Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

DISUSUN OLEH :

Nama : Kharisma Nurul Hapsari


NIM : P1337420716049

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG


PRODI D4 KEPERAWATAN SEMARANG
2019
BAB 1

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Halusinasi adalah hilangnya kemampuan manusia dalam membedakan rangsangan
internal ( pikiran ) dan rangsangan eksternal ( dunia luar ). Halusinasi adalah salah
satu gejala gangguan jiwa dimana pasien mengalami perubahan sensori persepsi :
mrasakan sensori palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan, perabaan, penghiduan.
Halusinasi adalah persepsi klien terhadap lingkungan tanpa stimulus yang nyata ,
artinya klien menginterpretasikan sesuatu tanpa stimulus / rangsangan dari luar.
[ CITATION Ade11 \l 1057 ]

B. TANDA DAN GEJALA


Berikut ini tanda dan gejala dalam halusinasi adalah sebagai berikut :

Jenis Halusinasi Data Objektif Data Subjektif

Halusinasi pendengaran 1. Bicara/tertawa sendiri 1. Mendengar suara


2. Marah tanpa sebab /kegaduhan
3. Mengarahkan telinga kearah 2. Mendengar suara yang
tertentu mengajak bercakap-cakap
4. Menutup telinga 3. Mendengar suara yang
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya
Halusinasi penglihatan 1. Menunjuk-nunjuk kearah tertentu Melihat bayangan, sinar
2. Ketakutan kepada sesuatu yang bentuk geometris, bentuk
tidak jelas kartun, melihat hantu atau
monster

Halusinasi penghidu 1. Menghidu seperti sedang membau Membau bauan seperti bau
bau-bauan tertentu darah, urine, fases kadang-
2. Menutup hidung kadang bau itu menyenangkan

Halusinasi pengucap 1. Sering meludah Merasakan rasa seperti darah,


2. Muntah urine/fases

Halusinasi perabaan Menggaruk-garuk permukaan kulit Menyatakan ada serangga


diperukaan kulit, merasa
tersengat listrik
Sumber : Direja, 2011
C. RENTANG RESPON
Berikut adalah gambar penjelasan mengenai rentan respon halusinasi

Adaptif Mal Adaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang – kadang 1. Gangguan


2. Persepsi akurat proses pikir konsep pikir
3. Emosi konsisten terganggu waham
dengan penglaman 2. Ilusi 2. Halusinasi
4. Perilaku cocok 3. Emosi berlebihan 3. Kerusakan
5. Hubungan sosial 4. Perilaku yang proses emosi
harmonis tidak biasa 4. Perilaku tidak
5. Menarik diri terorganisasi
5. Isolisasi sosial

Gambar 1. Rentang Respon Neurobiologis

Sumber: [ CITATION Ade11 \l 1057 ]

Dari Gambar 1. Rentang Respon Neorologis dapat dijelaskan bahwa :


Klasifikasi Rentang Respon terbagi menjadi 3 adalah sebagai berikut :
a. Respon Adaptif
Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima norma-norma social budaya
yang berlaku. Dengan kata lain individu tersebut dalam batas normal jika
menghadapi suatu masalah akan dapat memecahkan masalah tersebut. Respon
adaptif :
1) Pikiran logis adalah pandangan yang mengarah pada kenyataan
2) Persepsi akurat adalah pandangan yang tepat pada kenyataan
3) Emosi konsisten dengan pengalaman yaitu perasaan yang timbul dari
pengalaman ahli
4) Perilaku social adalah sikap dan tingkah laku yang masih dalam batas
kewajaran
5) Hubungan social adalah proses suatu interaksi dengan orang lain dan
lingkungan

