PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan
rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar). Klien
memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2011). Halusinasi
merupakan gangguan persepsi dimana pasien mengekspresikan sesuatu yang
sebenarnya tidak terjadi. Gangguan jiwa halusinasi dibagi menjadi beberapa
jenis, yaitu halusinasi pendengaran, halusinasi penglihatan, halusinasi
penghidu, halusinasi pengecapan, halusinasi perabaan, halusinasi cenesthetic,
dan kinestetika (Kusumawati & Hartono, 2011).
Menurut Yusuf Ah., Dkk (2015) menyebutkan faktor penyebab halusinasi
adalah faktor predisposisi (perkembangan, sosial budaya, psikologis, biologis,
genetik) dan faktor presipitasi (stressor sosial budaya, biokimia, psikologis,
perilaku). Upaya penting terhadap proses pengontrolan atau pencegahan
kekambuhan terhadap penderita adalah adanya dukungan dari keluarga. Pada
keluarga yang mempunyai anggota keluarga dengan masalah halusinasi
mempunyai tuntutan pengorbanan ekonomi, sosial dan psikologis yang telah
lebih besar daripada yang normal. Dukungan keluarga pada klien halusinasi
dapat diwujudkan dengan adanya upaya perawatan keluarga pada klien
halusinasi ini berkaitan erat dengan masalah yang dihadapi oleh klien itu
sendiri. Dukungan keluarga terhadap klien halusinasi sangat penting
dilakukan dalam upaya peningkatan status kesehatan klien halusinasi. Klien
bisa semangat dan termotivasi sehingga menjadikan kehidupan klien
halusinasi lebih berharga dan berarti serta bemakna bagi keluarganya, dan
klien halusinasi akan merasakan bahwa dirinya masih sangat dibutuhkan oleh
orang lain khususnya oleh keluarga dimana klien halusinasi tersebut tinggal
(Friedman, 2010).
1
Menurut penelitian Nurdiana (2017), Keluarga merupakan orang terdekat
dengan penderita dan merupakan perawat bagi penderita. Keberhasilan
perawat di rumah sakit akan sia-sia jika tidak diteruskan dirumah yang
kemudian mengakibatkan penderita harus dirawat kembali (kambuh). Peran
serta keluarga sejak awal perawatan di rumah sakit akan meningkatkan
kemampuan keluarga merawat penderita di rumah sehingga kemungkinan
kambuh dapat dicegah. Salah satu penyebabnya adalah karena keluarga yang
tidak tahu cara menangani perilaku penderita. Menurut Friedman (2010)
keluarga merupakan unit yang terdekat dan sebagai “perawat utama” bagi
pasien untuk memberikan dukungan pada anggota keluarganya yang
mengalami gangguan jiwa.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis melakukan asuhan
keperawatan pada klien jiwa dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi.
Dukungan sosial dapat mengurangi ketegangan dengan meningkatkan
kepercayaan diri dan harga diri, membangun perasaan positif menekan
kecemasan dan depresi serta mengarahkan individu untuk beranggapan
bahwa stressor eksternal bukanlah beban yang berat (Argyle, 1988 dalam
Stuart 2016 : 67).
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah ini adalah bagaimana asuhan keperawatan dan strategi
pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan
gangguan persepsi sensori : halusinasi di ruang camar RSKJ Soeprapto Prov.
Bengkulu?
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Mengetahui asuhan keperawatan dan strategi pelaksanaan tindakan
keperawatan pada klien gangguan jiwa dengan gangguan persepsi sensori :
halusinasi
Tujuan Khusus :
1. Untuk mengetahui bagaimana klien mengidentifikasi halusinasi dan
melatih klien mengontrol halusinasi dengan cara menghardik
2
2. Untuk mengetahui bagaimana klien dapat mengontrol halusinasi dengan
cara bercakap-cakap saat terjadi halusinasi.
3. Untuk mengetahui bagaimana klien dapat mengontrol halusinasi dengan
cara mengikutkan klien melakukan aktivitas sehari-hari.
4. Untuk mengetahui bagaimana klien dalam mengontrol halusinasi dengan
patuh obat
D. Ruang Lingkup Laporan
Pada pembahasan ini focus pada :
1. Asuhan keperawatan jiwa dengan gangguan persepsi sensori : halusinasi
2. Cara mengontrol halusinasi dengan menghardik, bercakap-cakap,
menyusun jadwal kegiatan, dan patuh minum obat
3. Mempraktikkan cara mengontrol halusinasi
E. Sistematika Penulisan Laporan
a) Bab I : Pendahuluan
Bab ini akan membahas mengenai latar belakang masalah, ruang lingkup,
tujuan dan serta sistematika penulisanuntuk menjelaskan pokok - pokok
pembahasan
b) Bab II : Tinjauan teoritis
Bab ini menggambarkan tentang konsep teori yang akan dipelajari yang
berhubungan dengan materi halusinasi
c) Bab III : Tinjauan Kasus
Bab ini menjelaskan tentang kasus mulai pengkajian, analisa data, intervensi,
implementasi dan catatan perkembangan
d) Bab IV : Pembahasan
Bab ini membahas hal sejalan dengan kasus yang dibahas
e) Bab V : Penutup
Bab ini mengemukakan simpulan dari kasus yang dilakukan dan saran- saran
yang diusulkan untuk pengembangan lebih lanjut agar tercapai hasil yang
lebih baik
3
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
A. Konsep Penyakit
1. Pengertian
Persepsi didefinisikan sebagai suatu proses diterimanya rangsang
sampai rangsang itu disadari dan dimengerti oleh penginderaan atau
sensasi: proses penerimaan rangsang (Stuart, 2017). Halusinasi merupakan
gangguan atau perubahan persepsi dimana klien mempersepsikan sesuatu
yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu persepsi
melalui panca indra tanpa stimulus eksternal: persepsi palsu (Maramis,
2015). Halusinasi adalah persepsi atau gangguan dari panca indra tanpa
adanya rangsangan (stimulus) eksternal (stuart dan larala, 2014)
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal (pikiran) dan ransangan eksternal (dunia
luar). Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada
objek/ransangan yang nyata. Sebagai contok klien mengatakan mendengar
suara padahal tidak ada orang yang berbicara (Herman, Surya Direja,
Ade.2011)
2. Tanda dan Gejala
a. Bicara atau tertawa sendiri
b. Marah-marah tanpa sebab
c. Menutup telinga
d. Mendengar suara-suara kegaduhan
e. Mendengar Suara yang mengajak bercakap-cakap
f. Mendengar suaara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
3. Klasifikasi
a. Halusinasi Pendengaran
b. Halusinasi Penglihatan
c. Halusinasi Penciuman
4
d. Halusinasi Pengecapan
e. Halusinasi Perabaan
f. Halusinasi Kinestik
4. Rentang Respon
Memnurut Stuart dan Laraia (2011), halusinasi merupakan salah satu
respon maladaptif individu yang berada dalam rentang respon neurobiologi.
Respon Adaptif Respon Mal adaptif
5
dalam bentuk kerjasama
Proses pikir : yaitu manifestasi dari persepsi impuls eksternal melalui
kadang terganggu alat panca indra yang memproduksi gambaran sensorik
(ilusi) pada area tertentu di otak kemudian diinterpretasi
sesuai dengan kejadian yang telah dialami sebelumnya
Emosi berlebihan : yaitu menifestasi perasaan atau afek keluar berlebihan
atau kurang atau kurang
Perilaku tidak : yaitu perilaku individu berupa tindakan nyata dalam
sesuai atau penyelesaian masalahnya tidak diterima oleh norma –
biasa norma social atau budaya umum yang berlaku
6
Abnormalitas perkembangan sistem saraf yang berhubungan
dengan respon neurobiologis yang maladaptif baru mulai dipahami.
2) Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi
respon dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keadaan yang
dapat mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3) Sosial Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita
seperti: kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana
alam) dan kehidupan yang terisolasi disertai stress.
6. Faktor Presipitasi
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan
setelah adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan
tidak berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian individu terhadap
stressor dan masalah koping dapat mengindikasikan kemungkinan
kekambuhan (Keliat, 2006).
7. Mekanisme Koping
a. Regresi ,berhubungan dengan proses informasi dan upaya yang
digunakan untuk menanggulangi ansietas.Energi yang tersisa untuk
aktivitas sehari-hari tinggal sedikit,sehingga klien menjadi malas
beraktivitas sehari-hari.
b. Proyeksi,dalam hal ini klien mencoba menjelaskan gangguan persepsi
dengan mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau suatu
benda.
c. Menarik Diri,klien sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.
d. Keluarga mengingkari masalah yang dialami oleh klien.
7
B. Konsep Proses Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
Pengkajian adalah proses untuk tahap awal dan dasar utama dari
proes keperawatan terdiri drai pengumpulan data dan perumusan
kebutuhan atau masalah klien. Data yang dikumpulkan melalui data
biologis, psikologis, sosial dan spiritual. Pengelompokkan data pengkajian
kesehatan jiwa, dapat berupa faktor presipitasi, penilaian terhadap stressor,
sumber koping, dan kemampuan yang dimiliki (Afnuhazi, 2015) :
1) Identitas klien Meliputi nama, umur, jenis kelmain, tanggal pengkajian,
tanggal dirawat, nomor rekam medis.
2) Alasan masuk Alasan klien datang ke RSJ, biasanya klien sering
berbicara sendiri, mendengar atau melihat sesuatu, suka berjalan tanpa
tujuan, membanting peralatan dirumah, menarik diri.
3) Faktor predisposisi
1. Biasanya klien pernah mengalami gangguan jiwa dan kurang
berhasil dalam pengobatan
2. Pernah mengalami aniaya fisik, penolakan dan kekerasan dalam
keluarga
3. Klien dengan gangguan orientasi besifat herediter
4. Pernah mengalami trauma masa lalu yang sangat menganggu
4) Faktor Presipitasi
Stresor presipitasi pada klien dengan halusinasi ditemukan
adanya riwayat penyakit infeksi, penyakt kronis atau kelaina stuktur
otak, kekerasan dalam keluarga, atau adanya kegagalan kegagalan
dalam hidup, kemiskinan, adanya aturan atau tuntutan dalam keluarga
atau masyarakat yang sering tidak sesuai dengan klien serta konflik
antar masyarakat.
