Pengertian
B. Tahapan
Proses tumbuh kembang dimulai sejak sel telur dibuahi dan akan berlangsung sampai
dewasa.
1. Tahap prenatal
a) Masa embrio : mulai konsepsi 8 minggu
b) Masa tengah fetus : 9 minggu 24 minggu
c) Masa fetus lanjut : 24 minggu lahir
2. Tahap postnatal
a) Masa neonatal : lahir 1 bulan
b) Masa bayi awal : 1 bulan 1 tahun
c) Masa bayi lanjut : 1 tahun 2 tahun
3. Masa anak 2-12 tahun
a) Masa prasekolah : 2 6 tahun
b) Masa sekolah : 6 12 tahun
4. Masa remaja (adolesen) 10-18 tahun
a) Pra pubertas : wanita 10-12 tahun, laki-laki 10-14 tahun
b) Pubertas : wanita 12-14 tahun,laki-laki 14-15 tahun
c) Post pubertas :wanita 14-18 tahun,laki-laki 16-20 tahun
C. Ciri-Ciri
D. Pola Perkembangan
Peristiwa yang terjadi selama proses pertumbuhan dan perkembangan pada anak.
1. Pola perkembangan fisik yang terarah terdiri dari dua prinsip yaitu cephalocaudal
dan proximal distal (Wong, 1995).
a) Cephalocaudal adalah pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dari
kepala yang ditandai dengan perubahan ukuran kepala yang lebih besar,
kemudian berkembang kemampuan untuk menggerakkan lebih cepat dengan
menggelengkan kepala dan dilanjutkan ke bagian ekstremitas bawah lengan,
tangan dan kaki.
b) Proximal distal yaitu pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan
menggerakkan anggota gerak yang paling dekat dengan pusat/sumbu tengah,
seperti menggerakkan bahu dahulu baru kemudian jari-jari.
2. Pola perkembangan dari umum ke khusus
Pola pertumbuhan dan perkembangan yang dimulai dengan menggerakkan daerah
yang lebih umum (sederhana) dahulu baru kemudian daerah yang lebih kompleks.
Misalnya melambaikan tangan kemudian memainkan jari.
a) Fase Oral
Dalam fase ini anak mendapat kenikmatan dan kepuasan berbagai pengalaman
sekitar mulutnya. Fase oral mencakup tahun pertama kehidupan ketika anak
sangat tergantung dan tidak berdaya. Ia perlu dilindungi agar mendapat rasa
aman. Dasar perkembangan mental sangat tergangtung dari hubungan ibu anak
pada fase ini. Bila terdapat gangguan atau hambatan dalam hal ini maka akan
terjadi fiksasi oral, artinya pengalaman buruk, tentang masalah makan dan
menyapih akan menyebabkan anak terfiksasi pada fase ini, sehingga perilakunya
diperoleh pada fase oral.
Pada fase pertama belum terselesaikan dengan baik maka persoalan ini akan
terbawa ke fase kedua. Ketidaksiapan ini meskipun belum berhasil ditutupi
biasanya kelak akan muncul kembali berupa berbagai gangguan tingkah laku.
b) Fase Anal
Fase kedua ini berlangsung pada umur 1-3 tahun. Pada fase ini anak
menunjukkan sifat ke-AKU-annya. Sikapnya sangat narsistik dan egoistic. Ia
pun mulai belajar kenal tubuhnya sendiri dan mendapatkan kepuasan dari
pengalaman. Suatu tugas penting dalam yang lain dalam fase ini adalah
perkembangan pembicaraan dan bahasa. Anak mula-mula hanya mengeluarkan
bahasa suara yang tidak ada artinya, hanya untuk merasakan kenikmatan dari
sekitar bibir dan mulutnya. Pada fase ini hubungan interpersonal anak masih
sangat terbatas. Ia melihat benda-benda hanya untuk kebutuhan dan kesenangan
dirinya. Pada umur ini seorang anak masi bermain sendiri, ia belum bisa berbagi
atau main bersama dengan anak lain. Sifatnya sangat egosentrik dan sadistik.
c) Fase Falik
Fase falik antara umur 3-12 tahun. Fase ini dibagi 2 yaitu fase oediopal antara 3-
6 tahun dan fase laten antara 6-12 tahun. Fase oediopal dengan pengenalan akan
bagian tubuhnya umur 3 tahun. Di sini anak mulai belajar menyesuaiakan diri
dengan hukum masyarakat. Perasaan seksual yang negative ini kemudian
menyebabkan ia menjauhi orang tua dengan jenisn kelamin yang sama. Disinilah
proses identifikasi seksual. Anak pada fase praoediopal biasanya senang bermain
dengan anak yang jenis kelaminnya berbeda, sedangkan anak pasca oediopal
lebih suka berkelompok dengan anak sejenis. Pada fase laten, resolusi konflik
oediopal ini menandai permulaan fase laten yang terentang 7-12 tahun, untuk
kemudian anak masuk ke permulaan masa pubertas. Periode ini merupakan
integrasi, yang bercirikan anak harus berhadapan dengan berbagai tuntutan dan
hubungan dengan dunia dewasa. Anak belajar untuk menerapkan dan
mengintegrasikan pengalaman baru ini. Dalam fase berikutnya berbagai tekanan
sosial akan dirasakan lebih berat oleh karena terbaur dengan keadaan transisi
yang sedang dialami si anak.
d) Fase Genital
Dengan selesainya fase laten, maka sampailah anak pada fase terakhir dalam
perkembangannya. Dalam fase ini si anak menghadapi persoalan yang
kompleks. Kesulitan sering timbul pada fase ini disebabkan karena si anak
belum dapat menyelesaikan fase sebelumnya dengan tuntas.
a) Masa Bayi
Kepercayaan dasar vs ketidak percayaan. Dalam masa ini terjadi interaksi sosial
yang erat antara ibu dan anak yang menimbulkan rasa aman dalam diri si anak.
Dari rasa aman tumbuh rasa kepercayaan dasar terhadap dunia luar.
b) Masa Balita
Kemandirian vs ragu dan malu. Masa balita dari Erikson ini kira-kira sejajar
dengan fase anal. Pada masa ini anak sedang belajar untuk menegakkan
kemandiriannya namun ia belum dapat berfikir, oleh karena itu masih perlu
mendapat bimbingan yang tegas. Psikopatologi yang banyak ditemukan sebagai
akibat kekurangan fase ini adalah sifat obsesif-kompulsif dan yang lebih berat
lagi adalah sifat atau keadaan paranoid.
c) Masa Bermain
Inisiatif vs bersalah. Masa ini berkisar antara umur 4-6 tahun. Anak pada umur
ini sangat aktif dan banyak bergerak. Ia mulai belajar mengembangkan
kemampuannya untuk bermasyarakat. Inisiatifnya mulai berkembang pula dan
bersama temannya mulai belajar merencanakan suatu permainan dan
melakukannya dengan gembira.
d) Masa Sekolah
Berkarya vs rasa rendah diri. Masa usia 6-12 tahun adalah masa anak mulai
memasuki sekolah yang lebih formal. Ia sekarang berusaha merebut perhatian
dan penghargaan atas karyanya. Ia belajar untuk menyelesaikan tugas yang
diberikan padanya, rasa tanggung jawab mulai timbul, dan ia mulai senang untuk
belajar bersama.
e) Masa Remaja
Identitas diri vs kebingungan akan peran diri. Pada sekitar umur 13 tahun masa
kanak-kanak berakhir dan masa remaja dimulai. Pertumbuhan fisis menjadi
sangat pesat dan mencapai taraf dewasa. Peran orang tua sebagai figure
identifikasi lain. Nilai-nilai dianutnya mulai dia ragukan lagi satu per satu.
Pola pertumbuhan dan perkembangan secara normal antara anak yang satu dengan
yang lainnya pada akhirnya tidak selalu sama, karena dipengaruhi oleh interaksi
banyak faktor. Menurut Soetjiningsih (2002), faktor yang mempengaruhi tumbuh
kembang, yaitu:
1. Genetika
1. Perbedaan ras, etnis, atau bangsa
2. Keluarga : ada keluarga yang cenderung mempunyai tubuh gemuk atau
perawakan pendek
3. Umur : masa prenatal, masa bayi, dan masa remaja merupakan tahap yang
mengalami pertumbuhan cepat dibandingkan dengan masa lainnya
4. Jenis kelamin : wanita akan mengalami pubertas lebih dahulu dibandingkan laki-
laki
5. Kelainan kromosom : dapat menyebabkan kegagalan pertumbuhan, misalnya
sindrom down.
