Anda di halaman 1dari 42

Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny.

R Dengan Masalah
Halusinasi Pendengaran

Juliana Simanjuntak
julianasimanjuntak595@gmail.com

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Skizofrenia merupakan reaksi psikotik yang berpengaruh terhadap area fungsi
individu, termasuk dalam berpikir, berkomunikasi, menerima, menafsirkan
kenyataan, merasakan dan menunjukkan emosi serta penyakit kronis yang
ditandai dengan pikiran kacau, delusi, halusinasi, dan perilaku aneh.
Skizofrenia biasanya muncul dalam masa remaja atau dewasa muda (sebelum
usia 45 tahun) (Pardede & Purba, 2020). Skizofrenia adalah sekelompok
reaksi psikotik yang mempengaruhi berbagai area fungsi individu, termasuk
berpikir, berkomunikasi, merasakan, dan mengekspresikan emosi, serta
gangguan otak yang ditandai dengan pikiran yang tidak teratur, delusi,
halusinasi, dan perilaku aneh.(Pardede & Ramadia, 2021).

Prevalensi masalah kesehatan jiwa di Indonesia di Indonesia, estimasi jumlah


penderita skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per
1.000 penduduk Riskesdas 2013, sedangkan Riskesdas juga menyebutkan
sebanyak 84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia Prevalensi
masalah kesehatan jiwa di Indonesia di Indonesia, estimasi jumlah penderita
skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7 per 1.000
penduduk Riskesdas 2013, sedangkan Riskesdas juga menyebutkan sebanyak
84,9% pengidap skizofrenia/psikosis di Indonesia telah berobat. Data dari 33
Rumah Sakit Jiwa ( RSJ ) yang ada di seluruh Indonesia menyebutkan hingga
kini jumlah penderita gangguan jiwa berat mencapai 2,5 juta orang. Di
Provinsi Sumatera Utara sendiri penderita skizofrenia menduduki peringkat
ke 21 dengan nilai privlalensi 6,3.%, setelah Provinsi Jawa Timur
(Kemengkes, 2019). Data yang diperoleh dari Medical Record Rumah Sakit
Jiwa Prof.Dr.M.Ildrem Provsu Medan tahun 2017, pasien yang menderita
skizofrenia sebanyak 13,846 (85.3%) (Manao & Pardede, 2019).

1
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi yang disebabkan stimulus yang sebenarnya itu tidak ada (Herawati,
2020). Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia
luar). Pasien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa
objek atau rangsangan yang nyata (Herawati, 2020). Halusinasi
pendengaran adalah mendengar suara manusia, atau bunyi yang berkisar
dari suara sederhana sampai suara yang berbicara mengenai klien sehingga
klien berespon terhadap suara atau bunyi tersebut. Halusinasi pendengaran
adalah mendengar suara manusia, hewan atau mesin, barang, kejadian
alamiah dan musik dalam keadaan sadar tanpa adanya rangsang apapun
(Dwi, 2020).

Survei awal yang dilakukan di RSJ Prof. Dr.Muhammad Ildram Sumatra


dengan jumlah pasien 14 orang di ruangan kemboja, terdapat 14 pasien yang
mengalami skizofrenia dengan masalah keperawatan gangguan persepsi
sensori :Halusinasi Pendengaran. Yang menjadi subjek di dalam pembuatan
askep ini berjumlah 1 orang dengan pasien masah halusinasi pendengaran
atas nama inisial Ny.R, dengan masalah keperawatan gangguan persepsi
sensori : Halusinasi pendengaran

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan secara
holistik dakomprehensif kepada Ny. R dengan gangguan persepsi
sensori : halusinasi pendengaran diruangan Kamboja

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada Ny. R dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran diruangan
Kamboja
2. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan yang
ada pada Ny. R dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran diruangan Kamboja
3. Mahasiswa mampu perencanaan keperawatan pada Ny. R
dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran
diruangan Kamboja

2
4. Mahasiswa mampu melakukan implementasi keperawatan
pada Ny. R dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran diruangan Kamboja
5. Mahasiswa mampu mengevaluasi hasil asuhan keperawatan
pada Ny.R dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran diruangan Kamboja

3
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Halusinasi Pendengaran


2.1.1 Defenisi
Halusinasi adalah gangguan persepsi sensori dari suatu obyek
rangsangan dari luar, gangguan persepsi sensori ini meliputi
seluruh pancaindra. Halusinasi biasanya muncul pada klien
gangguan jiwa diakibatkan terjadinya perubahan orientasi
realita,klien meraskan stimulasi yang sebetulnya tidak ada.
Dampak yang muncul akibat gangguan halusinasi adalah
hilangannya kontrol diri yang menyebabkan seseorang menjadi
panik dan perilakunya dikendalikan oleh halusinasi (Syahdi &
Pardede, 2022).

Halusinasi pendengaran paling sering terjadi ketika klien


mendengar suara-suara, halusinasi ini sudah melebur dan pasien
merasa sangat ketakutan, panik dan tidak bisa membedakan antara
khayalan dan kenyataan yang dialaminya (Titania & Maula 2020).
Halusinasi merupakan salah satu gangguan persepsi, dimana terjadi
pengalaman indera tanpa adanya rangsangan sensorik (persepsi
indera yang salah), dimana klien mengalami perubahan sensori
persepsi, merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan,
pengecapan, perabaan atau penghidung, pasien merasakan stimulus
yang sebetulnya tidak ada (Putri, 2017). Halusinasi pendengaran
paling sering terjadi ketika klien mendengar suara -suara,
halusinasi ini sudah melebur dan pasien merasa sangat ketakutan,
panik dan tidak bisa membedakan antara khayalan dan kenyataan
yang dialaminya (Pardede, et al, 2021).

Dari defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa halusinasi adalah


hilangnya kemampuan manusia membedakan antara rangsangan
internal dan rangsangan eksternal dari klien, klien memberikan
persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa adanya objek atau
rangsangan yang nyata, sedangkan yang kita ketahui bahwa
halusinasi pendengaran yaitu persepsi dari panca indera atau
respon pendengaran terhadap rangsangan yang tidak
mempengaruhi perilaku individu.

1
2.1.2 Rentang Respon Halusinasi
Menurut Yusuf dkk.,(2015), respon perilaku pasien dapat berada
dalam rentang adaptif sampai maladaptive yang dapat
digambarkan sebagai berikut:

Rentang Respon Halusinasi

Adaptif Maladatif

k. Pikiran logis f. Proses pikir a. Waham,


l. Persepsi akurat terganggu Halusinasi
m. Emosi konsistensi g. Ilusi b. Kerusakan
dengan pengalaman h. Emosi berlebih proses emosi
n. Perilaku cocok i. Perilaku yang c. Perilaku tidak
o. Hubungan social tidak biasa terorganisasi
humoris j. Menarik diri d. Isolasi sosial

1. Respon adaptif berdasarkan rentang respon halusinasi menurut


(Yusuf & Rizki 2015), meliputi :
a. Pikiran logis berupa mendapat atau pertimbangan yang dapat
di terima akal.
b. Persepsi akurat berupa pandangan dari seseorang tentang
sesuatu peristiwa secara cermat dan tepat sesuai perhitungan.
c. Emosi konsisten dengan pengalaman berupa ke mantapan
perasaan jiwa yang timbul sesuai dengan peristiwa yang penuh
di alami.
d. Perilaku sesuai dengan kegiatan individu atau sesuatu yang
berkaitan dengan individu tersebut di wujudkan dalam bentuk
gerak atau ucapan yang bertentangan dengan moral.
e. Hubungan social dapat di ketahui melalui hubungan seseorang
dengan orang lain dalam pergaulan di tengah masyarakat.

2
2. Respon maladaptive
Respon maladaptive berdasarkan rentang respon halusinasi menurut
(Yusuf & Hanik, 2015) meliputi :
a. Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh di pertahankan
walaupun tidak di yakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
b. Halusinasi merupakan gangguan yang timbul berupa persepsi yang
salah terhadap rangsangan.
c. Tidak mampu mengontrol emosi berupa ketidak mampuan atau
menurunnya kemampuan untuk mengalami kesenangan kebahagiaan,
keakraban, dan kedekatan.
d. Ketidakteraturan perilaku berupa ketidakselarasan antara perilaku dan
gerakan yang di timbulkan.
e. Isolasi social adalah kondisi kesendirian yang di alami oleh
individu karna orang lain menyatakan sikap yang di alami oleh
individu.

