Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

“HALUSINASI”

OLEH :
I GEDE OKA WIDHIARTANA
20089014031

S1 KEPERAWATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN BULELENG
2023
A. Masalah Utama
Gangguan persepsi sensori halusinasi.
B. Proses Terjadinya Masalah
1. Pengertian
Direja (2011) berpendapat bahwa gangguan persepsi sensori halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa dimana klien mengalami perubahan persepsi sensori, seperti
merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, atau
penghiduan. Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah suatu keadaan dimana
seseorang mengalami perubahan pada pola stimulus yang mendekat (yang diprakarsai
secara internal dan eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan atau
kelainan berespons terhadap stimulus (Fitria, 2012).
Gangguan persepsi sensori halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam
membedakan rangsangan internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia luar ).
Klien memberi persepsi atau pendapat tentang lingkungan tanpa ada objek atau
rangsangan yang nyata (Kusumawati & Hartono, 2012).
2. Tanda dan gejala harga diri rendah
a. Bicara sendiri
b. Senyum sendiri
c. Ketawa sendiri
d. Menggerakkan bibir tanpa suara
e. Pergerakan mata cepat
f. Respon verbal yang lambat
g. Menarik diri dari orang lain
h. Berusaha untuk menghindari orang lain
i. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata
j. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernafasan dan tekanan darah
k. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa
detik l. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori
m. Sulit berhubungan dengan orang
lain n. Ekspresi muka tegang
o. Mudah tersinggung jengkel dan marah
p. Ekspresi muka tegang
q. Mudah tersinggung, jengkel dan marah
r. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat
s. Tampak tremor dan berkeringat
t. Perilaku panik
u. Curiga dan bermusuhan
v. Bertindak merusak diri, orang lai, dan lingkungan
w. Ketakutan
x. Tidak dapat mengurus diri

3. Rentang Respon
Rentang respon neurobiologis (Direja, 2011) dapat digamnarkan sebagai berikut :

Respon Adaptif Respon Maladaptif

- Pikiran logis - Kadang-kadang proses - Waham


piker terganggu
- Persepsi akurat - Halusinasi
- Ilusi
- Emosi konsisten dengan - Kerusakan proses emosi
pengalaman - Emosi berlebihan
- Perilaku tidak
- Perilaku cocok - Perilaku yang tidak terorganisasi
biasa
- Hubungan sosial harmonis - Isolasi sosial
- Menarik diri

Gambar 1 : Rentang Respon Gangguan Persepsi sensori : Halusinasi

a. Respon Adaptif
Respon Adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social
budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut , adapun
bagian dari respon adaptif meliputi:
 Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan.
 Persepsi Akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan.
 Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli.
 Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran.
 Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
b. Respon Maladaptif
Respon maladatif adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang
menyimpang dari norma-norma social budaya dan lingkungan , adapun respon
maladatif meliputi :
 Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan kenyataan
social.
 Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi eksteral yang
tidak realita atau tidak ada.
 Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari hati.
 Perilaku tidak terorganisir merupakan sesuatu yang tidak teratur.
 Isolasi social adalah upaya menghindari suatu hubungan komunikasi dengan
orang lain karena merasa kehilangan hubungan akrab dan tidak mempunyai
kesempatan untuk berbagi rasa, pikiran, dan kegagalan.
c. Respon Psikososial
Respon psikososial meliputi :
 Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan gangguan.
 Ilusi adalah miss interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan panca indera.
 Emosi berlebihan atau berkurang.
 Perilaku tidak biasa adalah sikap atau tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran.
 Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain.
4. Faktor-faktor
a. Faktor predisposisi
Faktor predisposisi adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah
sumber yang dapat dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress. Diperoleh
baik dari klien maupun keluarganya. Faktor predisposisi dapat meliputi : faktor
perkembangan, sosiokultural, biokimia, psikologis dan genetic.

