Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN HALUSINASI

I. Kasus (masalah utama)


Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

A. Definisi
Halusinasi adalah suatu persepsi yang salah tanpa dijumpai adanya rangsangan dari luar
(Yosep,2011). Menurut Direja (2011) halusinasi merupakan hilangnya kemampuan manusia
dalam membedakan rangsangan internal (pikiran) dan rangsangan eksternal (dunia luar) .
Sedangkan halusinasi menurut Keliat dan Akemat (2010) adalah suatu gejala gangguan jiwa
pada individu yang ditandai dengan perubahan sensori persepsi : merasakan sensasi palsu
berupa penglihatan, pengecapan , perabaan, penghiduan, atau pendengaran.

Halusinasi adalah distorsi perseptual palsu yang terjadi dalam respons maladaptif.
Pasien secara aktual mengalami distorsi sensori yang menjadi nyata dan berrespons
terhadapnya, tidak ada stimulus eksternal (Stuart & Laraia, 2005). Gangguan sensorik
persepsi: halusinasi adalah gangguan penerimaan panca indera tanpa adanya sumber
rangsang eksternal (Keliat, 2006).

Halusinasi adalah perubahan dalam jumlah dan pola dari stimulus yang diterima disertai
dengan penurunan berlebihan distorsi atau kerusakan respon beberapa stimulus.
(Nanda,2006).

B. Jenis-Jenis Halusinasi

Jenis halusinasi Data Obyektif Data Subyektif


Halusinasi Dengar:  Bicara atau tertawa  Mendengar suara-suara
Klien mendengar sendiri atau kegaduhan.
suara dan bunyi yang  Marah-marah tanpa  Mendengar suara yang
tidak berhubungan sebab mengajak bercakap-
dengan stimulus nyata  Menyedengkan telinga cakap.
dan orang lain tidak ke arah tertentu  Mendengar suara
mendengarnya  Menutup telinga menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya.
Halusinasi  Menunjuk-nunjuk ke  Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan: arah tertentu bentuk geometris,
Klien melihat  Ketakutan dengan pada bentuk kartoon, melihat
gambaran yang jelas sesuatu yang tidak jelas. hantu atau monster
atau samar-samar
tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain
tidak melihatnya
Halusinasi Penghidu:  Mengisap-isap seperti  Membaui bau-bauan
Klien mencium bau sedang membaui bau- seperti bau darah, urin,
yang muncul dari bauan tertentu. feses, kadang-kadang
sumber tertentu tanpa  Menutup hidung. bau itu menyenangkan.
stimulus yang nyata
dan orang lain tidak
menciumnya
Halusinasi  Sering meludah  Merasakan rasa seperti
Pengecapan:  Muntah darah, urin atau feses
Klien merasa makan
sesuatu yang tidak
nyata. Biasanya
merasakan makanan
yang tidak enak.
Halusinasi Perabaan:  Menggaruk-garuk  Mengatakan ada
Klien merasakan permukaan kulit serangga di permukaan
sesuatu pada kulitnya kulit
tanpa stimulus yang  Merasa seperti tersengat
nyata. listrik

C. Rentang Respon

RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS

Respons Adaptif Respons Maladaptif


 Pikiran logis  Kadang pikiran  Gangguan proses pikir
 Persepsi akurat terganggu  Halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Pertukaran proses emosi
dengan pengalaman  Emosi berlebihan atau
 Perilaku sesuai kurang  Perilaku tidak terorganisir
 Hubungan yang  Perilaku yang tidak  Isolasi sosial
harmonis biasa
 Menarik diri
Rentang respons neurobiologis menurut Stuart & Laraia, 2005 adalah sebagai berikut:
a. Respons adaptif
1) Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah kemantapan perasaan jiwa yang
timbul dari hati sesuai dengan pengalaman
4) Perilaku sesuai adalah perilaku yang dilakukan oleh individu sesuai dengan
stimulus atau harapan respons
5) Hubungan sosial harmonis adalah segala sesuatu yang berhubungan baik
mengenai masyarakat
b. Respons psikososial
1) Kadang pikiran terganggu
2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
sungguh terjadi, karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau kurang: masalah emosi termasuk afek datar yaitu
rentang dan intensitas ekspresi emosi terbatas
4) Perilaku yang tidak biasa yaitu katatonia, gangguan pergerakan, gangguan
perilaku sosial
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
atau hubungan dengan orang lain
c. Respons maladaptif
1) Waham adalah merupakan salah satu gagasan yang menetap, keyakinan yang
salah, yang tidak sesuai dengan latar belakang budaya klien
2) Halusinasi adalah ketidakmampuan individu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui
pancaindera
3) Pertukaran proses emosi: Ketidakmampuan memunculkan emosi yang tepat
terhadap stimulus atau ketidakmampuan berlebihan terhadap pengendalian
kontrol diri (locus of control)
4) Perilaku yang tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam

D. Prinsip Tindakan Keperawatan pada klien Halusinasi

a. Tetapkan hubungan saling percaya


b. Kaji gejala halusinasi.
c. Fokus pada gejala dan minta klien menjelaskan apa yang terjadi.
d. Identifikasi apakah klien sebelumnya telah minum obat dan atau alkohol.
e. Jika klien bertanya, nyatakan sederhana bahwa anda tidak mengalami stimulus yang
sama.
f. Bantu klien mengobservasi dan menjelaskan pikiran, perasaan dan tindakan yang
berhubungan dengan halusinasi (saat ini maupun yang lalu).
g. Bantu klien identifikasi hubungan antara halusinasi dan kebutuhan yang
direfleksikannya.
h. Sarankan dan kuatkan penggunaan hubungan interpersonal dalam memenuhi
kebutuhan.
i. Identifikasi cara gejala-gejala psikosis lainnya.

E. Mekanisme Koping
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas,
yang menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri

II. Proses terjadinya masalah

a. Faktor predisposisi

1) Faktor Perkembangan

Faktor perkembangan klien yang terganggu misalnya rendahnya kontrol dan kehangatan
keluarga menyebabkan klien tidak mampu mandiri sejak kecil, mudah frustasi, hilang
percaya diri, dan lebih rentan terhadap stress.

2) Faktor Sosiokultural

Seseorang yang merasa tidak diterima lingkungannya sejak bayi akan merasa
disingkarkan, kesepian, dan tidak percaya pada lingkungannya.

3) Faktor Biokimia

Mempunyai pengaruh terhadap terjadinya gangguan jiwa. Adanya stress yang berlebihan
dialami seseorang maka didalam tubuh akan dihasilkan sesuatu zat yang dapat bersifat
halusinogenik neurokimia seperti buffofonen dan Dimentytranferase (DMP). Akibat
stress berkepanjangan menyebabkan teraktivasinya neurotransmitter otak. Misalnya
terjadi ketidakseimbangan acetylcholine dan dopamine.

4) Faktor Psikologis

Tipe kepribadian lemah dan tidak bertanggungjawab mudah terjerumus dan


penyalahgunaan zat adiktif. Hal ini berpengaruh pada ketidakmampuan klien dalam
mengambil keputusan yang tepat demi masa depannya klien lebih memilih kenyamanan
sesaat dan memilih lari dari alam nyata dan alam khayal.

5) Faktor genetic dan pola asuh


Penelitian menunjukkan bahwa anak sehat yang diasuh oleh orangtua skizofrenia
cenderung mengalami skizofrenia. Hasil studi menunjukkan bahwa faktor keluarga
menunjukkan hasil yang sangat berpengaruh pada penyakit ini.

b. Faktor Presipitasi

Perilaku

Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah, dan bingung , perilaku merusak diri , kurang perhatian, tidak mampu mengambil
keputusan. Serta tidak mampu membedakan keadaan nyata dan tidak nyata. Menurut
Rawlins dan Haecock , 1993 mencoba memecahkan masalah halusinasi berlandaskan atas
hakikat keberadaan seseorang individu, sebagai makhluk yang dibangun atas dasar unsur-
unsur bio-psiko-sosio-spiritual sehingga halusinasi dapat dilihat dari lima dimensi, yaitu :

1. dimensi fisik
2. dimensi emosional
3. dimensi intelektual
4. dimensi sosial
5. dimensi spiritual

Fase Halusinasi

III. Pohon masalah :

Risiko Perilaku Kekerasan

Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi Core problem

Isolasi sosial
IV. Masalah keperawatan dan data yang perlu dikaji : Mekanisme koping

Masalah keperawatan :

a. Resiko Perilaku Kekerasan


b. Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi
c. Isolasi sosial

Data yang perlu dikaji :

DS : Ungkapan tentang isi, frekuensi, waktu, yang dilakukan, dan perasaan saat terjadi
halusinasi

DO :
 Perilaku halusinasi: mendengarkan sesuatu, berbicara sendiri, pandangan tajam
ke suatu tempat, merasakan sesuatu di kulit, pengecapan, menghidu sesuatu
tanpa ada objeknya
 Tingkat konsentrasi rendah, tidak mampu fokus pada lingkungan
 Perilaku melamun, sampai dengan teror, melukai karena kendali halusinasi

Mekanisme Koping
a. Regresi
Berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk mengatasi ansietas, yang
menyisakan sedikit energi untuk aktivitas hidup sehari-hari.
b. Proyeksi
Sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi
c. Menarik diri

V. Diagnosa keperawatan
- Resiko Perilaku Kekerasan
- Gangguan Persepsi Sensorik : Halusinasi
- Isolasi sosial
VI. Rencana tindakan keperawatan

N DIAGNO TUJUAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL


O SA EVALUASI
1 Gangguan TUM 1.   Ekpresi wajah 1.  Bina 1.  Dengan
persepsi Setelah bersahabat, hubungan adanya
sensorik : diberikan menunjukkan saling hubungan
halusinasi tindakan rasa senang, percaya saling
pendengar keperawata ada kontak antara percaya
an n selama 3 mata, mau perawat menjadi
hari, pasien berjabat dengan dasar
dapat tangan, mau pasien. interaksi
mengontrol menyebutkan (Sapa perawat
halusinasi. nama, mau pasien dengan
TUK menjawab dengan pasien
1.      Pasien salam, mau ramah,
dapat duduk perkenalkan
membina berdampingan nama,
hubungan dengan tanyakan
saling perawat, dan nama
percaya mau pasien, buat
2.      Pasien mengutarakan kontrak,
dapat masalah yang tanyakan
mengenal dihadapinya. perasaan
halusinasin pasien.
ya 2.  Agar
3.      Pasien 2.  Pasien dapat mengetahui
dapat menyebutkan 2. Adakan perilaku
mengontrol waktu, isi, dan kontak yang
halusinasin frekuensi secara pasien
ya timbulnya sering  dan lakukan
4.      Pasien halusinasi singkat a.  Agar
dapat a.       Observa mengetahui
memanfaat si tingkah perilaku
kan obat laku pasien yang
dengan terkait pasien
baik dengan lakukan
halusinasiny b.  Agar
a. mengetahui
b.     Diskusik apa yang
an dengan dirasakan
pasien apa pasien
yang
dirasakan
dan beri
kesempatan
pasien
mengungka
pkan
perasaannya
.
c.      Diskusik
an dengan
pasien apa
yang
dilakukan
untuk
menghadapi
halusinasi

