Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut PPDGJ (pedoman pengolaan dan diagnosa gangguan


jiwa),gangguan jiwa merupan sindrom atau perilaku seseorang yg secara khas
dengan suatu gejalah penderita (distress) atau pemburukan, ( impairtment)
didalam satu atau lebih,fungsi manusia yaitu fungsi perilaku,psikologik,biologic
dan gangguan tersebut tidak hanya terletak didalam hubungan antara manusia
tetapi juga dengan masyarakat ( muslim 2013 dalam anna puji 2017).

Menurut WHO (2016) prevelensi masaalah kesehatan jiwa saat ini cukup
tinggi,25% dari penduduk duniah pernah menderita masalah kesehatan jiwa 1%
diantaranya adalah gangaguan jiwa berat.Di Indonesia tahun 2013 jumlah
gangguan jiwa terdapat 19 tuta pasien.insiden kambuh pasien berkisar 60%-75%
setelah satu priode pisikotik jika tidak terpi.prevelensi kekambuhan pada
gangguan jiwa kronis diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun
pertama, dan 79% pada tahun ke uda,secara global angka kekambuhan pada
pasien gangguan jiwa ini mencapai 50% hingga 90% yang di sebabkan karena
ketidak patuhan dalam berobat maupun karena kurangnya dukungan keluarga.

Menurut reset kesehatan (riskesdes) prevelensi gangguan jiwa berat pada


penduduk Indonesia 1,7 per mel, dan gangguan mental emosional pada penduduk
Indonesia 6% gangguan jiwa berat banyak di yokyakarta, aceh, Sulawesi
selatan,bali,dan jawa tengah.proporsi rumah tangga yang pernah memasukki
gangguan jiwa berat 14,3% dan terbanyak pada penduduk yang tinggi di
perdesaan 18,2% provensi dengan prevelensi gangguan mental emosional
tertinggi adalah jawa tengah,Sulawesi selatan,jawa barat, yokyakarta,dan
nusantara tenggara timur ( rikesdes, 2018).

Prevelensi (pernil rumah tangga dengan anggota rumah tangga (ART))


mengalami laporan kinerja (lk) rumah sakit jiwa banda aceh adalah 8,7%

1
2

berdasarkan informasi dari laporan kinerja(lk) rumah sakit jiwa tahun 2020 pasien
yang di rawat inap dantelah dilakukan pengobatan sebanyak 1700 pasien untuk
pasen rawat jalan yaitu 11.00 pasien dan jimlah pasienyang telah di pulangkan
(sembuh secara klinis) kemudian dating kembali karena butuh perawatan atau
muncul kekambuhan,seperti yang pernah dirasakan pada masa lampau dalam
rentang waktu 9,69 (lakip RSJ aceh, 2020)

Halusinasi adalah keadaan seseorang mengalami perubahan dalam pola


dan jumlah simulasi yang di pra karsai secara internal ataupun eksternal disekitar
dengan pengulangan, berlebiha, distorsi,atau kelainan berespon terhadap setap
stimulus (perdede,kliat,& wardani,2013) faktor-faktor yang mempengaruhi
kekambuhan penderita skizofrenia dengan halusinasi meliputi ekpresiemosi
keluarga yang tertinggi,pengetahuan keluarga yang kuarang,ketersediaan
pelayanan kesehatan,penghasilan keluarga dan kepatuhan meminum obat pasien
halusinasi (perdede,2020)

Halusinasi merupakan suatu bentuk persepsi atau pengalaman indera


dimana tidak terdapat stimulus terhadap reseptor-reseptornya, halusinasi
merupakan persepsi sensor yang salah meliputi salah satu dari ke-5 panca indera
(Towsend dalam Satrio, 2015). Halusinasi biasanya ditandai dengan munculnya
respon seperti menyeringai atau tertawa tanpa ada stimulus, sulit berkonsentrasi
dengan baik, mendapat stimulus menyenangkan melalui indera pengelihatan
maupun pendengaran, gerak mata cepat serta mengalami disorientasi (waktu,
tempat dan orang) (Stuart, 2013).

Halusinasi terbagi dalam 5 jenis, yaitu halusinasi penglihatan, halusinasi


pengciuman, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, dan halusinasi
pendengaran (Keliat, dkk, 2012). Halusinasi pendengaran adalah halusinasi yang
paling sering dialami oleh penderita gangguan mental, misalnya mendengar suara
melengking, mendesir, bising, dan dalam bentuk kata-kata atau kalimat. Individu
merasa suara itu tertuju padanya, sehingga penderita sering terlihat bertengkar
atau berbicara dengan suara yang didengarnya (Damayanti, Jumaini & Utami,
3

2014). Dalam situasi ini pasien dapat melakukan bunuh diri (suicide), membunuh
orang lain (homicide), bahkan merusak lingkungan. Untuk memperkecil dampak
yang ditimbulkan, dibutuhkan penanganan halusinasi yang tepat (Widati, 2013).

Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan merupakan alat yang dijadikan


sebagai panduan oleh seorang perawat jiwa ketika berinteraksi dengan klien
dengan gangguan halusinasi. Strategi pelaksanaan yang diterapkan pada pasien
yang bertujuan untuk mengurangi masalah keperawatan jiwa yang ditangani.
Strategi pelaksanaan pada pasien halusinasi mencakup kegiatan, mengajarkan
pasien bercakap-cakap dengan orang lain saat halusinasi muncul, serta melakukan
aktifitas terjadwal untuk mencegah halusinasi (Sarafino, 2014)

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah yang telah di paparkan pada latar belakang maka


rumusan masalah dalam aspek ini yaitu asuhan keperawatan halusinasi
pendengaran pada NY.N di rung teratai RS jiwa Banda Aceh.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum


Mampu memberikan asuhan keperawatan jiwa pada NY.N di balee teratai
dengan halusinasi pendengaran di RS. Jiwa banda aceh

1.3.2 Tujuan khusus


1) Mampu melakukan pengkajian pada pasien NY.N dengan halusinasi
pendengaran di RS jiwa banda aceh ruang teratai
2) Mampu merumuskan diagnosis keperawatan pada pasien dengan
halusinasi pendengaran di RS jiwa banda aceh di ruang teratai
3) Mampu menusun perencanaan keperawatan pada pasien halusinasi
pendengaran di RS jiwa banda aceh di riang teratai
4

4) Mampu melakukan tendakan keperawatan pada pasien dengan halusinasi


pendengaean di RS jiwa banda aceh di ruang teratai
5) Mampu mengevaluasi sebagai tolak ukur guna menerapkan asuhan
keperawatan dengan Halusinasi.

1.4 Manfaat penelitian

Studi ini diharapkan memberikan manfaat lagi.

1.4.1 masyarakat

Menambah informasi masyarakat dalam merawat pasien jiwa khususnya


pasien Halusinasi pendengaran.

1.4.2 Bagi pengembangan ilmu dan teknologi keperawatan

1. sebagai data awal/pendahuluan untuk mengawali studi literature lebih

Lanjut tentang perawatan pasien jiwa khususnya pasien halusinasi

Pendengaran

2.Sebagai salah satu sumber informasi bagi perlaksanaan studi literature

Bidang keperawatan tentang keperawatan pasien jiwa khususnya pasien

Halusinasi pendengaran

1.4.3 Peneliti

Memperoleh pengalaman dalam melaksanakan aplikasi riset keperawatan


di tatanan pelayanan keperawatan,khusunya penulis.
BAB 2

TINJAWAN PUSTAKA

2.1 Konsep Halusinasi

2.1.1 Pengertian Halusinasi

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa dimana klien


mengalami perubahan sensori persepsi : merasakan sensori palsu berupa
suara,penglihata,pengecapan,perabaan,dan penciuman. (direja, 2011). Halusinasi
adalah gangguan persepsi sensori tentang satu objek atau gambaran dan pikiran
yang yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan dari luar yang dapat meliputi
semua system pendengaran (dalami, 2014). Halusinasi hilangnya kemampuan
manusia dalam membedakan rangsangan internal (pikirn) dan rangsangan
eksternal (dunia luar).klien memberi persepsi atai pendapat tentang lingkungan
tanpa ada objek atau rangsangan yang nyata (kusumawati,2012).

Halusinasi adalah suatu gejalah gangguan sensori persepsi yang dialami


oleh pasien gangguan jiwa,klien merasakan sensasi berupa
suara,penglihatan,pengecapan,perabaan,dan penghidungan tanpa stimulus yang
nyata.(kliat,2004). Halusinasi pendengaran paling sering ketika klien mendengar
suara-suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa sangat ke
takutan,panic dan tidak biasa membedakan antara khayalan dan kenyataan yang di
alaminya (hafsudin,2021)

Berdasarkan beberapa penertian diatas dapat disimpulkan bahwa


halusinasi adalah adanya gangguan persepsi seseorang tentang sesuatu objek atau
gambaran dan pikiran sering terdengar yang dialami oleh pasien gangguan jiwa
berupa suara,penglihatan,pengecapan,perabaan dan penciuman dengan persepsi
yang salah terhadap lingkungan tampa stimulus yang nyata.

5
6

2.1. 2 Jenis-jenis halusinasi

Menurut trimelra (2011) jenis-jenis halusinasi…………!

1. Halusinasi pendengaran (auditory)

Mendengar suara yang membisikan, mengajak,menertawaka,( kadang-


kadang hal yang membahayakan),perilaku yang muncul adalah
mengarahkan telinga pada sumber suara,bicara atau tertawa
sendiri,marah-marah tanpa sebab,menutup telinga,mulut berkumat
kamit dan ada gerakan tangan.

2. Halusinasi penglihatan (virsual)

Stimulus penglihatan dalam berbentuk pancaran cahaya,gambar,orang


atau panorama yang luas dan kompleks,bias menyenangkan atau
menakutkan perilaku yang muncul adalahtatapan mata pada tempat
tertentu,menunjuk kearah tertentu,ketakutan pada objek yang di lihat.

3. Halusinasi penciuman (alfactory)

Tercium bau busuk amis,dan bau-bau yang menjijikkan seperti


darah,urin,atau feses, dan bau harum seperti parfun.Perilaku yang
muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium dengan gerakkan
kuping,hudung,mengarahkan hidung pada tempat tertentu,menutup
hidung.

4. Halusinasi pengecapan ( gustatory)


Merasa pengecapan sesuatu yang busuk,amis,dan menjijikkan seperti
darah,urin,feses.Perilaku yang muncul adalah seperti mengecap,mulut
seperti mengunya.
5. Halusinasi perabaan ( taktil )

Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus benda mati atau
orang merasakan sensasi listrik dari tanah,benda mati,atau orang
7

merasakan ada yang menggerayani tubuh sperti tangan,binatang


keci,dan makhluk halus.Perilaku yang muncul adalah
mengusap,menggarut-garut atau meraba-raba permukaan kulit terlihat
menggerakan badan seperti merasakan sesuatu rabaan.

6. Halusinasi sinestik.

Merasakan fungsi tubuh seperi darah, mengalir melalui vena dan arteri
makanan cerna yang berbentuk urin,perasaan tubuhnya melayang-
layang diatas permuakaan bumi.Prilaku yang muncul adalah pasien
terlihat menatap tubuhnya senderi dan terlihat menatap tubuhnya
sendiri dan terlihat seperti marasakan sesuatu yang aneh tentang
tubuhnya.

2.1.3 Etiologi

Factor pridisposisi : menurut yusep (2010) factor pridisposisi klien dengan


halusinasi.

1. Factor perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya control dan


kehanyatan krluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak
kecil,mudah frustasi,hilang pecaya diri dan rentan terhadap stress.
2. Factor sosiokultura.
Seseorang yang merasa tidak di terima di lingkungan sejak bayi akan
merasakan disingkirkan,kesepian,dan tidak percaya pada lingkungannya.
3. Factor biologis.
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa ad asters yang
berlebihan dialami sesorang maka dari dalam tubuh akan dihasilkan suatu
zat yang dapat bersifat halusinuganik neurokimia, akibat sres
berkepanjangan menyebabkan teraktifitasnya heurotransmitter otak.
4. Psokologis.
Keluarga,pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respond an
kondisi psikologis klien.salahsatu sikap atau keadaan yangdapat
8

mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau tindakan


kekerasan dalam rentang hidup klien.
5. Sosial buday
Kondisi social budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti
kemiskinan,konflik social budaya (perang,kerusuhan,bencana alam)dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress.

2.1.4 Manifestasi klinis

Menurut stuart dan sundeen (1998) yang di kutip oleh Nasution (2003)
seseorang yang mengalami halusinasi biasanya memperhatikan gejala-gejala yang
khas yaiti:

1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.


2. Menggerakan bibirnya tanpa mengeluarkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasikkan.
7. Peningkatan system syaraf otonom yang menunjukkan asietas misalnya
peningkatan nadi,pernafasan,dan tekanandarah.
8. Penyempitan kemampuan konsentrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antra halusinasinya
deengan realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang di berikan oleh halusinasinya
daripada menolaknya.
12. Kesulitan berhubungan dengan orang lain.
13. Rentan perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
9

16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.


17. Perilaku menyerang terror seperti panic.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidakmampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.1.5 Penatalaksanaan

Penatalaksanaan pasien skizofrenia dengan gejala halusinasi adalah


dengan pemberian obat-obatan lain,yaitu:

1. Psikofarmakologis
Obat-obatan yang lazim digunakan pada gejala halusinasi Pendengaran
yang merupakan gejal psikologis pada pasien skizofrenia adalah obat-
obatan antipsikosis.
2. Terapi kejang listrik ataun Elektro Compulcive Therapy (ECT)
3. Terapi aktivitas kelompok (TAK)

2.1.6 Masalah yang Lazim Muncul

1. Resiko perilaku kekerasan terhadap diri sendiri b.d kurangnya


Sumber social ( isolasi social yang buruk dari keluarga dan
lingkungan, depresi berat)
2. Resiko perilaku kekerasan terhadap orang lain b.d kerusakan
Konflik(halusinasi)
3. Defisit perawatan diri b.d gangguan kognitif.
10

2.1.7 Dischargeplanning

1. Kenali factor penyebab halusinasi,jenis halusinasi,dan cara


Pencegahannya.
2. Jika mengindikasikan tanda-tanda halusinasi segera lakukan
Tindakan atau selalu
3. Selalu konsultasikan perkembangan dari penderita dengan Tenaga
medis dan konsultasikan juga tentang masalah Keluarga yang
dihadapi dalam merawat pasien
4. Beri dukungan dan berikan aktifitas yang dapat mencegah

Terjadinya halusinasi.

5. selalu teratur minum obat.


Hindari factor-faktor yang menyebabkan stress.
11

2.1.8 Patofisiologis

Tidak efektifnya
Memahami hubungan
Ketidak mampuan koping
yang
mengiden tifikasikan dan keluarga;ketidakmama
bermusuhan,tekanan,is
menginterestasikan mpuan keluarga
olasi,perasaan tidak
stimulus berdasarkan angota keluarga yang
berguna,putus asa dan
informasi yang telah di sakit.
tidak berguna.
terima melalui panca
indra.

Tidak efektifnya
gangguan konsep diri Tidak efektifnya koping penatalaksaan regimen
individu terupetik

Isolasi ocial;menarik diri Ganguan proses piker/delusi Perilaku tidak terorganisir


tidak mampu menangani
emosi

Menurunnya motifasi
perawatan diri Deficit perawatan diri
Resiko terjadinya
perilaku kekerasan
terhadap diri sendiri &
orang lain
BAB 3

METODE PENILISAN

3.1 Desain Penelitian

Desainpenelitian yang di gunakan penelitian dalam penelitian ini adalah


studi kasus. Studi kasus ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan asuhan
keperawatan tang meliputi pengkajian, diagnose keperawatan, perencanaan
implementasi dan evaluasi perencanaan.

3.2 Definisi oprasional

Asuhan keperawatan adalah serangkayan tindakkan atau proses keperawatan


yang di berikan pada seorang pasien pada sebuah pelayanan kesehatan,dengan
cara mengikuti aturan dan kaidah-kaidah keperawatan dan berdasarkan pada
masalah yang sedang di hadapi seorang pasien sertakebutuhan apa saja yang di
perlukan untuk merawat pasien tersebut (Hidayat,2017)

Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang di tandai
dengan perubahan sensori persepsi ;merasakan sensasi palsu berupa
suara,penglihatan,pengecapan,perabaan atau perhiduan.Pasien seakan stimulus yg
sebsnarnya tidak ada.(keliat)

Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan sensori persepsi yang di alami
oleh pasien gangguan jiwa.Pasien mengalami sensasi berupa seara,penglihatan,
pengecapan, perabaan atau perhiduan. Tanpa ada stimulus yang nyata(katrat,2014)

3.3 LOkasi dan waktu penelitian

3.3.1 Lokasi penelitian

Studi kasus ini dilaksanakan di bale teratai Rumah sakit jiwa aceh,banda
aceh

12
13

3.3.2 Waktu penelitian

Waktu penelitian di laksanakan pada bulan agustus 2022

3.4 Pengumpula penelitian

Pada bab ini dijelaskan terkait metode pengumpulan data yang di gunakan

1. Wawan cara (hasil anamnesis berisi tentang identitas klien keluhan


utama,riwayat penyakit sekarang – dahulu – keluarga dan lain-lain).
Sumber data dari klien, keluarga, perawat lainnya.
2. OPserfasi dan pemeriksaan fisik (dengan pendekatan IPPA : inspeksi,
palpasi, perkusi, auskultasi) pada sestem tubuh klien.
3. Studi dokumentasi (hasil pemerik saan diagnosrik dan data lainnya).

3.5 Analisa data

Analisa data dilakukan sejak peneliti di lapangan,sewaktu pengumpulan data


sampai dengan semua dengan data terkumpul.

1. Pengumpulan data

Data dikumpulkan dari hasil WOD ( wawancara, observasi, dokumen).


Hasil di tulis dalam dokumentasi keperawatan

2. Mereduksi data
Data hasil wawancara yang di kumpul dikelompokkan menjadi data
subyektif dan obyektif, di analisis berdasarkan hasil pemeriksaan
diagnostic kemudian dibandikan nilai normal.
3. Penyajian data
Pennyajian data dapat dilakukan dengan table,gambar,bagan maupun
teks naratif kerahasiaan dari klien dijamin dengan jalan menguburkan
identitas dari klien.
14

4. Pembahasan
Dari data yang di sajikan,kemudian data di bahas dan di bandingkan
dengan hasil-hasil penelitian terdahulu dan secara teoritid dengan
perilaku kesehatan, penarikan kesimpyulan dilakukan dengan metode
induksi. Data yang di kumpulkan terkait pengkajian, diagnose,
perencanaan, tindakkan, evaluasai.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai