Anda di halaman 1dari 26

LAPORAN PENDAHULUAN

HALUSINASI

Di susun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners


Stase Keperawatan Jiwa

Disusun Oleh :

Karyono

PROGSUS PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN MUHAMMADIYAH KUDUS
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GANGGUAN PERSEPSI SENSORI: HALUSINASI

A. Pengertian
Halusinasi adalah persepsi sensorik yang keliru dan melibatkan panca
indera (Isaacs, 2002).
Halusinasi merupakan gangguan atau perubahan persepsi dimana klien
mempersepsikan sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu penerapan panca
indra tanpa ada rangsangan dari luar. Suatu penghayatan yang dialami suatu
persepsi melalui panca indra tanpa stimulus eksteren: persepsi palsu (Maramis,
2005).
Halusinasi adalah kesan, respon dan pengalaman sensori yang salah
(Stuart, 2007).
Dari beberapa pengertian yang dikemukan oleh para ahli mengenai
halusinasi di atas, maka penulis mengambil kesimpulan bahwa halusinasi
adalah persepsi klien melalui panca indera terhadap lingkungan tanpa ada
stimulus atau rangsangan yang nyata.
B. Klasifikasi
Menurut (Menurut Stuart, 2007), jenis halusinasi antara lain :
a. Halusinasi pendengaran (auditorik) 70 %
Karakteristik ditandai dengan mendengar suara, teruatama suara – suara
orang, biasanya klien mendengar suara orang yang sedang membicarakan
apa yang sedang dipikirkannya dan memerintahkan untuk melakukan
sesuatu.
b. Halusinasi penglihatan (Visual) 20 %
Karakteristik dengan adanya stimulus penglihatan dalam bentuk pancaran
cahaya, gambaran geometrik, gambar kartun dan / atau panorama yang luas
dan kompleks. Penglihatan bisa menyenangkan atau menakutkan.
c. Halusinasi penghidu (olfactory)
Karakteristik ditandai dengan adanya bau busuk, amis dan bau yang
menjijikkan seperti : darah, urine atau feses. Kadang – kadang terhidu bau
harum. Biasanya berhubungan dengan stroke, tumor, kejang dan dementia.
d. Halusinasi peraba (tactile)
Karakteristik ditandai dengan adanya rasa sakit atau tidak enak tanpa
stimulus yang terlihat. Contoh : merasakan sensasi listrik datang dari tanah,
benda mati atau orang lain.
e. Halusinasi pengecap (gustatory)
Karakteristik ditandai dengan merasakan sesuatu yang busuk, amis dan
menjijikkan, merasa mengecap rasa seperti rasa darah, urin atau feses.
f. Halusinasi sinestetik
Karakteristik ditandai dengan merasakan fungsi tubuh seperti darah
mengalir melalui vena atau arteri, makanan dicerna atau pembentukan
urine.
g. Halusinasi Kinesthetic
Merasakan pergerakan sementara berdiri tanpa bergerak.
C. Etiologi
Menurut stuart ( 2007) faktor penyebab terjadinya halusinasi adalah:
 Faktor predisposisi
1. Biologis
Abnormalitas perkambangan syaraf berhubungan dengan respon
neorologis yang maladaftif baru mulai dipahami, ini ditunjukkan oleh
penelitian-penelitian sebagai berikut:
a. penelitian pencitraan otak sudah menunjukan keterlibatan otak yang
lebih luas dalam perkembangan skizofren
b. beberapa zat kimia diotak seperti dopamin neorotransmiter yang
berlebihan
c. pembesaran ventrikel dan penurunan massa kortikal menunjukan
terjadinya atropi yang signifikan pada otak manusia.
2. Psikologis
Keluarga, pengasuh dan lingkungan klien sangat mempengaruhi respon
dan kondisi psikologis klien. Salah satu sikap atau keaadan yang dapat
mempengaruhi gangguan orientasi realitas adalah penolakan atau
tindakan kekerasan dalam rentang hidup klien.
3. Sosial budaya
kondisi ini mempengaruhi gangguan orientasi realita seperti :
kemiskinan, perang, kerusuhan, bencana alam dan kehidupan yang
terisolasi
 Faktor presipitasi
secara fisik klien dengan gangguan halusinasi timbul gangguan setelah
adanya hubungan yang bermusuhan, tekanan, isolasi, perasaan tidak
berguna, putus asa dan tidak berdaya. Penilaian induvidu terhadap stressor
dan maslah koping dapat mengindikasi kemungkinnan kekambuhan
(kelliat,2006).
Faktor presipitasi terjadinya gangguan halusinasi adalah :
1. Biologis
ganngguan dalam komunikasi dan putaran balik otak, yang mengatur
proses informasi serta abnomalitas pada mekanisme pintu masuk dalam
otak akibat ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi stimulus
yang diterima oleh otak untuk diinterpretasikan.
2. Sterss lingkungan
Ambang toleransi terhadap sress yang berinteraksi terhadap stresor
lingkungan untuk menentukan terjadinya gangguan prilaku.
3. Sumber koping.
Sumber koping mempengaruhi respon individu dalam menanggapi
stressor.
D. Fase halusinasi
Fase halusinasi ada 4 yaitu (Stuart dan Laraia, 2001):
a. Comforting
Klien mengalami perasaan mendalam seperti ansietas sedang,
kesepian, rasa bersalah dan takut serta mencoba untuk berfokus pada
pikiran yang menyenangkan untuk meredakan ansietas. Di sini klien
tersenyum atau tertawa yang tidak sesuai, menggerakkan lidah tanpa suara,
pergerakan mata yang cepat, diam dan asyik.
b. Condemning
Pada ansietas berat pengalaman sensori menjijikkan dan menakutkan.
Klien mulai lepas kendali dan mungkin mencoba untuk mengambil jarak
dirinya dengan sumber yang dipersepsikan. Disini terjadi peningkatan
tanda-tanda sistem saraf otonom akibat ansietas seperti peningkatan tanda-
tanda vital (denyut jantung, pernapasan dan tekanan darah), asyik dengan
pengalaman sensori dan kehilangan kemampuan untuk membedakan
halusinasi dengan realita.
c. Controling
Pada ansietas berat, klien berhenti menghentikan perlawanan terhadap
halusinasi dan menyerah pada halusinasi tersebut. Di sini klien sukar
berhubungan dengan orang lain, berkeringat, tremor, tidak mampu
mematuhi perintah dari orang lain dan berada dalam kondisi yang sangat
menegangkan terutama jika akan berhubungan dengan orang lain.
d. Consquering
Terjadi pada panik Pengalaman sensori menjadi mengancam jika klien
mengikuti perintah halusinasi. Di sini terjadi perilaku kekerasan, agitasi,
menarik diri, tidak mampu berespon terhadap perintah yang kompleks dan
tidak mampu berespon lebih dari 1 orang. Kondisi klien sangat
membahayakan.
E. Tanda gejala
Pasien dengan halusinasi cenderung menarik diri, sering didapatkan duduk
terpaku dengan pandangan mata pada satu arah tertentu, tersenyum atau
berbicara sendiri, secara tiba-tiba marah atau menyerang orang lain, gelisah,
melakukan gerakan seperti sedang menikmati sesuatu. Juga keterangan dari
pasien sendiri tentang halusinasi yang dialaminya (apa yang dilihat, didengar
atau dirasakan). Berikut ini merupakan gejala klinis berdasarkan halusinasi
(Budi Anna Keliat, 1999) :
a. Tahap 1: halusinasi bersifat tidak menyenangkan
Gejala klinis:
1) Menyeriangai/tertawa tidak sesuai
2) Menggerakkan bibir tanpa bicara
3) Gerakan mata cepat
4) Bicara lambat
5) Diam dan pikiran dipenuhi sesuatu yang mengasikkan
b. Tahap 2: halusinasi bersifat menjijikkan
Gejala klinis:
1) Cemas
2) Konsentrasi menurun
3) Ketidakmampuan membedakan nyata dan tidak nyata
c. Tahap 3: halusinasi bersifat mengendalikan
Gejala klinis:
1) Cenderung mengikuti halusinasi
2) Kesulitan berhubungan dengan orang lain
3) Perhatian atau konsentrasi menurun dan cepat berubah
4) Kecemasan berat (berkeringat, gemetar, tidak mampu mengikuti
petunjuk).
d. Tahap 4: halusinasi bersifat menaklukkan
Gejala klinis:
1) Pasien mengikuti halusinasi
2) Tidak mampu mengendalikan diri
3) Tidak mamapu mengikuti perintah nyata
4) Beresiko mencederai diri, orang lain dan lingkungan.