5) Fisik
8
Tidak mengalami keluhan fisik.
6) Psikososial
a. Genogram
Pada genogram biasanya terlihat ada anggota keluarga yang
mengalami kelainan jiwa, pola komunikasi klien terganggu
begitupun dengan pengambilan keputusan dan pola asuh.
b. Konsep diri
Gambaran diri klien biasanya mengeluh dengan keadaan tubuhnya,
ada bagian tubuh yang disukai dan tidak disukai, identifikasi diri :
klien biasanya mampu menilai identitasnya, peran diri klien
menyadari peran sebelum sakit, saat dirawat peran klien terganggu,
ideal diri tidak menilai diri, harga diri klien memilki harga diri
yang rendah sehubungan dengan sakitnya.
c. Hubungan sosial : klien kurang dihargai di lingkungan dan
keluarga.
d. Spiritual
Nilai dan keyakinan biasanya klien dengan sakit jiwa dipandang
tidak sesuai dengan agama dan budaya, kegiatan ibadah klien
biasanya menjalankan ibadah di rumah sebelumnya, saat sakit
ibadah terganggu atau sangat berlebihan.
7) Mental
a. Penampilan
Biasanya penampilan diri yang tidak rapi, tidak serasi atau
cocok dan berubah dari biasanya
b. Pembicaraan
Tidak terorganisir dan bentuk yang maladaptif seperti
kehilangan, tidak logis, berbelit-belit.
c. Aktifitas motorik
Meningkat atau menurun, impulsif, kataton dan
beberapa gerakan yang abnormal.
d. Alam perasaan
9
Berupa suasana emosi yang memanjang akibat dari
faktor presipitasi misalnya sedih dan putus asa disertai apatis.
e. Afek : afek sering tumpul, datar, tidak sesuai dan ambivalen.
f. Interaksi selama wawancara
Selama berinteraksi dapat dideteksi sikap klien yang
tampak komat-kamit, tertawa sendiri, tidak terkait dengan
pembicaraan.
g. Persepsi
Halusinasi apa yang terjadi dengan klien. Data yang terkait
tentang halusinasi lainnya yaitu berbicara sendiri dan
tertawa sendiri, menarik diri dan menghindar dari orang
lain, tidak dapat membedakan nyata atau tidak nyata, tidak
dapat memusatkan perhatian, curiga, bermusuhan, merusak,
takut, ekspresi muka tegang, dan mudah tersinggung.
h. Proses pikir
Biasanya klien tidak mampu mengorganisir dan
menyusun pembicaraan logis dan koheren, tidak
berhubungan, berbelit. Ketidakmampuan klien ini sering
membuat lingkungan takut dan merasa aneh terhadap klien.
i. Isi pikir
Keyakinan klien tidak konsisten dengan tingkat
intelektual dan latar belakang budaya klien.
Ketidakmampuan memproses stimulus internal dan eksternal
melalui proses informasi dapat menimbulkan waham.
j. Tingkat kesadaran
Biasanya klien akan mengalami disorientasi terhadap orang,
tempat dan waktu.
k. Memori
Terjadi gangguan daya ingat jangka panjang
maupun jangka pendek, mudah lupa, klien kurang mampu
menjalankan peraturan yang telah disepakati, tidak mudah
10
tertarik. Klien berulang kali menanyakan waktu, menanyakan
apakah tugasnya sudah dikerjakan dengan baik, permisi untuk
satu hal.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Kemampuan mengorganisir dan konsentrasi terhadap
realitas eksternal, sukar menyelesaikan tugas, sukar
berkonsentrasi pada kegiatan atau pekerjaan dan mudah
mengalihkan perhatian, mengalami masalah dalam memberikan
perhatian.
m. Kemampuan penilaian
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan, menilai, dan mengevaluasi diri sendiri dan juga
tidak mampu melaksanakan keputusan yang telah disepakati.
Sering tidak merasa yang dipikirkan dan diucapkan adalah salah.
n. Daya tilik diri
Klien mengalami ketidakmampuan dalam mengambil
keputusan. Menilai dan mengevaluasi diri sendiri,
penilaian terhadap lingkungan dan stimulus, membuat rencana
termasuk memutuskan, melaksanakan keputusan yang telah
disepakati. Klien yang sama seklai tidak dapat mengambil
keputusan merasa kehidupan sangat sulit, situasi ini sering
mempengaruhi motivasi dan insiatif klien
8) Kebutuhan Persiapan Klien Pulang
a. Makan
Keadaan berat, klien sibuk dengan halusinasi dan cenderung tidak
memperhatikan diri termasuk tidak peduli makanan karena tidak
memiliki minat dan kepedulian.
b. BAB atau BAK
Observasi kemampuan klien untuk BAK atau BAK serta
kemampuan klien untuk membersihkan diri.
