Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Halusinasi pendengaran merupakan jenis halusinasi yang paling sering

dilaporkan dan dapat menyertai hampir semua gangguan kejiwaan, termasuk

gangguan kecemasan, gangguan identitas disosiatif, gangguan tidur, atau

karena efek alkohol dan obat-obatan. Halusinasi pendengaran juga dikaitkan

dengan suasana hati yang tertekan, kecemasan, dan perilaku bunuh diri yang

dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain (Waters, 2018 Menurut

Videbeck (2018) tanda pasien mengalami halusinasi pendengaran yaitu

pasien tampak berbicara ataupun tertawa sendiri, pasien marah-marah sendiri,

menutup telinga karena pasien menganggap ada yang berbicara dengannya.

Prevalensi gangguan jiwa di seluruh dunia menurut data WHO, (World

Health Organization)pada tahun 2020, terdapat 264 juta orang mengalami

depresi, 45 juta orang menderita gangguan bipolar, 50 juta orang mengalami

demensia, dan 20 juta orang jiwa mengalami skizofrenia. Skizofrenia

merupakan gangguan jiwa berat yang memiliki gejala dominan

halusinasi.Meskipun prevalensi skizofrenia tercatat dalam jumlah yang

relative lebih rendah dibandingkan prevalensi jenis gangguan jiwa lainnya

berdasarkan National Institute of Mental Health (NIMH), skizofrenia

merupakan salah satu dari 15 penyebab besar kecacatan di seluruh

dunia.Prevalensi gangguan jiwa berat, seperti skizofrenia adalah 1,7 per 1000

penduduk atau sekitar 400.000 orang (Kemenkes,RI 2021).

1
2

Prevalensi gangguan jiwa berat di Indonesia adalah 1,7%. Prevalensi

tertinggi terdapat di Provinsi Aceh dan DI Yogyakarta (2,7%), kemudian

prevalensi terendah terdapat di Provinsi Kalimantan Barat (0,7%). Provinsi

Riau dengan prevalensi 2,3 %. Provinsi Riau menduduki peringkat ke 24 dari

34 provinsi di Indonesia dengan masalah gangguan jiwa berat dengan

prevalensi 6,2/1000 penduduk, adapun jumlah prevelensi skizofrenia

halusinasi pendengaran sebesar 10/1000 penduduk. Berdasarkan data Profil

Kesehatan Provinsi Riau pada tahun 2021, kasus gangguan jiwa di RSJ

Tampan Pekanbaru, dalam catatan rekam medis skizofrenia masuk pada

peringkat 10 besar diagnosa medis pada klien. Skizofrenia hebrefenik berada

pada nomor satu dengan jumlah terbanyak di ruang rawat inap, yaitu 14.426

orang. Sedangkan pada urutan kedua dengan skizofrenia paranoid yang

berjumlah 2.249 orang pasien (Catatan rekam medis RSJ Tampan Pekanbaru,

2021).

Kasus halusinasi pada tahun 2022 di RSJ Tampan Pekanbaru, dalam

catatan rekam medis diagnosa keperawatan halusinasi masuk peringkat 1

yaitu 63,9% dari diagnosa keperawatan lainnya. Halusinasi berada pada

nomor satu dengan jumlah 4.223 orang pasien. Dari data rekam medis

tersebut maka diagnosa keperawatan halusinasi menjadi diagnosa

keperawatan yang paling banyak ditemukan di 24 ruang rawat inap dan jika

dirata-rata di setiap ruangan kurang lebih 31 orang pasien yang mengalami

halusinasi (Catatan rekam medis RSJ Tampan Pekanbaru, 2022). Berdasarkan

data bulan juni tahun 2023 dari 119 klien di ruangan mandau 2 RS Jiwa
3

Tampan Pekanbaru 0% mengalami waham, 0,84% isolasi sosial, 7,56%

diantaranya mengalami risiko bunuh diri, 15,96% mengalami harga diri

rendah, 16,80% mengalami defisit perawatan diri dan 94,95% diantaranya

mengalami halusinasi.