 Faktor Perkembangan
Jika tugas perkembangan mengalami hambatan dan hubungan interpersonal
terganggu, maka individu akan mengalami stress dan kecemasan.
 Faktor Sosiokulturasi
Berbagai faktor di masyarakat dapat menyebabkan seseorang merasa
disingkirkan, sehingga orang tersebut merasa kesepian di lingkungan yang
membesarkannya.
 Faktor Biokimia
Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Jika seseorang
mengalami stress yang berlebihan maka di dalam tubuhnya akan dihasilkan
suatu zat yang dapat bersifat halusinogenik neurokimia seperti buffofenon dan
dimethytranferase (DMP).
 Faktor Psikologis Hubungan interpersonal yang tidak harmonis serta adanya
peran ganda bertentangan yang sering diterima oleh seseorang akan
mengakibatkan stress dan kecemasan yang tinggi dan berakhir pada gangguan
orientasi realitas.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai
tantangan, ancaman, atau tuntutan yang memerlukan energy ekstra untuk
menghadapinya. Adanya rangsangan dari lingkungan, seperti partisipasi klien
dalam kelompok, terlalu lama tidak diajak berkomunikasi, objek yang ada di
lingkungan dan juga suasana sepi atau terisolasi sering menjadi pencetus
terjadinya halusinasi. Hal tersebut dapat meningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik
5. Penatalaksanaan
Menurut (Maramis, 2005) Pengobatan harus secepat mungkin, disini peran keluarga
sangat penting karena setelah mendapat perawatan RSJ dan klien dinyatakan bolch pulang
sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal merawat klien,
menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai pengawas minum obat.
a. Farmakoterapi
- Neuroleptika dengan dosis efektif rendah bermanfaat pada penderita
Schizofrenia yang menahun, hasilnya lebih baik jika mulai diberi dalam dua
tahun penyakit.
- Neuroleptika dengan dosis efektif tinggi lebih bermanfaat pada penderita
dengan psikomotorik yang meningkat.
b. Terapi Kejang Listrik / Electro Convulsion Therapy (ECT)
Cara kerja elektro konvulsi belum diketahui dengan jelas, dapat dikatakan
bahwa terapi konvulsi dapat memperpendek serangan Schizofrenia dan
mempermudah kontak dengan klien.
c. Penatalaksanaan Keperawatan
Psikoterapi suportif individual atau kelompok sangat membantu karena
berhubungan dengan maksud mempersiapkan klien kembali ke masyarakat, selain itu
terapi kerja sangat baik untuk mendorong klien bergaul dengan orang lain, klien lain,
perawat dan dokter. Diharapkan klien tidak mengasingkan diri karena dapat
membentuk kebiasaan yang kurang baik, dianjurkan untuk mengadakan permainan
atau latihan bersama, seperti therapy modalitas yang terdiri dari :
- Terapi Aktivitas
 Terapi Musik
Fokus pada : mendengar, memainkan alat music, bernyanyi yaitu menikmati
dengan relaksasi jenis music yang disukai klien.
 Terapi Seni
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan melalui berbagai pekerjaan seni.
Terapi menari
Fokus : untuk mengekspresikan perasaan klien melalui gerakan tubuh.
 Terapi Relaksasi
Fokus : belajar dan praktek relaksasi dalam kelompok
Rasional : Meningkatkan partisipasi dan kesenangan klien dalam kehidupan.
 Terapi Sosial
Klien belajar bersosialisasi dengan klien lain.
 Terapi kelompok
1. Group Therapy (Terapi kelompok)
2. Terapeutik Group (Terapi terapeutik)
3. Adjuntive Group Activity Therapy (Terapi Aktivitas Kelompok)
 Terapi Lingkungan
Suasana rumah sakit dibuat seperti suasana didalam keluarga ( home like
atmosphere).
6. Pohon Masalah