11
c. Mandi : biasanya klien mandi berulang-ulang atau tidak mandi sama
sekali.
d. Berpakaian : biasanya tidak rapi, tidak sesuai dan tidak diganti.
e. Observasi tentang lama dan waktu tidur siang dan malam : biasanya
istirahat klien terganggu bila halusinasinya datang.
f. Pemeliharaan kesehatan
Pemeliharaan kesehatan klien selanjutnya, peran keluarga dan
sistem pendukung sangat menentukan.
g. Aktifitas dalam rumah
Klien tidak mampu melakukan aktivitas di dalam rumah seperti
menyapu.
9) Aspek Medis
a. Diagnosa medis : Skizofrenia
b. Terapi yang diberikan
Obat yang diberikan pada klien dengan halusinasi biasanya
diberikan antipsikotik seperti haloperidol (HLP), chlorpromazine
(CPZ), Triflnu perazin (TFZ), dan anti parkinson trihenski phenidol
(THP), triplofrazine arkine.
2. Perumusan diagnosa keperawatan
1) Gangguan persepsi sensori : Halusinasi
3. Intervensi keperawatan
Diagnosa Tujuan (Tuk Kriteria Intervensi Rasional
Keperawatan
atau Tum ) Evaluasi
Gangguan TUM : 1.Ekspresi 1. 1Bina hubungan saling Hubungan
perubahan Klien tidak wajah percaya dengan saling percaya
sensori mencederai bersahabat,me mengemukakan prinsip merupakan
persepsi :halus diri nunjukan rasa komunikasi terapeutik : dasar untuk
inasi sendiri ,orang senang,ada a. Sapa klien dengan memperlancar
dengar(auditori lain,dan kontak ramah baik verbal interaksi yang
) lingkungan. mata,mau ataupun non verbal. selanjutnya
12
berjabat b. Perkenalkan diri akan
TUK 1 : tangan,mau dengan sopan. dilakukan.
Klien dapat menjawab c. Tanyakan nama
membina salam,klien lengkap klien dan
hubungan mau duduk nama panggilan yang
saling berdampingan disukai klien.
percaya. dengan d. Jelaskan tujuan
perawat,mau pertemuan.
mengutarakan e. Tunjukan sikap
masalah yang empati dan menerima
dihadapinya. klien apa
adanya.Katakan
bahwa perawat
percaya klien
mendengar suara
itu,namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya
(dengan nada
bersahabat tanpa
menuduh atau
menghakimi)
f. Beri perhatian kepada
klien dan perhatian
kebutuhan dasar Pengetahuan
klien. tentang
2.Klien dapat
waktu,isi,dan
mengungkapka 2.1 Diskusikan dengan
frekuensi
n bagaimana klien : munculnya
perasaannya a. Situasi yang halusinasi
terhadap menimbulkan atau dapat
13
halusinasi tidak menimbulkan mempermudah
tersebut. halusinasi (jika perawat.
sendiri,jengkel,atau
sedih)
b. Waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi
(pagi,siang,sore atau
malam)
TUK 2 : 1. Klien dapat 1.1 Adakan kontak sering Selain untuk
Klien dapat menyebutkan dang singkat secara membina
mengenal waktu,isi,dan bertahap. hubungan
halusinasi. frekuensi 1.2 Observasi tingkah saling
timbulnya laku klien yang terkait percaya ,konta
halusinasi. dengan halusinasinya : k sering dan
bicara dan tertawa tanpa singkat akan
stimulus dan memandang memutus
kekiri/kanan/ke depan halusinasi.
seolah-olah ada teman
bicara.
Mengenal
1.3 Bantu klien mengenal perilaku klien
halusinasinya dengan pada saat
cara halusinasi
a. Jika menemukan terjadi dapat
klien sedng memudahkan
berhalusinasi :tanya perawat dalam
kan apakah ada melakukan
suara yang intervensi.
didengarnya.
b. Jika klien menjawab
ada,lanjutkan:apa Mengenal
14
yang dikatakan halusinasi
suara itu. memungkinka
2.1 Anjurkan klien untuk n klien
mengikuti terapi aktivitas menghindari
kelompok,orientasi faktor
realita,stimulasi persepsi. timbulnya
2. Klien dapat
halusinasi.
mengikuti
aktivitas
kelompok. 3.1 Klien dapat
menyebutkan
jenis,dosis,dan waktu
minum obat ,serta
manfaat obat tersebut Stimulus
07.00,13.00,dan penggunaan
15
kepada perawat (jika ditingkatkan.
dirumah sakit),kepada
keluarga (jika di
rumah)
b. Berikan informasi
Dengan
tentang tindak lanjut
menyebutkan
(follow up) atau
dosis ,frekuens
kapan perlu
i,dan
mendapatkan
caranya ,klien
bantuan :halusinasi
melaksanakan
tidak terkontrol dan
program
resiko mencederai
pengobatan.
orang lain.
