DENGAN
HALUSINASI DAN EVIDENCE BASED PRACTICE EXPRESSIVE
WRITING THERAPY TERHADAP PENURUNAN HALUSINASI
OLEH:
YURLAILAN
NIM: 22131300
A. Latar Belakang
wajar atau tumpul, gangguan kognitif (tidak mampu berfikir abstrak) serta
rangsangan eksternal (dunia luar) sehingga tanpa adanya suatu objek atau
rangsangan yang nyata klien dapat memberikan suatu persepsi atau pendapat
tentang lingkungan.
dasar dalam kenyataan, terjadi gangguan persepsi sensori tentang stimulus eksternal
tanpa adanya stimulus dari luar yang tidak mempunyai dasar kenyataan (Varcarolis,
2017). Halusinasi adalah persepsi yang salah atau palsu tetapi tidak ada rangsangan
yang menimbulkannya (tidak ada objeknya) misalnya, merasa melihat orang yang
akan memukul, padahal tidak ada seorang pun disekitarnya, sekalipun tidak nyata,
tetapi bagi penderita gangguan jiwa, halusinasi dapat dirasakan sebagai sesuatu yang
dari 530 juta penderita gangguan jiwa ditemukan di dunia. Studi World Bank di
Institute Of Mental Health gangguan jiwa mencapai 15% dari penyakit secara
diperkirakan sekitar 50 juta atau 25% dari 220 juta penduduk mengalami
berat di Indonesia pada tahun 2013 sebanyak 1,7% permil penduduk dan
meningkat menjadi 7% permil pada tahun 2018. Gangguan jiwa berat terbanyak
yaitu Bali sebesar 11%, DIY sebesar 10%, sementara Aceh, Jawa Tengah,
(Riskesda, 2018).
orang yang pernah ditemukan 37,7% . Depkes RI (2019) sekitar 50% dari 220 juta
persepsi perilaku kekerasan sebanyak 8922 orang (61%), halusinasi sebanyak 1823
orang (12%), isolasi sosial sebanyak 1799 orang (12%), waham sebanyak 902
orang (6%), harga diri rendah sebanyak 647 orang (5%), defisit perawatan diri
sebanyak 466 orang (3%) dan resiko bunuh diri sebanyak 194 orang (1%) (Profile
Bentuk halusinasi ini bisa berupa suara-suara yang bising atau mendengung, tapi
yang paling sering berupa kata-kata yang tersusun dalam bentuk kalimat yang
(Nasution, 2019). Sensori dan persepsi yang dialami pasien tidak bersumber dari
kehidupan nyata. Pada umumnya pasien mendengar suara-suara yang
membicarakan mengenai keadaan pasien atau yang dialamatkan pada pasien itu
(Ilham, 2020).
Menurut Yosep (2015), halusinasi terdiri dari empat tahap yaitu tahap satu
Jika terus berlanjut, halusinasi menjadi menakutkan dan pasien harus mengikuti
perintah halusinasi yang dirasakannya. Hal ini akan berakibat buruk dan pasien
2013). Meskipun jenisnya bervariasi, tetapi sebagian besar klien dengan halusinasi
atau dari luar individu. Suara yang didengar klien dapat dikenalinya, suara dapat
tunggal ataupun multiple atau bisa juga semacam bunyi bukan suara yang
mengandung arti. Isi suara dapat berupa suatu perintah tentang perilaku klien
sendiri dan klien sendiri merasa yakin bahwa suara ini ada (Trimelia dalam Rabba,
2014). Klien yang mengalami halusinasi pendengaran seperti ini disebabkan oleh
(Muhith, 2015).
halusinasi biasanya sulit mengontrol halusinasi karena tidak patuh minum obat,
kontrol berulang tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditentukan serta kurangnya
klien gangguan jiwa dengan halusinasi beraneka ragam, diantaranya ada dukungan
(Maramis, 2019).
Expressive writing therapy termasuk salah satu intervensi. Teknik ini diyakini
mampu mengungkap atau menggambarkan pengalaman hidup penulis pada masa lalu,
sekarang atau masa depan. Melalui Expressive writing therapy gambaran-gambaran
tentang pengalaman hidup seseorang dapat terungkap melalui tulisan-tulisan yang dibuat.