b. Respon Psikosossial
Meliputi :
1) Proses pikir terganggu adalah proses pikir yang menimbulkan
gangguan.
2) Ilusi adalah miss interprestasi atau penilaian yang salah tentang
penerapan yang benar-benar terjadi (objek nyata) karena rangsangan
panca indra
3) Emosi berlebih atau berkurang
4) Perilaku tidak biasa adalah sikap dan tingkah laku yang melebihi batas
kewajaran
5) Menarik diri adalah percobaan untuk menghindari interaksi dengan
orang lain.
c. Respon Maladaptif
adalah respon individu dalam menyelesaikan masalah yang menyimpang dari
norma-norma social budaya dan lingkungan, ada pun respon maladaptive
antara lain :
1) Kelainan pikiran adalah keyakinan yang secara kokoh dipertahankan
walaupun tidak diyakini oleh orang lain dan bertentangan dengan
kenyataan social.
2) Halusinasi merupakan persepsi sensori yang salah atau persepsi
eksternal yang tidak realita atau tidak ada.
3) Kerusakan proses emosi adalah perubahan sesuatu yang timbul dari
hati.
4) Perilaku tidak terorganisi rmerupakan sesuatu yang tidak teratur
5) Isolasi sosisal adalah kondisi kesendirian yang dialami oleh individu
dan diterima sebagai ketentuan oleh orang lain dan sebagai suatu
kecelakaan yang negative mengancam.
(Damaiyanti, 2012)
D. PENYEBAB
Halusinasi disebabkan oleh 2 faktor yaitu :
1) Faktor Presdisposisi
a) Genetika
b) Neurobiologi
c) Neurotransmitter
d) Abnormal perkembangan syaraf
e) Psikologis
2) Faktor Prespitasi
a) Proses pengolahan informasi yang berlebihan
b) Mekanisme penghantaran listrik yang abnomal
c) Adanya gejala pemicu
( Direja, 2011)

E. PROSES TERJADINYA HALUSINASI


Halusinasi berkembang melalui 4 fase , yaitu sebagai berikut :
1) Fase Pertama
Disebut juga dengan fase comporting yaitu fase yang menyenangkan. Pada
tahap ini masuk dalam golongan nonpsikotik. Karakteristik : klien mengalami
stres, cemas, perasaan perpisahan, rasa bersalah, kesepian yang memuncak
,dan tidak dapat diselesaikan. Klien mulai melamun dan memikirkan hal-hal
yang menyenangkan ,cara ini hanya menlong sementara.
Perilaku klien : tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan bibir
tanpa suara, pergerakan mata cepat, respons verbal yang lambat jika sedang
asyik dengan halusinasinya , dan suka menyendiri.
2) Fase Kedua
Disebut juga fase condemming atau ansietas berat yaitu halusinasi menjadi
menjijikkan ,termasuk dalam psikotik ringan. Karakteristik : pengalaman
sensori menjijikkan dan menakutkan, kecemasan meningkat, melamun, dan
berfikir sendiri jadi dominan. Mulai dirasakan ada bisikan yang tidak jelas.
Klien tidak ingin orang lain tahu, dan ia tetap dapat mengontrolnya.
Perilaku klien : meningkatkan tanda – tanda sistem syaraf otonom seperti
peningkatan denyut jantung dan tekanan darah. Klien asyik dengan
halusinasinya dan tidak bisa membedakan realitas.
3) Fase Ketiga
Adalah fase controling atau ansietas berat yaitu pengalaman sensori menjadi
berkuasa. Termasuk dalam gangguan psikotik.
Karakteristik : bisikan, suara, isi halusinasi semakin menonjol,menguasai dan
mengontrol klien. Klien menjadi terbiasa dan tidak berdaya terhadap
halusinasinya .
Perilaku klien :
Kemauan dikendalikan halusinasi, rentang perhatian hanya beberapa menit
atau detik. Tanda – tanda fisik beupa klien berkeringat, tremor dan tidak
mampu mematuhi perintah.
4) Fase Keempat
Adalah fase conquering atau panik yaitu klien lebur dengan halusinasinya .
termasuk dalam psikotik berat.
Karakteristik : halusinasinya berubah menjadi mengancam , memerintah, dan
memarahi klien. Klien menjadi takut , tidak berdaya, hilang kontrol, dan tidak
dapat berhubungan secara nyata dengan orang lain di lingkungan.
Perilaku klien : perilaku teror akibat panik , potensi bunuh diri, perilaku
kekerasan, agitasi, menarik diri atau kakatonik, tidak mampu merespons
terhadap perintah kompleks, dan tidak mampu berespons lebih dari satu orang.
( Direja, 2011)

F. AKIBAT
Akibat dari hausinasi adalah resiko mencederai diri, orang lain dan ingkungan. Ini
diakibatkan karena pasien berada di bawah halusinasinya yang meminta dia untuk
melakuka sesuatu hal diluar kesadarannya. ( Prabowo, 2014: 134).

