irmawidyasari23@gmail.com
Kasus Pemicu 2
Seorang laki-laki berusia 58 tahun dirawat dengan keluhan sesak napas. Keluhan tersebut
dirasakan sejak 3 hari yang lalu dan timbul saat malam hari saat pasien tidur dengan posisi
telentang dan saat beraktivitas ringan. Pasien mempunyai riwayat demam rematik. Pemeriksaan
fisik didapatkan TD 170/100 mmHg, frekuensi nadi 112 kali/menit, frekuensi napas 30 kali/menit,
tampak adanya retraksi dada, kesadaran compos mentis, tekanan vena jugularis 5+3 cmH2O dan
ditemukan adanya edema +2 pada kedua tungkai. Hasil auskultasi didapatkan ronchi basah pada
kedua basal paru, terdengar suara S3 dan S4 serta murmur pada area apeks. Ekremitas teraba
dingin dan berkeringat.
Pasien bekerja sebagai tukang ojek, istrinya seorang ibu rumah tangga dan buruh cuci. Pasien
dikaruniai 2 orang putri, 9 tahun dan 5 tahun. Pasien berasal dari suku jawa. Hasil pemeriksaan
X-ray dada didapatkan CTR 70 % dengan kongesti pulmonal. Hasil pemeriksaan echocardiografi
didapatkan ejeksi fraksi 45% dan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan Natrium 140
mmol/L, Clorida 100 mmol/L, magnesium 2,4 mmol/L dan Calsium 1,9 mmol/L.Saat ini pasien
diistirahatkan, diberikan oksigen melalui nasal kanula 3 liter/menit dan diberikan obat captopril
3 x 6,25 mg, lasix 2 x 1 amp dan pembatasan cairan.
I. Data Pengkajian
Data Etiologi Masalah Keperawatan
1 Universitas Indonesia
2. Klien mengeluh sesak meningkat. Akibatnya, darah
bertambah saat terbendung dan kembali ke
berjalan/beraktivitas dalam sirkulasi sistematis dan
Data Objektif: menimbulkan edemapitting
perifer. Edema pitting ini
1. TD 170/100 mmHg timbul pada bagian tubuh
2. Frekuensi nadi 112 seperti kedua kaki dan bagian
x/menit sakrum. Mulai dari kedua
3. Frekunsi napas kaki, edema dapat sampai ke
30x/menit dua pada, genitalia eksterna,
4. Adanya retraksi dada dan tubuh bagian bawah.
5. Kesadaran compos Edema yang berat ini dapat
mentis membuat cairan merembas
6. Tekanan vena jugularis melalui kulit yang retak dan di
5+3 cmH₂O sebut weeping edema.
7. Adanya edema +2 pada
kedua tungkai
8. Ronchi basah pada
kedua basal paru
9. Terdengar suara S3 dan
S4
10. Murmur pada area
apeks
11. Ekremitas teraba
dingin dan berkeringat
12. CTR 70% dengan
kongesti pulmonal
13. Ejeksi fraksi 45%
14. Natrium 140 mmol/L,
Clorida 100mmol/L,
magnesium 2,4
mmol/L, dan Calsium
1,9 mmol/L
2 Universitas Indonesia
jantung untuk memenuhi menit dapat umum (S3 dan S4)
kebutuhan metabolik mengurangi dispnea dihasilkan sebagai aliran
tubuh. dan kelelahan. Posisi darah kedalam serambi
fowler juga dapat yang distensi. Murmur
membantu ekspansi dapat menunjukkan
Batasan Karakteristik: paru. inkompetensi/stenosis
Menunjukkan. katup.
Perubahan toleransi terhadap Pantau TD
elektrokardiogram segala aktivitas yang Rasional:
(EKG) dilakukannya (nadi Pada GJK dini, sedang
Palpitasi Jantung
dan tekanan darah atau kronis, TD dapat
Takikardia
stabil). meningkat sehubungan
Perubahan Preload Melakukakan aktivits dengan SVR. Pada HCF
1. Edema kehidupan sehari-hari lanjut, tubuh mampu
2. Murmur jantung tanpa lelah. mengkompensasi dan
3. Distensi vena SMART: hipotensi tak dapat normal
jugular Ambulansi dilakukan lagi.
4. Keletihan
untuk mencegah Kaji kulit terhadap pucat
Perubahan Kontraktilitas: overloading jantung. dan sianosis
1. Ortopnea Peningkatan kegiatan Rasional:
2. Ada bunyi S3 dilakukan secara Pucat menunjukkan
3. Ada bunyi S4 bertahap mulai dari menurunnya perfusi
4. Perilaku (ansietas duduk di tempat tidur, perifer sekunder terhadap
dan gelisah
di kursi, dan jalan- tidak adekuatnya curah
jalan yang jarak jantung. Vasokontruksi
Faktor yang berhubungan: jalannya diatur agar dan anemia. Sianosis
tidak memberi dapat terjadi sebagai
perokok tambahan beban pada refraktori GJK. Area yang
jantung. sakit sering berwarna biru
Memakai mekanisme atau belang karena
koping yang efektif. peningkatan kongesti
SMART: vena.
Bantu pasien untuk Pantau haluan urine, catat
mengidentifikasi penurunan haluaran dan
perasaan cemasnya kepekatan/kosentrasi
dan apa yang dapat urine.
menimbulkan rasa Rasional:
cemas tersebut. Bantu Ginjal berespons untuk
pula klien untuk menurunkan curah jantung
mengidentifikasi dengan menahan cairan
3 Universitas Indonesia
koping yang dapat dan natrium. Haluaran
dipakainya. Keluarg urine biasanya menurun
da teman pendukung selam sehari karena
dapat membantu klien perpindahan cairan ke
menangani rasa jaringan tetapi dapat
cemas. meningkatkan pada
Berat badan stabil. malam hari sehingga
SMART: cairan berpindah kembali
Mempertahankan ke sirkulasi bila pasien
nutrisi yang adekuat. tidur.
Makanan harus lunak,
MANDIRI
rnadah kalori, rendah
garam dan serat, dan Berikan istirahat semi
tidak menimbulkan rekumben pada tempat
gas. Klien diberikan tidur atau kursi
vitamin tambahan. Rasional:
Klien yang Istirahat fisik harus
mengalami dipertahankan selama
aneroksiakarena GJK akut atau refraktori
gastrointestinal yang atau memperbaiki
juga mengalami efisiensi kontraksi jantung
edema, ditambah dan menurunkan
adanya dispnea dan kebutuhan/konsumsi
kelelahan. Klien oksigen miokard dan kerja
dianjurkan makan yang berlebihan.
sedikit-sedikit, tetapi Tinggikan kaki, hindari
sering untuk tekanan pada bawah lutu.
mencegah atau Dorong olah raga
mengurangi distensi aktif/pasif. Tingkatkan
abdomen. ambulansi aktivitas sesuai
Integritas kulit utuh. toleransi
SMART: Rasional:
Bokong yang edema Menurunkan stasis vena
cepat sekali dan dapat menurunkan
menimbulkan ulkus insiden
dekubits. Posisi trombus/pembentukan
pasien perlu diubah embolus.
tiap 2-3 jam untuk Periksa nyeri tekanan
mengurangi tekanan betis, menurunnya nadi
pada bokong. pedal, pembengkakan,
4 Universitas Indonesia
kemerahan lokal atau
pucat pada ekstremitas.
Rasional:
Menurunnya curah
jantung, bendungan/stasis
vena dan tirah bening lama
meningkatkan risiko
tromboflebitis.
KOLABORASI
5 Universitas Indonesia
(khususnya kalium dan
klorida) yang
memepengaruhi irama
jantung dan kontraktilitas.
KEMKES
Penuluhan kesehatan
Rasional:
Tujuan dari penyuluhan
kesehatan adalah
mencegah terulangnya
serangan kegagalan
jantung, perlu diterangkan
sifat penyakitnya, faktor-
faktor pencetus,
modifikasi diet, efek
samping dari obat-obatan,
program
kegiatan/istirahat, dan
tanda-tanda yang perlu
dilapotkan kepada
dokternay.
DAFTAR PUSTAKA
Davey, P. (2006). At a Glance Medicine. Erlangga.
Doenges, M., Moorhouse, M. F., & Geissler, A. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta:
EGC.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2017). NANDA-I Diagnosis Keperawatan: Definis dan
Klasifikasi 2018-2020i. Jakarta: EGC.
6 Universitas Indonesia