Anda di halaman 1dari 21

PROPOSAL PENELITIAN

I. JUDUL PENELITIAN

HUBUNGAN KUALITAS TIDUR DENGAN GEJALA HALUSINASI

PENDENGARAN DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PROVINSI

SULAWESI - SELATAN

II. RUANG LINGKUP

DI RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH PRONVISI SULAWESI -

SELATAN

III. PENGDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Gangguan jiwa merupakan sindrome atau pola perilaku yang mempunyai

makna secara klinis memiliki hubungan dengan distress dan menimbulkan

gangguan satu atau lebih fungsi kehidupan manusia.(townsend, 2014)

World Health organization (WHO 2013) menyatakan setidaknya ada

satu dari empat orang di dunia mengalami masalah mental, dan masalah gangguan

kesehatan jiwa yang ada di seluruh dunia sudah menjadi maslah yang serius.

Dimana terdapat sekitar 35 juta orang terken depresi, 60 juta terkena bipolar 21

juta terkkena skizofernia, serta 47,5 juta terkena di mensi

Depertemen kesehatan republik Indonesia (Depkes) pada tahun 2014

menyatakan jumlah gangguan jiwa di Indonesia mencapai angka 2,5 juta dari

150 juta populasi orang dewasa di Indonesia, dan terdapat 1,74 juta orang

mengalami gangguan mental emosional.

Di Indonesia, jumlah penderita gangguan jiwa berat (psikosis/

skizofrenia) adalah 1,7 perseribu penduduk. Rumah sakit jiwa di Indonesia

1
menyatakan sekitar 70% halusinasi yang di alami oleh pasien gangguan jiwa

adalah halusinasi pendengaran 20% halusinasi penglihatan dan 10% adalah

halusinasi penciuman ,pengecapan dan perabaan.

Penderita gangguan jiwa di dunia di perkirakan akan semakin meningkat

seiring dengan kemajuan kehiduan masyarakat . hampir 400 juta penduduk dunia

menderita masalah gangguan jiwa , di antaranya skizofrenia yang merupakan

gangguan jiwa berat atau kronis, ssat ini di perkirakan 26 juta orang di dunia akan

mengalami skizofrenia,mengatakan lebih dari 90% pasien dengan skizofrenia

mengalami halusinasi, dan halusinasi yang sering terjadi adalah halusinasi

pendengaran,pengelihatan, halusinasi penciuman dan pengecapan

Prevalensi gangguan jiwa secara nasional mencapai 5,6% dari jumlah

pada setiap 1000 orang penduduk terdapat 5 orang menderita gangguan

jiwa,(Putra,Gumilar,Kusuma, Purnomo,& Basumerda,2018)

Data yang di peroleh dari RSKD provinsi Sulawesi- selatan, pasien yang

menderita halusinasi pada tahun 2015 sebanyak 8.237 orang,pada tahun 2016

sebanyak 7.853 orang,sedangkan pada tahun2017 jumlah penderita halusinasi

sebanyak 7.625 orang,(RSKD 2018)

Halusinasi adalah sebagai pengalaman yang salah satu persepsi yang

salah atau respon yang salah terhadap stimulasi sensorik. Suatu penyimpangan

persepsi palsu yang terjadi pada respon neurologis maladatif.

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, terangsang dan gelisah,

lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva

merah, mata perih,perhatikan terpecah pecah,sakit kepala dan sering menguap

atau mengantuk (Hidayat 2006)

2
Tidur merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena kualitas tidur yang

baik berperan penting untuk kesehatan dan kesejahteran seseorang, selain kualitas

tidur penting untuk meningkatkan tidur derajak kesehatan masyarakat. Kualitas

tidur yang buruk akan mendatangkan dampak yang negatif untuk tubuh

seseorang

.centers for disease control and prevention (CDC, 2017) menjelaskan

bahwa kurang tidur merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat, dengan

prevalensi gangguan tidur tidur laki laki 35,5% dan perempuan 34,85)

Hasil penelitian dari Penelitian baso Miranda c,. et al (2018)meyatakan

bahwa Aktivitas fisik diukur dengan International Physical Activity

Questionnaire, sedangkan kualitas tidur ditentukan melalui The Pittsburgh Sleep

Quality Index. Hubungan kedua variabel dianalisis menggunakan regresi logistik

sederhana. Seratus tiga belas (49,1%) pelajar memiliki aktivitas fisik yang cukup.

