A DENGAN MASALAH
HALUSINASI PENDENGARAN
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :
HASNUL HADI
22.0202.028
1
Provsu Medan tahun 2017, pasien yang menderita skizofrenia sebanyak
13,846 (85.3%) (Manao, B.M, & Pardede, 2019).
2
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara holistik
dakomprehensif kepada Tn. A dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran diruangan Kamboja RSJ.Prof.Dr.Muhammad
Ildrem.
3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
Adaptif Maladatif
5
2.1.3 Klasifikasi Halusinasi
Menurut Yusuf (2015), klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:
No Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif
6
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut (Pardede, Harjuliska, H., & Ramadia, 2021), beberapa jenis
halusinasi antara lain:
1. Halusinasi Pendengaran ( auditory ) 70%
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek, menertawakan,
mengancam, memerintahkan untuk melakukan sesuatau (kadang- kadang
hal yang berbahaya). Perilaku yang muncul adalah mengarahkan telinga
pada sumber suara, bicara atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab,
menutup telinga, mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2. Halusinasi Pengihatan (visual) 20%
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar, orang atau
panorama yang luas dan kompleks, biasanya menyenangkan atau
menakutkan. Perilaku yang muncul adalah tatapan mata pada tempat
tertentu, menunjuk kearah tertentu, serta ketakutan pada objek yang
dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :darah, urine
atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum seperti parfum.
Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah seperti mencium,
mengarahkan hidung pada tempat tertentun dan menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan, seperti
rasa darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah seperti
mengecap, mulut seperti gearakan mengunyah sesuatu sering meludah,
muntah.
5. Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang terlihat, seperti
merasakan sensasi listrik datang dari tanah, benda mati atau orang lain,
merasakan ada yang menggerayangi tubuh seperti tangan, binatang kecil
dan mahluk halus. Perilaku yang muncul adalah mengusap, menggaruk-
garuk atau meraba-raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan
7
badan seperti merasakan sesuatu rabaan.
2.1.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap pasien serta
ungkapan pasien (Pardede, Harjuliska, H., & Ramadia, 2021) adalah sebagai
berikut :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke ruangan lain
11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
14. Gelisah, ketakutan, ansietas
15. Peka rangsang
16. Melaporkan adanya halusinasi
8
Koping adalah upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan berusaha
mengatasi atau mengurangi stress. Koping adalah suatu proses usaha untuk
mempertemukan tuntutan yang berasal dari diri sendiri dari lingkungan
(Bakhtiar, 2015).
2.1.7 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya kontrol
dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri
sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri.
b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak bayi akan
merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungan.
c. Biologis
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan
jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami seseorang maka
didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat yang dapat bersifat
halusinogen neurokimia.Akibat stress berkepanjangan menyebabkan
teraktivasinya neurotransmitter otak.
d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab mudah
terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal ini berpengaruh
pada ketidakmampuan klien dalam mengambil keputusan yang tepat
demi masa depannya, klien lebihmemilih kesenangan sesaat dan lari
dari alam nyata menuju alam khayal.
9
e. Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dancomforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dakam dunia nyata.
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh individu
sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energi
ekstra untuk menghadapinya. Seperti adanya rangsangan dari lingkungan,
misalnya partisipasi klien dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak
komunikasi, objek yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau
terisolasi, sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut
dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh
mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari
lima dimensi (Oktiviani, 2020) yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa kondisi
fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan obat-obatan,
demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk
tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi itu
terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah tersebut
hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap
ketakutan tersebut
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
10
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di alam
nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan Halusinasinya,
seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi kebutuhan akan
interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan
dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual : Secara sepiritual klien Halusinasi mulai dengan
kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya aktifitas
ibadah dan jarang berupaya secara sepiritual untuk menyucikan diri.
Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak jelas tujuan
hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
11
b. Fase Kedua / Comforting
Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan cemas,
kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba memusatkan
pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pengalaman pikiran dan sensorinya dapat dia kontrol bila
kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada kecenderungan klien merasa
nyaman dengan halusinasinya
c. Fase Ketiga / Condemning
Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan mengalami bias.