Effect Resiko tinggi prilaku kekerasan

Core Problem Perubahan persepsi sensori : Halusinasi

Causa Isolasi sosial

Harga diri rendah kronis

Gambar 2 : Pohon Masalah Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi

Pohon masalah terdiri dari masalah utama, penyebab dan akibat. Masalah utama
adalah prioritas masalah klien dari beberapa masalah yang dimiliki oleh klien.
Umumnya, masalah utama berkaitan erat dengan alasan masuk atau keluhan utama.
Penyebab adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang merupakan penyebab
masalah utama.
Masalah ini dapat pula disebabkan oleh salah satu masalah yang lain, demikian
seterusnya. Akibat adalah adalah salah satu dari beberapa masalah klien yang
merupakan efek atau akibat dari masalah utama.
C. Masalah Keperawatan Dan Data Yang Perlu Dikaji
Data Subjektif
a) Klien mengatakan mendengar suara-suara atau kegaduhan
b) Klien mengatakan mendengar suara yang mengajak bercakap-cakap
c) Klien mengatakan mendengar suara menyuruh melakukan sesuatu yang berbahaya
d) Klien mengtaakan melihat bayangan, sinar, bentuk gemetris, kartu, melihat hantu,
atau monster
e) Klien mengatakan membaui bau-bauan seperti darah, urine, fases, dan tekadang bau-
bau tersebut menyenangkan bagi klien
f) Klien mengatakan merasakan rasa seperti darah, urine, atau feses
Data Objektif
a) Klien bicara atau tertawa sendiri
b) Klien marah-marah tanpa sebab
c) Klien mendekatkan telinga kea rah tertentu
d) Klien menutup telinga
e) Klien menunjuk-nunjuk ke arah tertentu
f) Klien ketakutan pada sesuatu yang tidak jelas
g) Klien mengendur-endus seperti sedang membaui bau-bauan tertentu
h) Klien menutup hidung
i) Klien sering meludah
j) Klien muntah
D. Diagnosa Keperawatan
Gangguan persepsi sensori : Halusinasi.
E. Rencana Tindakan Keperawatan
Tgl No. Dx. Perencanaan
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
1 Gangguan TUM : 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan
persepsi Klien memiliki konsep diri yang 1. Setelah 2x interaksi klien menggunakan prinsip
sensori : positif. menunjukkan Ekspresi wajah komunikasi terapeutik :
Halusinasi bersahabat, menunjukkan  Sapa klien dengan nama baik verbal
TUK 1 : rasa senang, ada kontak mata, maupun non verbal.
Klien dapat membina hubungan mau berjabat tangan, mau  Perkenalkan diri dengan sopan
saling percaya. menyebutkan nama, mau  Tanyakan nama lengkap klien dan nama
menjawab salam, mau duduk panggilan yang disukai klien.
berdampingan dengan  Jelaskan tujuan pertemuan.
perawat, mau mengutarakan  Jujur dan menepati janji.
masalah yang dihadapi  Tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya.
 Berikan perhatian kepada klien dan
perhatikan kebutuhan dasar.
TUK 2 : 2. Setelah …x interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien tentang :
Klien dapat mengenal dapat menyebutkan  Adakan kontak sering dan singkat
halusinasinya.  Klien dapat menyebutkan secara bertahap.
waktu, isi, frekuensi  Observasi tingkah laku terkait dengan
timbulnya halusinasi. halusinasinya : bicara dan
 Klien dapat mengungkapkan tertawatanpa stimulus , memandang
perasaan terhadap ke kiri / kanan / depan seolah-olah
halusinasinya. ada teman bicara.
2.2 Bantu klien mengenal halusinasinya :
 Tanyakan apakah ada suara yang di
dengar.
 Jika ada, apa yang dikatakan.
 Katakan bahwa perawat percaya klien
mendengar suara itu , namun perawat,
sendiri tidak mendengarnya ( dengan
nada bersahabat tanpa menuduh atau
menghakimi).