Sementara itu, 57% pelajar memiliki kualitas tidur yang cukup baik. Analisis

regresi menunjukan bahwa aktivitas fisik yang cuku meningkatkan odds kualitas

tidur yang baik sekitar 2,5 kali lebih besar. Aktivitas fisik berhubungan positif

dengan kualitas tidur remaja pelajar di SMAN 9 Manado

Hasil penelitian dari Penelitian susilaningsih is,. et al (2019)meyatakan

bahwa hasil ny. T melakukan teknik menghardik dengan meminta ny. T untuk

mendemonstrasikannya ny. T mampu mendekomendasikan dengan benar

kemudian penulis memberi reinforcement dengan mengacukan jempol dan

mengatakan “bagus sekali bu, bu t sudah bisamelakukan teknik menghardik

dengan benar.

3
B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas maka dapat dirumuskan

masalah sebagai berikut “apakah ada Hubungan kualitas tidur dengan gejala

halusinasi pendengaran di rumah sakit khusus daerah provinsi sulawesi- selatan ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk Mengetahui Hubungan kualitas tidur dengan gejala halusinasi

pendengaran di rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi – selatan ?

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui adanya hubungan kualitas tidur dengan gejala halusinasi di

rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi - selatan

b. Diketahui kualitas tidur pada pasien skizofrenia

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Ilmiah

Penelitian ini diharapkan dapat memperkaya ilmu pengetahuan dan

memberi sumbangan ilmu serta merupakan salah satu bahan bacaan bagi

peneliti selanjutnya.

2. Manfaat Institusi

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi institusi yang

terkait sebagai salah satu sumber informasi, bahan bacaan dan masukan serta

pengembangan ilmu pengetahuan di Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Makassar

3. Manfaat Praktis

Sebagai tambahan informasi mengenai hubungan kualitas tidur

dengan gejala halusinasi pendengaran di rumah sakit khusus daerah provinsi

Sulawesi – selatan

4
IV. TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan tentang gejalah halusinasi

1. Pengertian

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman

indera yang tidak terdpat stimulasi terhadap reseptornya.dimana hilangnya

suatu kemampuan individu dalam membedakan rangsangan internal

(pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) (kusumawati, 2010) dalam

susilaningsih et 2019

Halusinasi adalah sebagian pengalaman yang salah satu atau

persepsi yang salah atau respon yang slah satu terhadap stimulasi

sensorik.suatu penyimpanan persepsi palsu yang terjadi pada respon

neurologis maladatif seseorang sebenarnya mengalami penyimpangan

sensorik sebagai hal yang nyata dan meresponya.halusinasi dapat muncul

dari salah satu panca indra (stuart 2013)

Respon terhadap halusinasi dapat mendengar suara curiga,

khawatir, tidak mampu mengambil keputusan dapat membedakan nyata atau

tidak nyata.pasien halusinasi disebabkan karena fakror pola asuh,

perkembangan, neurobiology, psikologis sehingga menimbulkan gejala

halusinasi.seseorang yang mengalami halusinasi bicara sendiri, senyum

sendiri, tertawa sendiri, menarik diri orang lain, tidak dapat membedakan

nyata dan tidak nyata.(stuart, 2013)

Auditory verbal halusinasi (AVH) adalah suatu- suatu yang di

rasakan tanpa ada stimulasi eksternal. Dimana cenderung dapat

menyebabkan perilaku destruktif, seperti bunuh diri dan pembunuhan,

(dellazizzo et al.2018)

5
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang

ditandai dengan perubahan sensori persepsi ; merasakan sensasi palsu berupa

suara, penglihatan, pengecapan dan perabaan. Klien seakan stumulus yang

sebenarnya tidak ada. (Keliat)

2. Jenis Halusinasi ( Amin & Hardhi,2016).

a. Pendengaran

Mendengar suara atau kebisingan, paling sering suara orang.

Suara berbentuk kebisingan yang kurang jelas sampai kata-kata yang

jelas berbicara tentang klien, bahkan sampai pada percakapan lengkap

antara dua orang yang mengalami halusinasi.

b. Penglihatan

Melihat bayangan dalam bentuk kilatan cahaya, gambaran

geometris, gambar kartun, bayangan yang rumit atau kompleks.

Bayangan bias yang menyenangkan atau menakutkan seperti melihat

monster. Kejadian tersebut mengakibatkan kekuatan dan selalu

menunjuk-nunjuk kearah tertentu.

c. Penghidung

Membaui bau-bauan tertentu seperti bauh darah, urin dan feses

umumnya bau-bauan yang tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu

sering akibat stroke, tumor, kejang, atau dimensia.

d. Pengecapan

Merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses sehingga

sering meludah dan muntah.

6
e. Perabaan

Mengalami nyeri atau ketidaknyamanan tanpa stimulus yang

jelas. Rasa tersetrum listrik yang datang dari tanah, benda mati dan orang

lain, dan merasa ada serangga dipermukaan kulit.

3. Etiologi

Menurut Suart , faktor penyebab terjadinya Halusinasi adalah

a. Biologis

Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan

dengan respon neuroiologis yang maladaptif baru mulai dipahami. Ini

ditunjukkan oleh penelitian-penelitian yang berikut :

1) Penelitian pencitraan otak sudah menunjukkan keterlibatan otan yang

lebih luas dalam perkembangan Skizofrenia. Lesi pada daerah frontal,

temprontal dan limbik berhubungan dengan perilaku psikotik.

2) Beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neurotransmitter yang

berlebihan dan masalah-masalah pada system reseptor dopamin

dikaitkan dengan terjadinya Skizofrenia.

3) Pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukkan

terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia. Pada anatomi

otak klien dengan Skizofrenia kronis, ditemukan pelebaran lateral

ventrikel, atropi korteks bagian depan dan atropi otak kecil

(cerebellum). Temuan kelainan anatomi otak tersebut didukung oleh

otopsi (post-mortem).

b. Psikologis

Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi

respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang

7
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau

tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.

c. Sosial budaya

Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita

seperti : kemiskinan, konflik sosial budaya (prang, kerusakan, bencana

alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress

4. Etiologi halusinasi dapat di lihat dari 5 dimensi yaitu:

a. Dimensi fisik, yaitu manusia dibangun oleh sistem indra untuk

menanggapi rangsang ekternal yang diberikan oleh

lingkungannya.halusinasi dapat timbulkan oleh beberapa kondisi fisik

seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaan obat obatan, demam

hingga delirium, intoksikasi alcohol,dan kesulitan untuk tidur dalam

waktu yang lama.

b. Dimensi emosional yaitu perasaan cemas yang berlebihan atas dasar

problem yang tidak dapat di atas merupakan penyebab halusinasi itu

terjadi.isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan

menakutkan.

c. Dimensi intelektual yaitu menerangkan bahwa indivindu dengan

halusinasi akan memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada

awalnya, halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk melawan

impuls yang menekan, namun merupakan suatu hal yang

menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil seluruh perhatian

klien dan tak jarang akan mengontrol semua perilaku klien.

d. Dimensi sosial yaitu pada individu dengan halusinasi menunjukkan

adanya kecenderungan untuk menyendiri.individu asik dengan

8
halusinasinya,seolah olah ia merupakan tempat untuk memenuhi

kebutuhn akan interaksi sosisl, kontrol diri, dan harga diri yang tidak di

dapatkan dalam dunia nyata.

e. Dimensi spiritual yaitu manusia di ciptakan tuhan sebagai makhluk

sosial sehingga interaksi dengn manusia lainnya merupakan kebutuhan

yang mendasar individu yang mengalami halusinasi cenderung

menyendiri hingga proses di atas tidak terjadi, individu tidak sadar

dengan keberadaannya sehingga halusinasi menjadi sistem kontrol

dalam individu tersebut.

