BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi adalah suatu tanda dan gejala gangguan presepsi sensori yang
melibatkan seluruh panca indra dimana klien merasakan stimulus dari luar
yang sebenarnya tidak ada (Sutejo, 2017). Halusinasi adalah gangguan persepsi
dimana klien memiliki persepsi yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan
pada sistem panca indra tanpa ada rangsangan dari luar, suatu penghayatan
yang dirasakan dengan suatu persepsi yang terjadi melalui panca indra tanpa
ada dorongan stimulus dari luar (Prabowo, 2014).
Undang - Undang Kesehatan Jiwa no 18 Tahun 2014, kesehatan jiwa adalah
kondisi dimana seseorang individu dapat berkembang secara fisik, mental,
spiritual, dan sosial sehingga individu tersebut menyadari kemampuan diri
sendiri, dapat mengatasi tekanan, dapat bekerja secara produktif dan mampu
berkontribusi untuk komunitasnya.
Angka penderita gangguan jiwa saat ini mengkhawatirkan secara global,
sekitar 450 juta orang yang menderita gangguan mental. Orang yang
mengalami gangguan jiwa biasanya terdapat di negara yang berkembang,
sebanyak 8 dari 10 penderita gangguan mental itu tidak mendapatkan
perawatan. Menurut World Health Organization (WHO) pada tahun 2016,
secara global, terdapat sekitar 35 juta orang yang mengalami depresi, 60 juta
orang dengan gangguan bipolar, 21 juta orang dengan skizofrenia, dan 47,5
juta orang dengan demensia. Stuart dan Laraia dalam Yosep (2016)
menyatakan bahwa pasien dengan halusinasi dengan diagnosa medis
skizofrenia sebanyak 20% mengalami halusinasi pendengaran dan penglihatan
secar bersamaan, 70% mengalami halusinasi pendengaran, 20% mengalami
halusinasi penglihatan, dan 10% mengalami halusinasi lainnya.
Di Rumah Sakit Jiwa di Indonesia, sekitar 70% halusinasi yang dialami oleh
pasien gangguan jiwa adalah halusinasi pendengaran, 20% halusinasi
penglihatan, dan 10% adalah halusinasi penghidu, pengecapan dan perabaan.
Angka terjadinya halusinasi cukup tinggi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut maka penulis dapat merumuskan
masalah bagaimanakah penatalaksanaan asuhan keperawatan jiwa dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi.
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Memperoleh gambaran dan pengalaman langsung dalam memberikan
asuhan keperawatan pada pasien dengan masalah keperawatan halusinasi
penglihatan
2. Tujuan Khusus
1. Melakukan pengkajian pada pasien dengan masalah keperawatan
halusinasi pengkajian
2. Merumuskan diagnosa keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan
3. Menyusun intervensi keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan halusinasi penglihatan
4. Melakukan implementasi keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan halusinasi penglihatan
5. Melakukan evaluasi keperawatan pada pasien dengan masalah
keperawatan halusinasi penglihatan
D. Manfaat
1. Penulis dapat memperdalam ilmu pengetahuan tentang asuhan
keperawatan yang telah dilakukannya dari pengkajian sampai evaluasi .
2. Penderita adalah dapat memaksimalkan kemampuanya untuk dapat
mengontrol jiwanya sehingga dapat sembuh dari penyakit kejiwaanya
yang dideritanya.
3. Rumah sakit jiwa hasil asuhan keperawatan ini dapat dijadikan sebagai
salah satu bahan dalam menentukan kebijakan operasional, agar mutu
pelayanan rumah sakit jiwa tersebut dapat ditingkatkan supaya lebih baik
lagi.
4. Pembaca hasil asuhan keperawatan diharapkan dapat sebagai pengetahuan
dalam mengembangkan ilmu keperawatan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teori
1. Konsep Halusinasi
a. Pengertian
Halusianasi adalah persepsi klien yang salah terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, memberi persepsi yang salah atau pendapat
tentang sesuatu tanpa ada objek atau rangsangan internal ,pikiran dan
hilangnya kemampuan manusia untuk membedakan ransangan internal
pikiran dan rangsangan eksternal ( Trimelia,2011). Halusinasi adalah
salah satu gangguan sensori persepsi yang dalami oleh pasien gangguan
jiwa. Pasien merasakan sensori berupa suara, penglihatan, pengecapan,
peradaban, atau penghidupan tanpa adanya stimulus yang nyata (
Keliat, 2014 ). Halusinasi adalah gangguan persepsi tentang suatu objek
atau gambaran dan pikiran yang sering terjadi tanpa adanya rangsangan
dari luar yang dapat meliputi semua system penginderaan ( Dalami,
Ermawati dkk, 2014 ). Halusinasi adalah gangguan atau perubahan
persepsi dimana pasien mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak
terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada rangsangan dari luar,
suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi melalui panca indra
tanpa stimulus ekstren atau persepsi palsu (Prabowo, 2014).
Berdasarkan pengertian halusnasi diatas dapat diartikan bahwa,
halusinasi adalah gangguan respon dimana klien stimulus atau
rangsangan yang membuat klien mempersepsikan sesuatu yang
sebenarnya tidak ada.
b. Penyebab
Menurut Yosep (2014) terdapat dua factor penyebab halusinasi, yaitu:
1) Faktor presdisposisi
a) Faktor Perkembangan
Tugas perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya
kontrol dan kehangatan keluarga menyebabkan klien tidak
mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang percaya diri,
dan lebih rentan terhadap stress.
b) Faktor Sosiokultural
c) Faktor Biokimia
d) Faktor Psikologis
d. Faktor Presipitasi
Menurut Rawlins dan Heacock dalam Yosep (2014) dalam hakekatnya
seorang individu sebagai mahluk yang dibangun atas dasar unsur bio-
psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima
dimensi,yaitu:
a) Dimensi Fisik
b) Dimensi Emosional
c) Dimensi Intelektual
d) Dimensi Sosial
e) Dimensi Spiritual
e. Faktor predisposisi
a) Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan
b) Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga) Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
c) Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
Penyebab