G. MEKANISME KOPING
a. Regresi : menjadi malas beraktivitas sehari-hari
b. Proyeksi : menjeslaskan perubahan suatu persepsi dengan berusaha untuk
mengaliskan tanggung jawab kepada orang lain
c. Menarik diri : sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan stimuus internal.
(Prabowo, 2014 :134)
H. PENATALAKSANAAN
Pengobatan harus secepat mungkin harus diberikan, disini peran keluarga sangat
penting karena setelah mendapatkan perawatan di RSJ pasien dinyatakan boleh
pulang sehingga keluarga mempunyai peranan yang sangat penting didalam hal
merawat pasien, menciptakan lingkungan keluarga yang kondusif dan sebagai
pengawas minum obat.
a. Psikofarmaka
Neuroleptika dengan dosis efektif bermanfaat pada penderita skizofrenia yang
menahun,hasilnyalebih banyak jika mulai diberi dalam dua tahun penyakit.
Neuroleptika dengan dosis efek tinggi bermanfaat pada penderita psikomotorik yang
meningkat.
Adapun kelompok obat-obatan umum yang digunakan adalahsebagai berikut :

KELAS KIMIA NAMA GENERIK (DAGANG) DOSIS HARIAN


Fenotiazin Asetofenazin (Tidal) 60-120 mg
Klopromazin (Thorazine) 30-800 mg
Flufenazine (Prolixine, Permiti) 1-40 mg
Mesoridazin (Serentil) 30-400 mg
Perfenazin (Trilafon) 12-64 mg
Proklorperazin 15-150 mg
(Compazine) 40-1200 mg
Promazin (Sparine) 150-800 mg
Tiodazin (Mellaril) 2-40 mg
Trifluoperazin (Stelazine) 60-150 mg
Trifluopromazine (Vesprin)
Tioksanten Kloprotiksen (Tarctan) 75-600 mg
Tiotiksen (Navane) 8-30 mg
Butirofenon Haloperidol (Haldol) 1-100 mg
Dibenzondiazepin Klozapin (Clorazil) 300-900 mg
Dibenzokasazepin Loksapin (Loxitane) 20-150 mg
Dihidroindolon Molindone (Moban) 15.225

b. Terapi kejang listrik atau Elektro Compulcive Therapy (ECT)


c. Terapi Aktivitas Kelompok (TAK) (Purba, Wahyuni, Nasution, Daulay, 2009)
BAB II
ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
Sangat penting untuk mengkaji perintah yang diberikan lewat isi halusinasi klien.
Karena mungkin saja klien mendengar perintah menyakiti orang lain , membunuh,
atau loncat jendela.
1. Pengkajian PSYRATS
PInstrumen PSYRATS dikembangkan oleh Haddock ( 1999 ) yang terdiri dari
subkala halusinasi.
Skala Likert 0-4 :
0 : Tidak ada
1 : Ringan
2 : Sedang
3 : Berat
4 : Sangat Berat
PSYRATS subkala halusinasi pendengaran meliputi
(PH 1): Frekuensi
(PH 2) : Durasi
(PH 3) : Lokasi
(PH 4) : Kerasnya Suara
(PH 5) : Keyakinan akan suara
(PH 6) : Negatif content
(PH 7) : Intensitas negatif content
(PH 8) : Jumlah distres
(PH 9) : Intensitas distres
(PH 10) : Gangguan Pada Kehidupan Sehari-hari
(PH 11) : Kontrol
2. Mengkaji Data Objektif dan Subjektif
Berikut ini jenis halusinasi, data objektif dan subjektifnya.
3. Mengkaji waktu , frekuens, dan situasi munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi , dan situasi munculnya halusinasi
yang dialami oleh pasien. Hal ini dilakukan untuk menentukan intervensi khusus
pada waktu terjadinya halusinasi , menghindari situasi yang menyebabkan
munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut dengan halusinasinya. Dengan
mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat direncanakan frekuensi tindakan
untuk mencegah terjadinya halusinasinya.
4. Mengkaji Respons terhadap Halusinasi
Untuk mengetahui dampak halusinasi pada klien dan apa respon klien ketika
halusinasi itu muncul , perawat dapat menanyakan pada klien hal yang dirasakan
atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat dapat juga menanyakan kepada
keluarga atau orang terdekat dengan klien . Selain itu dapat juga dengan
mengobservasi dampak halusinasi pada pasien jika halusinasi timbul.
Perawat mengkaji tahapan halusiansi klien