3.  Pasien dapat
mendemonstra 3. Identifikasi
sikan cara cara yang 3.  Agar dapat
mengontrol dilakukan mengetahui
halusinasi jika terjadi tindakan
halusinasi yang
a.      Diskusik dilakukan
an cara dalam
mengontrol mengontrol
halusinasi halusinasin
b.      Bantu ya
pasien
memilih
cara yang
sudah
diajarkan
c.       Beri
kesempatan
untuk
melakukan
cara yang
dipilih
d.      Jika
berhasil beri
pujian

4.  Pasien dapat 4. Diskusikan


mendemonstra dengan
sikan pasien 4. Meningkatk
kepatuhan manfaat dan an
minum obat kerugian pengetahua
untuk tidak n pasien
mencegah minum obat tentang
halusinasi a. Pantau fungsi obat
pasien saat a.  Meningkat
penggunaan kan
obat pengetahua
b. Beri pujian n pasien
jika pasien tentang
menggunak fungsi obat
an obat b.  Meningkat
dengan kan
benar semangat
c. Diskusikan agar bisa
akibat memprakte
berhenti kkan apa
minum obat yang sudah
diajarka
LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

A. PENGERTIAN
Waham adalah Keyakinan yang salah yang dipertahankan dengan kuat meskipun tidak
didapat dari orang lain dan kontradiksi dengan realita sosial (Stuart & Laraia, 2018). Waham
juga diartikan sebagai gangguan atau kekacauan yang dialami individu dalam proses dan
aktivitas kognitif.

Jenis-jenis waham:

1. Waham kebesaran yaitu meyakini ia memiliki kebesaran atau kekuasaan khusus,


diucapkan berulang kali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan
2. Waham curiga yaitu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang berusaha
merugikan/mencederai dirinya, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
3. Waham agama yaitu memiliki kayakinan terhadap suatu agama secara berlebihan,
diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
4. Waham somatik yaitu Meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya terganggu/terserang
penyakit, diucapkan berulangkali tetapi tidak sesuai kenyataan
5. Waham nihilistik yaitu meyakini dirinya sudah tidak ada di dunia/meninggal, diucakan
berulangkali tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
6. Waham bijar

B. ETIOLOGI
1. Faktor predisposisi
a. Biologis
Faktor biologis antara lain genetik, merupakan keturunan atau bawaan,
ketidakseimbangan neurotransmiter (dopamin dan glutamat)
b. Faktor lingkungan antara lain kurang gizi selama kehamilan, masalah proses
kehamilan, stres lingkungan dan stigma (kekambuhan).
2. Faktor Presipitasi
a. Individu tidak mampu mentoleransi stres yang berinteraksi dengan stresor
lingkungan.
b. Berduka yang belum selesai
c. Trauma masa kanak – kanak/penganiayaan
d. Ancaman terhadap konsep diri

C. Mekanisme koping
a. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk menanggulangi
ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal untuk aktivitas hidup sehari-
hari.
b. Projeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
c. Menarik Diri
d. Mekanisme pertahanan jangka pendek, jangka panjang dan pertahanan ego.

D. Rentang Respons

RENTANG RESPONS NEUROBIOLOGIS

Respons Adaptif Respons Maladaptif

 Pikiran logis  Kadang pikiran  Gangguan proses pikir


 Persepsi akurat terganggu  Halusinasi
 Emosi konsisten  Ilusi  Pertukaran proses emosi
dengan pengalaman  Emosi berlebihan atau
 Perilaku sesuai kurang
 Hubungan yang  Perilaku yang tidak  Perilaku tidak terorganisir
harmonis biasa  Isolasi sosial
 Menarik diri
Rentang respons neurobiologis menurut Stuart & Laraia, 2005 adalah sebagai berikut:

a. Respons adaptif
1) Pikiran logis adalah pikiran yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman adalah perasaan yang timbul dari hati
sesuai dengan pengalaman
4) Perilaku sesuai adalah perilaku yang dilakukan oleh individu sesuai dengan
stimulus atau harapan respons
5) Hubungan sosial harmonis adalah segala sesuatu yang berhubungan baik
mengenai masyarakat
b. Respons psikososial
1) Kadang pikiran terganggu
2) Ilusi adalah interpretasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
sungguh terjadi, karena rangsangan panca indera.
3) Emosi berlebihan atau kurang: masalah emosi termasuk afek datar yaitu
rentang dan intensitas ekspresi emosi terbatas
4) Perilaku yang tidak biasa yaitu katatonia, gangguan pergerakan, gangguan
perilaku sosial
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang lain
atau hubungan dengan orang lain
c. Respons maladaptif
1) Waham adalah merupakan salah satu gagasan yang menetap, keyakinan yang
salah, yang tidak sesuai dengan latar belakang budaya klien
2) Halusinasi adalah ketidakmampuan individu mengidentifikasi dan
menginterpretasikan stimulus sesuai dengan informasi yang diterima melalui
pancaindera
3) Pertukaran proses emosi: Ketidakmampuan memunculkan emosi yang tepat
terhadap stimulus atau ketidakmampuan berlebihan terhadap pengendalian
kontrol diri (locus of control)
4) Perilaku yang tidak terorganisir merupakan suatu perilaku yang tidak teratur
5) Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu dan
diterima sebagai ketentuan oleh orang lain sebagai suatu keadaan negatif atau
mengancam

E. Prinsip tindakan
1. Lakukan pendekatan dengan tenang dan empati
2. Kaji isi waham tanpa mendukung atau membantah
3. Jangan berusaha menjelaskan secara logika tentang waham
4. Jangan meremehkan kekuatan waham
5. Jangan merendahkan ketidakmampuan seseorang untuk membedakan waham dari realita
6. Hubungkan waham dengan stres
7. Berespons terhadap perasaan yang melatarbelakangi waham
8. Anjurkan melakukan kegiatan dengan teknik distraksi untuk menghentikan berfokus pada
waham

F. Asuhan Keperawatan
1. Pohon Masalah

Kerusakan Komunikasi Verbal

Gangguan Proses Pikir: Waham Core Problem

Harga Diri Rendah


2. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji
Gangguan Proses Pikir: Waham

DS :

- Interpretasi tidak akurat atas informasi (orang lain adalah mata-mata iblis)
- Ketidakmampuan membedakan secara internal stimuus dari suatu kejadian
atau fakta (presiden adalah pemimpin yang mengatur hidup dan mati)
- Merasa bahwa orang disekitarnya mendengarkan pikirannya
- Yakin bahwa ia bertanggung jawab atas suatu peristiwa
- Ungkapan berkuasa atau berkekuatan super
- Meyakini orang lain akan berbuat jahat
- Menghasut rasa takut atau bingung pada orang lain
- Ungkapan ide religius yang tidak benar
DO :

- Reaksi tidak sesuai terhadap komunikasi dan perilaku orang lain (tertawa
ketika sedih)
- Tidak dapat mengikuti instruksi sederhana
- Curiga, marah, ketakutan dengan alasan tidak logis
- Mudah beralih, rentang perhatian buruk, kesulitan berkonsentrasi
- Disorganisasi bicara, inkoheren, fragmentasi, kehilangan asosiasi,
sirkumstansial, tangensial, flight of idea,
- Ambivalen
- Membuat gerak atau isyarat sendiri
- Pola tidur terganggu, hiperaktivitas

3. Diagnosa Keperawatan: Gangguan Proses Pikir: Waham


4. Rencana Tindakan Keperawatan (terlampir).
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN

Pertemuan Ke :1

Hari/Tanggal :

Nama Klien :

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :

- Interpretasi tidak akurat atas informasi (orang lain adalah mata-mata iblis)
- Ketidakmampuan membedakan secara internal stimuus dari suatu kejadian
atau fakta (presiden adalah pemimpin yang mengatur hidup dan mati)
- Merasa bahwa orang disekitarnya mendengarkan pikirannya
- Yakin bahwa ia bertanggung jawab atas suatu peristiwa
- Ungkapan berkuasa atau berkekuatan super
- Meyakini orang lain akan berbuat jahat
- Menghasut rasa takut atau bingung pada orang lain
- Ungkapan ide religius yang tidak benar
DO:

- Reaksi tidak sesuai terhadap komunikasi dan perilaku orang lain (tertawa
ketika sedih)
- Tidak dapat mengikuti instruksi sederhana
- Tidak dapat berpikir abstrak
- Curiga, marah, ketakutan dengan alasan tidak logis
- Mudah beralih, rentang perhatian buruk, kesulitan berkonsentrasi
- Disorganisasi bicara, inkoheren, fragmentasi, kehilangan asosiasi,
sirkumstansial, tangensial, flight of idea,
- Ambivalen
- Membuat gerak atau isyarat sendiri
- Pola tidur terganggu, hiperaktivitas
-
2. Diagnosa Keperawatan:
Gangguan Proses Pikir: Waham

3. Tujuan Khusus
a. Klien dapat membina hubungan saling percaya
b. Klien dapat memenuhi kebutuhan yang tidak terpenuhi
4. Tindakan Keperawatan:
a. Bantu orientasi realita
b. Diskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
c. Bantu klien memenuhi kebutuhannya
d. Anjurkan klien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Terapeutik
“Assalamualaikum, perkenalkan nama saya Ani, saya perawat yang dinas pagi ini
di ruang melati. Saya dinas dari pk 07-14.00 nanti, saya yang akan merawat
abang hari ini. Nama abang siapa, senangnya dipanggil apa?”

b. Evaluasi/Validasi
“Bagaimana perasaan abang hari ini?”

c. Kontrak
Topik : “Bisa kita berbincang-bincang tentang apa yang bang B rasakan
sekarang?”

Waktu : “Berapa lama bang B mau kita berbincang-bincang? Bagaimana

kalau 15 menit?”

Tempat : “Dimana enaknya kita berbincang-bincang, bang?”

2. Kerja
“Saya mengerti bang B merasa bahwa bang B adalah seorang nabi, tapi sulit bagi
saya untuk mempercayainya karena setahu saya semua nabi sudah tidak adalagi, bisa
kita lanjutkan pembicaraan yang tadi terputus bang?”

“Tampaknya bang B gelisah sekali, bisa abang ceritakan apa yang bang B rasakan?”

“O... jadi bang B merasa takut nanti diatur-atur oleh orang lain dan tidak punya hak
untuk mengatur diri abang sendiri?”

“Siapa menurut bang B yang sering mengatur-atur diri abang?”

“Jadi ibu yang terlalu mengatur-ngatur ya bang, juga kakak dan adik abang yang
lain?”

“Kalau abang sendiri inginnya seperti apa?”

“O... bagus abang sudah punya rencana dan jadual untuk diri sendiri”

“Coba kita tuliskan rencana dan jadual tersebut bang”

“Wah..bagus sekali, jadi setiap harinya abang ingin ada kegiatan diluar rumah karena
bosan kalau di rumah terus ya”

3. Terminasi
a. Evaluasi
Subyektif : “Bagaimana perasaan B setelah berbincang-bincang dengan saya?”

Obyektif : ”Apa saja rencana abang tadi yang telah kita bicarakan? Bagus”

b. Rencana Tindak Lanjut


“Bagaimana kalau jadual ini abang coba lakukan, setuju bang?”

c. Kontrak
Topik : ”Kita bercakap-cakap tentang kemampuan yang pernah Abang miliki?

Waktu : “Bagaimana kalau saya datang kembali dua jam lagi?”

Tempat : ”Mau di mana kita bercakap-cakap? Bagaimana kalau di sini lagi?”

Anda mungkin juga menyukai