2.1.3 Klasifikasi Halusinasi


Menurut Yusuf (2015), klasifikasi halusinasi dibagi menjadi 5 yaitu:
No Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

1 Halusinasi 1. Bicara Atau Tertawa 1. Mendengar Suara


Pendengaran Sendiri Tanpa Lawan Atau Kegaduhan
Bicara. 2.Mendengar Suara
2. Marah-Marah Tanpa Yang Mengajak
Sebab Mencondongkan Bercakap-Cakap
Telinga Ke Arah 3. Mendengar Suara
Tertentu. Yamg Menyuruh
3. Menutup Telinga. Melakukan Sesuatu
Yang Berbahaya
2 Halusinasi 1.Menunjuk-Menunjuk 1.Melihat
Penglihatan Kearah Tertentu Bayangan,Sinar ,Bentuk
2.Ketakutan Kepada Geometris,Bentuk
Objek Yang Tidak Jelas Kartun ,Lihat Hantu
Atau Monster
3 Halusinasi 1.Menghindu Seperti 1.Membaui bau-bauan
Penghindu Sedang Membaui Bau- seperti bau darah,urin
Bauan Tertentu feses
2.Menutup hidung 2.Kadang-Kadang bau
itu menyenangkan

3
4 Halusinasi 1.Sering meludah 1.Merasakan rasa seperti
Pengecapan 2.Muntah darah dan urine
5 Halusinasi Perabaan 1.Menggaruk-garuk 1.Mengatakan ada
permukaan kulit serangga dipermukaan
kulit
2.Merasa Sseperti
tersengat listrik
2.1.4 Jenis-Jenis Halusinasi
Menurut (Pardede & Ramadia, 2021), beberapa jenis halusinasi
antara lain:
1. Halusinasi Pendengaran ( auditory ) 70%
Mendengar suara yang membicarakan, mengejek,
menertawakan, mengancam, memerintahkan untuk melakukan
sesuatau (kadang- kadang hal yang berbahaya). Perilaku yang
muncul adalah mengarahkan telinga pada sumber suara, bicara
atau tertawa sendiri, marah-marah tanpa sebab, menutup telinga,
mulut komat-kamit, dan adanya gerakan tangan.
2. Halusinasi Pengihatan (visual) 20%
Stimulus penglihatan dalam bentuk pencaran cahaya, gambar,
orang atau panorama yang luas dan kompleks, biasanya
menyenangkan atau menakutkan. Perilaku yang muncul adalah
tatapan mata pada tempat tertentu, menunjuk kearah tertentu,
serta ketakutan pada objek yang dilihat.
3. Halusinasi Penciuman (Olfaktori)
Tercium bau busuk, amis, dan bau yang menjijikan seperti :
darah, urine atau feses, kadang-kadang terhidu bau harum
seperti parfum. Perilaku yang muncul adalah ekspresi wajah
seperti mencium,mengarahkan hidung pada tempat tertentun dan
menutup hidung.
4. Halusinasi pengecapan (gustatory)
Merasa mengecap sesuatu yang busuk, amis, dan menjijikkan,
seperti rasa darah, urine, dan feses. Perilaku yang muncul adalah
seperti mengecap, mulut seperti gearakan mengunyah sesuatu
sering meludah, muntah.
5. Halusinasi Perabaan (taktil)
Mengalami rasa sakit atau tidak enak tanpa stimulus yang
terlihat, seperti merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain, merasakan ada yang menggerayangi

4
tubuh seperti tangan, binatang kecil dan mahluk halus. Perilaku
yang muncul adalah mengusap, menggaruk-garuk atau meraba-
raba permukaan kulit, terlihat menggerak-gerakan badan seperti
merasakan sesuatu rabaan.
2.1.5 Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala halusinasi dinilai dari hasil observasi terhadap
pasien serta ungkapan pasien (Pardede & Ramadia, 2021) adalah
sebagai berikut :
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara
3. Gerakan mata cepat
4. Menutup telinga
5. Respon verbal lambat atau diam
6. Diam dan dipenuhi oleh sesuatu yang mengasyikkan
7. Terlihat bicara sendiri
8. Menggerakkan bola mata dengan cepat
9. Bergerak seperti membuang atau mengambil sesuatu
10. Duduk terpaku, memandang sesuatu, tiba-tiba berlari ke
ruangan lain
11. Disorientasi (waktu, tempat, orang)
12. Perubahan kemampuan dan memecahkan masalah
13. Perubahan perilaku dan pola komunikasi
14. Gelisah, ketakutan, ansietas
15. Peka rangsang
16. Melaporkan adanya halusinasi

2.1.6 Mekanisme Koping


Setiap individu dari semua umur dapat mengalami stress dan akan
menggunakan berbagai cara untuk menghilangkan stress yang
sedang dialami. Ketegangan fisik dan emosional yang menyertai
sters dapat menimbulkan ketidaknyamanan. Ketidak nyamanan ini
membuat individu menjadi termotivasi untuk melakukan sesuatu
demi mengurangi atau menghilagkan stress. Usaha yang dilakukan
tersebut disebut dengan koping. koping adalah ketika seseorang
berhasil mengatasi kesukaran atau usaha meniadakan atau
membebaskan diri dari rasa tidak nyaman karena sters. Koping
adalah upaya untuk mengelola situasi yang membebani,
memperluas usaha untuk memecahkan masalah-masalah hidup dan
berusaha mengatasi atau mengurangi stress. Koping adalah suatu
proses usaha untuk mempertemukan tuntutan yang berasal dari diri

5
sendiri dari lingkungan (Bakhtiar, 2015).

2.1.7 Etiologi
Faktor predisposisi klien halusinasi menurut (Oktiviani, 2020) :
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Tugas perkembangan klien terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri.

b. Faktor sosiokultural
Seseorang yang merasa tidak diterima dilingkungan sejak
bayi akan merasa disingkirkan, kesepian, dan tidak
percaya pada lingkungan.

c. Biologis
Faktor biologis Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya
gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan dialami
seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan suatu zat
yang dapat bersifat halusinogen neurokimia.Akibat stress
berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya
neurotransmitter otak.

d. Psikologis
Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggung jawab
mudah terjerumus pada penyalahgunaan zat adikitif. Hal
ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya,
klien lebihmemilih kesenangan sesaat dan lari dari alam
nyata menuju alam khayal.

e. Sosial Budaya
Meliputi klien mengalami interaksi sosial dalam fase awal
dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.

6
2. Faktor Presipitasi
Faktor presipitasi merupakan stimulus yang dipersepsikan oleh
individu sebagai tantangan, ancaman, atau tuntutan yang
memerlukan energi ekstra untuk menghadapinya. Seperti
adanya rangsangan dari lingkungan, misalnya partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak komunikasi, objek
yang ada di lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi,
sering menjadi pencetus terjadinya halusinasi. Hal tersebut
dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang
tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Penyebab Halusinasi
dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani, 2020) yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa,
penggunaaan obat-obatan, demam hingga delirium,
intoksikasi alkohol dan kesulitan untuk tidur dalam waktu
yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas
dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan
penyebab halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat
berupa perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak
sanggup lagi menentang perintah tersebut hingga dengan
kondisi tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan
tersebut
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini
menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri
untuk melawan impuls yang menekan, namun merupakan
suatu hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat
mengambil seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan
mengontrol semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam
fase awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.

7
e. Dimensi Spiritual : Secara sepiritual klien Halusinasi
mulai dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara
sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya
menjemput rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang
lain yang menyebabkan takdirnya memburuk.
2.1.8 Fase Halusinasi
Halusinasi terbagi atas beberapa fase (Oktiviani, 2020):
a. Fase Pertama / Sleep disorder
Pada fase ini Klien merasa banyak masalah, ingin menghindar
dari lingkungan, takut diketahui orang lain bahwa
dirinyabanyak masalah. Masalah makin terasa sulit karna
berbagai stressor terakumulasi, misalnya kekasih hamil,
terlibat narkoba, dikhianati kekasih, masalah dikampus, drop
out, dst. Masalah terasa menekan karena terakumulasi
sedangkan support sistem kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur berlangsung trus-menerus
sehingga terbiasa menghayal. Klien menganggap
lamunanlamunan awal tersebut sebagai pemecah masalah.

b. Fase Kedua / Comforting


Klien mengalami emosi yang berlanjut seperti adanya perasaan
cemas, kesepian, perasaan berdosa, ketakutan, dan mencoba
memusatkan pemikiran pada timbulnya kecemasan. Ia
beranggapan bahwa pengalaman pikiran dan sensorinya dapat
dia kontrol bila kecemasannya diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman dengan halusinasinya

c. Fase Ketiga / Condemning


Pengalaman sensori klien menjadi sering datang dan
mengalami bias. Klien mulai merasa tidak mampu lagi
mengontrolnya dan mulai berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang dipersepsikan klien mulai menarik
diri dari orang lain, dengan intensitas waktu yang lama.

d. Fase Keempat / Controlling Severe Level of Anxiety


Klien mencoba melawan suara-suara atau sensori abnormal
yang datang. Klien dapat merasakan kesepian bila

8
halusinasinya berakhir. Dari sinilah dimulai fase gangguan
psikotik.

e. Fase ke lima / Conquering Panic Level of Anxiet


Pengalaman sensorinya terganggu. Klien mulai terasa
terancamdengan datangnya suara-suara terutama bila klien
tidak dapat menuruti ancaman atau perintah yang ia dengar
dari halusinasinya. Halusinasi dapat berlangsung selama
minimal empat jam atau seharian bila klien tidak mendapatkan
komunikasi terapeutik. Terjadi gangguan psikotik berat.