Menilai
kemampuan
klien dalam
pengobatannya
sendiri.
16
. dilakukan (tidur,marah,menyibukka ngga
untuk n diri,dll) halusinasi
mengendalikan tidak muncul
halusinasinya. 1.2 Diskusikan manfaat kembali.
dan cara yang digunakan
klien.Jika bermanfaat
beri pujian kepada klien. Penguatan
(reinfoecement
2.1 Diskusikan dengan ) dapat
klien tentang cara meningkatkan
mengontrol harga diri
2.Klien dapat
halusinasinya. klien.
menyebutkan
cara baru
Memberikan
mengontrol
alternatif
halusinasi.
pilihan untuk
mengontrol
halusinasi.
TUK 4 : 1.Keluarga 1.1 Diskusikan dengan Untuk
Keluarga dapat keluarga (pada saat meningkatkan
dapat menyebutkan berkunjung/pada saat pengetahuan
merawat pengertian ,tan kunjungan rumah): seputar
klien dirumah da,dan a. Gejala halusinasi halusinasi dan
dan menjadi tindakan untuk yang dialami klien. perawatannya
pendukung mengendalikan b. Cara yang dapat pada pihak
yang efektif halusinasi. dilakukan klien dan keluarga.
untuk klien. keluarga untuk
memutuskan
halusinasi.
c. Cara merawat anggota
keluarga dengan
17
gangguan halusinasi
dirumah : beri
kegiatan ,jangan
biarkan sendiri.
Meningkatkan
2.1 Beri contoh cara
2.Klien dapat pengetahuan
menghardik
mendemonstra klien dalam
halusinasi:’’pergi !.Saya
sikan cara memutus
tidak mau mendengar
menghardik/m halusinasi.
kamu,saya mau mencuci
engusir/tidak
piring/bercakap-cakap
memedulikan
dengan suster’’.
halusinasinya.
Harga diri
2.2 Beri pujian atas
klien
keberhasilan klien.
meningkat.
18
BAB III
TINJAUAN KASUS
I. IDENTITAS KLIEN
Inisial : Tn. R (L/P) Tanggal pengkajian : Senin,
26-12-2022
Umur : 34 Tahun RM No. :
028605
√ Iya Tidak
3.
Pelaku/ Usia Korban/Usia
Saksi/ Usia
a. Aniaya fisik : Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
b. Aniaya seksual : Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
c. Penolakan : Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
d. Kekerasan dalam keluarga : Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
e. Tindakan kriminal : Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
f. Bullying/intimidasi: Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
a. Penjelasan :
19
Tn . R Mengatakan tidak ada melakukan tindakan kriminal dan tidak ada riwayat
melakukan
penganiyaan fisik atau kekerasan terhadap seseorang
b. Masalah Keperawatan :
IV. FISIK
V. PSIKOSOSIAL
1. Genogram
20
Keterangan :
: laki- laki
: perempuan
: Hubungan keluarga
: sudah meninggal
: Pasien
: Tinggal serumah
2. Konsep diri :
21
d. Masalah keperawatan :
Tidak ada masalah keperawatan
4. Spiritual
a. Nilai dan keyakinan :
Tn. R mengatakan ia menyakini agama Islam dan berstatus beragama islam
dari lahir
.
b. Kegiatan ibadah :
pasien masih tampak jarang solat , solat hanya saat diingatkan
22
Kontak mata (-) Defensif Curiga
9. Isi pikir :
Obsesi Fobia Hipokondria
Defersonalisasi ide yang terkait Pikiran magis
Waham
Agama Somatik Kebesaran
Curiga
Nihilistic Sisip pikir Siar pikir
Kontrol pikir
Lainnya: Tidak ada masalah pada isi fikir , dan tidak mengalami waham apapun
10. Tingkat kesadaran:
Bingung Sedasi Stupor
Disorientasi
Waktu Tempat Orang
Lainnya:Tidak ada masalah pada daya ingat dan tidak ada masalah pada memori
23
12. Tingkat konsentrasi dan berhitung :
Mudah beralih Tidak mampu konsentrasi Tidak
mampu berhitung
sederhana
Lainnya: Tidak ada masalah pada tingkat konsentrasi dan berhitung
13. Kemampuan penilaian :
Gangguan ringan Gangguan bermakna
3. Mandi = (mandiri)
Bantuan minimal Bantuan total
6. Pengguanaan obat
√ Bantuan minimal Bantuan toal
7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan √ Ya Tidak
Perawatan pendukung √ Ya Tidak
24
Mempersiapkan makanan Ya Tidak
Menjaga kerapihan rumah Ya Tidak
√
Mencuci pakaian Ya Tidak
√
Pengaturan keuangan Ya Tidak
√
9. Kegiatan di luar rumah
Belanja √ Ya Tidak
Transportasi Ya Tidak
Lain-lain Ya √ Tidak
25
berkerja untuk menghantarkan
perintah kontraksi ke otot otot
tubuh
26
ANALISA DATA
DO :
- Tn. R tampak sesekali bicara
sendiri di atas tempat tidurnya dan
mengoceh ngoceh tidak jelas
- Tn. R tampak menutup kepala dan
telinga nya dengan bantal
- Tn. R tampak lebih banyak tidur
jika mulai mendengar bisikan
bisikan.