5. Tanda dan gejala halusinasi

Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution,

seseorang yang mengalami Halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-

gejala yang khas yaitu :

a. Tertawa yang tidak sesuai.

b. Menggerakan bibirnya tanpa menimbulkan suara.

c. Gerakan mata abnormal.

d. Respon verbal yang lambat.

e. Diam.

f. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.

g. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukan ansietas misalnya

peningkatan nadi, pernafasan dan tekanan darah.

h. Penyempitan kemampuan konsetrasi.

i. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.

j. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara Halusinasi

dan realisasi.

9
k. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Halusinasinya

dari pada menolaknya.

l. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.

m. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.

n. Berkeringat banyak.

o. Tremor.

p. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.

q. Perilaku menyerang teror seperti panik.

r. Sangat potensial Melakukan bunuh diri.

s. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi Halusinasi seperti amuk dan agitasi.

t. Menarik diri.

u. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.

v. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

Mekanisme koping yang sering di gunakan klien dengan halusinasi

adalah;

a. Regresi, menjadi malas beraktifitas sehari hari

b. Proyeksi, mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan

mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda

c. Menarik diri, sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimulus

internal( abdul muhith, 2015)

6. Penatalaksanaan (Tim Direktorat Keswa).

Penatalaksanaan pasien dengan gejala Halusinasi adalah dengan

pemberian obat-obatan dan tindakan lainnya, yaitu :

a. Psikofarmakologis obat-obatan yang lazim digunkan pada gejala

Halusinasi Pendengaran yang mempelajari efek obat pada perilaku

10
Manusia dan bagaimna efek ini terjadi melalui perubahan aktifitas neural

(saraf). Psikofarmakaologi mempelajari obat-obat khusus yang

dinamakan obat-obat psikotropik obat yang efeknya pada otak, yang

memiliki dampak terapeutik langsung pada proses mental (Maramis).

b. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)

c. Terapi Aktifitas Kelompok (TAK)

B. Tinjaunan kualitas tidur

1. Definisi

Tidur merupakan salah satu kebutuhan dasar seseorang yang wajib

dipenuhi serta memegang peranan penting dalam keberlangsungan aktivitas

sehari-hari seseorang. Tidur memiliki peran dalam fungsi homeostasis,

termoregulasi normal, penyimpanan energi, pengendalian emosi, dan

konsolidasi memori.Meskipun sekitar sepertiga waktu dari hidup kita

digunakan untuk tidur, terkadang seseorang lupa akan seberapa pentingnya

memiliki kualitas tidur yang baik. Kualitas tidur buruk yang berkepanjangan

akan bermanifestasi pada gangguan fisik, gangguan psikis, gangguan fungsi

kognitif dan gangguan fungsi neurobehavior seseorang dimana salah

satunya adalah memori kerja yang melambat. Tidur dapat mempengaruhi

memori seseorang dimana pada fase tidur REM terjadi proses plastisitas otak

yang teregulasi. Tidur REM dapat meningkatkan sintesis brain-derived

neurotrophic factor (BDNF) yang berperan sebagai regulator penting dalam

transmisi sinaps dan long term potentiantion (LTP) dari hipokampus dan

daerah otak lainnya.Tanpa tidur REM, rekoleksi informasi yang baru

diterima akan terganggu. Memori kerja dapat digambarkan sebagai sistem

memori yang terlibat dalam proses reasoning, pembelajaran, dan

11
pemahaman.Seseorang dengan gangguan memori kerja mengalami kesulitan

mengingat informasi yang baru saja diterima dan sering lupa akan kegiatan

yang sedang mereka lakukan atau kegiatan yang akan mereka kerjakan. Hal

ini dapat membuat seseorang cenderung memiliki perilaku inatentif serta

merasa dirinya kewalahan dan frustrasi.( Puspasari Shania et al, 2019)

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, terangsang dan

gelisah, lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak,

konjungtiva merah, mata perih,perhatikan terpecah pecah,sakit kepala dan

sering menguap atau mengantuk (Hidayat 2006)