2.1.9 Penatalaksanaan medis


Menurut Rahayu (2016), penatalaksanaan medis pada pasien
halusinasi pendengaran dibagi menjadi dua:
1. Terapi Farmakologi
a. Haloperidol
1) Klasifikasi : antipskotik, neuroleptic, butirofenon
2) Indikasi
Penatalaksanaan psikosis kronik akut, pengendalian
hiperaktivitas dan masalah perilaku berat pada anak-anak.
3) Mekanisme Kerja
Mekanisme kerja anti psikotik yang tepat belum dipenuhi
sepenuhnnya, tampak menekan susunan saraf pusat pada
tingkat subkortikal formasi retricular otak, mesenfalon dan
batang otak.
4) Kontraindikasi
Hipersensivitas terhadap obat ini pasien depresi SSP dan
sumsum tulang belakang, kerusakan otak subkortikal,
penyakit Parkinson dan anak dibawah usia 3 tahun.
5) Efek samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, mulut
kering dan anoreksia.
b. Clorpromazin
1) Klasifikasi : sebagai antipsikotik, antiemetic.
2) Indikasi: Penanganan gangguan psikotik seperti
skizofrenia, fase mania pada gangguan bpolar, gangguan
skizofrenia, ansietas dan agitasi, anak hiperaktif yang
menunjukkan aktivitas motorik berlebih.

9
3) Mekanisme Kerja:
Mekanisme kerja antipsikotik yang tepat belum dipahami
spenuhnya, namun berhubungan dengan efek
antidopaminergik. Antipsikotik dapatmenyekat reseptor
dipamine postsinaps pada ganglia basa, hipotalamus,
system limbic, batang otak dan medulla.
4) Kontraindikasi
Hipersensitivitas terhadap obat ini, pasien koma atau
depresi sumsum tulang, penyakit Parkinson, insufiensi
hati, ginjal dan jantung, anak usia dibawah 6 tahun dan
wanita selama masa kehamilan dan laktasi.
5) Efek Samping
Sedasi, sakit kepala, kejang, insomnia, pusing, hipertensi,
ortostatik, hipotensi, mulut kering, mual dan muntah.

c. Trihexypenidil ( THP )
1) Klasifikasi antiparkinson
2) Indikasi
Segala penyakit Parkinson, gejala ekstra pyramidal
berkaitan dengan obat antiparkinson.
3) Mekanisme Kerja
Mengorks ketidakseimbangan defisiensi dopamine dan
kelebihan asetilkolin dalam korpus striatum, asetilkolin
disekat oleh sinaps untuk menguragi efek kolinergik
berlebihan.
4) Kontraindikasi Hipersensitivitas terhadap obat ini,
glaucoma sudut tertutup, hipertropi prostat pada anak
dibawah usia 3 tahun.
5) Efek Samping: mengantuk, pusing, disorientasi, hipotensi,
mulut kering, mual dan muntah.

2. Terapi Non Farmakologi


a. Terapi Aktivitas Kelompok yang sesuai dengan Gangguan
Sensori Persepsi : Halusinasi adalah TAK Stimulasi Persepsi.
b. Elektro Convulsif Therapy (ECT), merupakan pengobatan
secara fisik meggunakan arus listrik dengan kekuatan 75-100
volt, cara kerja belum diketahui secara jelas namun dapat
dikatakan bahwa terapi ini dapat memperpendek lamanya
serangan Skizofrenia dan dapat permudah kontak dengan
orang lain.

10
c. Pengekangan atau pengikatan pengembangan fisik
menggunakan pengekangan mekanik seperti manset untuk
pergelangan tangan dan pergelangan kaki dimana klien
pengekangan dimana klien dapat dimobilisasi dengan
membalutnya, cara ini dilakukan padda klien halusinasi yang
mulai menunjukkan perilaku kekerasan diantaranya: marah-
marah atau mengamuk.

2.1.10 Komplikasi
Halusinasi dapat menjadi suatu alasan mengapa klien melakukan
Tindakan perilaku kekerasan karena suara-suara yang memberinya
Perintah sehingga rentan melakukan perilaku yang tidak adaptif.
Perilaku kekerasan yang timbul pada klien skizofrenia diawali
Dengan adanya perasaan tidak berharga, takut dan ditolak oleh
Lingkungan sehingga individu akan menyingkir dari hubungan
Interpersonal dengan orang lain (keliat,2014). Komplikasi yang
dapat terjadi pada Klien dengan masalah utama gangguan sensori
persepsi: halusinasi, Antara lain: resiko prilaku kekerasan, harga
diri rendah.

2.2 Konsep Dasar Asuhan Keperawatan


2.2.1 Pengkajian Keperawatan
(Yusuf, 2015) mengemukakan bahwa halusinasi dipengaruhi oleh
beberapa factor, yaitu:
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor perkembangan
Hambatan perkembangan akan mengganggu hubungan
interpersonal yang dapat meningkatkan stres dan ansietas
yang dapat berakhir dengan gangguan persepsi. Pasien
mungkin menekan perasaannya sehingga pematangan
fungsi intelektual dan emosi tidak efektif.
b. Faktor sosial budaya
Berbagai faktor di masyarakat yang membuat seseorang
merasa disingkirkan atau kesepian, selanjutnya tidak dapat
diatasi sehingga timbul akibat berat seperti delusi dan
halusinasi.
c. Faktor psikologis
Hubungan interpersonal yang tidak harmonis, serta peran
ganda atau peran yang bertentangan dapat menimbulkan

11
ansietas berat terakhir dengan pengingkaran terhadap
kenyataan, sehingga terjadi halusinasi.
d. Faktor biologis
Struktur otak yang abnormal ditemukan pada pasien
gangguan orientasi realitas, serta dapat ditemukan atropik
otak, pembesaran ventikal, perubahan besar, serta bentuk
sel kortikal dan limbik.
e. Faktor genetic
Gangguan orientasi realitas termasuk halusinasi umumnya
ditemukan pada pasien skizofrenia. Skizofrenia ditemukan
cukup tinggi pada keluarga yang salah satu anggota
keluarganya mengalami skizofrenia, serta akan lebih tinggi
jika kedua orang tua skizofrenia.

2. Faktor Presipitasi
Penyebab Halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi (Oktiviani,
2020) yaitu :
a. Dimensi fisik: Halusinasi dapat ditimbulkan oleh beberapa
kondisi fisik seperti kelelahan yang luar biasa, penggunaaan
obatobatan, demam hingga delirium, intoksikasi alkohol
dan kesulitan untuk tidur dalam waktu yang lama.
b. Dimensi Emosional: Perasaan cemas yang berlebihan atas
dasar problem yang tidak dapat diatasi merupakan penyebab
halusinasi itu terjadi. Isi dari halusinasi dapat berupa
perintah memaksa dan menakutkan. Klien tidak sanggup
lagi menentang perintah tersebut hingga dengan kondisi
tersebut klien berbuat sesuatu terhadap ketakutan tersebut.
c. Dimensi Intelektual: Dalam dimensi intelektual ini
menerangkan bahwa individu dengan halusinasi akan
memperlihatkan adanya penurunan fungsi ego. Pada
awalnya halusinasi merupakan usaha dari ego sendiri untuk
melawan impuls yang menekan, namun merupakan suatu
hal yang menimbulkan kewaspadaan yang dapat mengambil
seluruh perhatian klien dan tidak jarang akan mengontrol
semua perilaku klien.
d. Dimensi Sosial: Klien mengalami interaksi sosial dalam
fase awal dan comforting, klien meganggap bahwa hidup
bersosialisasi di alam nyata sangat membahayakan. Klien
asyik dengan Halusinasinya, seolah-olah ia merupakan
tempat untuk memenuhi kebutuhan akan interaksi sosial,

12
kontrol diri dan harga diri yang tidak didapatkan dakam
dunia nyata.
e. Dimensi Spiritual: Secara sepiritual klien Halusinasi mulai
dengan kehampaan hidup, rutinitas tidak bermakna,
hilangnya aktifitas ibadah dan jarang berupaya secara
sepiritual untuk menyucikan diri. Saat bangun tidur klien
merasa hampa dan tidak jelas tujuan hidupnya. Individu
sering memaki takdir tetapi lemah dalam upaya menjemput
rezeki, menyalahkan lingkungan dan orang lain yang
menyebabkan takdirnya memburuk.
a. Biologis Stressor biologis yang berhubungan dengan
respon neurobiologis maladaptif adalah gangguan
dalam komunikasi dan putaran umpan balik otak dan
abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak,
yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara
selektif menanggapi stimulus.
b. Lingkungan Ambang toleransi terhadap stres yang
ditentukan secara biologis berinteraksi dengan stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan
prilaku.
c. Stres sosial / budaya Stres dan kecemasan akan
meningkat apabila terjadi penurunan stabilitas keluarga,
terpisahnya dengan orang terpenting atau disingkirkan
dari kelompok.
d. Faktor psikologik Intensitas kecemasan yang ekstrem
dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan
mengatasi masalah dapat menimbulkan perkembangan
gangguan sensori persepsi halusinasi.
e. Mekanisme koping Perilaku yang mewakili upaya
untuk melindungi pasien dari pengalaman yang
menakutkan berhubungan dengan respons
neurobiologis maladaptif meliputi : regresi,
berhunbungan dengan masalah proses informasi dan
upaya untuk mengatasi ansietas, yang menyisakan
sedikit energi untuk aktivitas sehari-hari. Proyeksi,
sebagai upaya untuk menejlaskan kerancuan persepsi
dan menarik diri.
f. Sumber koping Sumber koping individual harus dikaji
dengan pemahaman tentang pengaruh gangguan otak
pada perilaku. Orang tua harus secara aktif mendidik

13
anak–anak dan dewasa muda tentang keterampilan
koping karena mereka biasanya tidakhanya belajar dari
pengamatan. Disumber keluarga dapat pengetahuan
tentang penyakit, finensial yang cukup, faktor
ketersediaan waktu dan tenaga serta kemampuan untuk
memberikan dukungan secara berkesinambungan.
g. Perilaku halusinasi Batasan karakteristik halusinasi
yaitu bicara teratawa sendiri, bersikap seperti
memdengar sesuatu, berhenti bicara ditengah – tengah
kalimat untuk mendengar sesuatu, disorientasi,
pembicaraan kacau dan merusak diri sendiri, orang lain
serta lingkungan.

Adaptif Maladaptif
pikiran logis Persepsi Distorsi pikiran Gangguan pikir/delusi
akurat emosi kosisten (pikiran kotor) Ilusi Halusinasi Perilaku
dengan pengalaman Reaksi emosi disorganisasi Isolasi
perilaku sesuai berlebih atau kurang sosial
hubungan social perilaku aneh dan
tidak bisa menarik
diri

1. Respon Adaptif
Respon adaptif respon yang dapat diterima oleh norma-norma
sosial budaya yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut 9
dalam batas normal jika menghadapi suatu masalah akan dapat
memecahkan masalah tersebut, respon adaftif :
a. Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada
kenyataan. Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada
kenyataan.
b. Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang
timbul dari pengalaman
c. Perilaku sosial adalah sikap dan tingkah laku yang masih
dalam batas kewajaran.
d. Hubungan sosial adalah proses suatu interaksi dengan orang
lain dan lingkungan.
2. Respon Maladaptif Respon maladaptif adalah respon individu
dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari norma-
norma sosial budaya dan lingkungan, adapun respon maladaptif
meliputi:

14
a. Kelainan pikiran adalah keyakianan yang secara kokoh
dipertahankan walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan
bertetangan dengan kenyataan sosial.
b. Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau
persepsi eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
c. Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul
dari hati.
d. Perilaku tidak terorganisir merupakan suatu yang tidak teratur.
e. Isolasi sosial adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh
individu dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan
sebagai suatu kecelakaan yang negatif mengancam.

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Menurut NANDA 2015-2017 yakni gangguan persepsi. Dengan faktor
berhubungan dan batasan karakteristik disesuaikan dengan keadaan
yang ditemukan pada tiap-tiap partisipan. Topik yang diteliti yakni
kemampuan mengontrol halusinasi dengar (Aji, 2019).

2.2.3 Intervensi Keperawatan


Rencana tindakan Keperawatan Untuk Pasien. (Yusuf, 2015)
2. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi hal berikut.
a. Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya.
b. Pasien dapat mengontrol halusinasinya.
c. Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal.
3. Tindakan keperawatana.
a. Membantu pasien mengenali halusinasi dengan cara berdiskusi dengan
pasien tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi
halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan
halusinasi muncul, dan respons pasien saat halusinasi muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar
mampu mengontrol halusinasi, Anda dapat melatih pasien empat cara yang
sudah terbukti dapat mengendalikan halusinasi, yaitu sebagai berikut.
1) Menghardik halusinasi.
2) Bercakap-cakap dengan orang lain.
3) Melakukan aktivitas yang terjadwal.
4) Menggunakan obat secara teratur.
Rencana tindakan keperawatan pada klien dengan diagnosa gangguan
persepsi sensori halusinasi meliputi pemberian tindakan keperawatan berupa
terapi (Sulah & Teguh, 2016) yaitu :
1. Bantu klien mengenal halusinasinya meliputi isi, waktu terjadi halusinasi,
isi, frekuensi, perasaan saat terjadi halusinasi respon klien terhadap
halusinasi mengontrol halusinasi dengan cara menghardik,

15
2. meminum obat secara teratur.
3. Melatih bercakap-cakap dengan orang lain,
4. Menyusun kegiatan terjadwal dan dengan aktifitas

2.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Adapun pelaksanaan tindakan keperawatan jiwa
dilakukan berdasarkan Strategi Pelaksanaan (SP) yang sesuai
dengan masing-masing masalah utama. Pada saat akan
dilaksanakan tindakan keperawatan maka kontrak dengan
klien dilaksanakan dengan menjelaskan apa yang akan
dikerjakan dan peran serta klien yang diharapkan,
dokumentasikan semua tindakan yang telah dilaksanakan
serta respon klien (Hafizudiin,2021).

2.2.5 Evaluasi Keperawatan


Evaluasi adalah proses hasil atau sumatif dilakukan dengan
membandingkan respon klien pada tujuan umum dan tujuan
khusus yang telah ditentukan.halusinasi pendengaran tidak
terjadi perilaku kekerasan, klien dapat membina hubungan
saling percaya, klien dapat mengenal halusinasinya, klien dapat
mengontrol halusinasi dengar dari jangka waktu 4x24 jam
didapatkan data subjektif keluarga menyatakan senang karena
sudah diajarkan teknik mengontrol halusinasi, keluarga
menyatakan pasien mampu melakukan beberapa teknik
mengontrol halusinasi. Data objektif pasien tampak berbicara
sendiri saat halusinasi itu datang, pasien dapat berbincang -
bincang dengan orang lain, pasien mampu melakukan aktivitas
terjadwal, dan minum obat secara teratur (Hafizudiin,2021).

16
17
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian Keperawatan
a. Identitas Klien
Nama pasien : Ny. R
Jenis Kelamin : Perempuan
Ruang Rawat : Kemboja
MR No : 04.33.41
Tanggal Masuk RS : 07 Juni 2020
Tanggal Pengkajian : 24 Januari 2022
Tanggal Lahir : 31-12-1994
Umur : 26 tahun
Agama : Kristen
Informan : Klien dan Status Klien

b. Alasan Masuk
mendengar suara bisikan yang membisikkan ditelinganya seperti menyuruh
atau memerintah klien untuk melakukan sesuatu. Karena klien suka
membawa benda-benda seperti minyak dan korek api,meresahkan warga,
suka berbicara sendiri, dan menggangu orang lain

c. Faktor presdiposisi
Klien belum pernah masuk rumah sakit jiwa dimasa lalu. Begitu pula dengan
anggota keluarga pasien juga tidak ada yang mengalami gangguan jiwa. Klien
menyatakan bahwa dulunya pasien pernah mengalamin pelecehan seksual
pada usianya yang ke 22 tahun pada masa lalunya yang tidak menyenangkan
dulu.

d. Fisik
Klien tidak memiliki keluhan fisik, saat dilakukan pemeriksaan tanda-tanda
Vital, didapatkan hasil TD : 110/80 mmHg ; N : 80x/i ; S : 36,5 C ; P : 20x/i.
Klien memiliki tinggi badan 147 cm dan berat badan 56 Kg

e. Psikososial
a. Genogram
Klien mengatakan memiliki ayah bernama Tn.S dan ibu bernama Ny.T
dan klien anak (1) pertama dari (2) bersaudara. Klien mengalami
gangguan jiwa dan keluarga dalam keadaan sehat fisik dan psikologi
serta tidak mengalamin gangguan jiwa (sehat jiwa).

1
Ny.R

Keterangan:
: Ayah Klien

: Ibu Klien

: Klien

: Adek Laki-Laki Klien

: Garis Keturunan

......... : tinggal serumah dengan klien

b. Konsep diri
a. Gambaran diri : Klien menyukai seluruh tubuhnya
b. Identitas : Klien anak ke 1 dari 2 bersaudara
c. Peran : klien berperan sebagai seorang anak
d. Ideal diri : klien ingin cepat pulang.
e. Harga diri : Klien mengatakan dia malu dan merasa rendah diri saat
bertemu dengan orang lain (Laki-Laki).
Masalah keperawatan: Harga Diri Rendah

f. Hubungan sosial
a. orang yang berarti : orang yang sangat berarti bagi pasien yakni kedua
orang tua
b. peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat : klien mampu
mengikuti kegiatan kelompok/masyarakat.
c. hambatan dalam hubungan dengan orang lain: klien mampu mengikuti
kegiatan dengan orang lain.