Stage 1 : Sleep Disorder Klien merasa banyak masalah, ingin


Fase awal seseorag sebelum muncul menhindar dari lingkungan, takut
halusinasi diketahui orang lain bahwa dirinya
banyak masalah. Masalah makin
terasa sulit karena berbagai stressor
akumulasi , misalnya kekasih hamil,
terlibat narkoba, dikhianati kekasih,
maslah dikampus, PHK di tempat
kerja, penyakit, utang, nilai di
kampus, drop out dsb.
Masalah terasa menekan karena
terakumulasi sedagkan support
sistem kurang dan persepsi terhadap
masalah sangat buruk. Sulit tidur
berlansung terus menerus sehingga
terbiasa menghayal. Klien
menganggap lamunan lamunan awal
tersebut sebagai pemecah masalah
Stage 2 : comforting moderate level Pasien mengalami emosi yang
of amxity berlanjut seperti adanya perasaan
Halusinasi secara umum ia terima cemas, kesepian, perasaan berdosa,
sebagai sesuatu yang alami ketakutan dan mencoba memusatkan
pemikiran pada timbulnya
kecemasan. Ia beranggapan bahwa
pegalaman pikiran dan sensorinya
dapat ia kontrol bila kecemasannya
diatur, dalam tahap ini ada
kecenderungan klien merasa nyaman
dengan halusinasinya.
Stage 3 : condemning severe level of Pengalaman sensori klien menjadi
anxiety sering datang dan mengalami biasa.
Secara umum halusinasi sering Klien mulai merasa tidak mampu
mendatangi pasien lagi mengontrolnya dan mulai
berupaya menjaga jarak antara
dirinya dengan objek yang
dipersepsikan klien mulai menarik
diri dari orang lain dengan intensitas
waktu yang lama.
Stage 4 : controlling severe level of Klien mencoba melawan suara
anxiety melawan suara-suara atau sensori
Fungsi sensori menjadi tidak relevan abnormal yang datang . klien dapat
dengan kenyataan merasakan kesepian bila
halusinasinya berakhir. Dari sinilah
dimulai fase gangguan psychotic.
Stage 5 : conquering panic level Pengalaman sensorinya terganggu,
anxiey klien mulai merasa terancam dengan
Klien mengalami gangguan dalam datangnya suara-suara terutama bila
menilai lingkungannya klien tidak dapat menuruti ancaman
atau perintah yang ia dengar dari
halusinasinya . halusinasi dapat
berlangsug slama minimal 4 jam
atau seharian bila klien tidak
mendapatkan komusikasi terapeutik .
terjadi gangguan psikotik berat.