27
I. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN
DIAGNOSA Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
KEPERAWATAN ( Tuk / Tum )
Gangguan perubahan TUM : 1.Ekspresi wajah 1.1 Bina hubungan saling Hubungan saling
sensori persepsi :halusinasi Klien tidak mencederai bersahabat,menunjukan percaya dengan percaya merupakan
dengar(auditori) diri sendiri ,orang rasa senang,ada kontak mengemukakan prinsip dasar untuk
lain,dan lingkungan. mata,mau berjabat komunikasi terapeutik : memperlancar interaksi
tangan,mau menjawab g. Sapa klien dengan yang selanjutnya akan
TUK 1 : salam,klien mau duduk ramah baik verbal dilakukan.
Klien dapat membina berdampingan dengan ataupun non
hubungan saling perawat,mau mengutarakan verbal.
percaya. masalah yang dihadapinya. h. Perkenalkan diri
dengan sopan.
i. Tanyakan nama
lengkap klien dan
nama panggilan
yang disukai klien.
j. Jelaskan tujuan
pertemuan.
k. Tunjukan sikap
empati dan
menerima klien
28
apa
adanya.Katakan
bahwa perawat
percaya klien
mendengar suara
itu,namun perawat
sendiri tidak
mendengarnya(den
gan nada
bersahabat tanpa
menuduh/menghak
imi)
l. Beri perhatian
kepada klien dan
perhatian
kebutuhan dasar
klien.
Pengetahuan tentang
2.1 Diskusikan dengan
2.Klien dapat waktu,isi,dan frekuensi
klien :
mengungkapkan munculnya halusinasi
bagaimana perasaannya c. Situasi yang dapat mempermudah
29
terhadap halusinasi menimbulkan atau perawat.
tersebut. tidak menimbulkan
halusinasi (jika
sendiri,jengkel,atau
sedih)
d. Waktu dan
frekuensi
terjadinya
halusinasi
(pagi,siang,sore
atau malam)
TUK 2 : 1. Klien dapat 1.1 Adakan kontak sering Selain untuk membina
Klien dapat mengenal menyebutkan waktu,isi,dan dang singkat secara hubungan saling
halusinasi. frekuensi timbulnya bertahap. percaya ,kontak sering
halusinasi. 1.2 Observasi tingkah laku dan singkat akan
klien yang terkait dengan memutus halusinasi.
halusinasinya : bicara dan
tertawa tanpa stimulus dan Mengenal perilaku
memandang klien pada saat
kekiri/kanan/ke depan halusinasi terjadi dapat
seolah-olah ada teman memudahkan perawat
bicara. dalam melakukan
30
intervensi.
1.3 Bantu klien mengenal
halusinasinya dengan cara
c. Jika menemukan Mengenal halusinasi
klien sedng memungkinkan klien
berhalusinasi :tany menghindari faktor
akan apakah ada timbulnya halusinasi.
suara yang
didengarnya.
d. Jika klien
menjawab
ada,lanjutkan:apa
yang dikatakan
suara itu. Stimulus persepsi dapat
mengurangi perubahan
2. Klien dapat mengikuti interpretasi realitas
2.1 Anjurkan klien untuk
aktivitas kelompok. akibat adanya
mengikuti terapi aktivitas
halusinasi.
kelompok,orientasi
realita,stimulasi persepsi.
Dengan mengetahui
prinsip penggunaan
obat,maka kemandirian
31
3.Klien dapat klien dalam hal
mendemostrasikan pengobatan dapat
kepatuhan minum obat ditingkatkan.
untuk mencegah 3.1 Klien dapat
halusinasi. menyebutkan
jenis,dosis,dan waktu
minum obat ,serta manfaat
obat tersebut (prinsip 5 Dengan menyebutkan
benar : benar orang,benar dosis ,frekuensi,dan
obat,benar dosis,benar caranya ,klien
waktu,dan benar cara melaksanakan program
pemberian). pengobatan.
32
3.3 Diskusikan proses
minum obat :
c. Klien meminta
obat kepada
perawat (jika
dirumah
sakit),kepada
keluarga (jika di
rumah)
d. Berikan informasi
tentang tindak
lanjut (follow up)
atau kapan perlu
mendapatkan
bantuan :halusinasi
tidak terkontrol
dan resiko
mencederai orang
lain.
TUK 3 : 1.Klien dapat menyebutkan 1.1 Bersama Usahakan untuk
33
Klien dapat mengontrol tindakan yang biasanya klien,identifikasi tindakan memutus
halusinasinya. dilakukan untuk yang dilakukan jika terjadi halusinasi ,sehingga
mengendalikan halusinasi halusinasi tidak muncul
halusinasinya. (tidur,marah,menyibukkan kembali.
diri,dll)
34
dan keluarga untuk
memutuskan
halusinasi.
f. Cara merawat
anggota keluarga
dengan gangguan
halusinasi
dirumah : beri
kegiatan ,jangan
biarkan sendiri.