Klien mulai merasa tidak mampu lagi mengontrolnya dan mulai
berupaya menjaga jarak antara dirinya dengan objek yang dipersepsikan
klien mulai menarik diri dari orang lain, dengan intensitas waktu yang
lama.
d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety
Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal yang
datang. Klien dapat merasakan kesepian bila halusinasinya berakhir.
Dari sinilah dimulai fase gangguan psikotik.
e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiet
Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa terancamdengan
datangnya suara-suara terutama bila klien tidak dapat menuruti
ancaman atau perintah yang ia dengar dari halusinasinya. Halusinasi
dapat berlangsung selama minimal empat jam atau seharian bila klien
tidak mendapatkan komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik
berat.
12
1) Klasifikasi : antipskotik, neuroleptic, butirofenon
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik akut, pengendalian hiperaktivitas
dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipenuhi
sepenuhnnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada tingkat
subkortikal formasi retricular otak, mesenfalon dan batang otak.
4) Kontraindikasi
Hipersensivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan sumsum
tulang belakang, kerusakan otak subkortikal, penyakit Parkinson
dan anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut kering dan
anoreksia.
b. Clorpromazin
1) Klasifikasi : sebagai antipsikotik, antiemetic.
2) Indikasi: Penanganan gangguan psikotik seperti skizofrenia, fase
mania pada gangguan bpolar, gangguan skizofrenia, ansietas dan
agitasi, anak hiperaktif yang menunjukkan aktivitas motorik
berlebih.
3) Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
spenuhnya, namun berhubungan dengan efek antidopaminergik.
Antipsikotik dapatmenyekat reseptor dipamine postsinaps pada
ganglia basa, hipotalamus, system limbic, batang otak dan medulla.
4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau depresi
sumsum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi hati, ginjal dan
jantung, anak usia dibawah 6 tahun dan wanita selama masa
kehamilan dan laktasi.
13
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipertensi,
ortostatik, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.
c. Trihexypenidil ( THP )
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal berkaitan
dengan obat antiparkinson.
3) Mekanisme Kerja
Mengorks ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan kelebihan
asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin disekat oleh sinaps
untuk menguragi efek kolinergik berlebihan.
4) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini, glaucoma sudut
tertutup, hipertropi prostat pada anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek Samping: mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi, mulut
kering, mual dan muntah.
2. Terapi Non Farmakologi
a. Terapi Aktivitas Kelompok yang sesuai dengan Gangguan Sensori
Persepsi : Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif Therapy (ECT), merupakan pengobatan secara fisik
meggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100 volt, cara kerja belum
diketahui secara jelas namun dapat dikatakan bahwa terapi ini dapat
memperpendek lamanya serangan Skizofrenia dan dapat permudah
kontak dengan orang lain.
c. Pengekangan atau pengikatan pengembangan fisik menggunakan
pengekangan mekanik seperti manset untuk pergelangan tangan dan
pergelangan kaki dimana klien pengekangan dimana klien dapat
dimobilisasi dengan membalutnya, cara ini dilakukan padda klien
halusinasi yang mulai menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya:
marah-marah atau mengamuk.
14
2.1.10 Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan Tindakan
perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya Perintah sehingga
rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif. Perilaku kekerasan yang
timbul pada klien skizofrenia diawali Dengan adanya perasaan tidak
berharga, takut dan ditolak oleh Lingkungan sehingga individu akan
menyingkir dari hubungan Interpersonal dengan orang lain(keliat,2014).
Komplikasi yang dapat terjadi pada Klien dengan masalah utama
gangguan sensori persepsi: halusinasi, Antara lain: resiko prilaku
kekerasan, harga diri rendah.
15
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien gangguan
orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik otak, pembesaran
ventikal, perubahan besar, serta bentuk sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetic
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan cukup
tinggi pada keluarga yang salah satu anggota keluarganya
mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi jika kedua orang
tua skizofrenia.
2. Faktor Presipitasi
Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani, 2020)
yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan
obatobatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol dan
kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas dasar
problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab halusinasi
itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa perintah memaksa dan
menakutkan. Klien tidak sanggup lagi menentang perintah
tersebut hingga dengan kondisi tersebut klien berbuat sesuatu
terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini menerangkan
bahwa individu dengan halusinasi akan memperlihatkan adanya
penurunan fungsi ego. Pada awalnya halusinasi merupakan usaha
dari ego sendiri untuk melawan impuls yang menekan, namun
merupakan suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
16
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien meganggap bahwa hidup bersosialisasi di
alam nyata sangat membahayakan. Klien asyik dengan
Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan tempat untuk memenuhi
kebutuhan akan interaksi sosial, kontrol diri dan harga diri yang
tidak didapatkan dakam dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai
dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna, hilangnya
aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara sepiritual untuk
menyucikan diri. Saat bangun tidur klien merasa hampa dan tidak
jelas tujuan hidupnya. Individu sering memaki takdir tetapi lemah
dalam upaya menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan
orang lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
a. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan respon
neurobiologis maladaptif adalah gangguan dalam komunikasi dan
putaran umpan balik otak dan abnormalitas pada mekanisme pintu
masuk dalam otak, yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk
secara selektif menanggapi stimulus.
b. Lingkungan Ambang toleransi terhadap stres yang ditentukan
secara biologis berinteraksi dengan stresor lingkungan untuk
menentukan terjadinya gangguan prilaku.
c. Stres sosial / budaya Stres dan kecemasan akan meningkat apabila
terjadi penurunan stabilitas keluarga, terpisahnya dengan orang
terpenting atau disingkirkan dari kelompok.
d. Faktor psikologik Intensitas kecemasan yang ekstrem dan
memanjang disertai terbatasnya kemampuan mengatasi masalah
dapat menimbulkan perkembangan gangguan sensori persepsi
halusinasi.
e. Mekanisme koping Perilaku yang mewakili upaya untuk
melindungi pasien dari pengalaman yang menakutkan
berhubungan dengan respons neurobiologis maladaptif meliputi :
17
regresi, berhunbungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan sedikit energi
untuk aktivitas sehari-hari. Proyeksi, sebagai upaya untuk
menejlaskan kerancuan persepsi dan menarik diri.
f. Sumber koping Sumber koping individual harus dikaji dengan
pemahaman tentang pengaruh gangguan otak pada perilaku.
Orang tua harus secara aktif mendidik anak–anak dan dewasa
muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya
tidakhanya belajar dari pengamatan. Disumber keluarga dapat
pengetahuan tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor
ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi Batasan karakteristik halusinasi yaitu bicara
teratawa sendiri, bersikap seperti memdengar sesuatu, berhenti
bicara ditengah – tengah kalimat untuk mendengar sesuatu,
disorientasi, pembicaraan kacau dan merusak diri sendiri, orang
lain serta lingkungan.
Adaptif Maladaptif
pikiran logis Persepsi Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi
akurat emosi kosisten (pikiran kotor) Ilusi Halusinasi Perilaku
dengan pengalaman Reaksi emosi disorganisasi Isolasi
perilaku sesuai berlebih atau kurang sosial
hubungan social perilaku aneh dan
tidak bisa menarik
diri
1. Respon Adaptif
Respon adaptif respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut 9
18
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut, respon adaftif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan.
b. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman
c. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
d. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
2. Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu
dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:
a. Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertetangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.
19
ditemukan pada tiap-tiap partisipan. Topik yang diteliti yakni kemampuan
mengontrol halusinasi dengar (Aji, 2019).
20
Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan keperawatan. Pada
situasi nyata sering pelaksanaan jauh berbeda dengan rencana, hal ini terjadi
karena perawat belum terbiasa menggunakan rencana tertulis dalam
melaksanakan tindakan keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan
keperawatan yang sudah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan
singkat apakah rencana tindakan masih sesuai dan dibutuhkan klien sesuai
dengan kondisinya (here and now). Perawat juga menilai diri sendiri,
apakah kemampuan interpersonal, intelektual, tekhnikal sesuai dengan
tindakan yang akan dilaksanakan, dinilai kembali apakah aman bagi klien.
Setelah semuanya tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan boleh
dilaksanakan.
21
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama pasien : Tn. H
Jenis Kelamin : Laki Laki
Ruang Rawat : Gunung Sitoli
MR No : 02.10.02
Tanggal Masuk RS : 16 Agustus 2021
Tanggal Pengkajian : 5 November 2022
Tanggal Lahir : 01-01-1945
Umur : 64 Tahun
Agama : Budha
Informan : Klien dan Status Klien
b. Alasan Masuk
Klien mengatakan sering marah marah kemudian merasa gilisah dan suka
bicara bicara sendiri.
c. Faktor presdiposisi
Klien belum pernah masuk rumah sakit jiwa dimasa lalu. Begitu pula dengan
anggota keluarga pasien juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien
menyatakan bahwa dulunya pasien pernah mengalamin pelecehan seksual
pada usianya yang ke 22 tahun pada masa lalunya yang tidak menyenangkan
dulu.
d. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
Vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5 C ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 163 cm dan berat badan 65 Kg
Masalah keperawatan: tidak ada masalah
22
e. Psikososial
a. Genogram
Klien mengatakan memiliki ayah bernama Tn.H dan ibu bernama Ny. L
dan klien anak (2) pertama dari (5) bersaudara. Klien mengalami
gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan psikologi
serta tidak mengalamin gangguan jiwa (sehat jiwa).
Tn.H
H
Keterangan:
: Ayah Klien
: Ibu Klien
: Klien
: Anak Klien
: Garis Keturunan
23
e. Harga diri : Klien mengatakan dia malu dan merasa rendah diri saat
bertemu dengan orang lain (Laki-Laki).
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah
f. Hubungan sosial
a. orang yang berarti : orang yang sangat berarti bagi pasien yakni kedua
orang tua
b. peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien mampu
mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. hambatan dalam hubungan dengan orang lain: klien mampu mengikuti
kegiatan dengan orang lain.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
g. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama Budha dan yakin Dengan Tuhan.
b. Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadan selawa dirawat
dirumah sakit jiwa.
Masalah keperawatan : tidak ada masalah
h. Status mental
1. Penampilan
Klien tampak rapi dan mandi 2 kali dalam sehari
2. Pembicaraan
Klien berbicara cepat namun terdengar dengan jelas
3. Aktivitas
klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari seperti
melakukan mencuci piring dan dan menyapu lantai.
4. Suasana perasaan
Klien tanpak biasa, terlihat nyaman selama dirawat.
5. Afek
Penjelasan :ekspresi wajah klien sesuai dengan topik pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan :Klien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi
24
Berdasarkan Observasi pada klien, Klien mengatakan saat diruangan ia
mendengar suara bisikan yang membisikkan ditelinganya seperti
menyuruh atau memerintah klien untuk melakukan sesuatu.
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Klien tidak mengatasi gangguan proses pikir
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
9. Isi pikiran
Penjelasan :tidak ada gangguan isi pikir,
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan :Klien tidak mengalami gangguan diorientasi dalam
mengenali waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Penjelasan :Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan: Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.
13. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian).
14. Daya tilik diri
Penjelasan: Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, Klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa
i. MasalahKeperawatan
1. Koping individu inefektif
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Harga diri rendah
j. Analisis data
25
No Data MasalahKeperawatan
1 Ds : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan saat diruangan ia mendengar sensori :Halusinasi
suara bisikan yang membisikkan ditelinganya pendengaran
seperti menyuruh atau memerintah klien untuk
melakukan sesuatu.
Do :
- Klien,mondar-mandir diruangan ,bicara sendiri,
bicara ngawur.
2 Ds : Harga Diri Rendah
- Klien mengatakan dia malu dan merasa rendah diri
saat bertemu dengan orang lain.
Do :
- Keadaan pasien saat melihat orang lain langsung
menjauh dan suka menyendiri.
3 Ds : Defisit perawatan diri
- Klien mengatakan malas mandi sore
Do :
- Keadaan pasien tampak bau
- Rambut klien tampak acak-acakan dan tampak
malas untuk menyisir rambut dan mandi sore harus
disuruh.