2
g. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan : Klien beragama kristen dan yakin Dengan Tuhan
Yesus.
b. Kegiatan Ibadah : Klien melakukan ibadah selama dirawat
(kebaktian).

h. Status mental
1. Penampilan
Klien tampak tidak rapi dan acak-acakan dan badan berbau tidak sedap
dikarenakan klien mandi sehari sekali.
2. Pembicaraan
Klien berbicara cepat namun terdengar dengan jelas
3. Aktivitas
klien mengatakan bisa melakukan aktivitas sehari – hari seperti
melakukan mencuci piring dan mengepel.
4. Suasana perasaan
Klien tanpak biasa, terlihat nyaman selama dirawat.
5. Afek
Penjelasan :ekspresi wajah klien sesuai dengan topik pembicaraan
6. Interaksi selama wawancara
Penjelasan :Klien kooperatif saat wawancara
7. Persepsi
Berdasarkan Observasi pada klien, Klien mengatakan saat diruangan ia
mendengar suara bisikan yang membisikkan ditelinganya seperti
menyuruh atau memerintah klien untuk melakukan sesuatu.
Masalah keperawatan : halusinasi pendengaran
8. Proses Pikir
Klien tidak mengatasi gangguan proses pikir
Masalah keperawatan : tidak ada masalah.
9. Isi pikiran
Penjelasan :tidak ada gangguan isi pikir,
10. Tingkat kesadaran
Penjelasan :Klien tidak mengalami gangguan diorientasi dalam
mengenali waktu, orang dan tempat.
11. Memori
Penjelasan :Klien mampu menceritakan kejadian di masa lalu dan yang
baru terjadi.
12. Tingkat konsentrasi berhitung
Penjelasan: Klien mampu berkonsentrasi dalam perhitungan sederhana
tanpa bantuan orang lain.

3
13. Kemampuan penilaian
Penjelasan : Klien dapat membedakan hal yang baik dan yang buruk
(mampu melakukan penilaian).
14. Daya tilik diri
Penjelasan: Klien tidak mengingkari penyakit yang diderita, Klien
mengetahui bahwa dia sedang sakit dan dirawat di Rumah Sakit Jiwa

i. Aspek Medik
Diagnosa Medik : Skizofrenia Paranoid
Terapi medis yang diberikan :
 Risperidone 2mg 2x1
 Clozapine 25mg 1x1

j. MasalahKeperawatan
1. Koping individu inefektif
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran
3. Defisit perawatan diri

k. Analisis data

No Data MasalahKeperawatan
1 Ds : Gangguan persepsi
- Klien mengatakan saat diruangan ia mendengar sensori :Halusinasi
suara bisikan yang membisikkan ditelinganya pendengaran
seperti menyuruh atau memerintah klien untuk
melakukan sesuatu.
- Klien mengatakan suara-suara itu muncul saat siang
dan malam hari ketika ia sedang menyendiri dan
saat sedang beristirahat
Do :
- Klien mondar-mandir diruangan ,bicara sendiri.
- Klien bicara ngawur.
- Klien tampa bingung karena tidak tau apa yang
harus dilakukannya

2 Ds : Harga Diri Rendah


- Klien mengatakan dia malu dan merasa rendah diri
saat bertemu dengan orang lain (Laki-Laki).
- Klien merasa sedih karena dirawat dirumah sakit

4
jiwa
- Klien mengatakan hanya menyusahkan keluarga
dan ingin cepat sembuh

Do :
- Keadaan pasien saat melihat laki-laki dia menjauh
dari laki-laki itu.
- Klien tampak sedih karena kondisinya
- Klien tampak kurang percaya diri

3 Ds : Defisit perawatan diri


- Klien mengatakan malas mandi sore
Do :
- Keadaan pasien tampak bau
- Rambut klien tampak acak-acakan dan tampak
malas untuk menyisir rambut dan mandi sore harus
disuruh.

3.2 Diagnosa Keperawatan


1. Gangguang persepsi sensori : halusinasi pendengaran.
2. Harga Diri Rendah
3. Defisit Perawatan Diri

5
3.3 Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Intervensi
Gangguan persepsi sensori SP1:Melatih pasien mengenali halusinasi dengan cara
:halusinasi pendengaran menghardik halusinasi.

SP2:Dengan cara minum obat secara teratur

SP3:Mengontrol halusinasi dengan cara bercakap-cakap


dengan orang lain

SP4:Mengontrol halusinasi dengan cara melakukan


aktivitas terjadwal

2 Harga Diri Rendah SP1:Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang


dimiliki pasien

SP2:
-Menilai kemampuan yang dapat digunakan
-Menetapkan/Memilihkegiatan sesuai kemampuan
-Memilih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 1

SP3:Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dilih 2

SP4:Melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 3

3 Defisit Perawatan Diri SP1:


Melatih cara perawatan diri Mandi
SP2:
Melatih cara perawatan diri Berhias
SP3:
Melatih cara perawatan diri Makan/Minum
SP4:
Melatih cara perawatan diri BAK/BAB

6
3.4 Implementasi dan Evaluasi

Waktu Implementasi Evaluasi


Selasa, Data : S : klien mengatakan masih
25 Tanda dan gejala : mendengar suara-suara bisikan
Januari Berbicara sendiri, mendengar suara-suara, yang membisikkan
2022. menutup telinga ditelinganya seperti menyuruh
TTV: atau memerintah klien untuk
10.20
TD: 145/50 mmHg
wib melakukan sesuatu
N : 85x/i
O : - klien tampak berbicara
RR: 20x/i
tidak jelas
Dagnosa Keperawatan: Halusinsi
- Klien mampu
Pendengaran
menghardik dengan
Tindakan Keperawatan :
mandiri
Sp 1: Mengidentifikasi isi, frekuensi waktu
A : Halusinasi Pendengaran (+)
terjadi situasi pecetus, perasaan dan respon
P :- Latihan mengidentifikasi
halusinasi
halusinasinya; isi, frekuensi,
- Melatih cara menghardik
watu terjadi, sruasi pencetus,
RTL :
perasaan dan respon halusinasi
Sp 2: Minum obat secara teratur
3x/hari
- Latihan menghardik halusinasi
3x/1 hari
Rabu, • Data: S:
26-01 - Tanda dan gejala :Berbicara sendiri, - Senang, bersemangat
2022 Mendengar suara-suara, Menutup - klien mengatakan
11:20 telinga masih mendengar
TTV: suara-suara tersebut
TD : 155/40 mmHg
N: 80x/i O:
RR : 20x/i - klien tampak berbicara
• Diagnosa Keperawatan : berbicara sendiri
Halusinasi pendengaran - klien mampu minum obat
secara teratur
• Tindakan keperawatan
Sp 2 Halusinasi pendengaran A:Halusinasi Pendengaran
(+)
. Minum Obat teratur
P:
4. RTL: -Menghardik 3x1
Sp 3 Halusinasi Pedengaran -Minum obat

7
1. Bercakap-cakap dengan orang lain Risperidone 2x1
Clozapine 1x1

Kamis, 1. Data: S:
27, 01- Tanda dan gejala :Berbicara sendiri, klien mengatakan suara
2022 Mendengar suara-suara, Menutup suara mulai berkurang
09:40 telinga
2. Diagnosa Keperawatan : O:
Halusinasi pendengaran 1. Klien mengetahui
manfaat obat
3. Tindakan keperawatan 2. Klien mampu bercakap
Sp 3 Halusinasi pendengaran cakap dengan orang
1. Evaluasi pengetahuan dan lain
kepatuhan minum obat 3. Klien mampu minum
2. Bercakap-cakap dengan orang lain obat secara teratur
secara mandiri
4. RTL:
A:Halusinasi Pendengaran
Sp4 halusinasi pendengaran (+)
1. Melakukan Kegiatan terjadwal
P:
-Mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi,
situasi pencetus, perasaan
dan respon halusinasi
- Menghardik 3x1
- Minum obat
Risperidone 2x1
Clozapine 1x1

Jum’at 1.Data: S : Klien memahami apa


28-01- Tanda dan gejala : yang sudah diajarkan
2022 tidak mau berbicara jika tidak ada yang
duluan mengajak bicara , sering O:
10:30 menunduk, wajah sedih, murung, - Klien sudah
pendiam, dan suara pelan mampu
Klien mengatakan dibuang oleh memgidentifikasi

8
keluarganya dan merasa minder dengan aspek postif yang
orang lain karena di rawat di rumah sakit ada pada dirinya:
jiwa Klien tampak malu dan gelisah. klien pandai
mengajar
Diagnosa Keperawatan Gangguan Konsep - Klien sudah mampu
Diri : Harga diri rendah kronis menetapkan
kemapuan yang
Tindakan Keperawatan dapat digunakan
SP 1 : Gangguan Konsep Diri : Harga secara mandiri dan
diri rendah kronis termotivasi
Mengidentifikasi kemampuan dan aspek A:
positif yang dimiliki pasien Gangguan Konsep Diri :
Harga diri rendah kronis
RTL : (+)
SP 2 : Konsep Diri : Harga diri
rendah kronis P:
1. Menilai kemamampuan yang dapat 1) Latiham aspek
digunakan positif yang
2. Menetapkan/memilih kegiatan dimiliki klien
sesuaikemampuan 1x/hari
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan Latih klien untuk
yangdipilih 1 memasukkan dalam
jadwal kegiatan
harian 1x/hari