Halusinasi terbagi menjadi lima jenis yaitu halusinasi pendengaran,

halusinasi pengelihatan, halusinasi pencium, halusinasi pengecap dan

halusinasi perabaan. Meskipun jenisnya bervariasi tetapi sebagian besar klien

dengan halusinasi pendengaran yang mencapai kurang dari 70% nya,

sedangkan halusinasi penglihatan menduduki peringakat kedua dengan rata-

rata 20% sementara jenis halusinasi yang lain yaitu halusinasi pengecapan,

penghidung, perabaan hanya meliputi 10% (Direja, 2019).

Halusinasi pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang tidak

berhubungan dengan nyata yang orang lain tidak mendengarnya (Dermawan

dan Rusdi, 2013). Sedangkan menurut (Kusumawati,2010) halusinasi

pendengaran adalah klien mendengar suara-suara yang jelas maupun tidak

jelas, dimana suara tersebut biasa mengajak klien berbicara atau melakukan

sesuatu. Dampak yang dapat ditimbulkan oleh pasien yang mengalami

halusinasi pendengaran adalah kehilangan kontrol dirinya. Pasien mengalami

panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasinya. Dalam situasi ini

pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh orang lain

(homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak yang

ditimbulkan dari halusinasi, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat,


4

penatalaksanaan halusinasi salah satunya menggunakan terapi generalis dan

okupasi menggambar.

Terapi generalis merupakan salah satu jenis intervensi dalam terapi

modalitas dalam bentuk standar asuhan keperwatan yaitu SP1 menghardik

halusinasi, SP 2 menggunakan obat secara teratur, SP 3 Bercakap cakap

dengan orang lain, SP 4 Melakukan aktivitas terjadwal. Sedangkan terapi

menggambar merupakan terapi yang menggunakan media seni untuk

berkomunikasi. Media seni dapat berupa pensil, kapur bewarna, warna, cat,

potongan- potongan kertas dan tanah liat. Terapi menggambar memiliki

tujuan untuk mengekspresikan perasaan, emosi, dan memusatkan perhatian.

(Ramadhani, , et al, 2019).

Dalam penelitian (Livana et al, 2020) bahwa terapi generalis yang

diberikan telah memenuhi standar asuhan keperawatan dan mampu

meningkatkan kemampuan pasien dalam mengontrol halusinasi yang

dialaminya. Pemberian asuhan keperawatan seharusnya dilakukan secara

berkelanjutan karena semakin sering diberikan perawatan maka klien semakin

mampu untuk mengontrol halusinasinya (Widuri, 2016).

SP 1 terapi menghardik terbukti ampuh untuk mengontrol halusinasi pada

pasien dengan dilakukan pada 3x pertemuan dari hasil evaluasi pasien dapat

mengulangi, mengontrol gejala halusinasinya. Sesuai dengan hasil penelitian

Hapsari & Azhari (2020) dari 2 subjek yang dilakukan terapi menghardik

mengalami penurunan dari halusinasi sedang menjadi ringan. SP 2 cara

mengontrol halusinasi dengan minum obat dilakukan dalam 3x pertemuan


5

sangat berpengaruh terhadap halusinasi karena dapat membuat pasien lebih

nyenyak tidur dan mengurangi halusinasinya. Sejalan dengan pendapat dari

Astuti, Susilo & Putra (2017), bahwa kepatuhan seseorang dalam minum obat

sangat mempengaruhi kekambuhan halusinasi pada pasien skizofrenia dengan

halusinasi.

