Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi
Halusinasi adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami perubahan dalam
jumlah dan pola dari stimulus yang mendekat ( yang diprakarsai secara internal dan
eksternal) disertai dengan suatu pengurangan berlebih-lebihan, distorsi atau kelainan
respon terhadap stimulus ( A. Mary & Towsend. 1995, hal. 156).
Halusinasi adalah perasaan yang salah yang tidak diikuti oleh stimulus eksternal
yang nyata yang dapat meliputi lima perasaan ( Kaplan, Saclok dan Gret. 1994 dalam
buku Mary & Towsend Man ARNp cs Psikiatric Mental Healt Nursing).
Dari uraian diatas dapat penulis simpulkan bahwa halusinasi adalah keadaan
seseorang yang mengalami persepsi yang salah dari lima perasaan, merasa ada stimulus,
padahal sebenarnya tidak ada stimulus yang nyata.

2.2 Rentang Respon

Respon Adaptif Respon neurologic Respon Maladaptif

1. Pikiran logis. 1. Perilaku kadang 1. Kelainan


2. Persepsi akurat. menyimpang. pikiran/delusi
3. Emosi konsisten 2. Ilusi. halusinasi.
dengan 3. Reaksi emosional 2. Ketidakmampuan
pengalaman. berlebihan atau kurang untuk mengalami
4. Perilaku sesuai. 4. Perilaku ganjil/tidak emosi.
5. Hubungan sosial. lazim. 3. Ketidakteraturan
5. Menarik diri. 4. Isolasi sosial.

2.3 Macam macam Halusinasi


a. Halusinasi pendengaran ( akustik auditorik )
Misal : suara manusia, hewan, mesin, kejadian alamiah, musik, padahal tidak ada
sumbernya
b. Halusinasi penglihatan (visual optik)
Misal : melihat sesuatu tak bersinar atau berbentuk (orang, binatang atau barang lain
yang dikenalnya berwarna atau tidak) padahal tidak ada
c. Halusinasi penciuman (alfaktorik)
Misal : individu mengatakan mencium bau-bauan seperti bau bunga, bau mayat dll
padahal tidak ada
d. Halusinasi kecap (gustatorik)
Biasanya terjadi bersamaan halusinasi bau hirup. Misal : individu merasa mengecap
suatu rasa dimulutnya
e. Halusinasi singgungan (taktil)
Individu yang bersangkutan merasa ada seseorang yang meraba atau menyentuh
f. Halusinasi kinestetik
Misal : badan penderita bergerak dalam suatu ruangan atau merasa anggota badannya
bergerak
g. Halusinasi visceral
Misal : perasaan tertentu timbul didalam dirinya
h. Halusinasi hipnogenik
Terdapat pada seseorang yang normal tepat sebelum tidur persepsi sensorik bekerja
salah
i. Halusinasi hiproponik
Seperti pada hipnogonik tetapi terjadi tepat sebelum bangun tidur, setelah itu pula
terdapat pengalaman halusinoforik dalam impian yang normal.
j. Halusinasi histerik
Timbul pada neurosa histerik karena konflik emosional, keadaan tersebut sering
merupakan perilaku yang didasari pengalaman psikologis dari dalam individu tersebut

