Anda di halaman 1dari 3

Trend Issue Keperawatan Jiwa KDRT Seksual

Oleh Nanda Thalia P, 1706039351, Mahasiswi S1 Reguler FIK 2017

nandaxxxtp@gmail.com

Keluarga atau rumah tangga adalah unit sosial terkecil dalam masyarakat yang
berperan dan berpengaruh sangat besar terhadap perkembangan sosial dan
perkembangan kepribadian setiap anggota keluarga. Setiap keluarga pasti membutuhkan
kepala rumah tangga yang di pimpin oleh sosok Ayah. Setiap keluarga memiliki cara
tersendiri nutuk menyelesaikan masalah keluarganya, ada yang menyelesaikan dengen
cara baik baik dan kepala dingin yang membuat hubungan keluarga semakin dekat, dan
mengerti rasanya bertukar pikiran serta merasa dihargai pendapatnya. Adapula yang
menyelesaikan masalah dengan cara kekerasan yang hanya akan menimbulkan
pertengkaran, perselisihan, rasa trauma bahkan sampai gangguan jiwa.

Berdasarkan Undang-Undang No 23 tahun 2004 tentang PKDRT pada pasal 1


butir 1 menyebutkan bahwa Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan
terhadap seseorang terutama perempuan, yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau
penderitaan secara fisik, seksual, psikologis, dan/atau penelantaran rumah tangga
termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan
kemerdekaan secara melawan hukum dalam lingkup rumah tangga. Lau dan Kosberg,
(1984) melalui studinya menegaskan bahwa ada empat tipe kekerasan, diantaranya
kekerasan spikes, kekerasan fisik, kekerasan seksual, penelantaran rumah tangga.

Kekerasan seksual adalah setiap perbuatan yang berupa pemaksaan hubungan


seksual, pemaksaan hubungan seksual dengan cara tidak wajar dan/atau tidak disukai,
pemaksaan hubungan seksual dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan
tertentu. Kekerasan seksual meliputi (pasal 8): (a)Pemaksaan hubungan seksual yang
dilakukan terhadap orang yang menetap dalam lingkup rumah tangga tersebut; (b)
Pemaksaan hubungan seksual terhadap salah seorang dalam lingkup rumah tangganya
dengan orang lain untuk tujuan komersial dan/atau tujuan tertentu
Setiap tahun, CATAHU selalu mencatat kekerasan terhadap perempuan dalam 3
ranah yakni: A) Ranah Personal/Privat. Artinya pelaku adalah orang yang memiliki
hubungan darah (ayah, kakak, adik, paman, kakek), kekerabatan, perkawinan (suami)
maupun relasi intim (pacaran) dengan korban. B) Ranah Publik/Komunitas. Jika pelaku
dan korban tidak memiliki hubungan kekerabatan, darah ataupun perkawinan. Bisa jadi
pelakunya adalah majikan, tetangga, guru, teman sekerja, tokoh masyarakat, ataupun
orang yang tidak dikenal. C)Ranah Negara. Artinya pelaku kekerasan adalah aparatur
negara dalam kapasitas tugas. Termasuk di dalam kasus di ranah negara adalah ketika
pada peristiwa kekerasan, aparat negara berada di lokasi kejadian, namun tidak berupaya
untuk menghentikan atau justru membiarkan tindak kekerasan tersebut berlanjut.
Temuan dalam catatan tahunan

Ada 348.446 kasus kekerasan terhadap perempuan yang dilaporkan dan


ditangani selama tahun 2017, yang terdiri dari 335.062 kasus bersumber pada data
kasus/perkara yang ditangani oleh Pengadilan Agama, serta 13.384 kasus yang ditangani
oleh 237 lembaga mitra pengadalayanan, tersebar di 34 Provinsi. Komnas Perempuan
mengirimkan 751 lembar formulir kepada lembaga mitra pengadalayanan di seluruh
Indonesia dengan tingkat respon pengembalian mencapai 32%, yaitu 237 formulir. Data
Pengadilan Agama (PA) sejumlah 335.062 adalah kekerasan terhadap istri yang
berujung pada perceraian. Sementara dari 13.384 kasus yang masuk dari lembaga mitra
pengadalayanan, kekerasan yang terjadi di ranah privat/personal tercatat 71% atau 9.609
kasus. Ranah publik/komunitas 3.528 kasus (26%), dan ranah negara 247 kasus (1,8%).

Dalam Ranah privat/ personal kekerasan seksual 31% (2.979 kasus). Untuk
kekerasan seksual di ranah privat/personal tahun 2018, incest (pelaku orang terdekat
yang masih memiliki hubungan keluarga) merupakan kasus yang paling banyak
dilaporkan yakni sebanyak 1.210 kasus, kedua adalah kasus perkosaan sebanyak 619
kasus, kemudian persetubuhan/eksploitasi seksual sebanyak 555 kasus. Dari total 1.210
kasus incest, sejumlah 266 kasus (22%) dilaporkan ke polisi, dan masuk dalam proses
pengadilan sebanyak 160 kasus (13,2%). Catatan tahunan 2018 komnas perempuan juga
menemukan bahwa pelaku kekerasan seksual tertinggi di ranah privat/personal adalah
pacar sebanyak 1.528 orang, diikuti ayah kandung sebanyak 425 orang, kemudian
diperingkat ketiga adalah paman sebanyak 322 orang. Banyaknya pelaku ayah kandung
dan paman selaras dengan meningkatnya kasus incest. Ranah Publik/ Komunitas
Kekerasan di ranah publik mencapai angka 3.528 kasus (26%), di mana kekerasan
seksual menempati peringkat pertama sebanyak 2.670 kasus (76%). Ada 3 jenis
kekerasan yang paling banyak pada kekerasan seksual di ranah komunitas adalah
pencabulan (911 kasus), pelecehan seksual (708 kasus), dan perkosaan (669 kasus).
Ranah Negara di ranah (yang menjadi tanggung jawab) Negara, dari sebanyak 247 kasus
adalah kasus kriminalisasi dalam konflik sumber daya alam, termasuk diantaranya
penggusuran di wilayah Bali, Jawa Barat, Jakarta, dan Sulawesi Selatan.

Setiap keluarga pasti mendambakan keluarga yang nyaman dan tentram, maka
pentingnya meniga hubungan serta komunikasi adalah hal terpentin, pentingnya
menjaga ego masing masing diri agar tidak tercipta suatu perselisihan. Kekerasan dalam
rumah tangga merupakan salah satu bentuk komitmen struktural, yaitu keinginan
bertahan karena faktor-faktor penahan. Kekerasan dalam rumah tangga ini terus
berlanjut karena korban menganggap bahwa KDRT bukan masalah sosial sehingga
mereka menyembunyikan masalah itu sendiri. Kekerasan dalam rumah tangga bisa
dibagi menjadi empat, yaitu kekerasan fisik, kekerasan psikis, kekerasan seksual, dan
kekerasan ekonomi

Daftar Pustaka

Tergerusnya Ruang Aman Perempuan dalam Pusaran Politik Populisme. (2018). Catatan
Tahunan Komnas Perempuan 2018, 5.

Departemen Hukum dan Ham, 2004, Undang-Undang No 23 tahun 2004 Penghapusan


Kekerasan Dalam Rumah Tangga (PKDRT), Jakarta:

Zastrow, Charles & Bowker, Lee (1984), Social Problems: Issues and Solutions, Chicago:
Nelson-Hall

Anda mungkin juga menyukai