Expressive Writing dianggap mampu mereduksi stres karena saat individu berhasil
tangan maka individu tersebut dapat mulai merubah sikap, meningkatkan kreativitas,
Teknik menulis ekspresif ini pada dasarnya sama-sama memakai buku, jurnal atau
buku diary pribadi dan blog. Beberapa penelitian berbeda dalam penggunaan durasi menulis,
karena setiap kasus memiliki tingkat kedalaman masalah yang berbeda, sehingga dibutuhkan
cara dan durasi yang berbeda, untuk proses terapi kurang lebih dibutuhkan waktu 10-30 menit
dalam proses menulis ekspresif. Menurut teori awalnya Subyek diminta untuk masuk ke dalam
ruangan dan diminta untuk menulis tentang bagaimana Subyek menggunakan waktunya
orang-orang disekitarnya, tentang masa lalu, masa sekarang dan impiannya hingga konflik
pribadinya.
HB. Sa’anin Padang, didapatkan data 1 pasien halusinasi yang sulit mengontrol
halusinasi pada klien gangguan jiwa di Poliklinik RSJ. Prof HB Sa’anin Padang
Tahun 2019.
Berdasarkan uraian diatas banyaknya prevalensi pasien perilaku kekerasan
maka peneliti tertarik untuk membuat suatu karya ilmiah ners dengan judul
Halusinasi”.
B. Rumusan Masalah
bagaimana Analisis Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn……. Dengan Halusinasi Dan
Halusinasi?”
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Penurunan Halusinasi
b. Mampu menentukan diagnosa keperawatan Pada Tn…… Dengan
Halusinasi\
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Karya Ilmiah ini diharapkan dapat mengembangkan pengetahuan dalam
2. Manfaat Praktis
a. Bagi penulis
Writing Therapy.
d. Bagi Masyarakat
A. Konsep Halusinasi
1. Pengertian Skizofrenia
dengan sikap yang tidak dapat diterima secara sosial (Farida, 2010).
dan perilaku yang aneh dan terganggu. Gejala skizofrenia dibagi dalam dua
kategori utama yaitu skizofrenia positif atau gejala nyata, yang mencakup waham,
halusinasi dan diagnosis bicara, dan perilaku yang tidak teratur serta gejala
skizofrenia negatif atau gejala samar, seperti efek datar, tidak memiliki kemauan,
2. Pengertian Halusinasi
serta pola stimulus yang datang (baik dari dalam maupun dari luar) tidak
stimulus tersebut baik respons yang berlebihan maupun yang kurang memadai
(Townsend, 2010).
a. Faktor Predisposisi
1) Biologis
kontribusi genetik tambahan no 4,8,15 dan 22. Pada anak yang kedua
serotin.
kondisi seperti ini pada saat dewasa (25 tahun) mengalami pembesaran
ventrikel otak dan atrofi kortek otak. Anak yang dilahirkan dalam
pernapasan.
d) Nutrisi : adanya riwayat gangguan nutrisi ditandai dengan penurunan
fisiologi ota
b. Psikologis
suplay oksigen terganggu dan glukosa sehingga fungsi kognitif sejak kecil
menutup diri.
5) Konsep diri : adanya riwayat ideal diri yang tidak realistis, identitas diri
tak jelas, harga diri rendah, krisis peran dan gambaran diri negatif.
sosial, latar belakang budaya, agama dan keyakinan, peran sosial dan
pengalaman sosial.
c. Merasa gagal
f. Merasa malang
g. Bertindak tidak seperti orang lain dari segi usia maupun kebudayaan
i. Perilaku kekerasan
6. Jenis Halusinasi
mendenging atau suara bising yang tidak mempunyai arti tetapi lebih
mengerikan.
c. Halusinasi penciuman :ini berupa mencium sesuatu bau tertentu dirasakan
kombinasi moral.
e. Halusinasi perabaan : merasa diraba, disentuh ditiup atau seperti ada ulat
yang bergerak dibawah kulit. Terutama pada keadaan delirium toksis dan
skizofrenia.
organ
7. Tahapan Halusinasi
8. Psikopatologi
Proses terjadinya halusinasi diawali dari atau dengan orang yang
lingkungan atau stimulasi eksternal (Yosep, 2011). Pada fase awal masalah itu
dikontrol bila kecemasan dapat diatur. Pada fase ini klien cendrung merasa
diri. Pada fase controlling klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya
perintahnya.
Gambar 2.1
Psikopatologis, Neurobologi
Faktor Predisposisi
Construtive Destructive
Rentang Respon
(2015) meliputi :
1. Respon Adaptif
akal
kenyataan
terhadap rangsangan
e. isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu karena
9. Penatalaksanaan Halusinasi
a. Farmakologi
proses pikir.
dopamine.
ansietas, irritabilitas.
b. Terapi Psikososial
cara berdiskusi dengan klien tentang isi halusinasi (apa yang di dengar
halusinasi muncul.
(4) Jelas cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat,
orang lain. Ketika klien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi
yang dilakukan dengan orang lain tersebut, sehingga salah satu cara yang
orang lain.
