Anda di halaman 1dari 27

LAPORAN PENDAHULUAN

KEBUTUHAN DASAR MANUSIA TENTANG FISIOLOGIS : ELIMINASI DAN


AKTIVITAS ISTIRAHAT

PALANGKARAYA

Disusun oleh:
Nataliana Doq
2019.C.11a.1020

YAYASAN EKA HARAP PALANGKA RAYA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
S1 KEPERAWATAN
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB 1

LAPORAN PENDAHULUAN

1.1.1 Definisi
Eliminasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang esensial dan berperan penting untuk
kelangsungan hidup manusia. Eliminasi dibutuhkan untuk mempertahankan keseimbangan
fisiologis melalui pembuangan sisa-sisa metabolisme, sehingga apabila hal tersebut terganggu
maka akan mempengaruhi keseimbangan dalam tubuh dan mengganggu kelangsungan hidup
manusia (Artha, Indra, & Rasyid, 2018).

1.1.2 Anatomi Fisiologi


Eliminasi berkaitan dua sistem organ tubuh manusia yaitu
1. sistem pencernaan(gastrointestinal) pada eliminasi fekal dan sistem
perkemihan pada eliminasi urine. Berikut diuraikan anatomi dan fisiologi organ
sistem pencernaan dan sistemperkemihan menurut Kasiati dan Rosmalawati (2016):

Gambar sistem pencernaan

Struktur dan Anatomi Pencernaan


Saluran gastrointestinal bagian atas terdiri mulut, esophagus & lambungMakanan
yang masuk ke mulut kita dicerna secara mekanikdan kimia, dengan bantuan gigi
untuk mengunyah dan memecahmakanan. Saliva mencairkan dan melunakkan
bolus makanan sehingga mudah masuk esofogus menuju pada lambung.

1.1.3 Etiiologi.
Gangguan Eliminasi Urin
Intake cairan Jumlah dan type makanan merupakan faktor utama yang mempengaruhi output
urine atau defekasi.
Aktivitas Aktifitas sangat dibutuhkan untuk mempertahankan tonus otot. Eliminasi urine
membutuhkan tonus otot kandung kemih yang baik untuk tonus sfingter internal dan eksterna
Obstruksi; batu ginjal, pertumbuhan jaringan abnormal, striktur urethra
Infeksi
Kehamilan
Penyakit; pembesaran kelenjar ptostat
g. Trauma sumsum tulang belakang
Operasi pada daerah abdomen bawah, pelviks, kandung kemih, urethra.
Umur
Penggunaan obat-obatan

1.1.4 Klasifikasi
 Eleminasi urine
1. Retensi urine
Retensi urine adalah akumulasi urine yang nyata didalam kandung kemih akibat
ketidakmampuanmengosongkan kandung kemih .
2. Dysuria Adanya rasa setidaksakit atau kesulitan dalam berkemih .
3. PolyuriaProduksi urine abnormal dalam jumlah besar oleh ginjal , seperti 2500 ml / hari ,
tanpa adanya intakecairan .
4. Inkontinensi urineKetidaksanggupan sementara atau permanen otot spingter eksternal
untuk mengontrol keluarnyaurine dari kantong kemih .
5. Urinari suppresi Adalah berhenti mendadak produksi urine
 Eleminasi fekal
1. Konstipasi
Konstipasi adalah penurunan frekuensi defekasi , yang diikuti oleh pengeluaran feses
yang lama ataukeras dan kering .
2. Impaksi
Imfaksi feses merupakan akibat dari konstipasi yang tidak diatasi . Imfaksi adalah
kumpulan fesesyang mengeras , mengendap di dalam rektum , yang tidak dapat
dikeluarkan.
3. Diare
Diare adalah peningkatan jumlah feses dan peningkatan pengeluaran feses yang cair dan
tidakberbentuk . Diare adalah gejala gangguan yang mempengaruhi proses pencernaan ,
absorpsi , dansekresi di dalam saluran GI .InkontinensiaInkontinensia feses adalah
ketidakmampuan mengontrol keluarnya feses dan gas dari anus .
4. Flatulen
Flatulen adalah penyebab umum abdomen menjadi penuh , terasa nyeri , dan kram.
5. Hemoroid 
adalah vena – vena yang berdilatasi , membengkak dilapisan rektum 

1.1.5 Fatofisiologi
1.Gangguan Eliminasi Urin
Gangguan pada eliminasi sangat beragam seperti yang telah dijelaskandi atas. Masing
masing gangguan tersebut disebabkan oleh etiologi yang berbeda. Pada pasien dengan usia tua, traum
a yang menyebabkan cederamedulla spinal, akan menyebabkan gangguan dalam mengkontrol urin/in
kontinensia urin. Gangguan traumatik pada tulang belakang bisamengakibatkan kerusakan pada
medulla spinalis. Lesi traumatik pada medulla spinalis tidak selalu terjadi bersama-
sama dengan adanya fraktur ataudislokasi. Tanpa kerusakan yang
nyata pada tulang belakang, efek traumatiknya bisa mengakibatkan efek yang nyata dimedulla spinal
lis
.Cedera medulla spinalis (CMS) merupakan salah satu penyebab gangguanfungsi saraf termasuk pada
persyarafan berkemih dan defekasi.
Komplikasi cedera spinal dapat menyebabkan syok neurogenik dikaitkan dengan cedera
medulla spinalis yang umumnya dikaitkan sebagaisyok spinal. Syok spinal merupakan depresi tiba-tiba
aktivitas reflex padamedulla spinalis (areflexia) di bawah tingkat cedera. Dalam kondisi ini, otot-otot
yang dipersyarafi oleh bagian segmen medulla yang ada di bawah tingkatlesi menjadi paralisis komplet
dan fleksid, dan refleks-refleksnya tidak ada.
Hal ini mempengaruhi refleks yang merangsang fungsi berkemih dan defekasi.Distensi usus
dan ileus paralitik disebabkan oleh depresi refleks yang
dapatdiatasi dengan dekompresi usus (Brunner & Suddarth, 2002). Hal senadadisampaikan Sjamsuhi
dajat (2004), pada komplikasi syok spinal terdapattanda gangguan fungsi autonom berupa kulit
kering karena tidak berkeringatdan hipotensi ortostatik serta gangguan fungsi kandung kemih dan
gangguandefekasi.

1.1.6 .Manifestasi Klinis

1. Tanda Gangguan Eliminasi urina. Retensi Urin


Ketidak nyamanan daerah pubis.
Distensi dan ketidaksanggupan untuk berkemih.
Urine yang keluar dengan intake tidak seimbang.
Meningkatnya keinginan berkemih dan resah
Ketidak sanggupan untuk berkemih

1.1.7 Pemeriksaan penunjang


1.Pemeriksaan USG
2. Pemeriksaaan foto rontgen
3. Pemeriksaan laborotorium urin dan feses

1.1.8 Penatalaksanaan Medis


1. Pola perkemihan
Pertanyaan terkait pola berkemih sifatnya individual . Ini bergantung pada individu
apakah polaberkemihnya termasuk dalam kategori normal atau apakah ia merasa ada
perubahan pada polaberkemihnya .
2. Frekuensi
 berkemih-5 kali / hari , tergantung kebiasaan seseorang.-70% miksi pada siang hari,
sedangkan sisanya dilakukan pada malam hari, menjelang dan sesudahbangun tidur.-
Berkemih dilakukan saat bangun tidur dan sebelum tidur.
3. Volume 
berkemihKaji perubahan volume berkemih untuk mengetahui adanya ketidakseimbangan
cairan denganmembandingkannya dengan volume berkemih normal.
4. Asupan dan haluaran cairan-
Catat haluaran urine selama 24 jam- Kaji kebiasaan minum klien setiap hari
1.1 Manajemen Asuhan Keperawatan
1.2.1 Pengkajian Keperawatan
1. Data Pasien
 Identitas pasien (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku bangsa,
pendidikan, 6nalge yang digunakan, pekerjaan, alamat, 6nalgesi medis, sumber biaya,
dan sumber informasi).
 Identitas penanggung (nama, jenis kelamin, umur, status perkawinan, agama, suku
bangsa, pendidikan, 6nalge yang digunakan, pekerjaan, alamat, dan hubungan dengan
pasien).
2. Riwayat Keperawatan, meliputi :
 Riwayat kesehatan sekarang
 Riwayat kesehatan keluarga
 Data bio-psiko-sosial-spiitual
3. Pengkajian Fisik

1.2.2 Diagnosa Keperawatan


Dalam buku Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (PPNI, 2016) penyebab
Gangguan Rasa Nyaman adalah:
a. Gejala penyakit.
b. Kurang pengendalian situasional atau lingkungan.
c. Ketidakadekuatan sumber daya (misalnya dukungan finansial, sosial dan pengetahuan).
d. Kurangnya privasi.
e. Gangguan stimulasi lingkungan.
f. Efek samping terapi (misalnya, medikasi, radiasi dan kemoterapi).
Gangguan adaptasi kehamilan
1.2.3 Intervensi Keperawatan
Pada klien yang mengalami gangguan keamanan. Perawat merencanakan intervensi yang
individual dengan berdasarkan beratnya risiko yang dihadapi klien, tahap perkembangan, status
kesehatan,dan gaya hidup klien. Sedangkan untuk memberikan kenyamanan klien, intervensi
yang dilakukan adalah:
a) Klien dapat mengontrol pengeluaran urint setiap 4 jam
b) Tidak ada tanda tanda retensi inkontinisia urin
c) Klien berkemih dalam keadaan rileks

1.2.4 Implementasi Keperawatan


Implementasi dilakukan untuk meningkatkan dan mempertahankan keamanan klien.
Sedangkan pada kenyamanan, implementasi dilakukan untuk mengurangi faktor yang misalnya
ketidak percayaan, kesalah pahaman, ketakutan, kelelahan dan kebosanan.

1.2.5 Evaluasi
Rencana keperawatan yang dirancang untuk mengurangi risiko cedera pada klien,
dievaluasi dengan cara membandingkan kriteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama
tahap perencanaan.
DAFTAR PUSTAKA

Asuhan  Keperawatan Klien dengan Gangguan Eliminasi. Terdapat pada :
lBrunner & Suddarth.  2002. 

Keperawatan Medikal  Bedah Vol 3. enerbitKedokteran EGC: Jakarta.Harnawatiaj. 2010. 

Konsep  Dasar Pemenuhan Kebutuhan Eliminasi Fekal.Terdapat pada : http://harnawatiaj.wor
dpress.com/2008/03/14/konsep-dasar-  pemenuhan-kebutuhan-eliminasi-fecal/Septiawan, Catur 
E. 2008.

  Perubahan  Pada  Pola Urinarius. Terdapat pada:


Sjamsuhidajat. 2004. Buku  Ajar  Medikal Bedah. 

