Faradiba Jamal
Khafifah Sri Lestari
Tika dinda Istiqomak
Tri Puji Wahyuni
Siti Khotimah
Visti Melani
1. Anatomi Sperma
Anatomi Sperma
Ciri : Ciri :
Ciri : Ciri :
● Struktur sperma terbagi menjadi kepala, leher dan ekor. Kepala sperma
mengandung nukleus yang menyimpan informasi genetik dan 2/3 anterior
kepala dilapisi oleh lapisan tebal dan disebut akrosom berisi enzim-enzim
untuk penetrasi ovum. Akrosom memiliki sejumlah enzim hyaluronidase
yang berfungsi untuk menembus lapisa korona radiata pada sel telur, dan
enzim akrosin yang berfungsi untuk menembus zona pelusida. Lapisan
tebal akrosom merupakan modifikasi lisosom yang dibentuk oleh
retikulum endoplasma atau badan golgi. Bagian tengah atau collar berisi
mitokondria yang berfungsi untuk menghasilkan energi sehingga cukup
kuat untuk bergerak hingga ke sel telur (Guyton & Hall, 2006; Rizzo,
2010)
● Ekor sperma disebut flagellum, memiliki 3 bagian utama (1) rangka
utama yang terbuat dari 11 mikrotubula yang disebut aksonem, membran
tipis yang menyelimuti aksonem, dan kumpulan mitokondria yang
mengelilingi aksonem di bagian proksimal ekor (disebut tubuh ekor).
Gerakan maju dan mundur ekor dihasilkan oleh gerakan ritmis
longitudinal antara tubula anterior dan posterior aksonem. Energi dari
gerakan ini berasal dari pembuatan ATP yang disintesis oleh mitokondria
di bagian leher (Sherwood, 2010).
2. Anatomi Ovum
Klitoris,
Orificium urethrae
Himen
Pada vulva terdapat bagian yang menonjol yang di dalamnya terdiri dari
tulang kemaluan yang ditutupi jaringan lemak yang tebal. Pada saat pubertas
bagian kulitnya akan ditumbuhi rambut. Lubang kemaluan ditutupi oleh selaput
tipis yang biasanya berlubang sebesar ujung jari yang disebut selaput dara
( hymen ). Di belakang bibir vulva terdapat kelenjar-kelenjar yang mengeluarkan
cairan. Di ujung atas bibir terdapat bagian yang disebut clitoris, merupakan bagian
yang mengandung banyak urat-urat syaraf. Di bawah clitoris agak kedalam
terdapat lubang kecil yang merupakan lubang saluran air seni ( urethra )
Sumber : (Sherwood, 2016)
3. Proses Fertilisasi
Fetrtilisasi biasanya terjadi dalam tabung rahim (fallopi) dalam waktu 12 hingga
24 jam setelah ovulasi. Sperma dapat tetap hidup selama sekitar 48 jam setelah
pengendapan dalam vagina, meskipun oosit sekunder hanya dapat bertahan
selama sekitar 24 jam setelah ovulasi (Tortora & Derrickson, 2012).
Setelah sel sperma memasuki oosit sekunder, oosit pertama kali harus
menyelesaikan meiosis II yakni membagi menjadi ovum yang lebih besar (telur
matang) dan tubuh kutub kedua yang lebih kecil yang terfragmentasi dan hancur.
Sperma kehilangan ekornya di dalam sitoplasma oosit (Ward & Hisley, 2009)
tetapi kepalanya membawa informasi genetik yang penting. Sperma
mengeluarkan nitrat oksida setelah berhasil masuk seluruhnya ke sitoplasma sel
telur. Nitrat oksida ini mendorong pelepasan Ca2+ yang tersimpan di dalam sel
telur. Pelepasan Ca2+ intrasel ini memicu pembelahan meiotik akhir oosit
sekunder. (Sherwood, 2010) Nukleus di kepala sperma berkembang menjadi
pronukleus jantan serta nukleus sel telur yang dibuahi berkembang menjadi
pronukleus wanita. Setelah bentuk pronukleus jantan dan betina, mereka berfusi,
menghasilkan nukleus diploid tunggal, suatu proses yang dikenal sebagai singami.
Dengan demikian, fusi dari haploid (n) pronuklei mengembalikan jumlah diploid
(2n) dari 46 kromosom. Sel telur yang dibuahi sekarang disebut zygote (zygon
yolk) (Tortora & Derrickson, 2012).
Fertilisasi (juga disebut sebagai konsepsi dan impregnasi) adalah
penyatuan sel telur dan spermatozon (Chapman & Durhan, 2010). Ini biasanya
terjadi pada sepertiga terluar tuba fallopi, bagian ampullar. Biasanya hanya satu
dari sel telur wanita akan mencapai kematangan setiap bulan (Pillitteri, 2010).
Setelah sel telur matang dilepaskan, pembuahan harus terjadi dengan cukup cepat
karena sel telur mampu melakukan pembuahan hanya selama 24 jam (paling
banyak 48 jam). Setelah waktu itu, ia berhenti berkembang dan menjadi tidak
berfungsi. Karena kehidupan fungsional spermatozun juga sekitar 48 jam,
mungkin selama 72 jam, total rentang waktu kritis di mana hubungan seksual
harus terjadi untuk pembuahan agar berhasil adalah sekitar 72 jam (48 jam
sebelum ovulasi ditambah 24 jam sesudahnya) (Ricci, 2009).
Berikut proses fertilisasi (Tortora, 2012):
Plasenta berkembang dari sel tropoblas saat terjafi implantasi. Organ ini
penting untuk mentransfer nutrisi dan okaigen ke fetus dan perpindahan produk
sisa dari fetus, serta beberapa fungsi lainnya yang berpengaruh pada pertumbuhan
dan perkembangan. Ketika tropoblas menyerbu endometrium, ruang yang disebut
lakuna berkebang. Lakuna terisi oleh cairan dari kapiler maternal yang pecah dan
kelenjar endometrium. Cairan ini melindungi embrioblas dari proses difusi.
Lakuna kemudian berkembang menjadi ruang intervillous pada plasenta.
Tropoblas membentuk chorionic villi primer, proses nonvaskuler kecil yang
menyerap material bernutrisi untuk pertumbuhan. Pembuluh darah mulai
berkembang di dalam chorionic villi pada minggu ketiga dan sirkulasi primitif
fetoplasental terbentuk (Ward & Hisley, 2016).
Tropoblas melanjutkan menyerbu endometeium hingga 25-35 hari setelah
fertilisasi, hingga mencapai maternal spiral arteriol. Semburan darah maternal dari
lubang sekitar vili, menciptakan ruang intervillous yang mengandung reservoir
darah yang menyediakan oksigen dan nutrisi untuk perkembangan embrio dan
fetus. Plasenta terbentuk dengan baik dalam 8-10 minggu setelah konsepsi.
Setelah 4 bulan, plasenta mencapai ketebalan maksimal meskipun pertumbuhan
melingkar berlangsung saat janin terus tumbuh. Plasenta bertanggungjawab
menyediakan oksigenasi, nutrisi, eliminasi, dan hormon yang diperlukan untuk
mempertahankan kehamilan (Ward & Hisley, 2016).
Pada awal kehamilan, embrio adalah disk rata yang terletak di antara amnion
dan yolk sac. Yolk sac adalah struktur yang berkembang di inner cell mass embrio
pada hari ke 8-9 setelah masa konsepsi. Penting untuk mentansfer nutrisi kepada
emrio selama minggu ketiga dan keempat ketika perkembangan uteroplasental
sedang berlangsung. Hematopoiesis terjadi pada minggu ketiga di dinding yolk
sac. Seoring perkembangan kehamilan, yolk sac membesar dan tergabung ke
dalam umbilical cord. Selama plasenta berkembang, umbilical cord juga dibentuk.
Tangkai tubuh menghubungkan embrio ke yolk sac yang mengandung pembuluh
darah yang terhubung dengan chorionic villi. Pembuluh membentuk dua arteri dan
satu vena sebagai kepanjangan dari batang tubuh dan berkembang ke dalam
umbilical cord. Aliran darah ibu melalui uterin arteri ke dalam ruang intervillous
plasenta. Darah kembali melalui uterin vena ke sirkulasi ibu. Aliran darah janin
melalui arteri umbilikal ke kapiler villous plasenta. Darah kembali melalui vena
umbilikal ke sirkulasi janin. Kebanyakan umbilical cord mempunyai pusat insersi
ke dalam plasenta hingga 21inchi atau 55cm dengan diameter 1-2cm.