Anda di halaman 1dari 29

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Bunuh diri adalah sebuah tindakan sengaja yang menyebabkan kematian diri
sendiri. Bunuh diri seringkali dilakukan akibat adanya rasa keputusasaan yang
disebabkan oleh gangguan jiwa misalnya depresi, gangguan bipolar, schizophrenia,
ketergantungan alkohol/alkoholisme atau penyalahgunaan obat.
Di dunia lebih dari 1000 tindakan bunuh diri terjadi tiap hari. Di Inggris ada
lebih dari 3000 kematian bunuh diri tiap tahun. Di Amerika Serikat dilaporkan 25.000
tindakan bunuh diri setiap tahun dan merupakan penyebab kematian kesebelas. Rasio
kejadian bunuh diri antara pria dan wanita adalah tiga berbanding satu. Pada usia
remaja, bunuh diri merupakan penyebab kematian kedua. (Susanto, 2010).
Data Badan Kesehatan Dunia (WHO) pada tahun 2003 mengungkapkan
bahwa 1 juta orang bunuh diri dalam setiap tahunnya atau setiap 15-34 tahun, selain
karena faktor kecelakaan. Pada laki-laki tiga kali lebih sering melakukan bunuh diri
daripada wanita, karena laki-laki lebih sering menggunakan alat yang lebih efektif
untuk bunuh diri, antara lain dengan pistol, menggantung diri, atau lompat dari
gedung yang tinggi, sedangkan wanita lebih sering menggunakan zat psikoaktif
overdosis atau racun, namun sekarang mereka lebih sering menggunakan pistol.
Selain itu wanita lebih sering memilih cara menyelamatkan dirinya sendiri atau
diselamatkan orang lain.
Berdasarkan fenomena tersebut, kelompok ingin membahas lebih lanjut
mengenai peran perawat dalam menghadapi dan membantu klien dengan resiko bunuh
diri.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud bunuh diri ?
2. Apa saja Faktor predisosisi bunuh diri ?
3. Pa saja Faktor presipitasi bunuh diri ?
4. Bagaimana Rentang respon bunuh diri ?
5. Bagaimana Mekanisme bunuh diri ?
6. Bagaimana Pohon masalah bunuh diri ?
7. Bagaimana Strategi pelaksanaan ?
8. Bagaimna Asuhan keperawatan ?

1
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi bunuh diri
2. Mengetahui faktor prediposisi bunuh diri
3. Mengetahuifaktor presipitasi bunuh diri
4. Mengetahui rentang respon bunuh diri
5. Mengetahui mekanisme bunuh diri
6. Mengetahui pohon masalah terjadinya bunuh diri
7. Mengetahui strategi pelaksanaan resiko bunuh diri
8. Mengetahui asuhan keperawatan klien yang mengalami resiko bunuh diri.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Resiko bunuh diri adalah resiko untuk mencederai diri sendiri yang dapat
mengancam kehidupan. Bunuh diri merupakan kedaruratan psikiatri karena
merupakan perilaku untuk mengakhiri kehidupannya. Perilaku bunuh diri disebabkan
karena stress yang tinggi dan berkepanjangan dimana individu gagal dalam
melakukan mekanisme koping yang digunakan dalam mengatasi masalah. Beberapa
alasan individu mengakhiri kehidupan adalah kegagalan untuk beradaptasi, sehingga
tidak dapat menghadapi stress, perasaan terisolasi, dapat terjadi karena kehilangan
hubungan interpersonal/gagal melakukan hubungan yang berarti, perasaan
marah/bermusuhan, bunuh diri dapat merupakan hukuman pada diri sendiri, cara
untuk mengakhiri keputusasaan (Stuart,2006).
Bunuh diri adalah segala perbuatan dengan tujuan untuk membinasakan
dirinya sendiri dan yang dengan sengaja dilakukan oleh seseorang yang tahu akan
akibatnya yang mungkin pada waktu yang singkat. Menciderai diri adalah tindakan
agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri kehidupan. Bunuh diri
mungkin merupakan keputusanterakhir dari individu untuk memecahkan masalah
yang dihadapi (Captain, 2008).
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat
mengakhiri kehidupan. Bunuh diri mungkin merupakan keputusan terkahir dari
individu untuk memecahkan masalah yang dihadapi (Keliat 1991 : 4). Risiko bunuh
diri dapat diartikan sebagai resiko individu untuk menyakitidiri sendiri, mencederai
diri, serta mengancam jiwa. (Nanda, 2012).
Menurut Beck (1994) dalam Keliat (1991 hal 3) mengemukakan rentang
harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif -maladaptif.Respon adaptif
merupakan respon yang dapat diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayaan
yang secara umum berlaku, sedangkan respon maladaptif merupakan respon yang
dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah yang kurang dapat diterima oleh
norma-norma sosial dan budaya setempat. Prilaku destruktif diri yaitu setiap aktivitas
yang jika tidak di cegah dapatmengarah kepada kematian. Rentang respon protektif
diri mempunyai peningkatandiri sebagai respon paling adaptif, sementara perilaku
destruktif diri, pencederaan diri,dan bunuh diri merupakan respon maladaptif
(Wiscarz dan Sundeen, 1998). Pikiran bunuh diri biasanya muncul pada individu yang

3
mengalami gangguan mood, terutama depresi. Bunuh diri adalah tindakan yang
dilakukan dengan sengaja untuk membunuh diri sendiri (Videbeck, 2008).
Sehingga dari beberapa pendapat diatas, bunuh diri merupakan tindakan yang
sengaja dilakukan seseorang individu untuk mengakhiri hidupnya dengan berbagai
cara. Dan seseorang dengan gangguan psikologi tertentu atau sedang depresi dapat
pula beresiko melakukan bunuh diri. Banyak faktor yang menyebabkan seseorang
bunuh diri, dapat dari faktor eksternal seperti lingkungan dan faktor internal seperti
gangguan psikologi dalam dirinya.