Penerbit Kedokteran EGC:Jakarta.Supratman. 2000. askep Klien Dengan Sistem


PerkemihanAndi Visi Kartika. Retensi Urin Pospartum
resis, Sering terjadi pada
anak-anak, umumnya terjadi
pada malam hari (nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu
kali atau lebih dalam
semalam.
4. Urgency, adalah perasaan
seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit
atau kesulitan dalam
berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine
abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, seperti
2.500
ml/hari, tanpa adanya
peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah
berhenti mendadak produksi
urine
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan
pelvis renalis serta
memperlihatkan ureter,
kandung kemih
dan uretra. Prosedur ini
tidak bersifat invasif. Klien
perlu menerima injeksi
pewarna
radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial
Tomography
Merupakan prosedur sinar
X terkomputerisasi yang
digunakan untuk
memperoleh
gambaran terperinci
mengenai struktur bidang
tertentu dalam tubuh. Scaner
temografik
adalah sebuah mesin besar
yang berisi komputer khusus
serta sistem pendeteksi sinar
X
yang berfungsi secara
simultan untuk memfoto
struktur internal berupa
potongan lintang
transfersal yang tipis.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik
yang noninvasif yang
berharga dalam mengkaji
gangguan
perkemihan. Alat ini
menggunakan gelombang
suara yang tidak dapat
didengar,
berfrekuensi tinggi, yang
memantul dari struktur
jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti
kateter urine. Walaupun
tidak fleksibel tapi
ukurannya lebih
besar sistoscpy diinsersi
melalui uretra klien.
Instrumen ini memiliki
selubung plastik
atau karet. Sebuah
obturator yang membuat
skop tetap kaku selama
insersi. Sebuah
3. Enuresis, Sering terjadi
pada anak-anak, umumnya
terjadi pada malam hari
(nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu
kali atau lebih dalam
semalam.
4. Urgency, adalah perasaan
seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit
atau kesulitan dalam
berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine
abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, seperti
2.500
ml/hari, tanpa adanya
peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah
berhenti mendadak produksi
urine
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan
pelvis renalis serta
memperlihatkan ureter,
kandung kemih
dan uretra. Prosedur ini
tidak bersifat invasif. Klien
perlu menerima injeksi
pewarna
radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial
Tomography
Merupakan prosedur sinar
X terkomputerisasi yang
digunakan untuk
memperoleh
gambaran terperinci
mengenai struktur bidang
tertentu dalam tubuh. Scaner
temografik
adalah sebuah mesin besar
yang berisi komputer khusus
serta sistem pendeteksi sinar
X
yang berfungsi secara
simultan untuk memfoto
struktur internal berupa
potongan lintang
transfersal yang tipis.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik
yang noninvasif yang
berharga dalam mengkaji
gangguan
perkemihan. Alat ini
menggunakan gelombang
suara yang tidak dapat
didengar,
berfrekuensi tinggi, yang
memantul dari struktur
jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti
kateter urine. Walaupun
tidak fleksibel tapi
ukurannya lebih
besar sistoscpy diinsersi
melalui uretra klien.
Instrumen ini memiliki
selubung plastik
atau karet. Sebuah
obturator yang membuat
skop tetap kaku selama
insersi. Sebuah
3. Enuresis, Sering terjadi
pada anak-anak, umumnya
terjadi pada malam hari
(nocturnal
enuresis), dapat terjadi satu
kali atau lebih dalam
semalam.
4. Urgency, adalah perasaan
seseorang untuk berkemih.
5. Dysuria, adanya rasa sakit
atau kesulitan dalam
berkemih.
6. Polyuria, Produksi urine
abnormal dalam jumlah
besar oleh ginjal, seperti
2.500
ml/hari, tanpa adanya
peningkatan intake cairan.
7. Urinari suppresi, adalah
berhenti mendadak produksi
urine
G. PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan
pelvis renalis serta
memperlihatkan ureter,
kandung kemih
dan uretra. Prosedur ini
tidak bersifat invasif. Klien
perlu menerima injeksi
pewarna
radiopaq secara intra vena.
2. Computerized Axial
Tomography
Merupakan prosedur sinar
X terkomputerisasi yang
digunakan untuk
memperoleh
gambaran terperinci
mengenai struktur bidang
tertentu dalam tubuh. Scaner
temografik
adalah sebuah mesin besar
yang berisi komputer khusus
serta sistem pendeteksi sinar
X
yang berfungsi secara
simultan untuk memfoto
struktur internal berupa
potongan lintang
transfersal yang tipis.
3. Ultra Sonografi
Merupakan alat diagnostik
yang noninvasif yang
berharga dalam mengkaji
gangguan
perkemihan. Alat ini
menggunakan gelombang
suara yang tidak dapat
didengar,
berfrekuensi tinggi, yang
memantul dari struktur
jaringan.
4. Prosedur Invasif
a. Sistoscopy
Sistocopy terlihat seperti
kateter urine. Walaupun
tidak fleksibel tapi
ukurannya lebih
besar sistoscpy diinsersi
melalui uretra klien.
Instrumen ini memiliki
selubung plastik
atau karet. Sebuah
obturator yang membuat
skop tetap kaku selama
insersi. Sebuah
PENATALAKSANAAN
MEDIS
1. Pielogram Intravena
Memvisoalisasi duktus dan
pelvis renalis serta
memperlihatkan ureter,
kandung kemih
dan uretra. Prosedur ini
tidak bersifat invasif. Klien
perlu menerima injeksi
pewarna
radiopaq se

Anda mungkin juga menyukai