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan persepsi sensori
Definisi : perubahan pada jumlah atau pola stimulus yang diterima, yang disertai
respon terhadap stimulus tersebut yang di hilangkan , dilebihkan , disampingkan
atau dirusakkan.
Faktor yang berhubungan :
a. Perubahan resepsi, transmisi, dan atau integrasi sensori
b. Ketidakseimbangan biokimia
c. Ketidakseimbangan elektrolit
d. Stimulus lingkungan yang berlebihan
e. Ketidakcukupan stimulus lingkungan
f. Stres psikologis
Batasan Karakteristik :
Subjektif : distorsi sensori
Objektif :
a. Perubahan pola perilaku
b. Perubahan kemampuan penyelesaian masalah
c. Perubahan ketajaman sensori
d. Disorientasi
e. Halusinasi
f. Hambatan komunikasi
g. Iritabilitas
h. Konsentrasi buruk
i. Gelisah
C. INTERVENSI KEPERAWATAN

Tujuan Kriteria hasil Intervensi


1. Mengenali halusinasi Setelah ... x 1. Bantu pasien
yang dialaminya pertemuan, pasien mengenal halusinasi
2. Mengontrol dapat menyebutkan : ( isi, waktu terjdinya,
halusinasinya 1. Isi , waktu , frekuensi, frekuensi, situs
3. Mengkuti program situasi pencetus, pencetus, perasaan
pengobatan perasaan saat terjadi halusinasi)
2. Mampu 2. Latih mengontrol
memperagakan cara halusinasi dengan
dalam mengontrol cara menghardik
halusinasi Tahapan :
1. Jelaskan cara
menghardik
halusinasi
2. Peragakan cara
menghardik
3. Minta pasien
memperagakan ulang
4. Pantau penerapan
cara ini, beri
penguatan perilaku
pasien
5. Masukkan dalam
jadwal kegiatan
pasien
Setelah ...x
pertemuan, pasien 1. Evaluasi kegiatan
mampu : yang lalu
1. Menyebutkan 2. Latih berbicara atau
kegiatan yang sudah bercakap dengan
dilakukan orang lain saat
2. Memperagakan cara halusinasi muncul
bercakap-cakap 3. Masukan dalam
dengan orang lain jadwal kegiatan
pasien
Setelah .....x 1. Evaluasi kegiatan
pertemuan pasien yang lalu
mampu: 2. Latih kegiatan agar
1. Menyebutkan kegitan halusinasi tidak
yang sudah dilakukan muncul
2. Membuat jadwal Tahapannya:
kegiatan sehari-hari 1. Jelaskan pentingnya
dan mampu aktifitas yang teratur
memperagakannya untuk mengatasi
halusinasi
2. Diskusikan aktifitas
yang biasa dilakukan
pasien
3. Latih pasien
melakukan aktifitas
4. Susun jadwal aktifitas
sehari-hari sesuai
dengan aktifitas yang
telah dilatih (dari
bangun pagi-tidur
malam)
5. Pantau perolaku
jadwal kegiatan,
berikan penguatan
terhadapperilaku ya g
positif
Kriteria hasil 1. Evaluasi kegiatan
Setelah ...x
yang lalu
pertemuan, pasien
2. Tanyakan program
mampu:
pengobatan
1. Menyeutkan kegiatan
3. Jelaskan pentingnya
yang sudah dilakukan penggunaan obat pada
2. Menyebutkan manfaat gangguan jiwa
dari program 4. Jelaskan akibat bila
pengobatan tidak digunakan
sesuai program
5. Jelaskan akibat bila
putus obat
6. Jelaskan cara
mendapatkan obat
atau berobat
7. Jelaskan pengobatan
(5B)
8. Latih pasien minum
obat
9. Masukan dalam
jadwal harian pasien

Keluarga mampu: Setelah....x pertemuan 1. Identifikasi masalah


Merawat pasien keluarga mampu keluarga dalam
dirumah dan menjadi menjelaskan tentang merawat pasien
sistem pendukung halusinasi 2. Jelaskan tentang
yang efektif untuk halusinasi
pasien - Pengertian halusinasi
- Jenis halusinasi yang
dialami pasien
- Tanda dan gejala
halusinasi
- Cara merawat pasien
halusinasi (cara
berkomunikasi,
pemberian obat, dan
pemberian aktifitas
kepada pasien)
- Sumber-sumber
pelayanan kesehatan
yang bisa dijangkau
- Bermain peran cara
merawat
- Rencana tindak lanjut
keluarga, jadwal
keluarga untuk
merawat pasien