2.4 Etiologi
2.4.1 Faktor predisposisi ( Stuart and Sundeen, 1995 )
a. Biologi
1. Hambatan perkembangan otak kortek frontal, temporal dan lembek, jejak yang
mungkin timbul adalah hambatan dalam belajar, bebicara, daya ingat dan
mungkin muncul perilaku menarik diri atau kekerasan.
2. Pertumbuhan dan perkembangan individu pada prenatal, neonatur dan kanak-
kanak.
b. Psikologis
1. Ibu / pengasuh yang lemas, overprotektif dengan tidak sensitif.
2. Pola asuh yang tidak adequat.
3. Konflk perkawinan.
4. Koping dalam menghadapi stress tidak konstruktif.
5. Ketidakmampuan menggapai cita.
c. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga, perasaan tidak aman,
gelisah, bingung, ketakutan, perilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan, bicara inkoheren, bicara sendiri, tidak mampu membedakan
nyata dan tidak nyata
d. Social Budaya
Kondisi sosial budaya mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti:
kemiskinan, konflik sosial budaya (perang, kerusuhan, bencana alam) dan
kehidupan yang terisolasi disertai stress
2.4.2 Faktor presipitasi
Adanya rangsangan lingkungan yang sering sebagai pencetus yaitu kurangnya
partisipasi klien dalam kelompok, dimana sepi ( isolasi ) suasana tersebut dapat
meningkatkan stress dan kecemasan yang merangsang tubuh zat haludinogenik.
Berbagai streson dapat menimbulkan halusinasi. Hubungan interpersonal masalah
psikososial dapat meningkatkan cemas dan stess serta akhirnya timbul halusinasi.
Secara umum klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah adanya
hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak berguna, putus asa dan
tidak berdaya. Penilaian individu terhadap stressor dan masalah koping dapat
mengindikasikan kemungkinan kekambuhan.
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah:
a. Biologis
Gangguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur proses
informasi serta abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus yang
diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
b. Stress lingkungan
Ambang toleransi terhadap stress yang berinteraksi terhadap stressor lingkungan
untuk menentukan terjadinya gangguan perilaku.
c. Sumber koping
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.

2.5 Patofisiologi

2.6 Proses terjadinya halusinasi


Adapun beberapa hal yang mempengaruhi terjadinya halusinasi antara lain :
1. Keadaan afek / perasaan seseorang
2. Waham atau defisi
3. Indera yang kurang dirangsang
4. Kerusakan otak
5. Ilusi
Ilusi adalah interprestasi atau penilaian yang salah tentang penerapan yang
sungguh terjadi, karena rangsangan pada panca indera ( misal bunyi angin
didengarnya seperti memanggilnya, bayangan daun seperti pencuri ). Ilusi sangat
dipengaruhi oleh emosi pada waktu tertentu dan biasanya bersatukan dapat
mengoreksi sesudahnya ilusi itu dapat dibedakan dari halusinasi, dari pikiran,
hubungan dan dari diorientasi. Gangguan somato sensorik ada reaksi konfersi adalah
suatu gangguan yang sering trejadi secara simbolik menggambarkan suatu konflik
yang emosional dibedakan dari gangguan psikologik dan dilakukan secara sadar dari
gangguan heurologik.
Jika sudah pasti bahwa reaksi itu sudah merupakan reaksi konfersi, baru
dicatat dan dicantumkan jenis reaksi itu, misalnya :
a. Anestesi
Anestesi adalah kehilangan indra peraba pada kulit, tetapi tidak sesuai dengan
anatomi syaraf
b. Prostesia
Prostesia adalah indera peraba yang berubah, umpamanya seperti ditusuk-
tusuk jarum, ada semut berjalan merasa panas atau kebal pada kulit
c. Gangguan penglihatan
d. Perasaaan nyeri
e. Makrupsia
Makrupsia ialah bentuk kehilangan dari sebenarnya begitu besar sehingga
mengerikan terdapat pada neurosa histerik
f. Inkrupsia
Inkrupsia ialah benar-benar kehilangan lebih kecil, ganti-ganti dengan
makropsia pada histeria atau dapat timbul pada Delirium Treatment.
Halusinasi terjadi karena adanya persepsi klien terhadap lingkungan tanpa
stimulus yang nyata, artinya klien menginterpretasikan suatu yang nyata tanpa
stimulus atau rangsangan dari luar (eksternal).
2.6.1 Tingkatan halusinasi ada 4 tahap (Gail Wisacan 2, Stuart and Sandra 1 Sundeen, hal :
328).
a. Tahap I :
Secara umum bersifat menyenangkan, memberirasa aman, tingkat kecerdasan
sedang, karakteristik :
1. Mengalami ansietas, kesepian, rasa bersalah dan ketakutan.
2. Mencoba berfokus pada pikiran yang dapat menmenghilangkan rasa cemas.
3. Pikiran dan pengalaman sensori masih ada dalam kontrol
4. Non psikotik.
b. Tahap II :
Menyalahkan, kecemasan meningkat dan berhubungan dengan pengalaman
eksternal dan internal, secara umum halusinasi menyebabkan rasa antipati,
karakteristik :
1. Pengalaman sensori menakutkan.
2. Mulai merasa kehilangan kontrol dan klien takut apabila ada orang yang
mendengar.
3. Merasa dilecehkan.
4. Menarik diri.
c. Tahap III :
Mengontrol, tingkat kecemasan berat, pengalaman sensori tidak dapat ditolak
lagi, karakteristik :
1. Klien menyerah dan menerima pengalaman sensori.
2. Kesepian bila pengalaman sensori berakhir.
3. Terbiasa dengan halusinasinya dan tidak berdaya.
d. Tahap IV :
Menguasai, tingkat kecemasan panik, dipengaruhi oleh delusi atau waham,
Karakteristik :
1. Pengalaman sensori menakutkan atau mengancam.
2. Dapat berlangsung selama beberapa jam atau hari (jika tidak ada intervensi
terapiutik).

2.6.2 Menurut Gail Stuart and Sundeen ada beberapa jenis halusinasi yaitu :
1. Halusinasi pendengaran / aditory
Mendengar suara atau bunyi, paling sering suara orang. Suara dapat
berkisar dari suara yang sederhana sampai suara yang membicarakan klien,
memerintahkan untuk melakukan sesuatu.
2. Halusinasi penglihatan / visual
Melihat gambaran yang jelas atau samar, penglihatan dapat berupa sesuatu
yang menyenagkan atau menakutkan.
3. Halusinasi penciuman / alpalutory
Mencium bau yang muncul dari sumber tertentu tanpa stimulus yang
nyata dan orang lain tidak menciumnya.
4. Halusinasi pengecap / gustatory
Merasakan makan sesuatu yang tidak nyata, merasakan sesuatu yang
busuk, amis dan menjijikkan.
Menurut jenisnya tanda gejala halusinasi antara lain ;

No. Jenis halusinasi Data obyektif Data subyektif


1. Halusinasi Berbicara atau tertawa sendiri, Mendengar suara-suara
pendengaran marah-marah tanpa sebab, yang mengajaknya
menyendengkan telinga kearah bercakap-cakap,
tertentu, menutup telinga mendengar suara
menyuruh melakukan
sesuatu yang berbahaya

2. Halusinasi Menunjuk-nunjuk kearah Melihat bayangan, sinar,


penglihatan tertentu, ketakutan kepada geometris, kartun, hantu,
sesuatu yang tidak jelas atau monster

3. Halusinasi Menghirup, seperti sedang Membaui bau-bauan


penghirupan membaui buah-buahan tertentu, seperti bau darah, urin,
menutup hidung feses, kadang-kadang bau
itu menyenangkan