F. Rentan respon Halusinasi


Rentan Respon Neurobiologis

Respon Adaptif Respon Maladaptif

1. Pikiran logis 1. Kadang proses pikir 1. Gangguan proses pikir


2. Persepsi akurat terganggu (waham)
3. Emosi konsisten dengan 2. Ilusi 2. Halusinasi
pengalaman 3. Emosi 3. Kerusakan proses emosi
4. Perilaku sesuai berlebihan/kurang 4. Perilaku tidak
5. Hubungan sosial 4. Perilaku tidak biasa terorganisir
harmonis 5. Menarik diri 5. Isolasi sosial

(Stuart dan Laraia 2007)

Respon adaptif adalah respon yang dapat diterima oleh norma-norma social dan
budaya secara umum yang berlaku didalam masyarakat, dimana individu menyelesaikan
masalah dalam batas normal yang meliputi :
1. Pikiran logis adalah segala sesuatu yang diucapkan dan dilaksanakan oleh individu sesuai
dengan kenyataan.
2. Persepsi akurat adalah penerimaan pesan yang disadari oleh indra perasaan, dimana dapat
membedakan objek yang satu dengan yang lain dan mengenai kualitasnya menurut berbagai
sensasi yang dihasilkan.
3. Emosi konsisten dengan pengalaman adalah respon yang diberikan individual sesuai
dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku sesuai dengan cara berskap individu yang sesuai dengan perannya.
5. Hubungan social harmonis dimana individu dapat berinteraksi dan berkomunkasi dengan
orang lain tanpa adanya rasa curiga, bersalah dan tidak senang.
Sedangkan mal adaptif adalah suatu respon yang tidak dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya secara umum yang berlaku dimasyarakat, dimana
individu dalam menyelesaikan masalah tidak berdasarkan norma yang sesuai
diantaranya :
1. Gangguan proses pikir / waham adalah ketidakmampuan otak untuk memproses
data secara akurat yang dapat menyebabkan gangguan proses pikir, seperti
ketakutan, merasa hebat, beriman, pikiran terkontrol, pikiran yang terisi dan
lain-lain.
2. Halusinasi adalah gangguan identifikasi stimulus berdasarkan informasi yang
diterima otak dari lima indra seperti suara, raba, bau, dan pengelihatan
3. Kerusakan proses emosi adalah respon yang diberikan Individu tidak sesuai
dengan stimulus yang datang.
4. Prilaku yang tidak terorganisir adalah cara bersikap individu yang tidak sesuai
dengan peran
5. Isolasi social adalah dimana individu yang mengisolasi dirinya dari lingkungan
atau tidak mau berinteraksi dengan lingkungan
G. Patofisiologi
Menurut Trimelia ( 2012 ), pohon masalah pada klien dengan gangguan
sensori persepsi : halusinasi pendenganran dan perabaan sebagai beriku:

Resiko Prilaku Kekerasan

Gangguan persepsi sensori: Halusinasi

Isolasi Sosial

 Faktor predisposisi  Faktor presipitasi


1. Biologis 1. Biologis
2. Psikolagis 2. Sterss lingkungan
3. Sosial budaya 3. sumber koping.
H. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
Penatalaksanaan pada pasien halusinasi dengan cara :
1. Farmako terapi
 CPZ (Clorpromazine )
 THP (Trihexiphenidyl)
 HLP (Haloperidol )
2. Psikoterapi
 Menciptakan lingkungan yang terapeutik
Untuk mengurangi tingkat kecemasan, kepanikan dan ketakutan pasien
akibat halusinasi, sebaiknya pada permulaan pendekatan di lakukan
secara individual dan usahakan agar terjadi knntak mata, kalau bisa
pasien di sentuh atau di pegang. Pasien jangan di isolasi baik secara fisik
atau emosional. Setiap perawat masuk ke kamar atau mendekati pasien,
bicaralah dengan pasien. Begitu juga bila akan meninggalkannya
hendaknya pasien di beritahu. Pasien di beritahu tindakan yang akan di
lakukan.
Di ruangan itu hendaknya di sediakan sarana yang dapat merangsang
perhatian dan mendorong pasien untuk berhubungan dengan realitas,
misalnya jam dinding, gambar atau hiasan dinding, majalah dan
permainan
 Melaksanakan program terapi dokter
Sering kali pasien menolak obat yang di berikan sehubungan dengan
rangsangan halusinasi yang di terimanya. Pendekatan sebaiknya secara
persuatif tapi instruktif. Perawat harus mengamati agar obat yang di
berikan betul di telannya, serta reaksi obat yang di berikan.
 Menggali permasalahan pasien dan membantu mengatasi masalah yang
ada
Setelah pasien lebih kooperatif dan komunikatif, perawat dapat
menggali masalah pasien yang merupakan penyebab timbulnya
halusinasi serta membantu mengatasi masalah yang ada. Pengumpulan
data ini juga dapat melalui keterangan keluarga pasien atau orang lain
yang dekat dengan pasien.
 Memberi aktivitas pada pasien
Pasien di ajak mengaktifkan diri untuk melakukan gerakan fisik,
misalnya berolah raga, bermain atau melakukan kegiatan. Kegiatan ini
dapat membantu mengarahkan pasien ke kehidupan nyata dan memupuk
hubungan dengan orang lain. Pasien di ajak menyusun jadwal kegiatan
dan memilih kegiatan yang sesuai.
 Melibatkan keluarga dan petugas lain dalam proses perawatan
Keluarga pasien dan petugas lain sebaiknya di beritahu tentang data
pasien agar ada kesatuan pendapat dan kesinambungan dalam proses
keperawatan, misalny dari percakapan dengan pasien di ketahui bila
sedang sendirian ia sering mendengar laki-laki yang mengejek. Tapi bila
ada orang lain di dekatnya suara-suara itu tidak terdengar jelas. Perawat
menyarankan agar pasien jangan menyendiri dan menyibukkan diri
dalam permainan atau aktivitas yang ada.
Konsep Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Halusinasi

