Anda di halaman 1dari 3

Bab 2 Teori

Temulawak merupakan salah satu jenis tumbuhan tradisional yang dapat mengatasi
dismenorea. Dismenorea itu sendiri merupakan gangguan fisik yang sangat menonjol pada
wanita yang sedang mengalami menstruasi berupa gangguan nyeri/kram pada perut. Hal ini
berdampak besar bagi remaja putri karena menyebabkan terganggunya aktivitas sehari-hari
(Lestari, 2013). Dismenorea menyebabkan seseorang menjadi lemas tidak bertenaga, pucat,
kurangnya konsentrasi, sehingga berdampak negatif pada kegiatan sehari-hari dan bahkan
menjadi salah satu alasan tersering wanita tidak melakukan aktivitas (Khotimah, 2014).
Pembuatan jamu temulawak sebagai berikut, Langkah pertama temulawak dihaluskan
dengan cara diblender (25 gram). Selanjutnya, temulawak yang sudah dihaluskan dimasak
dengan 2 gelas air hingga menjadi 1 gelas. Lalu, Setelah dimasak kemudian di saring dan
tambahkan 2 sendok teh gula/madu.

Bab 3 metode penelitian


Jurnal “Pengaruh Pemberian Jamu Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) Terhadap
Penurunan Nyeri Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri” ini didapatkan dari google
scholar dengan keyword “Herbal untuk Menstruasi”.

Bab 4 hasil
Ceritakan Judul artikel
Pengaruh Pemberian Jamu Temulawak (Curcuma Zanthorrhiza) Terhadap Penurunan Nyeri
Menstruasi (Dismenorea) Pada Remaja Putri

Tujuan penelitian dari artikel tsb


Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian jamu temulawak
terhadap penurunan nyeri haid pada remaja putri di SMA Negeri 1 Selesai Tahun 2019.

Metode penelitian
Metode penelitian ini ialah quasi eksperimental dengan Desain penelitiannya adalah pre-eksperimen
One Group Pre Test – Post Test.

Metode analisa data


Analisis data dengan Paired t-test, Uji normalitas menggunakan shapiro-wilk dengan uji
Wilcoxon (uji peringkat bertanda).

Jumlah sampel
Populasi penelitian sebanyak 40 orang remaja putri di SMA Negeri 1 Selesai yang
mengalami nyeri haid dan sampel sebanyak 20 orang menggunakan teknik purposive
sampling, dengan umur responden 15 tahun sebanyak 6 orang, 16 tahun sebanyak 11 orang
dan 17 tahun sebanyak 3 orang.

Cara merekrerut responden


Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik purposive sampling, yaitu dengan
mengambil kasus atau responden yang kebetulan ada atau tersedia di suatu tempat sesuai
dengan konteks penelitian dengan Instrumen penelitian menggunakan lembar observasi,
Numerical Rating Scale (NRS).

Cara memperlakukan kelompok control dan kelompok intervensi


Dilakukan intervensi pada 20 orang remaja putri mengalami nyeri haid sedang sebanyak 13
orang dan nyeri ringan sebanyak 7 orang, diberikan pre-test untuk menilai tingkat nyeri
sebelum diberikan jamu temulawak. Selanjutnya, diberikan minuman jamu temulawak
sewaktu dismenorea, Lalu, diberikan post-test untuk menilai tingkat nyeri setelah diberikan
jamu temulawak.

Apakah intervensi nya jelas dan sama untuk semua responden?


Dilakukan intervensi yang sama pada 20 orang remaja putri mengalami nyeri haid sedang
sebanyak 13 orang dan nyeri ringan sebanyak 7 orang, diberikan pre-test untuk menilai
tingkat nyeri sebelum diberikan jamu temulawak. Selanjutnya, diberikan minuman jamu
temulawak sebanyak 200 ml dengan cara pembuatan jamu temulawak yang sama sewaktu
dismenorea, Lalu, diberikan post-test untuk menilai tingkat nyeri setelah diberikan jamu
temulawak.

Apakah karakteristik respondennya homogen?


Karakteristik responden homogen dilihat dari seluruh responden merupakan siswi remaja
(usia 15-17 tahun) SMA Negeri 1 Selesai yang mengalami nyeri haid. Sampel juga diberi
perlakuan yang sama saat pretest dan posttest.

HASIL
Jelaskan hasil penelitiannya, apakah signifikan atau tidak?
Setelah dilakukan intervensi pada 20 orang remaja putri yang mengalami nyeri haid sedang
sebanyak 13 orang (65,0%) dan nyeri ringan sebanyak 7 orang (35,0%) yang diberikan
minuman jamu temulawak sebanyak 200 ml sewaktu dismenorea. Menghasilkan responden
yang tidak merasakan nyeri sebanyak 7 orang (35%), responden yang mengalami nyeri
ringan sebanyak 12 orang (60%) dan nyeri sedang terdapat 1 orang (5%). Sebelum diberikan
jamu temulawak mean nya 1,65 dan sesudah menjadi 0,70. Sedangkan standar deviation
terjadi peningkatan sebelumnya 0,489 meningkat menjadi 0,571. Dengan hasil P-Value
sebesar 0,000 < α 0.05 maka Ho ditolak Ha diterima artinya terdapat perbedaan yang
signifikan atau pengaruh antara sebelum dan sesudah pemberian jamu temulawak.

Apakah hasilnya dapat dimanfaatkan perawat untuk asuhan keperawatan ?


Hasilnya signifikan dapat dimanfaatkan untuk intervensi nyeri akut dengan pemberian herbal
yaitu minuman jamu temulawak. Kandungan temulawak mengandung senyawa kimia yang
mempunyai keaktifan fisiologi, yaitu kurkuminoid dan minyak atsiri serta memiliki
kandungan fitokimia yaitu alkaloid. Senyawa alkaloid yaitu morfin berfungsi sebagai
analgesik sehingga nyeri yang dirasakan pada saat menstruasi dapat berkurang dengan
mengkonsumsi jamu temulawak (Nasution, 2018). Serta, Kandungan kurkuminnya bekerja
mengurangi aliran masuk ion kalsium pada sel epitel rahim dan mengurangi produksi
prostaglandin yang merupakan hormon menciptakan rasa sakit. Manfaat ini diperkuat dengan
adanya reaksi alkaloid yang mampu memengaruhi sistem saraf otonom dan otak. Selanjutnya,
otak akan mengirimkan perintah ke tubuh untuk meredakan kontraksi yang terjadi pada rahim
(Naldi, 2018).

Apakah peneliti menjelaskan keterbatasannya?


Peneliti tidak menjelaskan adanya keterbatasan dalam penelitiannya, karena peliti juga
memperkuat argumentasinya dengan berbagai penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Anda mungkin juga menyukai