35
keberhasilan klien.
Memberi klien
kesempatan untuk
2.3 Minta klien mengikuti mencoba cara yang
contoh yang diberikan dan telah dipilih.
minta klien
mengulanginya. Memudahkan klien
dalam mengendalikan
halusinasi.
2.4 Susun jadwal latihan
klien dan minta klien
untuk mengisi jadwal
kegiatan (self-evaluation).
36
37
Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
- Jelaskan cara
menghardik halusinasi
- Peragakan cara
menghardik
- Minta pasien
memperagakan ulang
- Pantau penerapan cara
ini, beri penguatan
perilaku pasien
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
Setelah .....x pertemuan, SP 2
pasien mampu:
- Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP 1)
yang sudah dilakukan - Latih berbicara /
38
- Memperagakan cara bercakap dengan orang
bercakap-cakap dengan lain saat halusinasi
orang lain muncul
- Masukkan dalam
jadwal kegiatan pasien
Setelah......x pertemuan SP 3
pasien mampu:
- Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP1 dan 2)
yang sudah dilakukan - Latih kegiatan agar
- Membuat jadwal kegiatan halusinasi tidak muncul
sehari-hari dan mampu Tahapannya:
memperagakannya.
- Jelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur
untuk mengatasi
halusinasi
- Diskusikan aktivitas
yang biasa dilakukan
oleh pasien.
- Latih pasien melakukan
aktivitas
- Susun jadwal aktivitas
sehari-hari sesuai
dengan aktivitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi sampai
tidur malam)
Pantau pelaksanaan
jadwal kegiatan, berikan
penguatan terhadap
39
perilaku yang (+)
Setelah.....x pertemuan, SP 4
pasien mampu:
- Evaluasi kegiatan yang
- Menyebutkan kegiatan lalu (SP1,2 dan 3)
yang sudah dilakukan - Tanyakan program
- Menyebutkan manfaat pengobatan
dari program pengobatan - Jelaskan pentingnya
penggunaan obat pada
gangguan jiwa
- Jelaskan akibat bila
tidak digunakan sesuai
program
- Jelaskan akibat bila
putus obat
- Jelaskan cara
mendapatkan
obat/berobat
- Jelaskan pengobatan (5
B)
- Latih pasien minum
obat
- Masukkan dalam
jadwal harian pasien
40
IMPLEMENTASI Dan EVALUASI
PERTEMUAN PERTAMA (1)
Hari / Implementasi Evaluasi
Tanggal
Senin / 26 – 1. Membina Hubungan saling S:
12- 2022 - Tn. R mengatakan
percaya dengan berkenalan belum mengenal
karena baru pertama
2. Monitor isi , frekuensi, waktu
kali bertemu
serta situasi dan kondisi halusinasi - Tn. R mengatakan
kabarnya baik hari ini
3. Memastikan lingkungan pasien dan Tn. R
menyebutkan namanya
aman - Tn. R mengatakan
mau mengobrol dan
4. Memonitor aktivitas yang
bercerita
dilakukan pasien O:
- Tn. R tampak
5. Mengajarkan cara menghardik memperkenalkan
dirinya ,
halusinasi menyebutkan nama
panjang dan nama
6. Mendiskusikan perasaan dan
panggilannya
respon pasien terhadap - Tn. R mengingat
nama perawat
halusinasinya - Tn. R tampak
kooperatif
7. Membantu pasien memperagakan
A : Persepsi sensori berada di
cara menghardik halusinasi
level 3
8. Melakuka kolaborasi pemberian
P : Intervensi manajemen
obat sesuai order dari dokter Halusinasi dilanjutkan
sendiri halusinasinya
41
IMPLEMENTASI Dan EVALUASI
PERTEMUAN KEDUA (2)
42
IMPLEMENTASI Dan EVALUASI
PERTEMUAN KETIGA (3)
P : Intervensi manajemen
Halusinasi dilanjutkan
43
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Tahap Pengkajian
Selama pengkajian dilakukan pengumpulan data dari beberapa
sumber, yaitu dari pasien dan teman. Maka penulis melakukan pendekatan
kepada pasien melalui komunikasi teraupetik yang lebih terbuka membantu
klien untuk memecahkan perasaannya dan juga melakukan observasi kepada
pasien. Adapun upaya tersebut yaitu:
1. Melakukan pendekatan dan membina hubungan saling percaya diri pada
klien agar klien lebih terbuka dan lebih percaya dengan menggunakan
perasaan.
2. Mengadakan pengkajian klien dengan wawancara dalam pengkajian
ini, penulis tidak menemukan kesenjangan karena ditemukan hal sama
seperti diteori: Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada
individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi; merasakan
sensasi palsu berupa suara, dari hasil pengkajian yang didapat
bahwasannya pasien sering berbicara sendiri dan merupakan keluhan
utama pada pengkajian pasien halusinasi. (Nurdiana, 2017).
B. Tahap perencanaan
Perencanaan dalam proses keperawatan lebih dikenal dengan
rencana asuhan keperawatan yang merupakan tahap selanjutnya setelah
pangkajian dan penentuan diagnosa keperawatan. Pada tahap perencanaan
penulis hanya menyusun rencana tindakan keperawatan sesuai dengan pohon
masalah keperawatan yaitu : Halusinasi Pendengaran
44
Pada tahap ini antara tinjauan teoritis dan tinjaun kasus tidak ada
kesenjangan sehingga penulis dapat melaksanakan tindakan seoptimal
mungkin dan didukung dengan seringnya bimbingan dengan pembimbing
Secara teoritis digunakan cara strategi pertemuan sesuai dengan
diagnosa keperawatan yang muncul saat pengkajian. Perawat melakukan
tindakan keperawatan bukan hanya pada pasien, tetapi juga keluarga
(Keliat,2019).
Tindakan keperawatan pasien halusinasi yaitu sebagai berikut :
Tindakan keperawatan pada pasien
a. Bantu pasien mengenali halusinasi
Untuk membantu pasien mengenali halusinasi, perawat dapat
berdiskusi dengan pasien tentag isi halusinasi (apa yang didengar) waktu
terjadi halusinasi, frekuensi terjadinya halusinasi, situasi yang
menyebabkan halusinasi muncul dan respon pasien saat halusinasi
muncul.
b. Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan Menghardik
Menghardik halusinasi adalah cara pengendalikan diri terhadap
halusinasi dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih
untuk mengatakan tidak terhadap halusinasi yang muncul atau
memedulikan halusinasinya. Jika ini dapat dilakukan, pasien akan
mampu mengendalikan diri dan tidak mengikuti halusinasi yang
muncul. Mungkin halusinasi tetap ada, tetapi dnegan kemampuan ini,
pasien tidak akan larut untuk menuruti halusinasinya. Berikut ini
tahapan intervensi yang dilakukan perawat dalam mengajarkan pasien.
c. Melatih pasien mengontrol halusinasi Bercakap- cakap dengan orang
lain.
Bercakap cakap dengan orang lain dapat membantu mengontrol
halusinasi. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain, terjadi
distraksi, fokus perhatian pasien beralih dari halusinasi ke percakapan
dengan orang lain.
45
d. Melakukan aktivitas yang terjadwal
Untuk mengurangi resiko halusinasi muncul lagi adalah dengan
mneyibukkan diri melakukan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas
secara terjadwal, pasien tidak akan mnegalami banyak waktu luang
sendiri yang sering kali mencetus halusinasi.
e. Minum obat secara teratur
Untuk mengurangi resiko terjadinya halusinasi muncul lagi adalah
dengan mengontrol pasien dengan minum obat secara teratur sesuai
dengan program terapi dokter.
C. Tahap Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis hanya mengatasi 1 masalah
keperawatan yakni: diagnosa keperawatan Halusinasi Pendengaran di
karenakan masalah utama yang dialami klien. Pada diagnosa keperawatan
Halusinasi Pendengaran strategi pertemuan yaitu mengidentifikasi isi,
frekuensi, waktu terjadi, situasi pencetus, perasaan dan respon halusinasi,
Mengontrol halusinasi dengan Menghardik Strategi pertemuan yang kedua
yaitu mengontrol halusinasi dengan minum obat secara teratur strategi
pertemuan ketiga yaitu mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap dengan
lain strategi pertemuan ke empat yaitu mengontrol halusinasi dengan
melakukan kegiatan terjadwal.
D. Tahap evaluasi
Evaluasi terhadap masalah keperawatan halusinasi meliputi kemampuan
pasien halusinasi dan keluarganya dan kemampuan dalam merawat pasien
halusinasi (keliat, 2019).
Pada tinjauan teoritis evaluasi yang diharapkan adalah :
1. Pasien mempercayai perawat sebagai terapis
2. Dapat mengidentifikasi dan mengontrol Halusinasi
3. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan menghardik
4. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan cara minum obat secara teratur
5. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang
46
lain.
6. Dapat mengendalikan Halusinasi dengan melakukan kegiatan terjadwal
47
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
B. Saran
a) Bagi Klien
Terapi bercakap-cakap bagi klien dapat memberikan stimulasi
emosi dan meningkatkan motivasi dalam melakukan terapi
bercakap-cakap.
b) Bagi Perawat
Dapat memberikan informasi tentang pentingnya terapi
bercakap-cakap bagi pasien halusinasi pendengaran, Sehingga
dapat memotivasi perawat untuk melakukan terapi bercakap-
cakap secara konsisten dalam intervensi keperawatannya.
c) Bagi Pengembangan Ilmu Pengetahuan
Hasil penelitian dapat digunakan sebagai dasar pengembangan
model- model terapi lainnya khususnya dalam menangani pasien
halusinasi pedengaran dalam asuhan keperawatan.
d) Bagi Penulis
Diharapkan penulis dapat menjadikan pengalaman dan
pengaplikasian terapi bercakap-cakap dalam merawat pasien
dengan halusinasi pendengaran.
48
49