A. Identitas klien
Identitas ditulis lengkap seperti nama, usia dalm tahun, alamat,
pendidikan, agama, status perkawinan, pekerjaan, jenis kelamin, nomer rekam
medic dan diagnose medisnya.
B. Alasan Masuk
Menanyakan kepada klien/keluarga/pihak yang berkaitan dan tulis
hasilnya, apa yang menyebabkan klien dating ke rumah sakit, apa yang sudah
dilakukan oleh klien/keluarga sebelumnya atau dirumah untuk mengatasi
masalah ini dan bagaimana hasilnya.
Pasien dengan halusinasi biasanya dilaporkan oleh keluarga bahwa paien
sering melamun, menyendiri dan terlihat berbicara sendiri, tertawa sendiri.
C. Riwayat Penyakit sekarang dan Faktor Presipitasi
Menanyakan riwayat timbulnya gejala gangguan jiwa saaf ini, penyebab
munculnya gejala, uapaya yang dilakukan keluarga untuk mengatasi dan
bagaimana hasilnya.
D. Factor Predisposisi
Menanyakan apakah pasien perah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu,
pengobatan yang pernah dilakukan sebelumnya, adanya trauma masa lalu,
factor genetic dan silsilah orang tuanya dan pengalaman masa lalu yang tidak
menyenagkan.
E. Pemeriksaan Fisik
Mengkaji keadaan umum klien, tanda-tanda vital, tinggi badan/berat
badan, ada/tidak keluhan fisik seperti nyeri dll.
F. Pengkajian Psikososial
1. Genogram
Membuat genogram beserta keterangannya, untuk mengetahui kemungkinan
adanya riwayat genetic yang menyebabkan/menurunkan gangguan jiwa
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh, bagaimana persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian tubuhnya
yang paling/tidak disukai
b. Identitas diri, bagaimana persepsi tentang status dan posisi klien sebelum
dirawat, kepuasan klien terhadap suatu/ posisi tersebut, kepuasan klien
sebagai laki-laki atau perempuan.
c. Peran, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran yang harapannya dalam keluarga, kelompok, masyarakat dan
bagaimana kemampuan klien dalam melaksanakan tugas/peran tersebut.
d. Ideal diri, bagaimana harapan klien terhadap tubuhnya, posisi, status,
tugas/peran dan harapan klien terhadap lingkungan.
e. Harga diri, bagaimana persepsi klien terhadap dirinya dalam hubungannya
dengan orang lain sesuai dengan kondisi dan bagaimana penilaian/
penghargaan orang lain terhadap diri dan lingkungan klien.
3. Hubungan social
Mengkaji siapa orang yang berarti/terdekat dengan klien, bagaimana peran
serta dalam kegiatan dalam kelompok/masyarakat serta ada/tidak hambatan
dalam berhubungan dengan orang lain.
4. Spiritual
Apa agama/keyakinan klien. Bagaimana nilai, norma, pandangan dan
keyakinan diri klien, keluarga dan masyarakat setempat tentang gangguan
jiwa sesuai dengan norma budaya dan agam yang dianut.
G. Status Mental
1. Penampilan
Observasi penampilan umum klien yaitu penampilan usia, cara berpakaian,
kebersihan, sikap tubuh, cara berjalan, ekspresi wajah, kontak mata.
2. Pembicaraan
Bagaimana pembicaraan yang didapatkan pada klien, apakah cepat, keras.
Gagap, inkoheren, apatis, lambat, membisu dll.
3. Aktivitas motorik (Psikomotor)
Aktivitas motorik berkenaan dengan gerakan fisik perlu dicatat dalam hal
tingkat aktivitas (latergik, tegang, gelisah, agitasi), jenis (tik, seringan,
tremor) dan isyarat tubuh yang tidak wajar.
4. Afek dan emosi
Afek adalah nada perasaan yang menyenangkan atau tidak menyenangkan
yang menyertai suatu pikiran dan berlangsung relative lama dan dengan
sedikit komponen fisiologis/fisik seperti bangga, kecewa.
Emosi adalah manifestasi afek yang ditampilkan/diekspresikan keluar,
disertai banyak komponen fisiologis dan berlangsung relative lebih
singkat/spontan seperti sedih, ketakutan, putus asa, kuatir atau gembira
berlebihan.
5. Interaksi selama wawancara
Bagaimana respon klien saat wawancara, kooperatif/tidak, bagaimana
kontak mata dengan perawat dll.
6. Persepsi sensori
Memberikan pertanyaan kepada klien seperti “ apakah anda sering
mendengar suara saat tidak ada orang? Apa anda mendengar suara orang
yang tidak dapat anda lihat? Apa yang dilakukan oleh suara itu. Memeriksa
ada/ tidak halusinasi, ilusi.
7. Proses pikir
Bagaimana proses pikir klien, bagai mana alur pikirnya
(koheren/inkoheren), bagaimna isi pikirnya realistis/ tidak.
8. Kesadaran
Bagaimana tingkat kesadaran klien menurun atau meninggi.
9. Orientasi
Bagaimna orientasi pasien terhadap waktu, tempat dan orang.
10. Memori
Apakah klien mengalami gangguan daya ingat.
11. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Apakah klien mengalami kesulitan saat berkonsentrasi, bagaimana
kemampuan berhitung klien.
12. Kemampuan penilaian
skor Keterangan karakteristik
0 Tidak ada Tidak cukup informasi
1 Sangat berat Keputusan yang diambil maladaptive
dan prilakunya berisiko membahayakan
diri sendiri dan orang lain
2 Berat Penilaian yang diambil maladaptif
3 Sedang Tidak mampu membuat penilain
sederhana (konstruktif dan adaptif)
meskipun telah mendapatkan bantuan
orang lain
4 Ringan Mampu membuat penilaian sederhana
dengan bantuan orang lain