Contoh genogram:
Skema 2.2
Keterangan:
: Laki-laki
: Perempuan
: Laki-laki atau perempuan yang sudah meninggal
: Pasien
: Orang yang tinggal serumah dengan klien
2) Konsep diri
a) Citra tubuh
Biasanya ada anggota tubuh Pasien yang tidak disukai Pasien
yang mempengaruhi keadaan Pasien saat berhubungan dengan
orang lain sehingga Pasien merasa terhina, diejek dengan
kondisinya tersebut.
b) Identitas
Biasanya pada pasien dengan prilaku kekerasan tidak puas
dengan pekerjaannya, tidak puas dengan statusnya, baik disekolah,
tempat kerja dan dalam lingkungan tempat ia tinggal, pasien
mengalami putus sekolah, di PHK dari pekerjaannya.
c) Peran diri
Biasanya pasien memiliki masalah dengan peran atau tugas
yang diembannya dalam keluarga, kelompok atau masyarakat dan
biasanya pasien tidak mampu melaksanakan tugas dan peran
tersebut, pasien biasanya mengalami krisis peran.
d) Ideal diri
Biasanya pasien memilki harapan yang tinggi terhadap tubuh,
posisi dan perannya baik dalam keluarga, sekolah, tempat kerja dan
masyarakat.Pasien berharap untuk kesembuhan agar bisa pulang
dari rumah sakit dan bertemu dengan keluarga, dan berharap bisa
diterima kembali dilingkungan masyarakat.
e) Harga diri
Biasanya hubungan Pasien dengan orang lain tidak baik,
penilaian dan penghargaan terhadap diri dan kehidupannya yang
selalu mengarah pada penghinaan dan penolakan. Biasanya ada
perasaan malu terhadap kondisi tubuh / diri, tidak punya pekerjaan,
status perkawinan, muncul perasaan tidak berguna, kecewa karena
belum bisa pulang / bertemu keluarga.
2. Hubungan sosial
(a) Orang yang terdekat
Biasanya ada ungkapan tempat pasien berkeluh kesah, bercerita
dan tempat mengadu.
(b) Peran serta dalam kegiatan kelompok
Biasanya baik dirumah maupun dirumah sakit pasien tidak mau
mengikuti kegiatan / aktivitas.
(c) Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain/tingkat
keterlibatan klien dalam hubungan masyarakat
Biasanya pasien melaporkan kesulitan memulai pembicaraan
dengan orang lain.
3. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan
Biasanya Pasien mengatakan bahwa dia tidak mengalami gangguan
jiwa.
2. Kegiatan ibadah
Biasanya dalam selama sakit Pasien jarang melakukan ibadah.
4. Status mental
1) Penampilan
Biasanya penampilan pasien kotor, tidak rapi, rambut acak-acakan,
kuku kotor, gigi kuning, pakaian tidak diganti.
2) Pembicaraan
Biasanya pada pasien prilaku kekerasan pada saat dilakukan
pengkajian bicara cepat, keras, kasar, nada tinggi dan mudah
tersinggung.
3) Aktivitas motorik
Biasanya aktivitas motorik pasien dengan prilaku kekerasan akan
terlihat tegang, gelisah., gerakan otot muka berubah-ubah,
gemetar, tangan mengepal, dan rahang dengan kuat.
4) Alam perasaan
Biasanya akan merasa sedih dan menyesali apa yang telah
dilakukan.
5) Efek
Biasanya pasien mudah tersinggung dan sering marah-marah jika
keinginan tidak terpenuhi.
6) Interaksi selama wawancara
Biasanya Pasien dengan prilaku kekerasan akan terlihat
bermusuhan, tidak kooperatif, tidak mau menatap lawan bicara dan
mudah tersinggung.
7) Persepsi
Biasanya Pasien dengan prilaku kekerasan masih dapat menjawab
pertanyaan dengan jelas.
8) Proses fikir
Biasanya pasien mempunyai keyakinan berdasarkan penilaian
realistis, sirkumtansial (berbelit-belit).
9) Isi fikir
Biasanya Pasien meyakini dirinya tidak sakit, dan baik-baik saja.
10) Tingkat kesadaran
Biasanya Pasien prilaku kekerasan kadang tampak bingung,
orientasi tempat waktu dan orang sedikit terganggu.
11) Memori
Biasanya pasien diwaktu wawancara dapat mengingat kejadian
yang terjadi dan mengalami gangguan daya ingat jangka panjang.
12) Tidak Konsentrasi dan Berhitung
Biasanya pasien mengalami gangguan konsentrasi, pasien biasanya
mudah dialihkan, dan tidak mampu berhitung.
13) Kemampuan Penilaian
Biasanya pasien mempunyai gangguan kemampuan penilaian
seperti tidak mampu mengambil keputusan yang sederhana.
14) Daya tilik diri
Biasanya pasien mempunyai harapan menyadari penyakit yang
dideritanya.
i. Kebutuhan persiapan pulang
1) Makan
Biasanya pasien tidak mengalami perubahan makan, biasanya
pasien tidak mampu menyiapkan dan membersihkan tempat makan.
2) BAB/BAK
3) Mandi
Biasanya pasien jarang mandi, tidak menyikat gigi, jarang
mencuci rambut dan bercukur atau berhias.Badan pasien sangat bau
dan kotor, dan pasien hanya melakukan kebersihan diri jika disuruh.
4) Berpakaian/berhias
Biasanya pasien jarang mengganti pakaian, dan tidak mau
berdandan.Pasien tidak mampu mengenakan pakaian dengan sesuai
dan pasien tidak mengenakan alas kaki.
5) Istirahat dan tidur
Biasanya pasien tidak melakukan persiapan sebelum tidur,
seperti: menyikat gigi, cucui kaki, berdoa. Dan sesudah tidur
seperti: merapikan tempat tidur, mandi atau cuci muka dan
menyikat gigi. Frekuensi tidur pasien berubah-ubah, kadang
nyenyak dan kadang gaduh atau tidak tidur.
6) Penggunaan obat
Biasanya pasien mengatakan minum obat 3 kali sehari dan
pasien tidak mengetahui fungsi obat dan akibat jika putus minum
obat.
7) Pemeliharaan kesehatan
Biasanya pasien tidak memperhatikan kesehatannya, dan
tidak peduli tentang bagaimana cara yang baik untuk merawat
dirinya.
8) Aktifitas didalam rumah
Biasanya pasien mampu merencanakan, mengolah, dan
menyajikan makanan, merapikan rumah, mencuci pakaian sendiri
dan mengatur biaya sehari-hari.
j. Mekanisme koping
Biasanya pasien menggunakan respon maldaptif yang ditandai
dengan tingkah laku yang tidak terorganisir, marah-marah bila
keinginannya tidak terpenuhi, memukul anggota keluarganya, dan
merusak alat-alat rumah tangga.
k. Masalah psikologis dan lingkungan
Biasanya pasien merasa ditolak dan mengalami masalah
interaksi dengan lingkungan dan sering marah-marah tidak jelas.
l. Pengetahuan
Biasanya pasien dengan prilaku kekerasan kurang pengetahuan
tentang penyakitnya, dan pasien tidak mengetahui akibat dari putus
obat dan fungsi dari obat yang diminumnya.
m. Aspek Medik
Diagnosis medik : Skizoporanoid
Terapi medis : - Clor promanazine
- Haloperidol
n. Pohon masalah
Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat.
Masalah utama adalah prioritas masalah pasien dari beberapa masalah
yang dimiliki oleh pasien. Umumnya, masalah utama berkaitan erat
dengan alasan masuk atau keluhan utama. penyebab adalah salah satu
daribeberapa masalah pasien yang merupakan efek atau akibat dari
masalah utama (Trimelia, 2016).
a. Pohon masalah
Risiko perilaku kekerasan
1
5. Klien mampu
dengan orang lain
mengontrol halusinasi
Sp 4 : mengontrol halusinasi
dengan melakukan
kegiatan terjadwal. dengan melakukan kegiatan
terjadwal.
Perilaku Pasien mampu Setelah dilakukan pertemuan SP I pasien
kekerasan 1. Mengidentifikasi penyebab diharapkan pasien mampu 1. Mengidentifikasi Dengan mengenal
perilaku kekerasan, tanda 1. Menyebutkan jenis, isi, penyebab, tanda dan perilaku kekerasan
dan gejala perilaku waktu, frekuensi, situasi, gejala, perilaku pasien akan semakin
kekerasan, perilaku perasaan saat terjadi kekerasan yang mudah menyadari
kekerasan yang dilakukan, perilaku kekerasan. dilakukan, akibat perilaku kekerasan
serta akibat perilaku 2. Melatih pasien cara perilaku kekerasan yang muncul.
kekerasan, mengontrol cara mengontrol perilaku 2. Menjelaskan pasien cara Klien dapat
latihan fisik pasien PK kekerasan dengan latihan mengontrol perilaku melampiaskan emosi
fisik tarik nafas dalam dan kekerasan : fisik, obat, ke hal-hal yang tidak
pukul bantal. verbal, spiritual membahayakan diri
3. Membantu pasien sendiri, orang lain
mempraktekkan latihan maupun lingkungan.
cara mengontrol perilaku
kekerasan secara fisik :
2
tarik nafas dalam serta
pukul kasur dan bantal
4. Menganjurkan pasien
untuk memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik
2. Mengontrol perilaku Setelah dilakukan pertemuan SP II Penggunaan obat
kekerasan dengan cara diharapkan pasien mampu : 1. Mengevaluasi merupakan bagian
perilaku kekerasan dengan 1. Menyebutkan kegiatan kegiatan latihan fisik yang penting dalam
cara minum obat. yang telah dilakukan pasien. Beri pujian mengendalikan gejala
2. Mampu memperagakan 2. Melatih pasien cara perilaku kekerasan
cara tarik nafas dalam mengontrol perilaku dengan mengetahui
serta pukul kasur dan kekerasan dengan manfaat dan akibat
bantal obat (6 benar : jenis, tidak minum obat
guna, dosis, akan menumbuhkan
frekuensi, cara, motivasi pasien untuk
kontinuitas minum patuh minum obat
obat)
3. Membantu pasien
3
memasukkan pada
jadwal kegiatan
untuk latihan fisik
dan minum obat
4. Mengontrol perilaku Setelah dilakukan pertemuan SP III
kekerasan dengan cara diharapkan pasien mampu : 1. mengevaluasi kegiatan Menolak dan meminta
verbal (menolak dan 1. menyebutkan kegiatan latihan fisik, obat. Beri serta mengungkapkan
meminta dengan baik, yang sudah dilakukan pujian perasaan dengan baik
mengungkapkan 2. membuat jadwal kegiatan 2. melatih pasien dengan dapat meminimalisir
perasaan dengan baik) sehari-hari dan mampu cara mengontrol perilaku munculnya perilaku
memperagakan kekerasan dengan verbal kekerasan
mambantu pasien untuk
memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum obat
dan verbal
5. Mengontrol perilaku Setelah dilakukan pertemuan SP IV pasien Mendekatkan diri
kekerasan dengan cara diharapkan pasien mampu : 1. mengevaluasi kegiatan pada penciptanya,
spiritual (shalat dan 1. menyebutkan kegiatan latihan pasien dengan Terapi asmaul husna
4
berdoa) yang sudah dilakukan fisik, obat, verbal dan
2. membuat jadwal kegiatan beri pujian
sehari-hari dan mampu 2. melatih pasien
melaksanakan kegiatan mengontrol perilaku
keagamaan kekerasan dengan cara
spiritual (2 kegiatan)
3. membantu pasien
memasukkan pada
jadwal kegiatan untuk
latihan fisik, minum
obat, verbal dan
spiritual.
Keluarga mampu : Setelah dilakukan pertemuan SP I keluarga Meningkatkan peran
1. Merawat dan terlibat dalam keluarga mampu menjelaskan 1. mendiskusikan masalah serta keluarga dalam
perawatan pasien baik tentang perilaku kekerasan. yang dirasakan keluarga merawat pasien
dirumah sakit maupun dalam merawat pasien perilaku kekerasan
dirumah, keluarga dengan perilaku
mengetahui pengertian kekerasan
perilaku kekerasan, tanda 2. menjelaskan pengertian
5
dan gejala perilaku perilaku kekerasan,
kekerasan, serta proses tanda dan gejala perilaku
terjadinya perilaku kekerasan, serta proses
kekerasan. terjadinya perilaku
kekerasan
3. menjelaskan cara
merawat pasien dengan
perilaku kekerasan
4. melatih keluarga satu
cara mengontrol pasien
dengan perilaku
kekerasan yaitu tarik
nafas dalam serta pukul
kasur dan bantal
5. menganjurkan keluarga
membantu pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian
pasien
6
2. keluarga mampu Setelah dilakukan pertemuan SP II Keluarga Meningkatkan peran
mengontrol obat pasien keluarga mampu mempraktekkan 1. mengevaluasi kegiatan serta keluarga dalam
secara teratur dan mengatur obat pasien keluarga dalam merawat/ pemberian obat pasien
melatih pasien dengan secara teratur.