2. Pengaruh hormon
Pengaruh hormon sudah terjadi sejak masa prenatal, yaitu saat janin berumur empat
bulan. Pada saat itu terjadi pertumbuhan yang cepat. Hormon yang berpengaruh
terutama adalah hormon pertumbuhan somatotropin yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitari. Selain itu kelenjar tiroid juga menghasilkan kelenjar tiroksin yang berguna
untuk metabolisme serta maturasi tulang, gigi, dan otak.
3. Faktor lingkungan
Faktor lingkungan yang dapat berpengaruh dikelompokkan menjadi tiga, yaitu
pranatal, kelahiran, dan pascanatal.
4. Faktor prenatal
a) Gizi, nutrisi ibu hamil akan mempengaruhi pertumbuhan janin, terutama selama
trimester akhir kehamilan
b) Mekanis, posisi janin yang abnormal dalam kandungan dapat menyebabkan
kelainan conginetal, misalnya club foot
c) Toksin, zat kimia, radiasi
d) Kelainan endokrin
e) Infeksi TORCH atau penyakit menular seks
f) Kelainan imunologi
Perkembangan dan tumbuh kembang anak perlu kita pantau secara terus menerus.
Dengan memperhatikan tumbuh kembangnya kita berharap dapat mengetahuinya
secara dini kelainan pada anak kita sehingga langkah-langkah antisipatif lebih cepat
kita ambil. Anak yang cedas adalah harapan setiap orang tua. Orang tua selalu
berharap agar anaknya dapat tumbuh sehat. Berikut 7 gangguan tumbuh kembang anak
yang perlu kita ketahui
1. Gangguan bicara dan bahasa. Kemampuan berbahasa merupakan indikator
seluruh perkembangan anak. Kurangnya stimulasi akan dapat menyebabkan
gangguan berbicara dan berbahasa bahkan gangguan ini dapat menetap.
2. Cerebral palsy. Merupakan suatu kelainan gerakan dan postur tubuh yang tidak
progresif, yang disebabkan oleh kerusakan pada sel-sel motorik pada susunan saraf
pusat yang sedang tumbuh/belum selesai pertumbuhannya.
3. Sindrom Down. Anak dengan sindrom down adalah individu yang dapat dikenal
dari fenotipnya dan mempunyai kecerdasan yang terbatas, yang menjadi akibat
adanya jumlah kromosom 21 yang lebih. Beberapa faktor seperti kelainan jantung
kongenital, hipotonia yang berat, masalah biologis atau lingkungan lainnya dapat
menyebabkan keterlambatan perkembangan motorik dan keterampilan untuk
menolong diri sendiri.
4. Perawakan pendek. Penyababnya dapat karena variasi normal, gangguan gizi,
kelainan kromosom, penyakit sistemik atau karena kelainan endokrin.
5. Gangguan autisme. Merupakan gangguan perkembangan pervasif pada anak yang
gejalanya muncul sebelum anak berumur 3 tahun. Pervasif berarti meliputi seluruh
aspek perkembangan sehingga gangguan tersebut sangat luas dan berat, yang
mempengaruhi anak secara mendalam. Gangguan perkembangan yang ditemukan
pada autisme mencakup bidang interaksi sosial, komunikasi dan perilaku.
6. Retardasi mental. Merupakan suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensia yang
rendah ( IQ<70) yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan
beradaptasi terhadap tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal.
7. Gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (GPPH). Merupakan
gangguan dimana anak mengalami kesulitan untuk memusatkan perhatian yang
seringkali disertai dengan hiperaktivitas.
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, dkk. 2000. Kapita Selekta Kedokteran, ed.3. Media Aesculapius: Jakarta.
Nursalam dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi & Anak (Untuk Perawat&Bidan). Jakarta:
Salemba Medika
Supartini, Y. 2007. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta: EGC.