13. Daya tilik diri


Apakah klien mengingkari penyakit yang diderita, apakah klien
menyalahkan hal-hal diluar dirinya
H. Analisa Data
Data Problem
Subjektif: Gangguan sensori persepsi: halusinasi
 Pasien mengatakan mendengar
bisikan/melihat bayangan
 Pasien menyatakan senang dengan
suara-suara
Objektif:
 Pasien terlihat bicara sendiri, tertawa
sendiri, sering melamun, menyendiri
dan marah tanpa sebab

I. Diagnose keperawatan
Gangguan sensori persepsi: halusinasi
J. Intervensi Keperawatatan

TG Dx. KEPERAWATAN PERENCANAAN


L
Tujuan Kriteria hasil Intervensi
Gangguan sensori persepsi : TUM: 1.Klien menunjukkan tanda– 1.Bina hubungan saling percaya
(lihat/dengar/penghidu/raba/kec tanda percaya kepada perawat: dengan menggunakan prinsip
Klien dapat - Ekspresi wajah bersahabat komunikasi terapeutik:
ap)
mengotrol - Menunjukkan rasa senang - Sapa klien dengan ramah baik
halusinasi - Ada kontak mata verbal maupun non verbal
yang - Mau berjabat tangan - Perkenalkan nama, nama
dialaminya - Mau menyebutkan nama panggilan dan tujuan perawat
- Mau menjawab salam berkenalan
- Mau duduk berdampingan - Tanyakan sama lengkap dan
TUK 1 : dengan perawat nama panggilan yang disukai
- Bersedia mengungkapkan klien
Klien dapat perasaan - Buat kontrak yang jelas
membina - Tunjukkan sikap jujur dan
hubungan menempati janji setiap kali
saling interaksi
percaya - Tunjukkan sikap empati dan
menerima apa adanya
- Beri perhatian kepada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
RASIONAL - Tanyakan perasaan klien dan
: masalah yang dihadapi klien
- Dengarkan dengan penuh
untuk perhatian ekspresi perasaan
membina klien.
hubungan
saling
percaya pada
perawat
dengan klien
pada saat
berkomunika
si atau hal
yang lainnya.
TUK 2 : 2.Klien mampu menyebutkan : 2.1 Adakah kontak sering dan
- Isi singkat secara bertahap
Klien dapat - Waktu
mengenal - Frekuensi 2.2 Observasi tingkah laku klien
halusinasinya - Situasi dan kondisi yang terkait dengan halusinasinya
menimbulkan halusinasi (dengar/lihat/penghidu/raba/ke
cap) jika menemukan klien
RASIONAL yang sedang halusinasi :
:
- Tanyakan apakah klien
Untuk klien mengalami sesuatu
agar bisa (halusinasi
mengenali dengar/lihat/penghidu/raba/
halusinasi kecap)
- Jika klien menjawab ya,
yang
tanyakan apa yang sedang
dialaminya
dialaminya
- Katakan bahwa perawat
percaya klien mengalami
hal tersebut, namaun
perawat sendiri tidak
mengalaminya (dengan
nada bersahabat tanpa
menuduh atau menghakimi
)
- Katakan bahwa ada klien
lain yang mengalami hal
yang sama
- Katakana bahwa perawat
akan membantu klien:
Jika klien tidak sedang
berhalusinasi klarifikasi
tentang adanya pengalaman
halusinasi, diskusikan dengan
klien:
- Isi , waktu dan frekuensi
terjadinya halusinasi (pagi,
siang,sore,malam atau
sering kadang-kadang )
- Situasi dan kondisi yang
menimbulkan atau tidak
menimbulkan halusinasi
2.Klien mampu menyatakan 2.3 Diskusikan dengan klien apa
perasaan dan responnya saat yang dirasakan jika terjadi
mengalami halusinasi: halusinasi dan beri kesempatan
- Marah untuk mengungkapkan
- Takut perasaannya
- Sedih
- Senang 2.4 Diskusikan dengan klien apa
- Cemas yang dilakukan untuk
- Jengkel mengatasi perasaan tersebut
2.5 Diskusikan tentang dampak
yang akan dialaminya bila
klien menikmati halusinasinya