Tidur merupakan proses fisiologis penting dalam kehidupan

manusia karena gangguan pada silkus tidur dapat berdampak serius pada

kesehatan (Lemma 2012) pola tidur yang buruk dapat berakibat kepada

gangguan fisiologis dan psikologi, dampak fisiologis meliputi penurunan

aktifitas sehari hari, rasa lelah, lemah, penurunan daya tahan tubuh (potter &

perry dalam sarfriyanda 2015)

Tidur merupakan kebutuhan setiap manusia. Karena kualitas tidur

yang baik berperan penting untuk kesehatan dan kesejahteran seseorang,

selain kualitas tidur penting untuk meningkatkan tidur derajak kesehatan

masyarakat. Kualitas tidur yang buruk akan mendatangkan dampak yang

negatif untuk tubuh seseorang

centers for disease control and prevention (CDC, 2017)

menjelaskan bahwa kurang tidur merupakan salah satu masalah kesehatan

masyarakat, dengan prevalensi gangguan tidur tidur laki laki 35,5% dan

perempuan 34,85)

12
Gangguan tidur merupakan suatu kumpulan kondisi yang dicirikan

dengan gangguan dalam jumlah, kualitas, waktu tidur pada seseorang

individu.

Gangguan kualitas tidur seseorang di pengaruhi oleh beberapa

faktor antara lain status kesehatan, lingkungan tidur, tingkat stress, umur,

gaya hidup, kelelahan, obat obatan kecanduan .(Haryono dkk 2016)

2. Tanda – Tanda Kekurangan Tidur

Tanda tanda kekurang tidur dapat di bedakan menjadi 2 yaitu

tanda fisik dan tanda psikologis. Menurut tinus 2011,

a. Tanda fisik yaitu akibat kekurangan tidur antara lain, ekspresi wajah

(area gelap di sekitar mata, bengkak di kelopak mata, konjungtiva

kemerahan dan mata terlihat cekung, kantuk yang berlebihan, tidak

mampu berkonsentrasi, dan terlihat tanda tanda keletihan.

b. Tanda tanda psikologis antara lain: menarik diri, apatis, merasa tidak

enak badan, malas, daya ingat menurun,bingung halusinasi penglihatan

dan kemampuan mengambil keputusan.

3. Kualitas Tidur Seseorang Dipengaruhi Oleh Beberapa Faktor Antaralain

a. Status kesehatan misalnya sakit gigi/sakit kepala, hal ini akan membuat

penderita untuk susah tidur dan kualitas/kuantitas tidur akan berkurang.

b. Penyakit fisik

c. fisiologis,

d. psikologis,

a. dan gaya hidup.

b. Obat-obatan

c. Gaya hidup

13
d. Stress emosional

e. Lingkungan, lingkungan tidur

f. Aktivitas fisik seperti Latihan dan kelelahan dapat mempengaruhi

kualitas dan kuantitas tidur seseorang karena keletihan akibat aktivitas

yang tinggi dapat memerlukan lebih bayak tidur untuk menjaga

keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Melakukan aktivitas fisik

dapat meningkatkan kualitas tidur seseorang. Latihan dan kelelahan

dapat mempengaruhi kualitas tidur seseorang karena keletihan akibat

aktivitas yang tinggi dapat memerlukan lebih banyak tidur untuk

menjaga keseimbangan energi yang telah dikeluarkan. Orang yang telah

melakukan aktivitas dan mencapai kelelahan maka orang tersebut akan

lebih cepat untuk dapat tidur karena tahap tidur gelombang lambatnya

(NREM) diperpendek (Uliyah & Hidayat, 2008). Selain itu, melakukan

aktivitas fisik dengan cara teratur juga bermanfaat dalam mengatur

sistem jantung, pembuluh darah dan berat badan, serta merupakan faktor

penting dalam pencegahan penyakit tidak menular (Kemenkes, 2013).

g. Umur

h. Alkohol

i. Nutrisi

j. Aktivitas spiritual sangatlah penting bagi kehidupan manusia, dengan

melakukan aktivitas spiritual maka akan memberikan rasa ketenangan

bagi diri dimana diri terbebas dari tekanan yang berkaitan dengan

pekerjaan, aktivitas rumah tangga, masalah pribadi, masalah keluarga,

hubungan dengan orang lain. Dengan melakukan aktivitas spiritual

14
membuat diri menjadi tenang, sehingga mudah untuk tertidur dan

kualitas/kuantitas tidur dapat terpenuhi

C. Tabel Sintesa Penelitian

Tebel
Sintesa Penelitian
No Judul penelitian Jenis Populasi dan sampel Hasil
penelitian
1 Kuantitatif siswa-siswi SMAN 9
HUBUNGAN Manado dengan Terdapat hubungan
ANTARA jumlah sampel antara aktivitas fisik
AKTIVITAS FISIK sebanyak 230 dengan kualitas tidur
DENGAN responden pada remaja di SMA
KUALITAS Negeri 9 Manado
TIDUR PADA
REMAJA DI SMA
NEGERI 9
MANADO
2 PENERAPAN deskriptif Sekitar 70% halusinasi Hasil: Ny.T melakukan
STRATEGI yang dialami adalah teknik menghardik
PELAKSANAAN: halusinasi dengan meminta Ny.T
TEKNIK pendengaran, 20% untuk
MENGHARDIK halusinasi penglihatan, mendemonstrasikannya.
PADA NY.T dan 10% adalah Ny.T mampu
DENGAN halusinasi penghidu, mendemonstrasikan
MASALAH pengecapan dan dengan benar.
HALUSINASI perabaan. Kemudian penulis
PENDENGARAN memberi reinforcement
dengan mengacungkan
jempol dan mengatakan
“bagus sekali Bu, Bu.T
sudah bisa melakukan
teknik menghardik
dengan benar”.

V. KERANGKA KONSEP

A. Dasar pemikiran Variable yang Di teliti

Kualitas tidur adalah kepuasan seseorang terhadap tidur, sehingga

seseorang tersebut tidak memperlihatkan perasaan lelah, terangsang dan gelisah,

lesu dan apatis, kehitaman di sekitar mata, kelopak mata bengkak, konjungtiva

15
merah, mata perih,perhatikan terpecah pecah,sakit kepala dan sering menguap

atau mengantuk

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera

yang tidak terdpat stimulasi terhadap reseptornya.dimana hilangnya suatu

kemampuan individu dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan

rangsangan eksternal (dunia luar)

B. Pola Pikir Varabel Yang Di Teliti

Variable Independen Variabel Dependen

GEJALA
KUALITAS TIDUR
HALUSINASI
PENDENGARAN
Keterangan:

: Variable Independen

: Variable Dependen

: Hubungan Antar Variabel

C. Definisi Operasional dan Kriteria Objektif

1. Kualitas Tidur

a. Definisi Operasional

Kualitas tidur adalah dimana merasakan kepuasaan terhadap tidur sehingga

seseorang mendapatkan kesegaran dan kebugaran saat terbangun dari

tidurnya.

b. Kriteria Obejektif

Kurang ; yaitu apabila kulitas tidurnya kurang dari 8 jam

Baik : yaitu apabila kualitas tidurnya sesuai dengan batas normal.

16
2. Gejala Halusinasi Pendengaran

a. Definisi Operasional

Halusinasi pendengaran adalah dimana terganggunya suatu pendengaran

seperti merasa sensasi palsu berupah suara.gejalanya seperti mendengar

suara tetapi tdk nyata ,

b. Kriteria Objektif

Bertambah gejala sama tidak bertambahnya gejala

Tidak bertambah:

Bertambah ;

D. Hipotensi Penelitian

Ada Hubungan Kualitas Tidur Pada Gejala Halusinasi Pendengaran Di Rumah

Sakit Khusus Daerah Provinsi Sulawesi -Selatan

VI. METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian analitik .dengan

menggunakan metode cross sectional dan tujuannya yakni untuk mengetahui

hubungan antar variable,dimana variable independen dan variable dependen

dengan di identifikasi pada satu waktu bersamaan.

B. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan di Rumah Sakit Khusus Daerah Porvinsi

Sulawesi Selatan.

2. Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan oktober 2019.

17
C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian yaitu pasien halusinasi pendengaran di

Rumah Sakit Khusus Daerah Porvinsi Sulawesi Selatan sebanyak ........

2. Sampel

Ada penelitian ini sampel di ambil dari jumlah pasien halusinasi

pendengaran yang berada di rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi

selatan

3. Teknik Pengambilan Sampel

Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah menggunakan

simple random sampling yaitu pengambilan sampel dengan cara acak tanpa

memperhatikan strata yang ada dalam anggota populasi. Cara ini dilakukan

bila anggota populasi dianggap homogen, sebagai contoh bila populasinya

homogen maka diambil secara random kemudian didapatkan sampel yang

representatif. Pengambilan data dilakukan lotre, namun apabila pengambilan

diberikan nomor urut tertentu maka disebut systematic random sampling

dimana pengambilan sampel penelitian ini mengunakan simple random

sampling

Dengan Rumus :

Perhitungan rumus besar sampel

N
𝑛 = 1+N (d)2

Keterangan :

n = Besar Sample

18
N = Jumlah Populasi

d² = Tingkat kemaknaan (0,05)

D. Pengumpulan Data

a. Data primer

Data yang di ambil dari responden dengan cara mengunakan

wawacara secara langsung dan dapat dilakukan apabila ingin tahu hal hal dari

responden secara mendalam di rumah sakit khusus daerah provinsi Sulawesi

selatan

b. Data sekunder

Data yang di peroleh dari evaluasi dan pelaporan dari rumah sakit

khusus daerah provinsi Sulawesi selatan.

E. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan manual menggunakan program SPSS

dengan laka sebagai berikut:

1. Selecting

Selecting merupakan pemilihan untuk mengidentifikasi data menurut katagori.

2. Editing

Editing dilakukan untuk meneliti setiap daftar pertanyaan yang sudah didi,

efiting meliputi kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian dan kontensi dari

setiap pengisian jawaban.

3. Coding

Coding merupakan tahap selanjurtnya dengan memberikan kode pada jawaban

dari klien tersebut

19
4. Tabulating

Setelah dilakukan kegiatan editing dan coding dilanjutkan dengan

mengelompokan data kedalam suatu kriteria menurut sifat-sifat yang dimiliki

sesuai dengan tujuan penelitian.

5. Alaysis

Setelah dilakukan pengumpulan data secara manual, data kemudian diolah

secara komputerisasi dengan menggunakan uji statistik yaitu analisis univarat

F. Analisis Data

Selanjutnya interpertasi data yang telah terkumpul mengunakan metode

data program SPSS data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah univariat.

Analisis univariat digunakan untuk menganalisis distribusi frekuensinya agar

dapat diketahui karakteristik dari subjek penelitian.

G. Penkajian Data

Data disajikan dalam bentuk tabel terbuka

H. Etika Penelitian

Melakukan penelitian perlu adanya rekomendasi dari pihat instikusi atas

pihat lain dengan mengajukan permohonan izin kepada instansi tempat penelitian

dalam hal ini rumah sakit khusus daerah provinsi sul sel mendapatkan

persetujuaan dilakukan penelitian dengan menekatkan etika penelitian yang

meliputi :

1. Persetujuan tindakan (informed consenst)

lembar persetujuan yang akan diberikan pada responden yang akan

diteliti dan memenuhi kriteria inklusi dan dosertakan judul penelitian dan

manfaat penelitian

20
2. Tanpa Nama (Anomity)

Untuk menjaga kerahasian, penelitian tidak mencangtumkan nama

klien, tetapi lembar tersebut diberikan kode

3. Kerahasiaan (confidentiality)

Kerahasian informasi dijamin oleh penelitian dan hanya kelompok

data tertentu yang dilaporkan sebagai hasil penelitian.

21

Anda mungkin juga menyukai