 Katakan bahwa perawat akan


membantu klien.
2.3 Diskusikan dengan klien :
 Situasi yang menimbulkan / tidak
menimbulkan halusinasi.
 Waktu dan frekuensi terjadinya
halusinasi ( pagi,siang,sore dan
malam atau jika sendiri, jengkel /
sedih).
 Diskusikan dengan klien apa yang
dirasakan jika terjadi halusinasi
(marah / takut, sedih, senang) beri
kesempatan mengungkapkan
perasaan.
TUK 3 : 3. Setelah …x interaksi klien 3.1 Identifikasi bersama klien tindakan yang
Klien dapat mengontrol menyebutkan : dilakukan jika terjadi halusinasi( tidur,
halusinasinya..  Klien dapat menyebutkan marah , menyibukkan diri, dIl ).
tindakan untuk 3.2 Diskusikan manfaat dan cara yang
mengendalikan digunakan klien.
halusinasinya. 3.3 Diskusikan cara baru untuk memutuskan /
 Klien dapat menyebutkan mengontrol timbulnya halusinasinya :
cara baru.  Katakan : "saya tidak mau dengar
 Klien dapat memilih cara kamu" ( pada saat halusinasinya
mengatasi halusinasi terjadi)
seperti yang telah di  Menemui orang lain ( perawat / teman
diskusikan dengan klien. / anggota keluarga) untuk bercakap-
 Klien dapat melaksanakan cakap atau mengatakan halusinasi
cara yang telah dipilih yang di dengar.
untuk mengendalikan  Membuat jadwal kegiatan sehari-hari
agar halusinasi tidak sempat muncul.
 Meminta keluarga / teman / perawat,
menyapa jika tampak bicara
3.4 Bantu klien memilih dan melatih cara
memutus halusinasi secara bertahap
3.5 Beri kesempatan untuk melakukan cara
yang telah dilatih.
TUK 4 : 4. Setelah …x interaksi klien, 4.1 Anjurkan klien untuk memberitahu
Klien dapat dukungan dari  Keluarga dapat membina keluarga jika mengalami halusinasi
keluarga dalam mengontrol hubungan saling percaya 4.2 Diskusikan dengan keluarga (pada saat
halusinasinya. dengan perawat. keluarga berkunjung / pada saat
 Keluarga dapat kunjungan rumah)
menyebutkan pengertian,  Gejala halusinasi yang dialami klien.
tanda dan tindakan untuk  Cara yang dapat dilakukan klien dan
mengendalikan halusinasi. keluarga untuk memutus halusinasi.
 Cara merawat anggota keluarga yang
halusinasi di rumah : beri kegiatan,
jangan biarkan sendiri, makan
bersama , berpergian bersama.
 Beri informasi waktu follow up atau
kapan perlu mendapat bantuan :
halusinasi tidak terkontrol dan resiko
mencederai orang lain.
TUK 5 : 5. Setelah …x interaksi klien 5.1 Diskusikan dengan klien dan keluarga
Klien dapat memanfaatkan obat melakukan kegiatan sesuai tentang dosis, frekuensi dan manfaat
dengan baik. jadwal yang dibuat. obat.
 Klien dan keluarga dapat 5.2 Anjurkan klien minta sendiri obat pada
menyebutkan manfaat, perawat dan merasakan manfaatnya.
dosis, dan efek samping 5.3 Jelaskan cara menggunakan obat dengan
obat. prinsip 5 benar (obat, pasien, cara, waktu
 Klien dapat pemberian, dan dosis)..
mendemonstrasikan
penggunaan obat dengan
benar.
 Klien dapat infomasi
tentang penggunaan
obat.
F. Implementasi
Implementasi tindak keperawatan disesuaikan dengan rencana tindakan
keperawatan. Sebelum melaksanakan tindakan yang sudah direncanakan, perawat
perlu memvalidasi dengan singkat, apakah rencana tindakan masih sesuai dan
dibutuhkan oleh klien saat ini (here and now) perawat juga menilai diri sendiri,
apakah mempunyai kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal yang
diperlukan untuk melaksanakan tindakan. Perawat juga menilai kembali apakah
tindakan aman bagi klien Setelah tidak ada hambatan maka tindakan keperawatan
boleh dilaksanakan. Pada saat akan melakukan tindakan keperawatan, perawat
membuat kontrak dengan klien yang isinya menjelaskan apa yang akan dilakukan dan
peran serta yang diharapkan klien. Dokumentasikan semua tindakan yang telah
dilaksanakan beserta respon klien. (Direja,2011)
G. Intervensi Berdasarkan SP Pasien dan SP Keluarga
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi klien 1. Mendiskusikan masalah yang
2. Mengidentifikasi isi halusinasi klien dirasakan keluarga dalam merawat
3. Mengidentifikasi frekuensi halusinasi klien
klien 2. Menjelaskan pengertian, tanda dan
4. Mengidentifikasi waktu halusinasi klien gejala halusinasi, dan jenis halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang yang dialami klien beserta proses
menimbulkan halusinasi terjadinya
6. Mengidentifikasi respons klien terhadap 3. Menjelaskan cara-cara merawat klien
halusinasi halusinasi
7. Mengajarkan klien menghardik
halusinasi
8. Menganjurkan klien memasukkan cara
menghardik halusinasi ked slam jadwal
kegiatan harian
SP 2 SP 2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Melatih keluarga mempraktikan cara
klien merawat klien halusinasi
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan cara
dengan cara bercakap-cakap dengan merawat langsung kepada klien
orang lain halusinasi
3. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan bercakap-cakap ke dalam
jadwal kegiatan harian
SP 3 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian 1. Membantu keluarga membuat jadwa
klien aktivitas termasuk minum obat
2. Melatih klien mengendalikan halusinasi 2. Menjelaskan follow up klien
dengan melakukan kegiatan (kegiatan
yang bisa dilakukan klien di rumah)
3. Menganjurkan klien memasukkan
kegiatan untuk mengendalikan
halusinasi ke dalam jadwa kegiatan
harian