TUK 3: 3.1 Klien mampu menyebutkan 3.1 Identifikasi bersama klien cara
tindakan yang biasanya atau tindakan yang dilakukan
Klien dapat
dilakukan untuk jika terjadi halusinasi (tidur,
mengontrol
mengendalikan halusinasinya marah, menyibukkan diri dll)
halusinasinya
3.2 Klien mampu menyebutkan 3.2 Diskusikan cara yang
cara baru mengontrol digunakan klien,
RASIONAL halusinasi
- Jika cara yang digunakan
: adaptif beri pujian
3.3 Klien mampu dapat memilih
Agar klien dan memperagakan cara - Jika cara yang digunakan
mengerti dan mengatasi halusinasi maladaptive diskusikan
memahami (dengar/lihat/penghidup/raba/ kerugian cara tersebut
3.3 Diskusikan cara baru untuk
bagaimana
cara kecap) memutus/mengontrol
mengontrol timbulnya halusinasi :
3.4 Klien mampu melaksanakan
halusinasi
cara yang telah dipilih untuk - Katakan pada diri sendiri
yang
mengendalikan halusinasinya bahwa ini tidak nyata
dialaminya
(“saya tidak mau
3.5 Klien mampu mengikuti dengar/lihat/penghidu/raba/
terapi aktivitas kelompok kecap pada saat halusinasi
terjadi)
- Menemui orang lain
(perawat/teman/anggota
keluaraga) utuk
menceritakan tentang
halusinasinya
- Membuat dan
melaksanakan jadwal
kegiatan sehari-hari yang
telah disusun
- Meminta
keluarga/teman/perawat
menyapa jika sedang
berhalusinasi
3.4 Bantu klien memilih cara yang
sudah diajarkan dan latih
untuk mencobanya
3.5 Beri kesempatan untuk
melakukan cara yang dipilih
dan latih
3.6 Pantau pelaksanaan yang telah
dipilih dan dilatih, jika
berhasil beri pujian
3.7 Anjurkan klien mengikuti
terapi aktivitas kelompok,
orientasi realita, stimulasi
sensori

TUK 4: 4.1 Keluarga menyatakan setuju 4.1 Buat kontrak dengan keluarga
untuk mengikuti pertemuan untuk pertemuan (waktu,
Klien dapat
dengan perawat tempat dan 21opic)
dukungan
dari keluarga 4.2 Keluarga mampu 4.2 Diskusikan dengan keluarga
dalam menyebutkan pengertian, (pada saat pertemuan
mengontrol tanda dan gejala, proses keluarga/kunjungan rumah)
halusinasinya terjadinya halusinasi dan
- Pengertian halusinasi
tindakan untuk
- Tanda dan gejala halusinasi
mengendalikan dan halusinasi
- Proses terjadinya halusinasi
RASIONAL - Cara yang dapat dilakukan
: klien dan keluarga untuk
Dukungan memutus halusinasi
- Obat-obatan halusinasi
keluarga
- Cara merawat anggota
sangat
keluarga yang halusinasi
penting untuk
proses dirumah (beri kegiatan,
kesembuhan jangan biarkan sediri, makan
klien bersama, berpergian
bersama, memantau obat-
obatan dan cara
pemberiannya untuk
mengatasi halusinasi)
- Beri informasi waktu control
kerumah sakit dan
bagaimana cara mencari
bantuan jika halusinasi tidak
dapat diatasi dirumah

TUK 5 : 5.1 Klien mampu menyebutkan, 5.1 Diskusikan dengan klien


tentang manfaat dan kerugian
Klien dapat - Manfaat minum obat tidak minum obat, nama,
menfaatkan - Kerugian tidak minum warna, dosis, cara, efek terapi
obat dengan obat dan efek samping pengguna
baik - Nama, warna, dosis, efek obat
terapi dan efek samping 5.2 Pantau klien saat penggunaan
obat obat
5.2 Klien mampu
RASIONAL
mendemonstrasikan 5.3 Beri pujian jika klien
:
penggunaan obat dengan menggunakan obat dengan
Untuk benar benar
mengenalkan
5.3 Klien mampu menyebutkan 5.4 Diskusikan akibat berhenti
klien
akibat berhenti minum obat minum obat tanpa konsultasi
bagaimana
cara minum tanpa konsultasi dokter dengan dokter
obat yang
5.5 Anjurkan klien untuk
benar dan
konsultasi kepada
manfaat jika
dokter/perawat jika terjadi hal-
minum obat
hal yang tidak diinginkan

Keterangan :
 Halusinasi dengar : bicara dan tertawa tanpa stimulus,memandang kekanan/kekiri/kedepan seolah-olah ada teman
bicara
 Halusinasi lihat : menyatakan melihat sesuatu, terlihat ketakutan
 Halusinasi penghidu : menyatakan mencium sesuatu, terlihat mengendus
 Halusinasi raba : menyatakan merasa sesuatu berjalan dikulitnya, menggosok-gosok tangan/kaki/wajah dll
 Halusinasi kecap : menyatakan terasa sesuatu dilidahnya,sering mengulum lidah
Pasien Keluarga
SP 1 SP 1
1. Mengidentifikasi jenis halusinasi 1. Mendiskusikan maslah yang
pasien dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi halusinasi merawat pasien
pasien 2. Menjelaskan pengertian, tand
3. Mengidentifikasi waktu halusinasi gejala dan jenis halusinasi yang
pasien dialami pasien beserta proses
4. Mengidentifikasi frekuensi terjadinya
halusinasi pasien 3. Menjelaskan cara-cara merawat
5. Mengidentifikasi situasi yang pasien halusinasi
menimbulkan halusinasi SP 2
6. Mengidentifikasi respon pasien 1. Melatih keluarga mempraktikkan
terhadap halusinasi cara merawat pasien dengan
7. Mengajarkan pasien menghardik halusinasi
halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan cara
8. Menganjurkan pasien merawat langsung kepada pasien
memasukkan cara menghardik halusinasi
halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian

SP 2 SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan 1. Membantu keluarga membuat
harian pasien jadwal aktivitas dirumah
2. Melatih pasien mengendalikan termasuk minum obat
halusinasi dengan cara bercakap- 2. Menjelaskan follow up pasien
cakap dengan oang lain setelah pulang
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Melatih pasien mengendalikan
halusinasi dengan melakukan
kegiatan yang biasa dilakukan
pasien
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian

SP 4
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang penggunaan
obat secara teratut
3. Menganjurkan pasien
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian.
DAFTAR PUSTAKA

Antonim. 2008. Askep Halusinasi. Dimuat dalam


http://augusfarly.wordpress.com/2008/08/21/askep-halusinasi/. (Diakses : 8
Agustus 2012)
Anonim. 2009. Askep dengan Halusinasi. Dimuat dalam
http://aggregator.perawat.web.id [Diakses : 15 Oktober 2011]
Anonim. 2008. Halusinasi. Dimuat dalam.
http://harnawatiaj.wordpress.com/ [Diakses : 15 Oktober 2011]
Kusumawati dan Hartono . 2010 . Buku Ajar Keperawatan Jiwa . Jakarta : Salemba
Medika
Stuart dan Sundeen . 2005 . Buku Keperawatan Jiwa . Jakarta : EGC .
Keliat Budi Ana. 1999. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa edisi I. Jakarta : EGC
Nita Fitria. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan untuk 7 Diagnosis Keperawatan
Jiwa Berat. Jakarta: Salemba Medika.
Rasmun, (2001). Keperawatan Kesehatan Mental Psikiatri Terintegrasi Dengan
Keluarga. Konsep, Teori, Asuhan Keperawatan dan Analisa Proses Interaksi
(API). Jakarta : fajar Interpratama.

Anda mungkin juga menyukai