26
No Diagnosa Intervensi
1 Gangguan persepsi SP1:Melatih pasien mengenali halusinasi dengan cara
sensori :halusinasi menghardik halusinasi.
pendengaran
SP2:Dengan cara minum obat secara teratur
SP2:
-Menilai kemampuan yang dapat digunakan
-Menetapkan/Memilihkegiatan sesuai kemampuan
-Memilih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1
27
Melatih cara perawatan diri BAK/BAB
28
3x/hari
- Latihan menghardik halusinasi
3x/1 hari
Rabu, • Data: S:
Tanda dan gejala :Berbicara sendiri, - Senang, bersemangat
26-01 -
Mendengar suara-suara, Menutup - klien mengatakan
2022 telinga masih mendengar
TTV: suara-suara tersebut
11:20
TD : 155/40 mmHg
N: 80x/i O:
RR : 20x/i - klien tampak berbicara
• Diagnosa Keperawatan : berbicara sendiri
Halusinasi pendengaran - klien mampu minum obat
secara teratur
• Tindakan keperawatan
Sp 2 Halusinasi pendengaran A:Halusinasi Pendengaran
(+)
. Minum Obat teratur
P:
4. RTL: -Menghardik 3x1
Sp 3 Halusinasi Pedengaran -Minum obat
1. Bercakap-cakap dengan orang lain Risperidone 2x1
Clozapine 1x1
Kamis, 1. Data: S:
27, 01- Tanda dan gejala :Berbicara sendiri, klien mengatakan suara
2022 Mendengar suara-suara, Menutup suara mulai berkurang
09:40 telinga
2. Diagnosa Keperawatan : O:
Halusinasi pendengaran 1. Klien mengetahui
manfaat obat
3. Tindakan keperawatan 2. Klien mampu bercakap
Sp 3 Halusinasi pendengaran cakap dengan orang
1. Evaluasi pengetahuan dan lain
kepatuhan minum obat 3. Klien mampu minum
2. Bercakap-cakap dengan orang lain obat secara teratur
secara mandiri
4. RTL:
A:Halusinasi Pendengaran
Sp4 halusinasi pendengaran (+)
1. Melakukan Kegiatan terjadwal
P:
-Mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusinasi
29
- Menghardik 3x1
- Minum obat
Risperidone 2x1
Clozapine 1x1
30
Harga diri rendah kronis Harga diri rendah kronis
(+)
1. Menilai kemamampuan yang dapat
di gunakan P:
2. Menetapkan/memilih kegiatan latihan berinteraksi dengan
sesuai kemampuan orang lain dengan cara
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan bermain catur untuk
yang dipilih 1 mempererat interaksi
sosialnya sesuai kemampuan
4. RTL positif yang dimiliki 1
SP 3 x/sehari.
1. Melatih kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dipilih 2
Senin 31- 1. Data
01-2022 Tanda dan gejala : tidak mau berbicara S : Senang dan bersemangat
15:20 jika tidak ada yang duluan mengajak
bicara, wajah sedih, murung, pendiam, O:
dan suara pelan, sudah tidak menunduk Klien mampu melakukan
jika di ajak berbicara aspek positif yang dimiliki
sesuai kemampuannya
2. Diagnosa Keperawatan yaitu menyuci piring dan
Gangguan Konsep Diri : Harga diri menyapu
rendah mempraktekkannya dengan
3. Tindakan Keperawatan SP Baik
3 : Gangguan Konsep Diri :
Harga diri rendah kronis A:
-Melatih kegiatan sesuai kemampuan Gangguan Konsep Diri :
yang dipilih 2 Harga diri rendah kronis
(+)
4. RTL
SP 4 P:
Melatih kegiatan sesuai dengan -Membersihkan tempat tidur
kemampuan yang dipilih 3 -Mencuci piring 1x1 hari
-Latihan menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih
31
Rabu 02- Data
02-2022 Tanda dan gejala : tidak mau berbicara S : Senang dan bersemangat
16:00 jika tidak ada yang duluan mengajak
bicara, wajah sedih, murung, pendiam, O:
dan suara pelan Klien mampu melakukan
Diagnosa Keperawatan aspek positif yang dimiliki
Gangguan Konsep Diri : Harga diri sesuai kemampuannya
rendah yaitu menyuci piring dan
Tindakan Keperawatan SP 3 : menyapu
Gangguan Konsep Diri : Harga mempraktekkannya dengan
diri rendah kronis Baik
-Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2 A:
Gangguan Konsep Diri :
RTL Harga diri rendah kronis
SP 4 (+)
Melatih kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dipilih 3 P:
-Membersihkan tempat tidur
-Mencuci piring 1x1 hari
-Latihan menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih
Kamis S:
03-02- 1. Data Klien mengatakan senang
2022 Tanda dan gejala : Klien tampak malu dan antusias
dan gelisah, dan tanpak sedih saat di
14:30 kaji serta menundukkan kepala O:
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri -Klien mampu menyapu
rendah
3. Tindakan keperawatan A:
Sp 4 HDR HDR (+)
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 3 P:
-Membersihkan tempat
4. RTL: tidur
Evaluasi Sp1-Sp4 -Mencuci piring 1x1/hari
-Menyapu 2x1/hari
32
Jum’at Data : S: Kien tampak kusam, kotor,
04-02- Tanda dan gejala: gigi kuning, susah disuruh
2022 Klien tampak kotor, dan kusam, kuku kotor, mandi, rambut berantakkan
gigi kuningdan susah jika disuruh mandi, O: - klien sudah mau disuruh
15:40 makan berantakkan, penampilan tidak rapi mandi
- Klien mampu memotong
Diagnosa Keperawatan : kuku secara mandiri
Defisit Perawatan Diri A: Defisit Perawatan Diri
Tindakan Keperawatan : P: - Perwatan Diri Mandi
- Mengucapkan salam
- Menanyakkan kabar/ perasaannya saat
ini
- Memberika Sp 1 Defisit Perawatan Diri
Melatih Perawatan diri Mandi
- Kontrak kembali waktu selanjutnya
RTL:
Sp 2 : Melatih perawatan diri berhias
Sabtu, Data : S: rambut masih berantakkan,
05-02- Tanda dan gejala : makan masih berserakkan
2022 - Klien sudah rajin mandi 2x1 hari, rambut O: - klien mampu menyisir
masih berantakkan, makan masih rambut secara mandiri
15:20 berantakkan, kuku terlihat bersih A: Defisit perawatan diri
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawat P : - perwatan diri mandi 2x1
Diri hari
Tindakan Keperawatan : - Perawatan diri berhias,
- Mengucapkan salam menyisir rambut,
- Menanyakkan kabar dan memakai bedak
perasaannya
- Memberikan Sp 2 Defisit perawatan
diri : Latihan perwatan diri berhias
RTL :
SP 3 : Latihan Perawatan diri
Makan/minum
33
Senin, Data : S: klien tampak senang dan
06-02- - Klien mandi 2x1 hari, rambut antusias
2022 terlihat rapi, tercium wangi, kuku O: - klien mandi 2x1 hari
tapak rapi, makan masih - Klien mampu
14:50 berantakkan menyisir rambut
Diagnosa Keperawatan : Defisit secara mandiri
Perawatan diri - Klien tampak rapi,
Tindakan Keperawatan : dan wangi
- Memberi salam - Klien makan sudah
- Menanyakkan kabar tidak berantakkan
- Meberikan Sp 4 : Latihan A: Defisit perawatan diri
Perawatam diri makan/minum P: mandi 2x1 hari
- Evaluasi Pemberian Sp:1-4 Defisit - Berhias, dan memotong
perawatan diri kuku dengan mandiri dan
rapi
- Makan 3x1 hari dengan
rapi
34
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi
pendengaran Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan
diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan
sebagai berikut.pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi
perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada
perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan
adanya proses interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber,
yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit
kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang
mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan
pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
35
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status
36
dipilih , melatih kegiatan sesuai yang dipilih 1 yatu klien mampu mengikuti
terapi yang di jadwalkan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem menggambar , melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2,
yaitu klien mampu mewarnai hasil yang ia gambarkan., melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang dipilih Selanjutnya yang diberikan yaitu Sp 1-3
Defisit Perawatan Diri : Melatih perawatan diri Mandi,Melatih perawatan
diri Berhias,Melatih perawatan diri Makan/Minum. Setiap selesai
melakukan tindakan keperawatan penulis memberikan pujian kepada Tn. H
untuk keberhasilan klien dalam mempelajari SP, Menurut (Nugroho, A.
2020) pujian tersebut dapat meningkatkan semangat hidup dan
membangkitkan kepercayaan diri seseorang. hal ini sesuai dengan intervensi
yang di buat penulis di tinjuan teoritis.
4.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan
keperawatan dalam mengontrol masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, tugas perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan pada tahap pra interaksi dan
melanjutkan tahap orientasi. Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai
dengan intervensi yang telah di tetakan pada Tn.H mulai dari tanggal 7
Januari 2022 dengan membina hubungan saling percaya dan melakukan
teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian,
menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan,
menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi, memberikan
penghargaan, menawarkan diri, memberikan kesempatan pada klien untuk
memulai pembicaraan, serta memberikan kesempatan kepada klien untuk
menguraikan persepsinya (Fasya, 2018). Yang harus diperhatikan dalam
komunikasi terapeutik adalah posisi, kontak mata, kemudian berkenalan
dengan pasien, menanyakan perasaan klien. Setelah itu baru berdiskusi
untuk mengenal halusinasi, mengontrol perilaku kekerasan serta harga diri
rendah.Penulis mengevaluasi kembali keadaan klien baik obyektif maupun
37
subyektif. Menentukan rencana tindak lanjut, serta merencanakan kontrak
waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya. Penulis melaksanakan
semuanya pada setiap tahapan strategi pelaksanaan (SP). implementasi yang
penulis lakukan tidak terdapat kesenjangan antara konsep teoritis dengan
pembahasan pada kasus Tn.H karna penulis mengacu pada teori yang ada,
dimana tindakan yang dilakukan pada Tn.H sesuai dengan kondisinya.
4.5 Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien
mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang
dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikaasi halusinasi, dapat
mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan bercakap - cakap,
melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur
(Hafizudiin,2021). Dalam proses evaluasi dimana pertemuan pertama
penulis membina hubungan saling percaya dan mengkaji sejauh mana
pasien dapat mengontrol Halusinasi, harga diri rendah, defisit perawatan
diri. Setelah terbina hubungan saling percaya penulis melanjutkan sejauh
mana intervensi yang sudah tercapai oleh pasien. Penulis juga menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi klien didapat kan bahwa klien dapat
menerapkan/mengingat Sp-Sp yang telah di berikan, dan dapat diterapkan
dalam 1x1 sehari. Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah:
Klien masih mendengarkan suara-suara bisikansi dan klien maish tanpak
bercakap-cakap sendiri,anakn tetapi pasien merasa senang dan sangat
antusias dalam menjalankan SP yang diberikan.
38
BAB 5
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga
denganmenjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat
mengunakan komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling
percaya antara perawat-klien. Pada kasus Tn. H, diperoleh bahwa klien
mengalami gejala-gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara,
gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir .
2. Pada teori diagnosa hanya mengambil tiga prioritas diagnosa
keperawatan yaitu Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran,
Harga Diri Rendah Dan Defisit Perawatan Diri. Data yang memperkuat
penulis mengambil diagnosa keperawatan tersebut yaitu dengan data
subjektif klien mengatakan sering mendengar suara-suara, Dan data
objektif di dapatkan klien tampak senyum-senyum sendiri, klien tampak
menggerak-gerakkan mulut seperti berbicara. sehingga terdapat
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yaitu
mengambil tiga diagnosa.
3. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan mulai
dari menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan
intervensi keperawatan. Rencana keperawaan yang penulis lakukan sama
dengan di tinjauan teoritis sehingga tidak terdapat kesenjangan
diantaranya. Rencana tindakan keperawatan yang akan di lakukan Tn.H
dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran adalah membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
(jenis, isi, waktu terjadinya, frekuensi, dan situasi) yang menimbulkan
halusinasi, dan mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan (SP)
39
yaitu, mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan terjadwal, dan minum obat dengan baik dan teratur
dengn prinsip 6 benar (benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat). Dan meberikan terapi lanjutan yaitu Sp 1-4
Harga Diri Rendah yaitu : mengidentifikasi kemampuan aspek positif
yang dimiliki pasien, menilai kemampuan yang dapat digunakan,
menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan, melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang dipilih 1 yatu klien mampu mengikuti terapi
menggambar , melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2, yaitu
klien mampu mewarnai hasil yang ia gambarkan, melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih Selanjutnya yang diberikan yaitu Sp 1-3 Defisit
Perawatan Diri : Melatih perawatan diri Mandi,Melatih perawatan diri
Berhias,Melatih perawatan diri Makan/Minum. Setiap selesai melakukan
tindakan keperawatan penulis memberikan pujian kepada Tn. H untuk
keberhasilan klien dalam mempelajari SP, Menurut (Nugroho, A. 2020)
pujian tersebut dapat meningkatkan semangat hidup dan membangkitkan
kepercayaan diri seseorang. hal ini sesuai dengan intervensi yang di buat
penulis di tinjuan teoritis dan yang dilakukan kepada Tn.H setiap
melakukan SP dengan baik.
4. Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan
keperawatan dalam mengontrol masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, tugas perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan pada tahap pra interaksi dan
melanjutkan tahap orientasi. Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai
dengan intervensi yang telah di tetakan pada Ny.R mulai dari tanggal 25
Januari 2022 dengan membina hubungan saling percaya dan melakukan
teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh
perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang
berkaitan, menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi,
memberikan penghargaan, menawarkan diri, memberikan kesempatan
pada klien untuk memulai pembicaraan, serta memberikan kesempatan
40
kepada klien untuk menguraikan persepsinya (Fasya, 2018). Yang harus
diperhatikan dalam komunikasi terapeutik adalah posisi, kontak mata,
kemudian berkenalan dengan pasien, menanyakan perasaan klien. Setelah
itu baru berdiskusi untuk mengenal halusinasi, mengontrol perilaku
kekerasan serta harga diri rendah.Penulis mengevaluasi kembali keadaan
klien baik obyektif maupun subyektif. Menentukan rencana tindak lanjut,
serta merencanakan kontrak waktu dan tempat untuk pertemuan
selanjutnya. Penulis melaksanakan semuanya pada setiap tahapan strategi
pelaksanaan (SP). implementasi yang penulis lakukan tidak terdapat
kesenjangan antara konsep teoritis dengan pembahasan pada kasus Tn.H
karna penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tindakan yang
dilakukan pada Tn. H sesuai dengan kondisinya.
5. Dalam proses evaluasi dimana pertemuan pertama penulis membina
hubungan saling percaya dan mengkaji sejauh mana pasien dapat
mengontrol Halusinasi, harga diri rendah, defisit perawatan diri. Setelah
terbina hubungan saling percaya penulis melanjutkan sejauh mana
intervensi yang sudah tercapai oleh pasien. Penulis juga menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi klien didapat kan bahwa klien dapat
menerapkan/mengingat Sp-Sp yang telah di berikan, dan dapat
diterapkan dalam 1x1 sehari. Pada tinjauan kasus evaluasi yang
didapatkan adalah: Klien masih mendengarkan suara-suara bisikansi dan
klien maish tanpak bercakap-cakap sendiri,anakn tetapi pasien merasa
senang dan sangat antusias dalam menjalankan SP yang diberikan.
5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-2 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
41
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa sehingga
mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
M. Ildrem untuk tetap melayani dan menangani klien dengan halusinasi
pendengaran, harga diri rendah dan Defisit Perawatan Diri. secara optimal.
Perawat harus terus menjalin komunikasi teraupetik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahannya dan mau mengikuti terapi yang
diberikan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa sehingga tercapainya
keberhasilan dalam proses keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, Harga Diri Rendah Dan Defisit
Perawatan Diri.
42
DAFTAR PUSTAKA
Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020). Family Support Related to Quality of Life
on Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah STIKES
Kendal, 10(4), 645-654. https://doi.org/10.32583/pskm.v10i4.942
Pardede, Jek Amidos, Budi Anna Keliat, and Ice Yulia. "Kepatuhan dan
Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance
And Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat." Jurnal Keperawatan Indonesia 18.3 (2015): 157-
166.10.7454/jki.v18i3.419
Pardede, Jek Amidos, Harjuliska Harjuliska, and Arya Ramadia. "Self-Efficacy
dan Peran Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien
43
Skizofrenia." Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 4.1 (2021): 57-66.
https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846
Stuart, Gail W. "Prinsip dan Praktik Keperawatan Kesehatan Jiwa Stuart 2."
(2016).
44