cara fisik. Beri pujian
2. menjelaskan kepada
keluarga 6 benar cara
memberikan obat
3. melatih keluarga cara
memberikan/
membimbing minum
obat
4. menganjurkan keluarga
membantu pasien
memasukkan jadwal dan
beri pujian
3. keluarga mampu Setelah dilakukan pertemuan SP III Keluarga Meningkatkan peran
mengontrol perilaku keluarga mampu mempraktekkan 1. mengevaluasi kegiatan serta keluarga dalam
kekerasan pasien dengan kepada pasien cara bicara yang keluarga dalam merawat/ merawat pasien
7
cara bicara yang baik baik melatih pasien fisik dan dengan cara bicara
memberikan obat. Beri yang baik
pujian
2. melatih cara
membimbing dengan
cara bicara yang baik
3. melatih cara
membimbing dengan
kegiatan spiritual
4. menganjurkan keluarga
membantu pasien
memasukkan jadwal
kegiatan dan beri pujian
5. keluarga mampu follow-up Setelah dilakukan pertemuan SP IV Kleuarga Penyusun kegiatan
pasien setelah pulang keluarga mampu membuat jadwal C. mengevaluasi kegiatan secara teratur yang
aktivitas dirumah/ perencanaan keluarga dalam merawat, dapat meminimalisir
pulang pasien dan melaksanakan Melatih pasien dengan munculnya perilaku
follow-up pasien setelah pulang fisik, obat, bicara yang kekerasan kembali
baik dan kegiatan
8
spiritual
D. menjelaskan follow-up
ke RSJ/ PKM, tanda
kambuh dan rujukan
E. menganjurkan keluarga
membantu pasien
memasukkan jadwal
kegiatan dan beri pujian
HARGA DIRI Pasien Mampu: Setelah 1x pertemuan pasien SP 1 HDR 1. Kemampuan dan
RENDAH mampu: aspek positif yang
1. Mengidentifikasi Kemampuan 1. Mengidentifikasi
dimiliki pasien dapat
dan aspek positif yang dimiliki 1. Mengidentifikasi Kemampuan dan aspek
dilatih dan diharapkan
2. Menilai kemampuan yang Kemampuan dan aspek positif yang dimiliki pasien
dapat meningkatkan
masih dapat digunakan positif yang dimiliki 2. Membantu pasien menilai
harga diri pasien
3. Memilih/ menetapkan 2. Menilai kemampuan yang kemampuan yang masih
2. Dengan menilai
kemampuan yang akan dipilih masih dapat digunakan dapat digunakan
kemampuan yang
4. Melatih kemampuan yang di 3. Memilih/ menetapkan 3. Membantu pesian memilih/
masih bisa digunakan
pilih pasien kemampuan yang akan dipilih menetapkan kemampuan
dapat membantu
5. Melakukan kegiatan yang 4. Melatih kemampuan yang di yang akan dipilih
pasien dalam
9
sudah di latih sesuai dengan pilih pasien. 4. Melatih kemampuan yang meningkatkan harga
jadwal 5. Melakukan kegiatan yang di pilih pasien dirinya
sudah di latih sesuai dengan 5. Memberikan pujian 3. Membantu pasiean
jadwal terhadap keberhasilan dalam kegiatan yang
pasien dimiliki dengan benar
6. Menganjurkan pasien 4. Supaya pasien dapat
memasukan kedalam melakukan kegiatan/
jadwal kegiatan harian kemampuan yang
dimiliki dengan benar
5. Pujian dapat
meningkatkan harga
diri pasien
6. Supaya pasien dapat
melakukan
kemampuan yang
sudah dilatih sesuai
jadwal
10
Pasien mampu Setelah 1x pertemuan pasien SP 2 HDR 1. Pasien dapat
mampu: mengingat dan
1. Mengulagi kegiatan yang 1. Mengevaluasi jadwal
mengulangi
pertama yang dilatih dan berikan 1. Mampu mengulangi kegiatan kegiatan harian pasien (SP
kemampuan atau
pujian pertama yang dilatih dan 1)
kegiatan pertama yang
2. Memilih kegiatan yang kedua berikan pujian 2. Melatih kemampuan kedua
telah dilakukan serta
yang dipilih 2. Mampu memilih kegiatan Menganjurkan pasien
menghargai
3. Melatih kegiatan yang kedua kedua yang dipilih memasukan kedalam jadwal
kemampuan pasien
yaitu melap meja dan 3. Mampu melatih kegiatan kegiatan harian
yang telah dilakukan
merapikam meja makan (cara kedua yang dipilih yaitu
2. Pasien dapat lebih
dan alat). membersihkan meja dan
meningkatkan harga
4. Memasukan pada jadwal merapikam meja.
dirinya dengan
kegiatan untuk latihan : dua 4. Mampu Memasukan pada
memilih kemampuan
kegiatan masing-masing dua kali jadwal kegiatan untuk latihan
selanjutnya
: dua kegiatan masing-
3. Pasien dapat
masing dua kali
mengingat dan
mengulang kembali
11
kegiatan yang telah
dilakukan
Setelah 1x pertemuan pasien SP 3 HDR 1. Pasien dapat
mampu: mengingat dan
1. Mengevaluasi kegiatan
mengulangi
1. Mampu mengulangi kegiatan pertama dan kedua yng
kemampuan atau
pertama dan kedua yang telah dilatih (SP 1dan SP 2)
kegiatan pertama dan
dilatih dan berikan pujian dan beri pujian
kedua yang telah
2. Mampu memilih kegiatan 2. Bantu pasien memilih
dilakukan serta
ketiga yang dipilih kegiatan yang ketiga
menghargai
3. Mampu melatih kegiatan 3. Latih kegiatan ketiga yang
kemampuan pasien
ketiga yang dipilih yaitu dipilih yaitu menyapu yang
yang telah dilakukan
menyapu benar (cara dan alat)
2. Pasien dapat lebih
4. Mampu Memasukan pada 4. Memasukan pada jadwal
meningkatkan harga
jadwal kegiatan untuk latihan kegiatan untuk latihan : tiga
dirinya dengan
: tiga kegiatan masing- kegiatan masing-masing
memilih kemampuan
masing dua kali dua kali
selanjutnya
3. Pasien dapat
mengingat dan
12
mengulang kembali
kegiatan yang telah
dilakukan
Setelah 1x pertemuan pasien SP 4 1. Pasien dapat
mampu: mengingat dan
1. Mengevaluasi kegiatan
mengulangi
1. Mampu mengulangi kegiatan pertama, kedua dan ketiga
kemampuan atau
pertama, kedua dan ketiga yng telah dilatih (SP 1dan
kegiatan pertama,
yang dilatih dan berikan SP 2) dan beri pujian
kedua dan ketiga yang
pujian 2. Bantu pasien memilih
telah dilakukan serta
2. Mampu memilih kegiatan kegiatan yang keempat
menghargai
keempat yang dipilih 3. Latih kegiatan keempat
kemampuan pasien
3. Mampu melatih kegiatan yang dipilih yaitu mengepel
yang telah dilakukan
keempat yang dipilih yaitu yang benar (cara dan alat)
2. Pasien dapat lebih
mengepel 4. Memasukan pada jadwal
meningkatkan
kegiatan untuk latihan :
penegetahuannya
empat kegiatan masing-
dalam mekanisme
masing dua kali
koping yang lebih
baik dalam
13
meningkatkan harga
dirinya
3. Pasien dapat
mengingat dan
mengulang kembali
kegiatan yang telah
dilakukan
DEFISIT 1. Pasien mampu melakukan SP 1 Pasien DPD SP 1 Pasien DPD 1. Dengan diskusi
PERAWATAN kebersihan diri secara mandiri memberi kesadaran
Setelah 1x pertemuan pasien Diskusikan tentang kebersihan
DIRI (DPD) 2. Pasien mampu melakukan bahwa dirinya
mampu: diri dengan cara:
berhias atau berdandan secra memiliki sesuatu
baik 1. Mampu menjelaskan 1. Jelaskan pentingnya yang dapat
3. Pasien mampu melakukan pentingnya kebersihan diri kebersihan diri dibanggakan
makan dan minum dengan baik 2. Mampu melakukan cara 2. Cara menjaga kebersihan 2. Agar pasien
4. Pasien mampu melakukan merawat diri dengan diri mengetahui cara
defekasi atau berkemih secara kebersihan diri 3. Bantu pasien yang benar dalam
mandiri mempraktekkan cara menjaga kebersihan
menjaga kebersihan diri diri
4. Menganjurkan memasukan 3. Memberi motivasi
14
dalam jadwal kegiatan dan rasa tanggung
harian dan beri pujian jawab pada pasien
untuk melaksanakan
kegiatan dengan
teratur
SP 2 Pasien DPD SP 2 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
menilai sejauh mana
Setelah 1x pertemuan pasien 1. Mengevaluasi SP 1
kegiatan sudah
mampu: 2. Menjelaskan cara
dilaksanakan
berdandan dan berhias
1. Mampu menjelaskan 2. Agar pasien
3. Bantu pasien
pentingnya berdandan atau mengetahui cara
mempraktekkan cara
berhias berdandan atau
berdandan atau berhias
2. Mampu melakukan cara berhias dengan baik
dengan tindakan:
merawat diri dengan 3. Pasien mengetahui
a. Untuk pasien laki-laki
berdandan atau berhias cara berpakaian,
latihan:
menyisir rambut
1) Berpakaian
dengan benar
2) Menyisr rambut
memberikan motivasi
3) Bercukur
dan rasa tanggung
15
b. Untuk pasien jawab pada pasien
perempuan latuhan: untuk melaksanakan
1) Berpakaian kegiatan yang teratur
2) Menyisr rambut
3) Berhias
4. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian dan beri pujian.
SP 3 Pasien DPD SP 3 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
menilai sejauh mana
Setelah 1x pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan yang lalu
kegiatan sudah
mampu: (SP 1 dan Sp 2)
dilaksanakan
2. Jelaskan cara makan dan
1. Mampu menjelaskan 2. Dengan penjelasan
minum dengan baik
pentingnya makan dan dapat meningkatkan
3. bantu pasien
minum yang baik pemahaman pasien
mempraktekkan cara makan
2. mampu melakukan cara tentang cara makan
yang baik dengan tindakan:
merawat diri dengan makan dan minum yang baik
a. Menjelaskan cara
dan minum yang baik 3. Mampu
mempersiapkan makan
mempraktekkan dan
16
dan minum menjadikan makan
b. Menjelaskan cara dan minum yang baik
makan dan minum yang sebagai kegiatan yang
tertib dilakukan dengan
c. Menjelaskan cara teratur
merapikan peralatan Dengan jadwal
makan dan minum memberikan motivasi
setelah makan dan dan ras tanggung
minum jawab pada pasien
d. Praktekkan makan dan untuk melaksanakan
minum sesuai dengan kegiatan denga teratur
tahapan makan dan
minum yang baik
4. Menganjurkan memasukan
dalam jadwal kegiatan
harian dan beri pujian.
SP 4 Pasien DPD SP 4 Pasien DPD 1. Mengetahui atau
menilai sejauh mana
Setelah 1x pertemuan pasien 1. Evaluasi kegiatan yang
kegiatan sudah
17
mampu: lalu (SP 1, Sp 2 dan SP dilaksanakan
3) 2. Dengan penjelasan
1. Mampu menjelaskan
2. Jelaskan cara BAB dan dapat meningkatkan
pentingnya BAB dan BAK
BAK secara mendiri pemahaman pasien
secara mendiri
3. Bantu pasien tentang cara BAB dan
2. Mampu melakukan cara
mempraktekkan cara BAK secara mendiri
merawat diri dengan BAB
BAB dan BAK secara 3. Mampu
dan BAK secara mendiri
mendiri dengan mempraktekkan dan
tindakan: menjadikan BAB dan
a. Menjelaskan tempat BAK secara mendiri
BAB/BAK yang sebagai kegiatan yang
sesuai dilakukan dengan
b. Menjelaskan cara teratur
membersikan diri 4. Dengan jadwal
setelah BAB/BAK memberikan motivasi
c. Menjelaskan cara dan ras tanggung
membersikan jawab pada pasien
tempat BAB/BAK untuk melaksanakan
4. Menganjurkan kegiatan denga teratur
18
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
dan beri pujian.
Untuk keluarga
19
merawat kebersihan diri dirumah
5. menganjurkan membantu 3. meningkatkan
pasien sesuai jadwal dan pengetahuan dan
berikan pujian kemampuan keluarga
untuk mengenal
masalah yang dialami
klien
memberikan
pemahaman dan
meningkatkan
kemampuan cara-cara
merawat klien.
20
membantu pasien perawatan diri klien
berdandan dengan berdandan yang
3. menganjurkan membantu rapi dan bersih.
pasien sesuai jadwal dan
beri pujian
Setelah 1 x pertemuan keluarga SP 3 Keluarga DPD Dengan penyuluhan dapat
mampu: melibatkan keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan
dalam meningkatkan
Mempraktekkan cara merawat keluarga dalam merawat
kemampuan keluarga
pasien kurang perawatan diri dan melatih pasien dalan
untuk merawat klien
kebersihan diri dan
sehingga meningkatkan
berdandan
perawatan diri klien
2. Membimbing keluarga
dengan cara mengajarkan
membantu pasien makan
klien makan dan minum
dan minum yang baik
yang benar serta tidak
3. Menganjurkan membantu
berantakan.
pasien sesuai jadwal dan
beri pujian
21
Setelah pertemuan keluarga SP 4 Keluarga DPD Dengan penyuluhan dapat
mampu melaksanakan follow up melibatkan keluarga
1. Mengevaluasi kegiatan
pasien setelah pulang dalam meningkatkan
keluarga dalam merawat
kemampuan keluarga
dan melatih pasien dalan
untuk merawat klien
kebersihan diri, berdandan
sehingga meningkatkan
danmakan dan minum yang
perawatan diri klien
baik
dengan belajar toileting
2. Membimbing keluarga
dengan benar dan bersih.
merawat dan membantu
pasien BAB/BAK yang Menambah pengetahuan
baik keluarga untuk tetap
3. menjelaskan follow up ke kontrol kondisi klien
PKM, tanda kambuh, dan dengan follow up k
rujukan rumah sakit, puskesmas
4. Menganjurkan membantu atau PKM.
pasien sesuai jadwal dan
beri pujian
(Keliat, 2015)
22
23
61