Perilaku bunuh diri terbagi menjadi tiga kategori yaitu (Stuart, 2006):

1. Ancaman bunuh diri yaitu peringatan verbal atau nonverbal bahwa seseorang
tersebut mempertimbangkan untuk bunuh diri. Orang yang ingin bunuh diri
mungkin mengungkapkan secara verbal bahwa ia tidak akan berada di sekitar kita
lebih lama lagi atau mengomunikasikan secara non verbal.
2. Upaya bunuh diri yaitu semua tindakan terhadap diri sendiri yang dilakukan oleh
individu yang dapat menyebabkan kematian jika tidak dicegah.
3. Bunuh diri yaitu mungkin terjadi setelah tanda peringatan terlewatkan atau
diabaikan. Orang yang melakukan bunuh diri dan yang tidak bunuh diri akan
terjadi jika tidak ditemukan tepat pada waktunya.

Sementara itu, Yosep (2010) mengklasifikasikan terdapat tiga jenis bunuh diri,
meliputi:

4
1. Bunuh diri anomik adalah suatu perilaku bunuh diri yang didasari oleh faktor
lingkungan yang penuh tekanan (stressful) sehingga mendorong seseorang untuk
bunuh diri.
2. Bunuh diri altruistik adalah tindakan bunuh diri yang berkaitan dengan
kehormatan seseorang ketika gagal dalam melaksanakan tugasnya.
3. Bunuh diri egoistik adalah tindakan bunuh diri yang diakibatkan faktor dalam diri
seseorang seperti putus cinta atau putus harapan.

B. Faktor predisposisi
Stuart (2006) menyebutkan bahwa faktor predisposisi yang menunjang perilaku
resiko bunuh diri meliputi:
1. Diagnosis psikiatri
Tiga gangguan jiwa yang membuat klien berisiko untuk bunuh diri yaitu
gangguan alam perasaan, penyalahgunaan obat, dan skizofrenia.
a) Sifat kepribadian
Tiga aspek kepribadian yang berkaitan erat dengan peningkatan resiko
bunuh diri adalah rasa bermusuhan, impulsif, dan depresi.
b) Lingkungan psikososial
Baru mengalami kehilangan, perpisahan atau perceraian,kehilangan yang
dini, dan berkurangnya dukungan sosial merupakan faktor penting yang
berhubungan dengan bunuh diri.
c) Biologis
Banyak penelitian telah dilakukan untuk menemukan penjelasan biologis
yang tepat untuk perilaku bunuh diri. Beberapa peneliti percaya bahwa
ada gangguan pada level serotonin di otak, dimana serotonin
diasosiasikan dengan perilaku agresif dan kecemasan. Penelitian lain
mengatakan bahwa perilaku bunuh diri merupakan bawaan lahir, dimana
orang yang suicidal mempunyai keluarga yang juga menunjukkan
kecenderungan yang sama. Walaupun demikian, hingga saat ini belum
ada faktor biologis yang ditemukan berhubungan secara langsung dengan
perilaku bunuh diri
d) Psikologis
Leenars (dalam Corr, Nabe, & Corr, 2003) mengidentifikasi tiga bentuk
penjelasan psikologis mengenai bunuh diri. Penjelasan yang pertama
didasarkan pada Freud yang menyatakan bahwa “suicide is murder

5
turned around 180 degrees”, dimana dia mengaitkan antara bunuh diri
dengan kehilangan seseorang atau objek yang diinginkan. Secara
psikologis, individu yang beresiko melakukan bunuh diri
mengidentifikasi dirinya dengan orang yang hilang tersebut. Dia merasa
marah terhadap objek kasih sayang ini dan berharap untuk menghukum
atau bahkan membunuh orang yang hilang tersebut. Meskipun individu
mengidentifikasi dirinya dengan objek kasih sayang, perasaan marah dan
harapan untuk menghukum juga ditujukan pada diri. Oleh karena itu,
perilaku destruktif diri terjadi
e) Sosiokultural
Penjelasan yang terbaik datang dari sosiolog Durkheim yang memandang
perilaku bunuh diri sebagai hasil dari hubungan individu dengan
masyarakatnya, yang menekankan apakah individu terintegrasi dan
teratur atau tidak dengan masyarakatnya.

C. Faktor Presipitasi
Stuart (2006) menjelaskan bahwa pencetus dapat berupa kejadian yang
memalukan, seperti masalah interpersonal, dipermalukan di depan
umum,kehilangan pekerjaan, atau ancaman pengurungan. Selain itu, mengetahui
seseorang yang mencoba atau melakukan bunuh diri atau terpengaruh media untuk
bunuh diri, juga membuat individu semakin rentan untukmelakukan perilaku bunuh
diri.
Faktor pencetus seseorang melakukan percobaan bunuh diri adalah
perasaan terisolasi karena kehilangan hubungan interpersonal/gagal melakukan
hubungan yang berarti, kegagalan beradaptasi sehingga tidak dapat menghadapi
stres, perasaan marah/bermusuhan dan bunuh diri sebagai hukuman pada diri
sendiri, serta cara utuk mengakhiri keputusasaan.

D. Respon terhadap stres


1. Kognitif: Klien yang mengalami stress dapat mengganggu proses kognitifnya,
seperti pikiran menjadi kacau, menurunnya daya konsentrasi, pikiran berulang,
dan pikiran tidak wajar.
2. Afektif: Respon ungkapan hati klien yang sudah terlihat jelas dan nyata akibat
adanya stressor dalam dirinya, seperti: cemas, sedih dan marah.

