Anda di halaman 1dari 21

BAHASA INDONESIA

Drs. Mohammad Kanzunnudin, M.Pd.


DIKSI
Ketepatan pilihan kata. Penggunaan ketepatan
pilihan kata dipengaruhi oleh kemampuan
penggunaan bahasa yang terkait dengan
kemampuan mengetahui, memahami,
menguasai, dan menggunakan sejumlah kosa
kata secara aktif yang dapat mengungkapkan
gagasan secara tepat sehingga mampu
mengkomunikasikannya secara efektif kepada
pembaca atau pendengar.
Indikator Ketepatan Kata
1. Mengkomunikasikan gagasan berdasarkan pilihan
kata yang tepat dan berdasarkan kaidah bahasa
Indonesia.
2. Menghasilkan komunikasi puncak (yang paling
efektif) tanpa salah penafsiran atau salah makna.
3. Menghasilkan respon pembaca atau pendengar
sesuai dengan harapan penulis atau pembicara.
4. Menghasilkan target komunikasi yang diharapkan.
Syarat Ketepatan Kata
1. Membedakan makna denotasi dan konotasi.
2. Membedakan kata yang hampir bersinonim
(dua kata atau lebih yang berbeda bentuk,
ejaan, dan pengucapannya; tetapi bermakna
sama –wanita bersinonim dengan
perempuan -). Contoh lain seperti adalah,
ialah, yaitu, merupakan; dalam
pemakaiannya berbeda-beda.
3. Membedakan makna secara cermat kata yang mirip
ejaannya, misalnya inferensi (simpulan) dan interfensi
(saling mempengaruhi), sarat (penuh) dan syarat
(ketentuan).

4. Tidak menafsirkan kata secara subjektif berdasarkan


pendapat sendiri, jika pemahaman belum dapat
dipastikan, pemakai kata harus menemukan makna yang
tepat di dalam kamus, misalnya modern sering diartikan
secara subjektif canggih, menurut kamus modern berarti
terbaru atau mutakhir; canggih berarti banyak cakap,
suka mengganggu,banyak mengetahui, bergaya
intelektual.
5. Menggunakan imbuhan asing (jika perlu) harus
memahami maknanya secara tepat, misalnya dilegalisir
seharusnya dilegalisasi, koordinir seharusnya koordinasi.

6. Menggunakan kata-kata idiomatik berdasarkan


susunan (pasangan) yang benar, misalnya sesuai bagi
seharusnya sesuai dengan.

7. Menggunakan kata umum dan kata khusus secara


cermat. Untuk mendapatkan pemahaman yang spesifik
karya ilmiah sebaiknya menggunakan kata khusus,
misalnya mobil, kata umum) corolla (kata khusus, sedan
buatan Toyota).
8. Menggunakan kata yang berubah makna dengan cermat,
misalnya isu (berasal dari bahasa Inggris issue berarti publikasi,
kesudahan, perkara) isu (dalam bahasa Indonesia berarti kabar
yang tidak jelas asal-usulnya, kabar angin, desas-desus).

9. Menggunakan dengan cermat kata bersinonim (misalnya


pria dan laki-laki, saya dan aku, serta buku dan kitab);
berhomofoni (misalnya bang dan bank, ke tahanan dan
ketahanan; dan berhomografi (misalnya apel yang berarti buah
dan apel yang berarti upacara, buku yang berarti ruas dan buku
yang berarti kitab).

10. Menggunakan kata abstrak dan kata konkret secara cermat,


kata abstrak (konseptual, misalnya pendidikan, wirausaha, dan
pengobatan modern) dan kata konkret atau kata khusus
(misalnya mangga, sampan, berenang).
Diksi dalam Karya Ilmiah
1. Keterampilan yang tinggi terhadap bahasa
yang digunakan.
2. Wawasan bidang ilmu yang ditulis.
3. Konsistensi penggunaan sudut pandang,
istilah, baik dalam makna maupun bentuk
agar tidak menimbulkan salah penafsiran.
4. Syarat ketepatan kata.
5. Syarat kesesuaian kata
Kesesuaian kata
Selain ketepatan pilihan kata,
juga harus memperhatikan
kesesuaian kata agar tidak
merusak makna, suasana, dan
situasi yang hendak diciptakan.
Syarat Kesesuaian Kata
1. Menggunakan ragam baku dengan cermat, tidak
mencampuradukkan dengan kata tidak baku.
2. Mengg unakan kata yang berkaitan dengan nilai
sosial dengan cermat, misalnya kencing (kurang
sopan), buang air kecil (lebih sopan).
3. Menggunakan kata berpasangan (idiomatik) dan
berlawanan makna dengan cermat, misalnya sesuai
bagi (salah), sesuai dengan (benar), bukan hanya ...
melainkan juga (benar), bukan hanya ... tetapi juga
(salah)
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu,
misalnya berjalan lambat, mengesot, dan merangkak.

5. Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karya


ilmiah, dan komunikasi nonilmiah (surat-menyurat,
diskusi umum); menggunakan kata populer, misalnya
argumentasi (ilmiah)– pembuktian (populer); psikologi
(ilmiah)—ilmu jiwa (populer).

6. Menghindarkan penggunaan ragam lisan


(pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya tulis, baca,
kerja (bahasa lisan) –menulis, menuliskan, membaca,
membacakan, bekerja– mengerjakan– dikerjakan
(bahasa tulis).
Fungsi Diksi
1. Melambangkan gagasan yang diekspresikan
secara verbal.
2. Membentuk gaya ekspresi yang tepat (resmi atau
tidak resmi) sehingga menyenangkan pendengar
atau pembaca.
3. Menciptakan komunikasi yang baik dan benar.
4. Menciptakan suasana yang tepat.
5. Mencegah perbedaan penafsiran.
6. Mencegah salah pemahaman.
7. Mengefektifkan pencapaian target komunikasi.
Perubahan Makna
Bahasa berkembang sesuai dengan
kualitas pemikiran pemakaianya.
Perkembangan bahasa dapat
menimbulkan perubahan makna yang
mencakupi perluasan, penyempitan,
pembatasan, pelemahan,
pengaburan, dan pergeseran makna.
Faktor Perubahan Makna
Kebahasaan,
kesejarahan, kesosialan,
Kejiwaan, bahasa asing,
kata baru
Kebahasaan
Perubahan intonasi, bentuk kata, dan bentuk
kalimat.
Perubahan intonasi, perubahan makna karena
perubahan nada, irama, dan tekanan; misalnya
Ia makan?, Ia makan!
Perubahan struktur frasa, misalnya kaleng susu
(kaleng bekas susu), susu kaleng (susu yang
dikemas dalam kaleng); dokter anak, anak
dokter.
Perubahan bentuk kata, perubahan makna yang ditim
bulkan oleh perubahan bentuk. Misalnya, kata tua (tidak
muda) jika ditambah awalan ke- menjadi ketua
(maknanya berubah menjadi pemimpin).

Perubahan struktur kalimat, kalimat berubah makna jika


strukturnya berubah. Perhatikan contoh berikut ini.
“Karena sudah diketahui sebelumnya, satpam segera
dapat meringkus pencuri itu”.
Kalimat tersebut salah kesejajaran, bentuk kata
diketahui seharusnya mengetahui.
(a) Karena sudah mengetahui sebelumnya, satpam
segera dapat meringkus pencuri itu.
(b) Pencuri itu segera diringkus oleh satpam karena
sudah diketahui sebelumnya.
Kesejarahan
Kata perempuan pada zaman penjajahan Jepang
digunakan untuk menyebut perempuan
penghibur. Orang menggantikannya dengan
kata wanita. Kini, setelah orang melupakan
peristiwa tersebut menggunakannya kembali,
dengan pertimbangan kata perempuan lebih
mulia dibanding kata wanita.
Berbobot --- berkualitas
Prestasi kerjanya --- kinerja
Kesosialan
Masalah sosial berpengaruh terhadap perubahan
makna. Kata gerombolan yang pada mulanya
bermakna orang berkumpul atau kerumun.
Kemudian, kata itu tidak digunakan karena
berkonotasi dengan pemberontak.

petani kaya disebut petani berdasi


militer disebut baju hijau
guru disebut pahlawan tanpa tanda jasa
Kejiwaan
Faktor kejiwaan dapat menimbulkan perubahan
makna. Hal ini didasari pertimbangan (a) rasa,
(b) kehalusan ekspresi, dan (3) kesopanan.
Tabu
germo disebut hidung belang
Kehalusan
Bodoh disebut kurang pandai
Kesopanan
Ke kamar madi disebut ke belakang
Bahasa Asing
Perubahan makna karena faktor bahasa asing.
Misalnya, kelompok kata tempat orang
terhormat diganti dengan VIP. Kata symposium
pada mulanya bermakna orang yang minum-
minum di restoran dan kadang-kadang ada
acara dansa yang diselingi dengan diskusi.
Dewasa ini kata symposium lebih dititikberatkan
pada acara diskusi, yang membahas berbagai
masalah dalam bidang ilmu tertentu.
Kata Baru
Kreativitas pemakai bahasa berkembang terus
sesuai dengan kebutuhannya.

jaringan kerja untuk menggatikan network


justifikasi untuk menggantikan pembenaran
kinerja untuk menggantikan performance
verifikasi untuk menggantikan pemeriksaan
kebenaran laporan

Anda mungkin juga menyukai