasien.
b. Perawat
1) Untuk perawat ruangan, pasien harus terus dimotivasi dan dilibatkan dalam
49
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Nasir, Muhit (2017) Dasar- Dasar Keperawatan jiea Pengantar Dan Teori. Jakarta :
selamba Medika
Badan penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 2018. Diakses pada tanggal 8 oktober 2022
Aditama.
Direja, Ade Herman Surya. 2016. Buku Asuhan Keperawatan Jiwa. Nuha Medika,
Yogyakarta.
Kusumawati F & Hartono, Y, 2010. Buku ajar Asuhan Keperawatan jiwa, Jakarta : Salemba
Medika
Kementrian Kesehatan RI, 2017. Diakses Dari www.Kemenkes.Go.Id pada tanggal 8 oktober
2022
Purwaningsih, Wahyu dan Ina Karlina ( 2017 ). Asuhan keperawatan jiwa. Cetakan II.
Stuart G. W, Sundeen. S. J. 2010 Buku saku Keperawatan Jiwa. ( Terjemahan ) Edisi 3, Alih
50