6
3. Fisiologis: Respons fisiologis terhadap stres dapat diidentifikasi menjadi dua,
yaitu Local Adaptation Syndrome (LAS) yang merupakan respons lokal tubuh
terhadap stresor (misal: kita menginjak paku maka secara refleks kaki akan
diangkat) dan Genital Adaptation Symdrome (GAS) adalah reaksi menyeluruh
terhadap stresor yang ada.
4. Perilaku: Klien dengan penyakit kronik atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku bunuh diri dan sering kali orang ini
secara sadar memilih untuk melakukan tindakan bunuh diri. Perilaku bunuh
diri berhubungan dengan banyak faktor, baik faktor social maupun budaya.
5. Sosial: Struktur social dan kehidupan bersosial dapat menolong atau bahkan
mendorong klien melakukan perilaku bunuh diri. Isolasi social dapat
menyebabkan kesepian dan meningkatkan keinginan seseorang untuk
melakukan bunuh diri. Seseorang yang aktif dalam kegiatan masyarakat lebih
mampu menoleransi stress dan menurunkan angka bunuh diri. Aktif dalam
kegiatan keagamaan juga dapat mencegah seseorang melakukan tindakan
bunuh diri.
Kemampuan mengatasi masalah/ sumber coping
 Kemampuan personal: kemampuan yang diharapkan pada klien dengan
resiko bunuh diri yaitu kemampuan untuk mengatasi masalahnya.
 Dukungan sosial: adalah dukungan untuk individu yang di dapat dari
keluarga, teman, kelompok, atau orang-orang disekitar klien dan
dukungan terbaik yang diperlukan oleh klien adalah dukungan
keluarga.
 Asset material: ketersediaan materi antara lain yaitu akses pelayanan
kesehatan, dana atau finansial yang memadai, asuransi, jaminan
pelayanan kesehatan dan lain-lain.
 Keyakinan positif: merupakan keyakinan spiritual dan gambaran positif
seseorang sehingga dapat menjadi dasar dari harapan yang dapat
mempertahankan koping adaptif walaupun dalam kondisi penuh
stressor. Keyakinan yang harus dikuatkan pada klien resiko bunuh diri
adalah keyakinan bahwa klien mampu mengatas masalahnya.

E. Mekanisme Koping
Klien dengan penyakit kronis, nyeri, atau penyakit yang mengancam
kehidupan dapat melakukan perilaku destruktif-diri. Sering kali klien secara sadar

7
memilih bunuh diri. Menurut Stuart (2006) mengungkapkan bahwa mekanisme
pertahanan ego yang berhubungan dengan perilaku destruktif diri tidak langsung
adalah penyangkalan, rasionalisasi, intelektualisasi, dan regresi. Menurut Fitria
(2012) mengemukakan rentang harapan-putus harapan merupakan rentang adaptif-
maladaptif.
Adaptif Maladaptif

Peningkatan Berisiko Destruktif Pencederaan Bunuh diri

Diri Destruktif diri tidak Diri


Langsung

Keterangan:
a. Peningkatan diri: seseorang dapat meningkatkan proteksi atau pertahan diri secara
wajar terhadap situasional yang membutuhkan pertahan diri.
b. Beresiko destruktif: seseorang memiliki kecenderungan atau beresiko mengalami
perilaku destruktif atau menyalahkan diri sendiri terhadap situasi yang seharusnya
dapat mempertahankan diri, seperti seseorang merasa patah semangat bekerja
ketikadirinya dianggap tidak loyal terhadap pimpinan padahal sudah melakukan
pekerjaan secara optimal.
c. Destruktif diri tidak langsung: seseorang telahmengambil sikap yang kurang tepat
terhadap situasi yangmembutuhkan dirinya untuk mempertahankan diri.
d. Pencederaan Diri: seseorang melakukan percobaan bunuh diri atau pencederaan
diri akibat hilangnya harapan terhadapsituasi yang ada.
e. Bunuh diri: seseorang telah melakukan kegiatan bunuh diri sampai dengan
nyawanya hilang.

F. Pohon Masalah

Faktor presipitasi Faktor predisposisi

Sumber Koping <<<

8
Mekanisme Koping
Maladaptif Ketidakefektifan
Koping Individu

Respon Konsep Diri


Maladaptif

Gangguan Konsep Diri:


Harga Diri Rendah (HDR)

Malu, bersalah

Menarik diri
Resiko persepsi
sensori : halusinasi Isolasi sosial

Perilaku kekerasan

Resiko Bunuh Diri

G. Strategi Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
a) Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan medis yang dapat dilakukan pada klien resiko bunuh
diri salah satunya adalah dengan terapi farmakologi. Menurut (videbeck,
2008), obat-obat yang biasanya digunakan pada klien resiko bunuh diri
adalah SSRI (selective serotonine reuptake inhibitor) (fluoksetin 20 mg/hari
per oral), venlafaksin (75- 225 mg/hari per oral), nefazodon (300-600
mg/hari per oral), trazodon (200-300 mg/hari per oral), dan bupropion (200-
300 mg/hari per oral). Obat-obat tersebut sering dipilih karena tidak berisiko
letal akibat overdosis.