4. Halusinasi Sering meludah-ludah Merasakan seperti darah,


pengecapan urin, feses

5. Halusinasi Menggaruk-garuk permukaan Mengatakan adanya


perabaan kulit serangga dipermukaan
kulit, merasa seperti
tersengat listrik

2.7 Tanda dan gejala


Menurut Hamid (2000), perilaku klien yang terkait dengan halusinasi adalah
sebagai berikut:
1. Bicara sendiri.
2. Senyum sendiri.
3. Ketawa sendiri.
4. Menggerakkan bibir tanpa suara.
5. Pergerakan mata yang cepat
6. Respon verbal yang lambat
7. Menarik diri dari orang lain.
8. Berusaha untuk menghindari orang lain.
9. Tidak dapat membedakan yang nyata dan tidak nyata.
10. Terjadi peningkatan denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah.
11. Perhatian dengan lingkungan yang kurang atau hanya beberapa detik.
12. Berkonsentrasi dengan pengalaman sensori.
13. Sulit berhubungan dengan orang lain.
14. Ekspresi muka tegang.
15. Mudah tersinggung, jengkel dan marah.
16. Tidak mampu mengikuti perintah dari perawat.
17. Tampak tremor dan berkeringat.
18. Perilaku panik.
19. Agitasi dan kataton.
20. Curiga dan bermusuhan.
21. Bertindak merusak diri, orang lain dan lingkungan.
22. Ketakutan.
23. Tidak dapat mengurus diri.
24. Biasa terdapat disorientasi waktu, tempat dan orang.
Menurut Stuart dan Sundeen (1998) yang dikutip oleh Nasution (2003), seseorang
yang mengalami halusinasi biasanya memperlihatkan gejala-gejala yang khas yaitu:
1. Menyeringai atau tertawa yang tidak sesuai.
2. Menggerakkan bibirnya tanpa menimbulkan suara.
3. Gerakan mata abnormal.
4. Respon verbal yang lambat.
5. Diam.
6. Bertindak seolah-olah dipenuhi sesuatu yang mengasyikkan.
7. Peningkatan sistem saraf otonom yang menunjukkan ansietas misalnya, peningkatan
nadi, pernafasan dan tekanan darah.
8. Penyempitan kemampuan konsenstrasi.
9. Dipenuhi dengan pengalaman sensori.
10. Mungkin kehilangan kemampuan untuk membedakan antara halusinasi dengan
realitas.
11. Lebih cenderung mengikuti petunjuk yang diberikan oleh halusinasinya daripada
menolaknya.
12. Kesulitan dalam berhubungan dengan orang lain.
13. Rentang perhatian hanya beberapa menit atau detik.
14. Berkeringat banyak.
15. Tremor.
16. Ketidakmampuan untuk mengikuti petunjuk.
17. Perilaku menyerang teror seperti panik.
18. Sangat potensial melakukan bunuh diri atau membunuh orang lain.
19. Kegiatan fisik yang merefleksikan isi halusinasi seperti amuk dan agitasi.
20. Menarik diri atau katatonik.
21. Tidak mampu berespon terhadap petunjuk yang kompleks.
22. Tidak mampu berespon terhadap lebih dari satu orang.

2.8 Mekanisme Koping


Perilaku yang mewakili upaya untuk melindungi diri sendiri dan penglaman yang
menakutkan berhubungan dengan respon neurobiologik menurut Stuart and Sundeen
1995 adalah :
1. Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk
menanggulangi ansietas, mempunyai energi sedikit untuk aktifitas hidup sehari-hari.
2. Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi.
3. Menarik diri

2.9 Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Menciptakan lingkungan yang terapeutik. Untuk mengurangi tingkat kecemasan,
kepanikan dan ketakutan pasien akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan
pendekatan di lakukan secara individual dan usahakan agar terjadi kontak mata, kalau
bisa pasien di sentuh atau di pegang.
2. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik atau emosional. Setiap perawat masuk ke
kamar atau mendekati pasien, bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan
meninggalkannya hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang
akan di lakukan.
3. Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang perhatian dan
mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas, misalnya jam dinding, gambar
atau hiasan dinding, majalah dan permainan.
4. Melaksanakan program terapi dokter. Sering kali pasien menolak obat yang di
berikan sehubungan dengan rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan
sebaiknya secara persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
5. Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang ada. Setelah
pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat menggali masalah pasien
yang merupakan penyebab timbulnya halusinasi serta membantu mengatasi masalah
yang ada. Pengumpulan data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau
orang lain yang dekat dengan pasien.
6. Memberi aktivitas pada pasien. Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan
gerakan fisik, misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk hubungan
dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan dan memilih kegiatan
yang sesuai.
7. Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan. Keluarga pasien dan
petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data pasien agar ada kesatuan pendapat
dan kesinambungan dalam proses keperawatan, misalnya dari percakapan dengan
pasien di ketahui bila sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek.
Tapi bila ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri dalam permainan
atau aktivitas yang ada. Percakapan ini hendaknya di beritahukan pada keluarga
pasien dan petugas lain agar tidak membiarkan pasien sendirian dan saran yang di
berikan tidak bertentangan

Anda mungkin juga menyukai