Sabtu 29- 1. Data S : Pasien sangat antusias


01-2022 Tanda dan gejala : tidak mau berbicara O :
jika tidak ada yang duluan mengajak Pasien mampu
11:00 bicara, wajah sedih, murung, pendiam, menjelaskan hal-hal yang
dan suara pelan disukai dia seperti :
2. Diagnosa Keperawatan mengajar, bermain catur
Gangguan Konsep Diri : Harga diri cina dan membaca novel
rendah
3. Tindakan Keperawatan SP 2 : A:
Gangguan Konsep Diri : Gangguan Konsep Diri :
Harga diri rendah kronis Harga diri rendah kronis
(+)
1. Menilai kemamampuan yang dapat
digunakan P:
2. Menetapkan/memilih kegiatan latihan berinteraksi dengan

9
sesuaikemampuan orang lain dengan cara
3. Melatih kegiatan sesuai kemampuan bermain catur untuk
yangdipilih 1 mempererat interaksi
sosialnya sesuai kemampuan
4. RTL positif yang dimiliki 1
SP 3 x/sehari.
1. Melatih kegiatan sesuai dengan
kemampuan yang dipilih 2
Senin 31- 1. Data
01-2022 Tanda dan gejala : tidak mau berbicara S : Senang dan bersemangat
15:20 jika tidak ada yang duluan mengajak
bicara, wajah sedih, murung, pendiam, O:
dan suara pelan, sudah tidak menunduk Klien mampu melakukan
jika di ajak berbicara aspek positif yang dimiliki
sesuai kemampuannya
2. Diagnosa Keperawatan yaitu menyuci piring dan
Gangguan Konsep Diri : Harga diri menyapu
rendah mempraktekkannya dengan
3. Tindakan Keperawatan SP 3 Baik
: Gangguan Konsep Diri :
Harga diri rendah kronis A:
-Melatih kegiatan sesuai kemampuan Gangguan Konsep Diri :
yang dipilih 2 Harga diri rendah kronis
(+)
4. RTL
SP 4 P:
Melatih kegiatan sesuai dengan -Membersihkan tempat tidur
kemampuan yang dipilih 3 -Mencuci piring 1x1 hari
-Latihan menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih

10
Rabu 02- Data
02-2022 Tanda dan gejala : tidak mau berbicara S : Senang dan bersemangat
16:00 jika tidak ada yang duluan mengajak
bicara, wajah sedih, murung, pendiam, O:
dan suara pelan Klien mampu melakukan
Diagnosa Keperawatan aspek positif yang dimiliki
Gangguan Konsep Diri : Harga diri sesuai kemampuannya
rendah yaitu menyuci piring dan
Tindakan Keperawatan SP 3 : menyapu
Gangguan Konsep Diri : Harga mempraktekkannya dengan
diri rendah kronis Baik
-Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yang dipilih 2 A:
Gangguan Konsep Diri :
RTL Harga diri rendah kronis
SP 4 (+)
Melatih kegiatan sesuai dengan kemampuan
yang dipilih 3 P:
-Membersihkan tempat tidur
-Mencuci piring 1x1 hari
-Latihan menyusun jadwal
untuk melakukan kegiatan
yang sudah dilatih

Kamis S:
03-02- 1. Data Klien mengatakan senang
2022 Tanda dan gejala : Klien tampak malu dan antusias
dan gelisah, dan tanpak sedih saat di
14:30 kaji serta menundukkan kepala O:
2. Diagnosa keperawatan : Harga diri -Klien mampu menyapu
rendah
3. Tindakan keperawatan A:
Sp 4 HDR HDR (+)
Melatih kegiatan sesuai kemampuan
yangdipilih 3 P:
-Membersihkan tempat
4. RTL: tidur
Evaluasi Sp1-Sp4 -Mencuci piring 1x1/hari
-Menyapu 2x1/hari

11
Jum’at Data : S: Kien tampak kusam, kotor,
04-02- Tanda dan gejala: gigi kuning, susah disuruh
2022 Klien tampak kotor, dan kusam, kuku kotor, mandi, rambut berantakkan
gigi kuningdan susah jika disuruh mandi, O: - klien sudah mau disuruh
15:40 makan berantakkan, penampilan tidak rapi mandi
- Klien mampu memotong
Diagnosa Keperawatan : kuku secara mandiri
Defisit Perawatan Diri A: Defisit Perawatan Diri
Tindakan Keperawatan : P: - Perwatan Diri Mandi
- Mengucapkan salam
- Menanyakkan kabar/ perasaannya saat
ini
- Memberika Sp 1 Defisit Perawatan Diri
Melatih Perawatan diri Mandi
- Kontrak kembali waktu selanjutnya
RTL:
Sp 2 : Melatih perawatan diri berhias
Sabtu, Data : S: rambut masih berantakkan,
05-02- Tanda dan gejala : makan masih berserakkan
2022 - Klien sudah rajin mandi 2x1 hari, rambut O: - klien mampu menyisir
masih berantakkan, makan masih rambut secara mandiri
15:20 berantakkan, kuku terlihat bersih A: Defisit perawatan diri
Diagnosa Keperawatan : Defisit Perawat P : - perwatan diri mandi 2x1
Diri hari
Tindakan Keperawatan : - Perawatan diri berhias,
- Mengucapkan salam menyisir rambut,
- Menanyakkan kabar dan memakai bedak
perasaannya
- Memberikan Sp 2 Defisit perawatan
diri : Latihan perwatan diri berhias
RTL :
SP 3 : Latihan Perawatan diri
Makan/minum

12
Senin, Data : S: klien tampak senang dan
06-02- - Klien mandi 2x1 hari, rambut antusias
2022 terlihat rapi, tercium wangi, kuku O: - klien mandi 2x1 hari
tapak rapi, makan masih - Klien mampu
14:50 berantakkan menyisir rambut
Diagnosa Keperawatan : Defisit secara mandiri
Perawatan diri - Klien tampak rapi,
Tindakan Keperawatan : dan wangi
- Memberi salam - Klien makan sudah
- Menanyakkan kabar tidak berantakkan
- Meberikan Sp 4 : Latihan A: Defisit perawatan diri
Perawatam diri makan/minum P: mandi 2x1 hari
- Evaluasi Pemberian Sp:1-4 Defisit - Berhias, dan memotong
perawatan diri kuku dengan mandiri dan
rapi
- Makan 3x1 hari dengan
rapi

13
BAB 4
PEMBAHASAN

Setelah penulis melaksanakan asuhan keperawat kepada Ny.R dengan


gangguan sensori persepsi: halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Jiwa
Prof.Dr.M.Ildrem,Medan Provinsi Sumatra Utara, maka penulis pada BAB
ini akan membahas kesenjangan antara teoritis dengan tinjauan kasus.
Pembahasan dimulai melalui tahapan proses keperawatan yaitu pengkajian,
diagnosa keparawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

4.1 Pengkajian
Pada pembahasan ini diuraikan tentang hasil pelaksanaan tindakan
keperawatan dengan pemberian terapi generalis pada klien halusinasi
pendengaran Tindakan keperawatan didasarkan pada pengkajian dan
diagnosis keperawatan yang terdiri dari tindakan generalis yang dijabarkan
sebagai berikut.pengkajian pada klien halusinasi dilakukan interaksi
perawat-klien melalui komunikasi terapeutik untuk mengumpulkan data dan
informasi tentang status kesehatan klien. Pada tahap ini terjadi proses
interaksi manusia, komunikasi, transaksi dengan peran yang ada pada
perawat sebagaimana konsep tentang manusia yang bisa dipengaruhi dengan
adanya proses interpersonal.
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa sumber,
yaitu dari pasien dan tenaga kesehatan di ruangan. Penulis mendapat sedikit
kesulitan dalam menyimpulkan data karena keluarga pasien jarang
mengunjungi pasien di rumah sakit jiwa. Maka penulis melakukan
pendekatan kepada pasien melalui komunikasi terapeutik yang lebih terbuka
membantu pasien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan
observasi kepada pasien.
Adapun upaya tersebut yaitu:
a. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri
pada klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan
menggunakan perasaan.
b. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara
c. Mengadakan pengkajian dengan cara membaca status

4.2 Diagnosa Keperawatan


Pada diagnosa saat melakukan asuhan keperawatan terdapat tiga prioritas
diagnosa keperawatan yaitu Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
Pendengaran, Harga Diri Rendah Dan Defisit Perawatan Diri. Dari
Halusinasi (NANDA, 2015-2017), diagnosa keperawatan yang muncul

14
sebanyak 3 diagnosa keperawatan (Aji, 2019) yang meliputi: Harga diri
rendah, Isolasi social, Halusinasi. Sehingga terdapat kesenjangan antara
tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus.

4.3 Rencana Tindakan Keperawatan


Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan mulai dari
menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan intervensi
keperawatan. Rencana keperawaan yang penulis lakukan sama dengan di
tinjauan teoritis sehingga tidak terdapat kesenjangan diantaranya. Rencana
tindakan keperawatan yang akan di lakukan Ny.R dengan diagnosa
keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran adalah
membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi (jenis, isi, waktu
terjadinya, frekuensi, dan situasi) yang menimbulkan halusinasi, dan
mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan (SP) yaitu, mengontrol
halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap, melakukan kegiatan
terjadwal, dan minum obat dengan baik dan teratur dengn prinsip 6 benar
(benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara, kontinuitas minum obat). Dan
meberikan terapi lanjutan yaitu Sp 1-4 Harga Diri Rendah yaitu :
mengidentifikasi kemampuan aspek positif yang dimiliki pasien, menilai
kemampuan yang dapat digunakan, menetapkan/memilih kemampun yang
dipilih , melatih kegiatan sesuai yang dipilih 1 yatu klien mampu mengikuti
terapi yang di jadwalkan oleh pihak Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. Muhammad
Ildrem menggambar , melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2,
yaitu klien mampu mewarnai hasil yang ia gambarkan., melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang dipilih Selanjutnya yang diberikan yaitu Sp 1-3
Defisit Perawatan Diri : Melatih perawatan diri Mandi,Melatih perawatan
diri Berhias,Melatih perawatan diri Makan/Minum. Setiap selesai
melakukan tindakan keperawatan penulis memberikan pujian kepada Tn. A
untuk keberhasilan klien dalam mempelajari SP, Menurut (Nugroho, A.
2020) pujian tersebut dapat meningkatkan semangat hidup dan
membangkitkan kepercayaan diri seseorang. hal ini sesuai dengan intervensi
yang di buat penulis di tinjuan teoritis.

4.4 Implementasi
Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan
keperawatan dalam mengontrol masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, tugas perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan pada tahap pra interaksi dan
melanjutkan tahap orientasi. Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai
dengan intervensi yang telah di tetakan pada Ny.R mulai dari tanggal 25

15
Januari 2022 dengan membina hubungan saling percaya dan melakukan
teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh perhatian,
menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang berkaitan,
menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi, memberikan
penghargaan, menawarkan diri, memberikan kesempatan pada klien untuk
memulai pembicaraan, serta memberikan kesempatan kepada klien untuk
menguraikan persepsinya (Fasya, 2018). Yang harus diperhatikan dalam
komunikasi terapeutik adalah posisi, kontak mata, kemudian berkenalan
dengan pasien, menanyakan perasaan klien. Setelah itu baru berdiskusi
untuk mengenal halusinasi, mengontrol perilaku kekerasan serta harga diri
rendah.Penulis mengevaluasi kembali keadaan klien baik obyektif maupun
subyektif. Menentukan rencana tindak lanjut, serta merencanakan kontrak
waktu dan tempat untuk pertemuan selanjutnya. Penulis melaksanakan
semuanya pada setiap tahapan strategi pelaksanaan (SP). implementasi yang
penulis lakukan tidak terdapat kesenjangan antara konsep teoritis dengan
pembahasan pada kasus Ny.R karna penulis mengacu pada teori yang ada,
dimana tindakan yang dilakukan pada Ny.R sesuai dengan kondisinya.

4.5 Evaluasi
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah: Pasien
mempercayai perawat sebagai terapis, pasien menyadari bahwa yang
dialaminya tidak ada objeknya, dapat mengidentifikaasi halusinasi, dapat
mengendalikan halusinasi melalui mengahrdik, latihan bercakap - cakap,
melakukan aktivitas serta menggunakan obat secara teratur
(Hafizudiin,2021). Dalam proses evaluasi dimana pertemuan pertama
penulis membina hubungan saling percaya dan mengkaji sejauh mana
pasien dapat mengontrol Halusinasi, harga diri rendah, defisit perawatan
diri. Setelah terbina hubungan saling percaya penulis melanjutkan sejauh
mana intervensi yang sudah tercapai oleh pasien. Penulis juga menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi klien didapat kan bahwa klien dapat
menerapkan/mengingat Sp-Sp yang telah di berikan, dan dapat diterapkan
dalam 1x1 sehari. Pada tinjauan kasus evaluasi yang didapatkan adalah:
Klien masih mendengarkan suara-suara bisikansi dan klien maish tanpak
bercakap-cakap sendiri,anakn tetapi pasien merasa senang dan sangat
antusias dalam menjalankan SP yang diberikan.

16
BAB 5
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan uraian pada pembahasan di atas, maka penulis dapat
disimpulkan bahwa:
1. Pengkajian dilakukan secara langsung pada klien dan juga
denganmenjadikan status klien sebagai sumber informasi yang dapat
mendukung data-data pengkajian. Selama proses pengkajian, perawat
mengunakan komunikasi terapeutik serta membina hubungan saling
percaya antara perawat-klien. Pada kasus Ny.R, diperoleh bahwa klien
mengalami gejala-gejala halusinasi seperti mendengar suara-suara,
gelisah, sulit tidur, tampak tegang, mondar-mandir .
2. Pada teori diagnosa hanya mengambil tiga prioritas diagnosa
keperawatan yaitu Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran,
Harga Diri Rendah Dan Defisit Perawatan Diri. Data yang memperkuat
penulis mengambil diagnosa keperawatan tersebut yaitu dengan data
subjektif klien mengatakan sering mendengar suara-suara, Dan data
objektif di dapatkan klien tampak senyum-senyum sendiri, klien tampak
menggerak-gerakkan mulut seperti berbicara. sehingga terdapat
kesenjangan antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus yaitu
mengambil tiga diagnosa.
3. Rencana tindakan keperawatan merupakan serangkaian tindakan mulai
dari menentukan diagnosa keperawatan, tujuan, kriteria hasil dan
intervensi keperawatan. Rencana keperawaan yang penulis lakukan sama
dengan di tinjauan teoritis sehingga tidak terdapat kesenjangan
diantaranya. Rencana tindakan keperawatan yang akan di lakukan Ny.R
dengan diagnosa keperawatan gangguan persepsi sensori : halusinasi
pendengaran adalah membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi
(jenis, isi, waktu terjadinya, frekuensi, dan situasi) yang menimbulkan
halusinasi, dan mengontrol halusinasi dengan strategi pelaksanaan (SP)
yaitu, mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap,
melakukan kegiatan terjadwal, dan minum obat dengan baik dan teratur
dengn prinsip 6 benar (benar : jenis, guna, dosis, frekuensi, cara,
kontinuitas minum obat). Dan meberikan terapi lanjutan yaitu Sp 1-4
Harga Diri Rendah yaitu : mengidentifikasi kemampuan aspek positif
yang dimiliki pasien, menilai kemampuan yang dapat digunakan,
menetapkan/memilih kegiatan sesuai kemampuan, melatih kegiatan
sesuai kemampuan yang dipilih 1 yatu klien mampu mengikuti terapi
menggambar , melatih kegiatan sesuai kemampuan yang dipilih 2, yaitu

17
klien mampu mewarnai hasil yang ia gambarkan, melatih kegiatan sesuai
kemampuan yang dipilih Selanjutnya yang diberikan yaitu Sp 1-3 Defisit
Perawatan Diri : Melatih perawatan diri Mandi,Melatih perawatan diri
Berhias,Melatih perawatan diri Makan/Minum. Setiap selesai melakukan
tindakan keperawatan penulis memberikan pujian kepada Tn. A untuk
keberhasilan klien dalam mempelajari SP, Menurut (Nugroho, A. 2020)
pujian tersebut dapat meningkatkan semangat hidup dan membangkitkan
kepercayaan diri seseorang. hal ini sesuai dengan intervensi yang di buat
penulis di tinjuan teoritis dan yang dilakukan kepada klien Ny.R yaitu
setiap melakukan SP dengan baik.
4. Implementasi adalah tahap dimana perawat memulai melakukan tindakan
keperawatan dalam mengontrol masalah gangguan persepsi sensori :
halusinasi pendengaran, tugas perawat adalah melaksanakan asuhan
keperawatan yang sudah direncanakan pada tahap pra interaksi dan
melanjutkan tahap orientasi. Implementasi yang dilakukan yaitu sesuai
dengan intervensi yang telah di tetakan pada Ny.R mulai dari tanggal 25
Januari 2022 dengan membina hubungan saling percaya dan melakukan
teknik komunikasi terapeutik yaitu mendengarkan dengan penuh
perhatian, menunjukkan penerimaan, menanyakan pertanyaan yang
berkaitan, menyatakan hasil observasi, menawarkan informasi,
memberikan penghargaan, menawarkan diri, memberikan kesempatan
pada klien untuk memulai pembicaraan, serta memberikan kesempatan
kepada klien untuk menguraikan persepsinya (Fasya, 2018). Yang harus
diperhatikan dalam komunikasi terapeutik adalah posisi, kontak mata,
kemudian berkenalan dengan pasien, menanyakan perasaan klien. Setelah
itu baru berdiskusi untuk mengenal halusinasi, mengontrol perilaku
kekerasan serta harga diri rendah.Penulis mengevaluasi kembali keadaan
klien baik obyektif maupun subyektif. Menentukan rencana tindak lanjut,
serta merencanakan kontrak waktu dan tempat untuk pertemuan
selanjutnya. Penulis melaksanakan semuanya pada setiap tahapan strategi
pelaksanaan (SP). implementasi yang penulis lakukan tidak terdapat
kesenjangan antara konsep teoritis dengan pembahasan pada kasus Ny.R
karna penulis mengacu pada teori yang ada, dimana tindakan yang
dilakukan pada Ny.R sesuai dengan kondisinya.
5. Dalam proses evaluasi dimana pertemuan pertama penulis membina
hubungan saling percaya dan mengkaji sejauh mana pasien dapat
mengontrol Halusinasi, harga diri rendah, defisit perawatan diri. Setelah
terbina hubungan saling percaya penulis melanjutkan sejauh mana
intervensi yang sudah tercapai oleh pasien. Penulis juga menggunakan
SOAP dalam mengevaluasi klien didapat kan bahwa klien dapat