9
Mekanisme kerja obat tersebut akan bereaksi dengan sistem
neurotransmiter monoamin di otak khususnya norapenefrin dan serotonin.
Kedua neurotransmiter ini dilepas di seluruh otak dan membantu mengatur
keinginan, kewaspadaan, perhataian, mood, proses sensori, dan nafsu makan.
b) Penatalaksanaan Keperawatan
Setelah dilakukan pengkajian pada klien dengan resiko bunuh diri
selanjutnya perawat dapat merumuskan diagnosa dan intervensi yang tepat
bagi klien. Tujuan dilakukannya intervensi pada klien dengan resiko bunuh
diri adalah (Keliat, 2009)
1) Klien tetap aman dan selamat
2) Klien mendapat perlindungan diri dari lingkungannya
3) Klien mampu mengungkapkan perasaannya
4) Klien mampu meningkatkan harga dirinya
5) Klien mampu menggunakan cara penyelesaian yang baik.

2. Penatalaksanaan Klien Dengan Perilaku Bunuh Diri


Menurut Stuart dan Sundeen (1997, dalam Keliat, 2009:13) mengidentifikasi
intervensi utama pada klien untuk perilaku bunuh diri yaitu :
a) Melindungi
Merupakan intervensi yang paling penting untuk mencegah klien
melukai dirinya. Intervensi yang dapat dilakukan adalah tempatkan klien di
tempat yang aman, bukan diisolasi dan perlu dilakukan pengawasan, temani
klien terus-menerus sampai klien dapat dipindahkan ke tempat yang aman
dan jauhkan klien dari semua benda yang berbahaya.
b) Meningkatkan harga diri
Klien yang ingin bunuh diri mempunyai harga diri yang rendah. Bantu
klien mengekspresikan perasaan positif dan negatif. Berikan pujian pada hal
yang positif.
c) Menguatkan koping yang konstruktif/sehat
Perawat perlu mengkaji koping yang sering dipakai klien. Berikan
pujian penguatan untuk koping yang konstruktif. Untuk koping yang
destruktif perlu dimodifikasi atau dipelajari koping baru.
d) Menggali perasaan
Perawat membantu klien mengenal perasaananya. Bersama mencari
faktor predisposisi dan presipitasi yang mempengaruhi prilaku klien.

10
e) Menggerakkan dukungan sosial
Untuk itu perawat mempunyai peran menggerakkan sistem sosial
klien, yaitu keluarga, teman terdekat, atau lembaga pelayanan di masyarakat
agar dapat mengontrol prilaku klien.

3. Penatalaksanaan klien dengan resiko bunuh diri yaitu:


a) Mendiskusikan tentang cara mengatasi keinginan bunuh diri, yaitu dengan
meminta bantuan dari keluarga atau teman.
b) Meningkatkan harga diri klien, dengan cara:
 Memberi kesempatan klien mengungkapkan perasaannya.
 Berikan pujian bila klien dapat mengatakan perasaan yang positif.
 Meyakinkan klien bahwa dirinya penting
 Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri oleh klien
 Merencanakan aktivitas yang dapat dilakukan klien.

4. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:


a. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalahnya
b. Mendiskusikan dengan klien efektifitas masing-masing cara penyelesaian
masalah
c. Mendiskusikan dengan klien cara menyelesaikan masalah yang lebih baik.

5. Strategi Penatalaksanaan
a. Prose Keperawatan
Klien mengungkapkan rasa bersalah dan keputusasaan, klien besfifat
implusif, klien menunjukan perilaku yang mencurigakan/biasanya menjadi
sangat patuh, klien pernah melakukan percobaan bunuh diri, klien berbicara
tentang kematian dan menanyakan tentang dosis obat yang mematikan, klien
mengungkapkan konflik interpersonal.
1) Dignosa keperawatan
Resiko bunuh diri
2) Tujuan Khusus
a) Klien dapat membina saling percaya
b) Klien dapat mengidentifikasi benda-benda yang dapat
membahayakan klien
c) Klien dapat mengendalikan dorongan bunuh diri.

11
3) Tindakan keperawatan
a) Bina saling percaya
b) Identifikasi benda-benda yang dapat membahayakan pasien
c) Amankan benda-benda yang dapat membahayakan pasien
d) Lakukan kontrak treatment
e) Ajarkan cara mengendalikan dorongan bunuh diri
f) Latih cara mengendalikan dorongan bunuh diri.
4) Proses komunikasi dalam pelaksanaan tindakan
a) Orientasi
1) Salam teraufetik
“Selamat pagi bapak/ibu. Perkenalkan nama saya
Tarmizi Taher panggil saya dengan nama Tarmizi.
Saya mahasiswa yang akan merawat Bapak. Saya
bertugas disini dari tanggal 27 juli – 1 agustus dari
jam 07.00 -14.00 WIB.jika ada sesuatu yang inngin
Bapak sampaikan jangan sungkan-sungkan untuk
menyampaikan kepada saya. Mudah-mudahan saya
bisa membantu. Kalau boleh saya tahu nama Bapak
siapa dan suka dipanggil siapa ?”\
2) Evaluasi/validasi
“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini ?”
3) Kontrak
a) Topik :
“Bagaimana kalau pagi ini kita berbincang tentang
kondisi Bapak/Ibu selama perawatan ?”

b) Waktu
“Mau berapa lama jita bercakap-cakap saat ini ?
bagaimana kalau 15 menit ?”
c) Tempat
“Bapak mau dimana kita bercakap-cakap ?
bagaimana kalau di rung tamu?”
d) Tujuan interaksi

12
“Bapak tujuan kita berbincang-bincang agar saling
mengenal”.
b) Kerja
1) Adakah keinginan untuk bunuh diri ?
2) Apakah dengan adanya masalah ini. Bapak merasa paling
menderita di dunia ?
3) Bapak merasa kehilangan pecaya diri ?
4) Apaka yang menyebabkan Bapak memiliki perasaan ingin
mengakhiri kehidupan ?
5) Saya akan membantu Bapak agar keinginan untuk bunuh
diri hilang ?
6) Apakah yang dilakukan Bapak jika keinginan bunuh diri
muncul ?
7) Apakah Bapak merasa sulit berkonsentrasi ?, apakah
Bapak ada keinginan untuk mencederai diri ?, saya akan
memeriksa seluh isi kamar Bapak yah,untuk memastikan
tidak ada benda-benda yang dapat membahayakan diri
Bapak.
8) Cara mencegah keinginan bunuh diri
a) Tidak boleh sendirian di dalam kamar atau ruangan.
b) Segera meminta bantuan kepada perawat dirungan
apabila keingina baunuh diri muncul
c) Cara laain mengalihkan perhatian atau pikiran Bapak
dengan cara mencari teman atau diajak bercakap-
cakap
d) Tarik napas dalam.
c) Terminasi
Evaluasi respon klien berharap tindakan keperawatan
1) Evaluasi klien/subjective:
“ Bagaimana perasaan Bapak/ibu setelah berkenalan
dengan saya ? dan tadi kita sudah membicarakan apa
yang di alami Bapak.
2) Evaluasi perawat/objektif dan reinforcement:
“ Coba Bapak ulangi cara yang sudah dilakukan
seperti tarik nafasdalam, memukul bantal !”.

13
3) Rencana tindak lanjut :
“Bapak , tadi kita sydah berdiskusi tentang cara
mengendalikan perasaan ingin bunuh diri. Tugas
untuk Bapak yaitu berlatih cara mengendalikan
perasaan bunuh diri, nanti pada pertemuan selanjutnya
saya akan masukan kedalamjadwal kegiatan hariannya
Bapak”.
4) Kontrak topik yang akan datang
a) Topik
“ Baiklah kita sudah bercakap-cakap selama 15
menit, bagaimana kalau nanti kita bercakap-cakap
tentang cara mengatasi rasa bersalah dan rendah
diri Bapak ?”
b) Waktu
“ Dimana tempat nanti kita bercakap-cakap ?
Bagaimana kalau di taman ini ?”
c) Tempat
“ Bagaimana kalu jam 12 siang nanti, setelah
Bapak bertemu dengan teman-teman Bapak ?”.

H. Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Resiko Bunuh Diri


1. Pengkajian
a. Data yang perlu dikumpulkan saat pengkajian :
1) Riwayat masa lalu :
2) Riwayat percobaan bunuh diri dan mutilasi diri
3) Riwayat keluarga terhadap bunuh diri
4) Riwayat gangguan mood, penyalahgunaan NAPZA dan skizofrenia
5) Riwayat penyakit fisik yang kronik, nyeri kronik.
6) Klien yang memiliki riwayat gangguan kepribadian boderline,
paranoid, antisosial
7) Klien yang sedang mengalami kehilangan dan proses berduka
8) Peristiwa hidup yang menimbulkan stres dan kehilangan yang baru
dialami.
9) Hasil dan alat pengkajian yang terstandarisasi untuk depresi.
10) Riwayat pengobatan.

14
11) Riwayat pendidikan dan pekerjaan.Catat ciri-ciri respon psikologik,
kognitif, emosional dan prilaku dari individu dengan gangguan mood.
12) Kaji adanya faktor resiko bunuh diri dan letalitas prilaku bunuh diri :
a. Tujuan klien misalnya agar terlepas dari stres, solusi masalah
yang sulit.
b. Rencana bunuh diri termasuk apakah klien memiliki rencana
yang teratur dan cara- cara melaksanakan rencana
tersebut.
c. Keadaan jiwa klien (misalnya adanya gangguan pikiran, tingkat
gelisah, keparahan gangguan mood.
d. Sistem pendukung yang ada.
e. Stressor saat ini yang mempengaruhi klien, termasuk penyakit
lain (baik psikiatrik maupun medik), kehilangan yang baru
dialami dan riwayat penyalahgunaan zat.
f. Kaji sistem pendukung keluarga dan kaji pengetahuan dasar
keluarga klien, atau keluarga tentang gejala, meditasi dan
rekomendasi pengobatan gangguan mood, tanda-tanda
kekambuhan dan tindakan perawatan diri.
13) Symptom yang menyertainya
a. Apakah klien mengalami :
1) Ide bunuh diri
2) Ancaman bunuh diri
3) Percobaan bunuh diri
4) Sindrome mencederai diri sendiri yang disengaja
b. Derajat yang tinggi terhadap keputusasaan, ketidakberdayaan
dan anhedonia dimana hal ini merupakan faktor krusial terkait
dengan resiko bunuh diri. Bila individu menyatakan memiliki
rencana bagaimana untuk membunuh diri mereka sendiri. Perlu
dilakukan penkajian lebih mendalam lagi diantaranya :
1) Cari tahu rencana apa yang sudah di rencanakan
2) Menentukan seberapa jauh klien sudah melakukan
aksinya atau perencanaan untuk melakukan aksinya
yang sesuai dengan rencananya.
3) Menentukan seberapa banyak waktu yang di pakai
pasien untuk merencanakan dan mengagas akan suicide

15
4) Menentukan bagaiamana metoda yang mematikan itu
mampu diakses oleh klien
Hal – hal yang perlu diperhatikan didalam melakukan
pengkajian tentang riwayat kesehatan mental klien yang
mengalami resiko bunuh diri :
a) Menciptakan hubungan saling percaya yang terapeutik
b) Memilih tempat yang tenang dan menjaga privacy klien
c) Mempertahankan ketenangan, suara yang tidak mengancam
dan mendorong komunikasi terbuka
d) Menentukan keluhan utama klien dengan menggunakan kata
– kata yang dimengerti klien
e) Mendiskuiskan gangguan jiwa sebelumnya dan riwayat
pengobatannya
f) Mendaptakan data tentang demografi dan social ekonomi
g) Mendiskusikan keyakinan budaya dan keagamaan
h) Peroleh riwayat penyakit fisik klien

Sebagai perawat perlu mempertimbangkan pasien yang


memiliki resiko apabila menunjukkan perilaku sebagai berikut :

1) Menyatakan pikiran, harapan dan perencanaan tentang bunuh


diri
2) Memiliki riwayat satu kali atau lebih melakukan percobaan
bunuh diri.
3) Memilki keluarga yang memiliki riwayat bunuh diri.
4) Mengalami depresi, cemas dan perasaan putus asa.
5) Memiliki ganguan jiwa kronik atau riwayat penyakit mental
6) Mengalami penyalahunaan NAPZA terutama alcohol
7) Menderita penyakit fisik yang prognosisnya kurang baik
8) Menunjukkan impulsivitas dan agressif
9) Sedang mengalami kehilangan yang cukup significant atau
kehilangan yang bertubi-tubi dan secara bersamaan
10) Mempunyai akses terkait metode untuk melakukan bunuh
diri misal pistol, obat, racun
11) Merasa ambivalen tentang pengobatan dan tidak kooperatif
dengan pengobatan
12) Merasa kesepian dan kurangnya dukungan sosial

16
Dalam melakukan pengkajian klien resiko bunuh diri,
perawat perlu memahami petunjuk dalam melakukan wawancara
dengan pasien dan keluarga untuk mendapatkan data yang
akurat. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam melakukan
wawancara adalah :

1) Tentukan tujuan secara jelas : Dalam melakukan wawancara,


perawat tidak melakukan diskusi secara acak, namun
demikian perawat perlu melakukannya wawancara yang
fokus pada investigasi depresi dan pikiran yang berhubungan
dengan bunuh diri.
2) Perhatikan signal / tanda yang tidak disampaikan namun
mampu diobservasi dari komunikasi non verbal. Hal ini
perawat tetap memperhatikan indikasi terhadap kecemasan
dan distress yang berat serta topic dan ekspresi dari diri klien
yang di hindari atau diabaikan.
3) Kenali diri sendiri. Monitor dan kenali reaksi diri dalam
merespon klien, karena hal ini akan mempengaruhi penilaian
profesional
4) Jangan terlalu tergesa – gesa dalam melakukan wawancara.
Hal ini perlu membangun hubungan terapeutik yang saling
percaya antara perawat dank lien.
5) Jangan membuat asumsi tentang pengalaman masa lalu
individu mempengaruhi emosional klien
6) Jangan menghakimi, karena apabila membiarkan penilaian
pribadi akan membuat kabur penilaian profesional.
2. Masalah keperawatan :
a. Risiko bunuh diri
b. Keputus asaan
c. Ketidak berdayaan
d. Gangguan konsep diri : HDR
e. Gangguan konsep diri : Gangguan citra tubuh.
f. Kecemasaan.
g. Berduka disfungsional
h. Koping individu tak efektif.
i. Penatalaksanaan regimen therapeutik in efektif

17
j. Koping keluarga tak efektif : Ketidakmampuan.

3. Penatalaksanaan
Tindakan keperawatan yang dilakukan harus disesuaikan dengan
rencana keperawatan yang telah disusun. Sebelum melaksanakan tindakan
yang telah direncanakan, perawat perlu memvalidasi dengan singkat apakah
rencana tindakan masih sesuai dengan kebutuhannya saat ini (here and now).
Perawat juga meniali diri sendiri, apakah mempunyai kemampuan
interpersonal, intelektual, teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Dinilai kembali apakah aman bagi klien, jika aman maka
tindakan keperawatan boleh dilaksanakan.
a. Diagnosa Keperawatan :
1) Perilaku Kekerasan (Resiko mencederai diri sendiri)
2) Resiko Bunuh Diri
3) Gangguan Interaksi Sosial (Menarik diri)
4) Gangguan Konsep Diri (Harga Diri Rendah)

Ada 5 gejala yang timbul setiap hari selama 2 minggu yaitu :

1. Mood depresi, kehilangan minat & kesenangan


2. Berat badan turun, insomnia, hipersomnia, gangguan
psokomotur,
kelelahan, merasa tidak berharga atau bersalah, tidak mampu
berpikir, sering ingin mati.
b. Perencanaan.
Tujuan :
1. Mencegah menyakiti diri sendiri.
2. Meningkat harga diri klien
3. Menggali masalah dalam diri klien.
4. Mengajarkan koping yang sehat.
c. Intervensi
Perawat harus menyadari responsnya terhadap suicide supaya bersikap
obyektif.
1) Proteksi (mencegah menyakiti diri)
Mengatakan kepada klien bahwa tim kesehatan akan mencegah
klien untuk mencoba bunuh diri.
a) Verbal

18
b) Nonverbal : Menghilangkan benda – benda berbahaya seperti :
Ikat pinggang, benda tajam.
c) Observasi Perilaku (Mencegah klien melukai dirinya)
d) Perhatikan verbal & nonverbal klien.
e) Ditempatkan ditempat aman, bukan diisolasi dan semua
tindakan dijelaskan
f) Pengawasan selama 24 jam (Menemani pasien terus-menerus
sampai Dia dapat dipindahkan ketempat yang aman)
g) Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum
obatnya, jika pasien mendapatkan obat
h) Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara akan
melindungi pasien sampai tidak ada keinginan bunuh diri
i) Intervensi krisis klien tetap waspada.
j) Kadang – kadang klien merasa baik, dan berhenti tapi karena
kambuh lagi Pada klien yang anoreksia, awasi klien pada saat
makan, agar banyak yang dimakan.
2) Meningkatkan harga diri
a) Setiap kegiatan / prilaku positif segera dipuji.
b) Menghilangkan rasa bersalah & menyalahkan
c) Sediakan waktu untuk klien sehingga klien merasa dirinya
penting
d) Bantu untuk mengekspresikan perasaan positif/negatif, beri
reinforcement
e) Identifikasi sumber kepuasan dan rencana aktivitas yang cepat
berhasil
f) Dorong klien menuliskan hasil yang telah dicapai
3) Menguatkan koping yang sehat.Membuat klien bertanggung jawab
terhadap perilakunya
a) Modifikasi Prilaku dibutuhkan dengan prilaku yg responsif.
Misal : Pada anoreksia
 Boleh dikunjungi keluarga bila berat badan naik ½ Kg.
 Bila tidak mau makan, pasang NGT.
4) Eksplorasi perasaan
Tujuan membuat klien memahami proses penyakitnya/
masalahnya.

19
 Mengeksplorisasi faktor predisposisi & pencetus.
 Mengikuti terapi kelompok.
 Mengarah pada masalahnya.
Misal : Klien marah, belajar marah konstruktif.
5) Mengatur batasan dan kontrol
 Membuat daftar perilaku yang mesti diubah / dikontrol.
 Dibuat berstruktur dan batasan yang jelas
Misal : Dalam 2 hari ini tidak ada usaha meerusak diri.
6) Mengarahkan dukungan sosial. Karena Klien tidak punya
sumberdaya internal dan eksternal, maka :
 Melibatkan keluarga & teman
 Mengajarkan tentang pola – pola suicide & cara
mengatasinya
 Keluarga mencurahkan perasaan dan membuat rencana
masa depan.
 Kalau perlu terapi keluarga.
 Buat pusat penanganan krisis.
7) Pendidikan mental
 Pendidikan gizi bagi A. Nervosa dan bulimia.
 Pentingnya patuh pada prigram pengobatan.
 Penyakit kronis yand diderita.

 Perawatan selama di rumah sakit


Ancaman/percobaan bunuh diri dengan diagnosa keperawatan :
Risiko Bunuh Diri
1. Tindakan keperawatan untuk pasien percobaan bunuh diri
a. Tujuan : Pasien tetap aman dan selamat
b. Tindakan : Melindungi pasien Untuk melindungi pasien yang
mengancam atau mencoba bunuh diri, maka saudara dapat
melakukan tindakan berikut :
 Menemani pasien terus-menerus sampai dia dapat
dipindahkan ketempat yang aman
 Menjauhkan semua benda yang berbahaya (misalnya
pisau, silet, gelas, tali pinggang)

20
 Memeriksa apakah pasien benar-benar telah meminum
obatnya, jika pasien mendapatkan obat
 Dengan lembut menjelaskan pada pasien bahwa saudara
akan melindungi pasien sampai tidak ada keinginan
bunuh diri

SP 1 Pasien: Percakapan untuk melindungi pasien dari percobaan


bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien percobaan


bunuh diri
a. Tujuan: Keluarga berperan serta melindungi anggota keluarga
yang mengancam atau mencoba bunuh diri
b. Tindakan:
1) Menganjurkan keluarga untuk ikut mengawasi pasien serta
jangan pernah meninggalkan pasien sendirian
2) Menganjurkan keluarga untuk membantu perawat menjauhi
barang-barang berbahaya disekitar pasien
3) Mendiskusikan dengan keluarga perlunya melibatkan pasien
agar tidak sering melamun sendiri
4) Menjelaskan kepada keluarga pentingnya pasien minum obat
secara teratur

SP 1 Keluarga: Percakapan dengan keluarga untuk melindungi


pasien yang mencoba bunuh diri.

Isyarat Bunuh Diri dengan diagnosa harga diri rendah diri

1. Tindakan keperawatan untuk pasien isyarat bunuh diri


a. Tujuan:
1) Pasien mendapat perlindungan dari lingkungannya
2) Pasien dapat mengungkapkan perasaanya
3) Pasien dapat meningkatkan harga dirinya
4) Pasien dapat menggunakan cara penyelesaian masalah
yang baik

21
b. Tindakan keperawatan Mendiskusikan tentang cara mengatasi
keinginan bunuh diri, yaitu dengan meminta bantuan dari
keluarga atau teman.
c. Meningkatkan harga diri pasien, dengan cara:
1) Memberi kesempatan pasien mengungkapkan perasaannya
2) Berikan pujian bila pasien dapat mengatakan perasaan yang
positif.
3) Meyakinkan pasien bahwa dirinya penting
4) Membicarakan tentang keadaan yang sepatutnya disyukuri
oleh pasien
5) Merencanakan aktifitas yang dapat pasien lakukan.
d. Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah, dengan cara:
1) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan
masalahnya
2) Mendiskusikan dengan pasien efektifitas masing-masing
cara penyelesaian masalah
3) Mendiskusikan dengan pasien cara menyelesaikan masalah
yang lebih baik

SP 2 Pasien : Percakapan melindungi pasien dari isyarat bunuh diri


SP 3 Pasien : Berikut ini percakapan untuk meningkatkan
kemampuan dalam menyelesaikan masalah pada pasien isyarat
bunuh diri

2. Tindakan keperawatan untuk keluarga dengan pasien isyarat bunuh


diri
a. Tujuan : keluarga mampu merawat pasien dengan risiko bunuh
diri.
b. Tindakan keperawatan:
1) Mengajarkan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
2) Menanyakan keluarga tentang tanda dan gejala bunuh diri
yang penah muncul pada pasien.
3) Mendiskusikan tentang tanda dan gejala yang umumnya
muncul pada pasien berisiko bunuh diri.
4) Mengajarkan keluarga cara melindungi pasien dari
perilaku bunuh diri

22
a) Mendiskusikan tentang cara yang dapat
dilakukan keluarga bila pasien memperlihatkan
tanda dan gejala bunuh diri.
b) Menjelaskan tentang cara-cara melindungi
pasien, antara lain:
5) Memberikan tempat yang aman. Menempatkan pasien di
tempat yang mudah diawasi, jangan biarkan pasien
mengunci diri di kamarnya atau jangan meninggalkan
pasien sendirian di rumah
6) Menjauhkan barang-barang yang bisa digunakan untuk
bunuh diri. Jauhkan pasien dari barang-barang yang bisa
digunakan untuk bunuh diri, seperti: tali, bahan bakar
minyak / bensin, api, pisau atau benda tajam lainnya, zat
yang berbahaya seperti obat nyamuk atau racun serangga.
7) Selalu mengadakan pengawasan dan meningkatkan
pengawasan apabila tanda dan gejala bunuh diri
meningkat. Jangan pernah melonggarkan pengawasan,
walaupun pasien tidak menunjukan tanda dan gejala untuk
bunuh diri.
8) Menganjurkan keluarga untuk melaksanakan cara tersebut
di atas.
9) Mengajarkan keluarga tentang hal-hal yang dapat
dilakukan apabila pasien melakukan percobaan bunuh
diri, antara lain :
a) Mencari bantuan pada tetangga sekitar atau pemuka
masyarakat untuk menghentikan upaya bunuh diri
tersebut
b) Segera membawa pasien ke rumah sakit atau
puskesmas mendapatkan bantuan medis
c) Membantu keluarga mencari rujukan fasilitas
kesehatan yang tersedia bagi pasien
d) Memberikan informasi tentang nomor telepon
darurat tenaga kesehatan

23
e) Menganjurkan keluarga untuk mengantarkan
pasien berobat/kontrol secara teratur untuk
mengatasi masalah bunuh dirinya.
f) Menganjurkan keluarga untuk membantu pasien
minum obat sesuai prinsip lima benar yaitu benar
orangnya, benar obatnya, benar dosisnya, benar
cara penggunakannya, benar waktu
penggunaannya

SP 2 Keluarga : Percakapan untuk mengajarkan keluarga tentang


cara merawat anggota keluarga berisiko bunuh diri. (isyarat bunuh
diri)
SP 3 Keluarga : Melatih keluarga cara merawat pasien risiko bunuh
diri/isyarat bunuh diri

SP 4 Keluarga : Membuat perencanaan Pulang bersama keluarga


dengan pasien risiko bunuh diri

4. Evaluasi
a. Perhatikan hari – demi hari.
b. Libatkan klien dalam mengevaluasi prilakunya.
1) Apakah ancaman Bunuh diri sudah menghilang ?
2) Apakah perilaku menunjukkan kepedulian pada kegiatan sehari-
hari ?
3) Apakah sumber koping sudah dipakai semua ?
4) Apakah klien sudah dapat menggambarkan dirinya dengan positif
?
5) Apakah sudah memakai koping positif ?
6) Apakah klien terlibat dalam aktivitas meningkatkan diri ?
7) Apakah klien sudah mendapat keyakinan untuk pertumbuhan diri
?

24
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan
Bunuh diri adalah tindakan agresif yang merusak diri sendiri dan dapat mengakhiri
kehidupan dan Pada umumnya merupakan cara ekspresi orang yang penuh stress dan
berkembang dalam beberapa rentang.
Banyak penyebab/alasan seseorang melakukan bunuh diri diantaranya kegagalan
beradaptasi,perasaan marah dan terisolasi, dan lainnya.Bunuh diri biasanya didahului
oleh isyarat bunuh diri,ancaman bunuh diri serta percobaan bunuh diri. Pengkajian orang
yang bunuh diri juga mencakup apakah orang tersebut tidak membuat rencana yang
spesifik dan apakah tersedia alat untuk melakukan rencana bunuh diri tersebut
B. Saran
Hendaknya perawat memiliki pengetahuan yang cukup cirri-ciri pasien yang ingin
mengakhiri hidupnya sehingga dapat mengantisipasi terjadinya perilaku bunuh diri
pasien.
Hendaknya perawat melibatkan keluarga dalam melakukan asuhan keperawatan pada
pasien dengan gangguan jiwa.

25
DAFTAR PUSTAKA

Captain. 2008. Psikologi untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Alih bahasa
oleh Yasmin Asih. Jakarta: EGC.

Fitria, Nita. 2012. Prinsip Dasar Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi
Pelaksanaan Tidakan Keperawatan (LP dan SP) revisi 2012. Jakarta: Salemba
Medika.

Keliat, B.A. 2006. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa Edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, Budi Anna. 2009.Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

NANDA. (2012). Nursing Diagnoses: Definitions & Classification 2012-2014.

Philadelphia: NANDA International.

Stuart, G.W. & Sundeen, S.J. 2006. Buku Saku Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Videbeck, Sheila L. 2008.Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC.

Wilkinson, J.M., & Ahern N.R..2012. Buku Saku Diagnosis KeperawatanDiagnosa


NANDA Intervensi NIC Kriteria Hasil NOC Edisi kesembilan. Jakarta: EGC

Yosep, I. 2010.Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika Aditama.

26
27
28
29

Anda mungkin juga menyukai