SP 3 mengontrol halusinasi dengan bercakap cakap dapat mengurangi

halusinasi yang dirasakan oleh klien hal ini sejalan dengan pendapat dari

Patimah (2021) bahwa klien dapat mengendalikan halusinasi dengan terapi

bercakap cakap setelah dilakukan 3x pertemuan dengan kegiatan bercakap

cakap diulangi 1-2x dalam sehari dengan durasi 10-15 menit. Menurut

Kusumawaty, Yunike & Gani (2021), bahwa melatih klien dengan bercakap

cakap dilakukan secara berkesinambungan agar kemampuan adaptasi klien

dapat ditingkatkan lagi. SP 4 pasien mengontrol halusinasi dengan melakukan

aktivitas harian dilakukan dalam 1x pertemuan Melakukan aktivitas harian

harus dilakukan secara terus menerus oleh pasien agar dapat beradapatasi

sehingga mampu mengontrol halusinasinya sejalan dengan pendapat dari

Suhermi, Ramli & Caing (2021) bahwa setelah diberikan terapi aktivitas

harian selama 30 hari dan rutin dilakukan oleh klien didapatkan 100% dari 20

orang responden pulih dari halusinasinya. Pemberian asuhan keperawatan

seharusnya dilakukan secara berkelanjutan karena semakin sering diberikan

perawatan maka klien semakin mampu untuk mengontrol halusinasinya

(Widuri, 2016)
6

Terapi menggambar juga merupakan salah satu penanganan halusinasi

pendengaran. Terapi menggambar merangsang otak dalam mengendalikan

proses produksi noripinefrin dan beta endorfin agar seimbang yang akan

memberikan energi lebih kepada tubuh untuk perbaikan mood. Adanya

perbaikan mood yang terlihat dari terdapatnya peningkatan kemampuan

koping diri dan kemampuan bersosialisasi responden dipengaruhi oleh

meningkatnya produksi serotonin dalam tubuh sebagai regulator perasaan

(Juma’adil 2018). Menggambar sebagai terapi ialah suatu kegiatan terapeutik

yang menggunakan proses kreatif, penggunaan serta pencampuran ataupun

pemilihan warna dalam media gambar ataupun kertas akan menciptakan efek

yang menyenangkan disaat orang menggambar, terapi ini disebut sebagai

symbolic speech yang merupakan bentuk komunikasi dari alam bawah

sadarnya bahwa kata- kata bisa disalurkan melalui aktivitas menggambar

sehingga terdapat perbaikan dalam aspek kognitif, afektif serta psikomotorik

(Furyanti & Sukaesti , 2017).

Tujuan dari kegiatan menggambar adalah untuk meminimalkan interaksi

klien dengan dunianya, mengungkapkan pikiran, perasaan dan emosi yang

berpengaruh terhadap perilaku, memberi motivasi dan kebahagiaan,

menghibur dan mengalihkan perhatian pasien, sehingga perhatian tidak

terfokus. pada halusinasinya (Candra, 2017). Pemberian terapi menggambar

dapat efektif untuk mengontrol haIusinasi jika diberikan secara teratur karena

saat melakukan karya yang melibatkan kreatifitas, emosi dan pikiran yang

terpendam akan terealisasi sehingga akan menjadi jelas akar permasalahnnya


7

karena terbacanya simbol dari karya itu memiliki makna yang berhubungan

dengan apa yang sedang dihadapi oleh pasien (Sari, 2018).

Berdasarkan pengkajian peneliti di ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa

Tampan Pekanbaru terhadap pasien Tn. RS dengan diagnosa Halusinasi

Pendengaran, pasien berusia 26 tahun, beragama Islam. Masuk ruang

perawatan pada tanggal 27 Mei 2023 diantar oleh keluarga dengan alasan

sering teriak-teriak dirumah, gelisah sejak 1 bulan, mengamuk, susah tidur,

dan sering mendengar suara-suara, tertawa sendiri,merusak barang dirumah,

sudah putus obat selama 2 bulan. Tn RS sebelumnya sudah pernah dibawa

berobat ke Rumah Sakit Awal Bross tapi tidak ada perubahan. Sekarang,

pasien berada di ruang perawatan, klien dalam keadaan tenang dan dapat di

ajak berbicara secara kooperatif. Hasil pengamatan diperoleh 5 tanda dan

gejala halusinasi yaitu klien mengatakan masih mendengar suara bisikan,

masih merasa kesal saat mendengar suara tersebut, menunjukkan perilaku

seolah mendengar sesuatu dengan mengarahkan telinga ke arah tertentu,

respon tidak sesuai, mondar – mandir. Intervensi yang sudah dilakukan oleh

petugas kesehatan RSJ untuk mengontrol halusinasi yaitu minum obat secara

teratur, latihan cara menghardik, latihan cara bercakap-cakap, dan latihan

dengan melakukan aktivitas sehari-hari. Salah satu implementasi terapi yang

peneliti lakukan untuk mengendalikan halusinasi yaitu terapi menghardik

dengan menutup telinga tujuan untuk mengalihkan telinga pasien dan

menghentikan suara bisikan dengan durasi 10-15 menit. Berdasarkan hasil

observasi Tn.RS mengalami penurunan tingkat halusinasi dengar, hal ini


8

dikarenakan pada saat menutup telinga Tn.RS menjadi lebih fokus dan

berkonsentrasi pada halusinasinya. Tehnik menghardik merupakan melatih

pasien untuk mengontrol halusinasinya. Hal ini juga dilakukan dengan tujuan

untuk mengalihkan telinga pasien dan menghentikan suara bisikan. Peneliti

dan perawat ruangan juga berkolaborasi melakukan terapi menggambar

kepada Tn. RS. Terapi menggambar secara rutin dan terjadwal dalam

kegiatan harian agar membuatnya tidak akan terfokus pada halusinasi yang

dialami sehingga gejala halusinasi dapat berkurang dan terkontrol. Pada

pertemuan pertama Tn.RS menggambar rumah, mobil, jam dan bank. Makna

gambar menurut klien yaitu ingin memiliki rumah sendiri, mobil sendiri,

harus ingat waktu dan ingin menabung uang yang banyak. Gejala halusinasi

pada Tn.RS setelah diberikan terapi menggambar, pasien mampu melakukan

aktivitas dengan baik pada saat pelaksanaan terapi.

Berdasarkan uraian tersebut, peneliti tertarik melakukan Penerapan Terapi

Generalis Dan Terapi Khusus Menggambar Bebas Kepada Tn R Dengan

Halusinasi Pendengaran Di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2023

B. Rumusan Masalah

BerdasarkanRuraian masalah pada latar belakangJyang dikemukakan,

maka Grumusan Jmasalah Jdalam Kpenelitian Gini Yadalah “bagaimana

Penerapan Terapi Generalis Dan Terapi Khusus Menggambar Bebas Kepada

Tn R Dengan Halusinasi Pendengaran Di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa

Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2023?”


9

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan jiwa tentang Penerapan Terapi

Generalis dan Terapi Khusus Menggambar Bebas Kepada Tn R dengan

Halusinasi Pendengaran di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan

Kota Pekanbaru Tahun 2023.

2. Tujuan Khusus

a. Melakukan pengkajian pada Tn. RS dengan Halusinasi Pendengaran

di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan Kota Pekanbaru

Tahun 2023.

b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada Tn. RS dengan Halusinasi

Pendengaran di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2023.

c. Menyusun rencana tindakan pada Tn. RS dengan Halusinasi

Pendengaran di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2023.

d. Melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien Tn. RS dengan

Halusinasi Pendengaran di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa

Tampan Kota Pekanbaru Tahun 2023.

e. Melakukan evaluasi keperawatan pada Tn. RS dengan Halusinasi

Pendengaran di Ruang Mandau 2 Rumah Sakit Jiwa Tampan Kota

Pekanbaru Tahun 2023.


10

f. Memaparkan hasil analisa inovasi keperawatan yaitu sebelum dan

sesudah tindakan yang dilakukan pada pasien.

D. Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti

Studi kasus ini dapat menggambarkan dan menambah wawasan ilmu

pengetahuan serta kemampuan penulis, disamping itu dapat

memberikan pengalaman dalam asuhan keperawatan pada klien

dengan halusinasi.

2. Bagi RSJ Tampan Pekanbaru

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran, wawasan

serta informasi bagi perawat dalam menerapkan asuhan keperawatan

pada klien dengan halusinasi.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Studi kasus ini diharapkan dapat memberikan gambaran dan wawasan

untuk pengembangan ilmu pengetahuan dalam asuhan pada klien

dengan halusinasi.
11

E. Keaslian Penulis

Penulisan karya ilmiah Ners ini mengacu pada penelitian yang telah

dilakuakan oleh :

1. Novi Purwanti dengan judul penatalaksanaan Terapi Aktivitas

Kelompok Menggambar Bebas Pada Pasien Halusinasi Pendengaran di

RSJD Surakarta

2. Audria Wulandari dengan judul Analisis Intervensi Melatih Cara

Menghardik pada Pasien Halusinasi Pendengaran di Rumah Sakit Jiwa

Dr.Soeharto Heerdjan

3. Anna Asal dengan judul Penerapan Terapi Generalis Sp 1-4 Dengan

Masalah Halusinasi Pendengaran Pada Penderita Skizofrenia di Ruang

Rawat Inap Sibual-Buali.

Anda mungkin juga menyukai