HALUSINASI
Disusun Oleh :
09200000145
2. Faktor Presipitasi
a. Stresor sosial budaya
Stress dan kecemasan akan meningkat apabila terjadi
penurunan stabilitas dalam keluarga, perpisahan dengan
orang yang dikasihi, atau diasingkan dari suatu kelompok
dapat menimbulkan halusinasi.
b. Faktor biokimia
Penelitian tentang dopamin, norepinetrin, indolamin, dan
zat halus diduga berkaitan dengan gangguan orientasi
realitas termasuk halusinasi.
c. Faktor psikologis
Intensitas kecemasan yang ekstrem dan memanjang disertai
terbatasnya kemampuan dalam mengatasi permasalahan
memungkinkan berkembangnya gangguan orientasi
realistis. Pasien mengembangkan koping untuk menghindar
dari kenyataan yang tidak menyenangkan.
d. Faktor perilaku
Perilaku yang perlu dikaji pada pasien dengan gangguan
orientasi realitas ini berkaitan dengan perubahan proses
berfikir, afektif persepsi, motorik, dan sosial.
4.Tanda dan Gejala
Beberapa tanda dan gejala perilaku halusinasi adalah tersenyum
atau tertawa yang tidak sesuai dengan keadaan sekitar, menggerakkan
bibir tanpa mengeluarkan suara, berbicara sendiri, pergerakan mata cepat,
diam, asyik dengan pengalaman sensori,kehilangan kemampuan dalam
membedakan halusinasi dan realitas, rentang perhatian yang menyempit
dan hanya beberapa detik atau menit, sulit berkomunikasi dengan orang
lain, tidak mampu merawat diri sendiri. Berikut tanda dan gejala menurut
jenisnya Stuart & Sudden dalam Yusalia (2015).
Jenis Halusinasi Karakteristik tanda dan gejala
Pendengaran Mendengar suara-suara / kebisingan,
paling sering suara kata yang jelas,
berbicara dengan klien bahkan sampai
percakapan antara dua orang yang
mengalami halusinasi. Pikiran yang
terdengar jelas dimana klien
mendengar perkataan bahwa pasien
disuruh untuk melakukan sesuatu
kadang-kadang dapat membahayakan.
Penglihatan Stimulus penglihatan dalam kilatan,
Penciuman, Pengecapan, Perabaan
Sinestetik Kinestetik cahaya, gambar
giometris, gambar karton dan
panorama yang luas dan rinci.
Penglihatan dapat berupa sesuatu yang
menyenangkan /sesuatu yang
menakutkan.
Penciuman Mencium bau seperti bau darah, urine,
fases dan umumnya bau yang tidak
mengenakan. Halusinasi penciuman
biasanya terjadi akibat stroke, tumor,
kejang / dernentia.
Pengecapan Merasa mengecap rasa seperti rasa
darah, urine, fases,dll.
Perabaan Mengalami nyeri tanpa stimulus yang
jelas ,rasa seperti tersetrum listrik
yang datang dari tanah, benda mati
atau orang lain.
Sinestetik Merasakan fungsi tubuh seperti aliran
darah divera (arteri), pencernaan
makanan.
Kinestetik Merasakan suatu pergerakan
sementara, berdiri tanpa bergerak
B. Konsep Asuhan Keperawatan (sesuai teori)
1. Pengkajian/Pemeriksaan Fisik Sesuai Data Fokus (Sesuai Teori)
Pengkajian adalah langkah awal dalam melaksanaan asuhan
keperawatan. Pengkajian dilakukan dengan cara observasi dan wawancara
terhadap klien dan keluarga klien. Pengkajian awal tersebut mencakup :
a. Data Mayor
DS :
1) Mendengar suara bisikan atau melihat bayangan
2) Merasakan sesuatu melalui indera perabaan, penciuman,
pengecapan.
DO :
1) Distorsi sensori
2) Respons tidak sesuai
3) Bersikap seolah melihat, mendengar, mengecap, meraba atau
mencium sesuatu.
b. Data Minor
DS :
1) Menyatakan kesal
DO :
1) Menyendiri
2) Melamun
3) Konsentrasi buruk
4) Curiga
5) Melihat kesatu arah
6) Mondar-mandir
a. Jenis halusinasi
Data yang dikaji didapatkan melalui wawancara dengan tujuan
mengetahui jenis halusinasi yang diderita.
b. Isi Halusinasi
Data yang didapatkan dari wawacara ditujukan untuk mengetahui
halusinasi yang dialami klien.
c. Waktu Halusinasi
Data yang dikaji dengan tujuan untuk mengetahui kapan saja
halusinasi itu muncul
d. Frekuensi Halusinasi
Data yang dikaji ini didapat melalui wawancara dengan tujuan
mengetahui seberapa sering halusinasi muncul pada klien.
e. Situasi Munculnya Halusinasi
Data yang dikaji didapat melalui wawancara dengan tujuan
mengetahui klien saat munculnya halusinasi.
f. Respon Terhadap Halusinasi
Data ini ditujukan untuk mengetahui respon halusinasi dari klien dan
dampak dari halusinasi tersebut.
2. Diagnosa Keperawatan
Dalam proses keperawatan langkah selanjutnya yakni menentukan
diagnosa keperawatan. Adapun pohon masalah untuk mengetahui penyebab,
masalah utama dan dampak yang dapat ditimbulkan. Menurut (Yosep, 2014)
yaitu :
3. Rencana Keperawatan
Dalam rencana keperawatan yang akan dilakukan pada klien dengan
gangguan persepsi sensori halusinasi memiliki tujuan yakni klien mampu
mengelola dan meningkatkan respon, perilaku pada perubahan persepsi
terhadap stimulus (SLKI, 2019) dan kriteria hasil:
a. Observasi
1) Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
2) Monitor sesuai aktivitas sehari-hari
3) Monitor isi, frekuensi, waktu halusinasi
b. Terapeutik
1) Ciptakan lingkungan yang aman
2) Diskusikan respons terhadap munculnya halusinasi
3) Hindarkan perdebatan tentang halusinasi
4) Bantu klien membuat jadwal aktivitas
c. Edukasi
1) Berikan informasi tentang halusinasi
2) Anjurkan memonitor sendiri terjadinya halusinasi
3) Anjurkan bercakap-cakap dengan orang lain yang dipercaya
4) Ajarkan klien mengontrol halusinasi
5) Jelaskan tentang aktivitas terjadwal
6) Anjurkan melakukan aktivitas terjadwal
7) Berikan dukungan dan umpan balik korektif terhadap
halusinasi
d. Kolaborasi
1) Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan anti ansietas
2) Libatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi klien
3) Libatkan keluarga dalam membuat aktivitas terjadwal
4. Implementasi
Implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah disusun. Menurut Azizah (2015) dan Keliat (2011)
Implementasi dilakukan terhadap klien dan keluarga klien yang dilakukan di
rumah. Semua pelaksanaan dilakukan pada klien dengan gangguan persepsi
sensori halusinasi ditujukan untuk mencapai hasil maksimal.
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menciptakan lingkungan yang aman
c. Memonitor isi, frekuensi, waktu halusinasi yang dialaminya
d. Mendiskusikan respon klien terhadap halusinasi
e. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
f. Menganjurkan klien mengontrol halusinasi dengan menerapkan
aktifitas terjadwal
g. Menjelaskan tentang aktivitas terjadwal Menjelaskan pentingnya
aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi
h. Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
i. Membantu klien membuat jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan
aktivitas yang telah dilatih.
j. Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan dan memberikan penguatan
terhadap perilaku pasien yang positif
k. Menjelaskan klien menggunakan obat secara teratur
l. Melibatkan keluarga dalam mengontrol halusinasi klien
m. Melibatkan keluarga dalam membuat aktivitas terjadwal klien
n. Melibatkan keluarga dalam memantau pelaksanaan aktivitas
terjadwal
5. Evaluasi
Evaluasi keperawatan adalah proses untuk menilai hasil dari
implementasi keperawatan. Menurut Keliat (2011) evaluasi keperawatan
diperoleh dengan cara wawancara ataupun melihat respon subjektif atau
objektif klien
Wuryaningsih, E. W., Windarwati, H. D., Dewi, E. I., Deviantony, F., & Kurniyawan,
E. H. (2018). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa 1. Jember.
Damayanti, A., Wahyudi, D. T., Handayani, F., & Sulfiana, M. (2021). Modul
Praktikum keperawatan Jiwa. Indramayu: Penerbit adab.