18
menerapkan/mengingat Sp-Sp yang telah di berikan, dan dapat
diterapkan dalam 1x1 sehari. Pada tinjauan kasus evaluasi yang
didapatkan adalah: Klien masih mendengarkan suara-suara bisikansi dan
klien maish tanpak bercakap-cakap sendiri,anakn tetapi pasien merasa
senang dan sangat antusias dalam menjalankan SP yang diberikan.

5.2 Saran
1. Bagi Perawat
Diharapkan dapat menerapkan komunikasi terapeutik dalam pelaksanaan
strategi pertemuan 1-2 pada klien dengan halusinasi sehingga dapat
mempercepat proses pemulihan klien.
2. Bagi Institusi Pendidikan
Dapat meningkatkan bimbingan klinik kepada mahasiswa sehingga
mahasiswa semakin mampu dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien-pasien yang mengalami halusinasi pendengaran
3. Bagi Rumah Sakit
Bagi tenaga keperawatan di Rumah Sakit Jiwa Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr.
M. Ildrem untuk tetap melayani dan menangani klien dengan halusinasi
pendengaran, harga diri rendah dan Defisit Perawatan Diri. secara optimal.
Perawat harus terus menjalin komunikasi teraupetik sehingga klien dapat
mengungkapkan semua permasalahannya dan mau mengikuti terapi yang
diberikan selama di rawat di Rumah sakit Jiwa sehingga tercapainya
keberhasilan dalam proses keperawatan.
4. Bagi Mahasiswa
Dianjurkan untuk meningkatkan kemampuan dan pengetahuan dalam
memberikan asuhan keperawatan yang optimal dan kompherensif serta
bertanggung jawab kepada klien khususnya pada klien dengan gangguan
persepsi sensori : halusinasi pendengaran, Harga Diri Rendah Dan Defisit
Perawatan Diri.

19
DAFTAR PUSTAKA

1. DWI OKTIVIANI, P031714401047. Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K


dengan masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di
Ruang Rokan Rumah Sakit Jiwa Tampan. 2020. PhD Thesis. Poltekkes
Kemenkes Riau.

2. Oktiviani, D. P. (2020). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. K dengan


masalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi Pendengaran di Ruang
Rokan Rumah Sakit Jiwa Tampan (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Riau). http://repository.pkr.ac.id/id/eprint/498

3. Irwan, Farhanah, et al. "Asuhan keperawatan Jiwa Dengan Masalah


Halusinasi." (2021).https://doi.org/10.31219/osf.io/4w82h

4. MANAO, Betriz Melva; PARDEDE, Jek Amidos. Beban Keluarga


Berhubungan Dengan Pencegahan Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal
Keperawatan Jiwa, 2019, 12.3.

5. Pardede, J. A., & Purba, J. M. (2020). Family Support Related To Quality Of


Life On Schizophrenia Patients. Jurnal Ilmiah Permas: Jurnal Ilmiah Stikes
Kendal, 10(4), 645-654. Https://Doi.Org/10.32583/Pskm.V10i4.942

6. Pardede, Jek Amidos, Budi Anna Keliat, and Ice Yulia. "Kepatuhan dan
Komitmen Klien Skizofrenia Meningkat Setelah Diberikan Acceptance And
Commitment Therapy dan Pendidikan Kesehatan Kepatuhan Minum
Obat." Jurnal Keperawatan Indonesia 18.3 (2015): 157-
166.10.7454/jki.v18i3.419

7. Pardede, Jek Amidos, Harjuliska Harjuliska, and Arya Ramadia. "Self-


Efficacy dan Peran Keluarga Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan
Pasien Skizofrenia." Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa 4.1 (2021): 57-66.
https://doi.org/10.32584/jikj.v4i1.846

8. Pardede JA, Harjuliska H, Ramadia A. Self-Efficacy dan Peran Keluarga


Berhubungan dengan Frekuensi Kekambuhan Pasien Skizofrenia. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa [Internet]. 2021Mar.12 [cited 2022Mar.13];4(1):57-66.
Available from: https://journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/view/846

20
9. Halawa A. Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok: Stimulasi Persepsi Sesi 1-2
Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pendengaran Pada
Pasienskizofrenia Di Ruang Flamboyan Rumah Sakit Jiwamenur Surabaya.
Kep [Internet]. 29may2015 [Cited 13mar.2022];4(1):30-7. Available From:
Http://Jurnal.Stikeswilliambooth.Ac.Id/Index.Php/Kep/Article/View/185

10. Pardede, J. A., Irwan, F., Hulu, E. P., Manalu, L. W., Sitanggang, R., &
Waruwu, J. F. A. P dalam Desi Christ Natasha.(2021).Asuhan keperawatan
Jiwa Dengan Masalah Halusinasi. 10.31219/osf.io/fdqzn

11. Herawati, N., & Afconneri, Y. (2020). Perawatan Diri Pasien Skizofrenia
dengan Halusinasi. Jurnal Keperawatan Jiwa, 8(1), 9-20.
https://doi.org/10.26714/jkj.8.1.2020.9-20

12. Restia Putri, E. M. A. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Pasien Skizofrenia


Dengan Masalah Keperawatan Halusinasi Penglihatan Di Rumah Sakit Jiwa
Surakarta Dr. Arif Zainudin Surakarta (Doctoral Dissertation, Universitas
Muhammadiyah Ponorogo). Http://Eprints.Umpo.Ac.Id/Id/Eprint/6127

13. Andri J, Febriawati H, Panzilion P, Sari S, Utama D. Implementasi


Keperawatan Dengan Pengendalian Diri Klien Halusinasi Pada Pasien
Skizofrenia. Jurnal Kesmas Asclepius [Internet]. 23dec.2019 [Cited
9mar.2022];1(2):146-55. Available From:
Https://Journal.Ipm2kpe.Or.Id/Index.Php/Jka/Article/View/922

14. Pardede Ja, Laia B. Decreasing Symptoms Of Risk Of Violent Behavior In


Schizophrenia Patients Through Group Activity Therapy. Jurnal Ilmu
Keperawatan Jiwa [Internet]. 2020aug.2 [Cited 2022mar.9];3(3):291-300.
Available From:
Http://Journal.Ppnijateng.Org/Index.Php/Jikj/Article/View/621

15. Pardede J. Family Knowledge About Hallucination Related To Drinking


Medication Adherence On Schizophrenia Patient. Jppp [Internet]. 18sep.2020
[Cited 9mar.2022];2(4):399-08. Available From:
Http://Jurnal.Globalhealthsciencegroup.Com/Index.Php/Jppp/Article/View/18
3

16. Putri, V. S. (2017). Pengaruh Terapi Aktivitas Kelompok Stimulasi Persepsi


Halusinasi Terhadap Kemampuan Mengontrol Halusinasi Pada Pasien

21
Skizofrenia Di Ruang Rawat Inap Arjuna Rumah Sakit Jiwa Daerah Provinsi
Jambi.Riset Informasi Kesehatan, 6(2), 174-183. Doi:10.30644/Rik.V6i2.95.

17. Samal, M., Ahmad, A., & Saidah, S. (2018). Pengaruh Penerapan Asuhan
Keperawatan Pada Klien Halusinasi Terhadap Kemampuan Klien Mengontrol
Halusinasi Di Rskd Provinsi Sulawesi Selatan.Jurnal Ilmiah Kesehatan
Diagnosis, 12(5),546-550.
Http://Ejournal.Stikesnh.Ac.Id/Index.Php/Jikd/Article/View/839

18. Santri, T. W. (2021, March 18). Asuhan Keperawatan Jiwa Dengan


Masalahgangguan Persepsi Sensori : Halusinasi Pendengaran Pada
Ny.S.Https://Doi.Org/10.31219/Osf.Io/7ckhe

19. Hafizuddin, D. T. M. "Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn. A Dengan


Masalah Halusinasi Pendengaran." (2021).

22

Anda mungkin juga menyukai