Kriteria hasil 1. Evaluasi kempuan


Setelah ....x keluarga
pertemuan keluatga 2. Latih keluarga
mampu: merawat pasien
1. Menyelesaikan 3. RTL keluarga atau
kegiatan yang sudah jadwal keluarga untuk
dilakukan merawat pasien
2. Memperagakan cara
merawat pasien

Kriteria hasil 1. Evaluasi kemampuan


Setelah ,,,,x keluarga
pertemuan keluarga 2. Melatih keluarga
mampua: merawat pasien
1. Menyebutkan 3. RTL keluarga atau
kegiatan yang sudah jadwal keluarga untuk
dilakukan merawat pasien
2. Memperagakan cara
merawat pasien serta
mampu membuat
RTL

Kriteria hasil 1. Evaluasi kemampuan


Setelah ....x keluarga
pertemuan keluarga 2. Evaluasi kemampuan
mampu: pasien
1. Menyebutkan 3. RTL keluarga:
kegiatan yang sudah - Follow up keluarga
dilakukan - Rujukan
2. Melaksanakan follow
up rujukan
STRATEGI PELAKSANAAN

Masalah utama : Gangguan persepsi sensori

A. Proses keperawatan
1. Kondisi klien
- Klien mengatakan sering mendengar suara-suara yang membisiki dan isinya
tidak jelas.
- Klien sering mondar mandir dan terlihat bingung
2. Diagnosa keperawatan
- Gangguan persepsi sensori : halusinasi pendengaran

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


1. Tindakan keperawatan untuk pasien
Tujuan tindakan untuk pasien meliputi :
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasi
3) Pasien mengikuti program pegobatan secara optimal

SP 1 pasien : membantu pasien mengenali halusinasi, menjelaskan cara-cara


mengontrol halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara
pertama: menghardik halusinasi.

ORIENTASI

P : Selamat pagi bapak, saya Kharisma mahasiswa keperawatan Poltekkes


Semarang. Benar ini dengan pak Alvius?

P : Bagaimana perasaan bapak hari ini pak?

P : Apa keluhan bapak saat ini?”

P :Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini
bapak dengar tetapi tak tampak wujudnya?

P :Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”
KERJA

P :”Apakah bapak mendengar suara tanpa ada wujudnya?Apa yang dikatakan


suara itu?”

P :” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling


sering D dengar suara? Berapa kali sehari bapak alami? Pada keadaan apa suara
itu terdengar? Apakah pada waktu sendiri?”

P :” Apa yang bapak rasakan pada saat mendengar suara itu?”

P :”Apa yang bapak lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu
suara-suara itu hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah
suara-suara itu muncul?

P :” bapak , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama,
dengan menghardik suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan
orang lain. Ketiga, melakukan kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat
minum obat dengan teratur.”

P :”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.

P :”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung bapak bilang,
pergi saya tidak mau dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu
diulang-ulang sampai suara itu tak terdengar lagi. Coba bapak peragakan! Nah
begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus bapak D sudah bisa”

TERMINASI:

P : ”Bagaimana perasaan Bapak setelah peragaan latihan tadi?

P :” Kalau suara-suara itu muncul lagi, silakan coba cara tersebut. bagaimana
kalau kita buat jadwal latihannya? Mau jam berapa saja latihannya? (Saudara
masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan harian
pasien).

P : “Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Mau Jam berapa ? Bagaimana kalau dua jam
lagi?

P : “Berapa lama kita akan berlatih? Dimana tempatnya”


SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: bercakap-
cakap dengan orang lain

ORIENTASI:

P : “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

P : “Apakah suara-suaranya masih muncul ?”

P : “Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya


Bagus ! Sesuai janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol
halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20
menit. “

P : “Mau di mana? Di sini saja?”