H. Evaluasi
Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan SOAP sebagai pola pikir:
S : Respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan. Dapat
dilakukan dengan menanyakan langsung kepada klien tentang tindakan yang telah
dilakukan.
O : Respon obyektif klien terhadap tindakankeperawatan yang telah dilakukan. Dapat
diukur dengan mengobservasi prilaku klien pada saat tindakan dilakukan, atau
menanyakan kembali apa yang telah dilaksanakan atau member umpan balik sesuai
dengan hasil observasi.
A : Analisis ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan apakah masalah
masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data kontra indikasi dengan masalah yang
ada, dapat juga membandingkan hasil dengan tujuan.
P : Perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisis pada respon klien yang
terdiri dari tindak lanjut klien dan perawat
Pada Klien dengan Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi , evaluasi keperawatan yang
diharapkan sebagai berikut :
1. Klien dapat membina hubungan saling percaya.
2. Klien dapat mengenal halusinasi.
3. Klien dapat mengontrol halusinasi.
4. Klien dapat dukungan dari keluarga dalam mengontrol halusinasinya.
5. Klien dapat memanfa-atkan obat dengan baik.
DAFTAR PUSAKA

Azizah, L.M. 2011. Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Edisi 1. Yogyakarta : Graha
Ilmu.

Damaiyanti, M. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa, Samarinda : Refika Aditama.

Direja, Ade Herman Surya. 2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha

Medika.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi

Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Jakarta: Salemba Medika.

Keliat, Budi Anna. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas CMHN (Basic Course).

Jakarta: EGC

Kusumawati & Hartono. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.

Maramis, W.F. 2005. Imu Kedokteran Jiwa (Edisi 9). Surabaya: Airlangga University Press.

Trimelia. 201 1. Asuhan Keperawatan Klien Halusinasi. Jakarta: Trans Info Media.

Anda mungkin juga menyukai