KERJA:

P : “Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan


bercakap-cakap dengan orang lain. Jadi kalau bapak mulai mendengar suara-
suara, langsung saja cari teman untuk diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol
dengan bapak. Contohnya begini; … tolong, saya mulai dengar suara-suara. Ayo
ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya istri,anak bapak
katakan: bu, ayo ngobrol dengan bapak sedang dengar suara-suara. Begitu bapak
Coba bapak lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali
lagi! Bagus! Nah, latih terus ya bapak!”

TERMINASI:

P : “Bagaimana perasaan bapak setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara
yang bapak pelajari untuk mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara
ini kalau bapak mengalami halusinasi lagi.

P : “Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Mau
jam berapa latihan bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta
sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok pagi saya akan ke mari lagi.

P : “ Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan aktivitas
terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/Di sini
lagi? Sampai besok ya. Selamat pagi”
SP 3 Pasien :

Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: melaksanakan aktivitas


terjadwal

ORIENTASI:

P : “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

P : Apakah suara-suaranya masih muncul ?

P : Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ?

P :Bagaimana hasilnya ?

P : Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk
mencegah halusinasi yaitu melakukan kegiatan terjadwal.

P : Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.

P : Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

KERJA:

P : “Apa saja yang biasa bapak lakukan?

P : Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus ajak sampai didapatkan
kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya.

P : Mari kita latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali
bapak bisa lakukan. Kegiatan ini dapat bapak lakukan untuk mencegah suara
tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi agar dari pagi sampai
malam ada kegiatan.

TERMINASI:

P : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga


untuk mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita
latih untuk mencegah suara-suara. Bagus sekali.

P : Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian bapak. Coba lakukan sesuai
jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan berikut
sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam)
P : Bagaimana kalau menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum
obat yang baik serta guna obat.

P : Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya.

P : Sampai jumpa.”
SP 4 Pasien:

Melatih pasien menggunakan obat secara teratur

ORIENTASI:

P : “Selamat pagi bapak Bagaimana perasaan bapak hari ini?

P : Apakah suara-suaranya masih muncul ?

P : Apakah sudah dipakai tiga cara yang telah kita latih ?

P : Apakah jadwal kegiatannya sudah dilaksanakan ?

P : Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik.

P : Hari ini kita akan mendiskusikan tentang obat-obatan yang bapak minum. Kita
akan diskusi selama 10 menit sambil menunggu makan siang. Di sini saja ya
bapak?”

KERJA:

P : “bapak apakah minum obat secara teratur?

P : Apakah suara-suara berkurang/hilang ?

P : jika boleh tau berapa obat yang bapak minum? Warna apa saja pak? Minum
obat sangat penting supaya suara-suara yang bapak dengar dan mengganggu
selama ini tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang bapak minum Ini yang
putih namanya haloperidol 1 kali sehari, sedangkan yang kuning clozapine 2 kali
sehari jam nya sama gunanya untuk menghilangkan suara yang bapak dengar.
Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan. Nanti
konsultasikan dengan dokter, sebab kalau bapak berhenti minum obat , bapak
akan kambuh dan sulit untuk mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat
habis bapak bisa minta ke dokter untuk mendapatkan obat lagi. bapak juga harus
teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya benar, artinya bapak
harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya bapak Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum
pada waktunya, dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat
jamnya bapak juga harus perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus
cukup minum 10 gelas per hari. Obat- obat yang bapak minum ini ada efek
samping ya pak? Coba cerita yang bapak rasakan setelah minum obat?ya itu salah
satunya? Yang lainya misal gelisah, jantung berdebar, pusing dan lainnya ya pak.”

TERMINASI:

P : “Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap tentang obat?

P : Sudah berapa cara yang kita latih untuk mencegah suara-suara? Coba
sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar).

P : Mari kita masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan bapak Jangan
lupa pada waktunya minta obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah.
Nah makanan sudah datang. Besok kita ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara
mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam
10.00. sampai jumpa.
DAFTAR PUSTAKA

Direja, A. H. S. 201. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Nuha Medika.

Eko Prabowo. 2014. Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika.

Iyus & Titin. 2016. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai