Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN ANALISIS SINTESIS TINDAKAN

Analisis Sintesis Tindakan Relaksasi Otot Progresif


Pada Tn. T Di Ruang IBS RSUD Tugurejo Semarang

Hari/Tanggal : Selasa, 7 Januari 2020


Jam : 08.50 WIB

A. Identitas klien
Nama klien : Tn. T
Umur : 63 tahun
No. RM : 061447
Alamat : Beringin, Ngaliyan
B. Keluhan Utama
Pasien mengatakan agak takut dengan operasinya, tampak bertanya jenis bius dan
lamanya operasi
C. Diagnosa Medis
Kolelitiasis
D. Diagnosa Keperawatan
Ansietas b.d kurang terpapar informasi
E. Data Yang Mendukung Diagnosa
DS :
Pasien mengatakan agak takut dengan operasinya karena ini merupakan operasi
pertamanya
DO :
- Tampak bertanya tentang jenis bius dan lamanya operasi
- Terdapat retraksi dinding dada
- Ada penggunaan otot bantu pernafasan
- TD : 150/83 mmHg
- N : 101x/menit
- S : 36.7°C
- RR : 21x/menit
F. Dasar Pemikiran
Tindakan operasi yang direncanakan dapat menimbulkan respon fisiologi dan
psikologi pada pasien. Respon psikologi yang biasanya terjadi pada pasien pre
operasi yaitukecemasan. Kecemasan yang terjadi dihubungkan dengan rasa nyeri,
kemungkinan cacat, menjadi bergantung dengan orang lain dan mungkin kematian
(Potter, Perry, 2010).
Kecemasan pasien pada masa pre operasi antara lain dapat berupa khawatir
terhadap nyeri setelah pembedahan, perubahan fisik (menjadi buruk rupa dan
tidak berfungsi normal), keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti),
operasi akan gagal, mati saat dilakukan anastesi, mengalami kondisi yang sama
dengan orang lain yang mempunyai penyakit yang sama, menghadapi ruang
operasi, peralatan bedah dan petugas (Potter dan Perry, 2010).
G. Prinsip Tindakan Keperawatan
1. Prinsip Tindakan:
a. Bersih
2. Tujuan:
a. Mengurangi kecemasan
b. Merelaksasi otot - otot
3. Prosedur tindakan keperawatan
Alat:
1. Tempat tidur
Prosedur pelaksanaan :
Tahap Pra Interaksi
1. Melakukan Verifikasi program sebelum proses tindakan
2. Mencuci tangan
3. Menempatkan alat di dekat pasien dengan benar

Tahap Orientasi

1. Memberikan salam & menyapa nama pasien


2. Menjelaskan tujuan & prosedur tindakan pada keluarga/klien
3. Menanyakan kesiapan klien sebelum kegiatan perawatan luka dilakukan.

Tahap Kerja

1. Menjaga dan menjamin privacy


2. Memposisikan pasien pada posisi yg nyaman
3. Meminta pasien untuk membuka mata selama beberapa menit
4. Meminta pasien untuk tarik napas dalam selama beberapa kali sebelum
memulai latihan dengan cara nafas dalam perlahan – lahan melalui hidung
dan hembuskan melalui mulut
5. Melanjutkan dengan 14 gerakan initi mulai dari otot tangan belakang, otot
bisep, otot bahu, otot dahi, otot mata, otot rahang, otot mulut, otot leher
depan, dan belakang, otot punggung, otot dada, otot perut, otot kaki dan
paha.
6. Mendemonstrasikan gerkan ke-1 yaitu genggam tangan dengan membuat
kepalan selama 5-7 detik, dan rasakan ketegangan yang terjadi kemudian
dilepaskan sleama 10 detik. Melakukan gerakan sebanyak 2 kali
7. Mendemonstrasikan gerkan ke-2 yaitu menekuk kebelakang pergelangan
tangan sehingga otot-otot ditangan bagian belakang dan bagian bawah
menegang ke langit-langit selama 5 detik, dan dilepaskan sleama 10 detik.
Kemudian ulangi sekali lagi.
8. Mendemonstrasikan gerkan ke-3 yaitu menggenggam tangan sehingga
menjadi kepalan ke pundak selama 5 detik. Rasakan ketagannya
kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
9. Melatih gerkan ke-4 yaitu mengangkat kedua bahu setinggi-tingginya
seakan-akan bahu akan dibawa hingga menyentuh kedua telinga selama 5
detik, kemuadian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
10. Melakukan gerakan ke-5 sampai dengan ke-8 yaitu gerakan yang
ditujukan untuk melemaskan otot-otot di wajah (dahi, mata, rahang, dan
mulut) pertama kerutkan dahi dan alis sampai otot-ototnya terasa dan
kulitnya keriput. Lakukan selama 5 detik
11. Tutup keras-keras mata sampai mata terasa tegangannya selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi. kemudian
lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
12. Katupkan rahang dengan menggigit gigi-gigi dengan kuat selama 5 detik
kemudian lepaskan selama 10 detik kemudian ulangi gerakan sekali lagi.
13. Moncongkan mulut sekuat-kuatnya sehingga terasa ketegangan disekitar
mulut selama 5 detik kemudian lepaskan selama 10 detik dan ulangi
gerakan sekali lagi.
14. Melatih gerakan ke 9 dan 10 Tekankan kepala kepermukaan bantalan
kursi atau ketempat tidur sehingga dapat merasakan ketegangan
dibelakang leher dan punggung atas kemudian rilekskan. Ulangi sekali
lagi
15. Melatih gerkaan ke-11 yaitu mengangkat tubuh dari sandaran kursi atau
tempat tidur. Kemudian punggung dilengkungkan dan dada dibusungkan
selama 5 detik kemudian lepaskan selama 10 detik. Ulangi sekali lagi.
16. Melatih gerakan ke-12 yaitu menarik napas panjang dan dalam untuk
mengisi paruparu dengan udara sebanyak-banyaknya. Ulangi sekali lagi.
17. Melatih gerakan ke-13 yaitu menarik kuat-kuat perut ke dalam kemudian
tahan selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan
selama 10 detik
18. Melatih gerakan ke-14 yaitu menarik kuat-kuat perut kedalam kemudian
tahan selama 5 detik sampai perut menjadi kencang dan keras. Lepaskan
selama 10 detik dan ulangi sekali lagi.
19. Merapikan pasien

Tahap Terminasi

1. Melakukan evaluasi tindakan yg dilakukan


2. Menanyakan perasaan reponden setelah melakukan terapi
3. Memberikan reinnforcment positif kepada reponden.
4. Berpamitan dengan klien
5. Membereskan alat-alat
6. Mencuci tangan
7. Mencatat semua kegiatan dalam lembar/ catatan keperawatan.

H. Analisis Tindakan
Menurut Setiyoadi (2011), salah satu mengurang kecemasan yaitu terapi
relaksasi otot progresif menurut Teory Edmund Jacobsan tahun 1929. Terapi ini
adalah teknik relaksasi otot yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau
sugesti. Terapi relaksasi ini terbukti dapat mengurangi stres dan kecemasan
(Essa, 2016), dapat meningkatkan kulaitas tidur dan mengurangi kelelahan
(Amini, 2016), mengurangi nyeri kepala (Kumar, 2014) serta menurunkan
tekanan darah pada pasien hipertensi (Ayunani, 2014).
Pada awal 1930, Dr. Edmund Jacobsan telah mengembangkan PMRT. Dia
menemukan bahwa otot bisa rileks dengan terlebih dahulu menegangnya selama
beberapa detik dan kemudian melepaskannya. Dimana klien diminta untuk secara
sengaja mengontrak otot dan menaha ketegangan. Setelah itu mereka melepaskan
semua ketegangan dan fokus pada sensasi relaksasi. Relaksasi otot progresif
membantu orang mengidentifikasi otot atau kelompok otot mana yang secara
kronis teang dengan membedakan antara sensasi ketegangan (ketegangan otot
yang terarah) dan relaksasi (relaksasi otot secara sadar). Setiap otot atau
pengelompokan otot tegang selama 5-7 detik dan setelah itu mereka rileks selama
20-30 detik. Setiap saat, individu individu tersebut berfokus pada perbedaan
sensai antara kedua kondisi tersebut. Kesadaran akan sensasi santai adalah salah
satu keuntungan terbesar yang direalisasikan dengan relaksasi otot progresif
(Jacobson dalam Essa, 2016).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mardiati dkk (2018) menyatakan
bahwa 15 responden sebelum intervensi progressive muscle relaxation, rerata
skor kecemasan yaitu 14,33 dengan standar deviasi1,047 dan setelah intervensi
progressive muscle relaxation terhadap15 responden, didapatkan penurunan
rerata menjadi 12,40 dengan standar deviasi 0,989 sehingga terdapat pengaruh
progressive muscle relaxation terhadap tingkat kecemasan pada pasien pre
operasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan dengan pvalue = 0,000.
I. Bahaya Yang Mungkin Muncul
Bahaya yang mungkin muncul dalam pelaksanaan relaksasi otot progresif ini
peningkatan TIK jika dilakukan pada pasien yang beresiko mengalami
peningkatan intracranial.
J. Tindakan Keperawatan Lain Yang Dapat Dilakukan
Tindakan keperawatan lain yang dapat dilakukan untuk mengatasi masalah
keperawatan di atas yaitu relaksasi napas dalam atau dukungan keluarga dan
spiritual.
K. Hasil Yang Diharapkan Setelah melakukan Tindakan
S : Pasien mengatakan cemas berkurang
O : Cemas berkurang, pasien tampak rileks
A : Cemas berkurang
P : Lanjutkan Intervensi
- Observasi Tanda-tanda vital
- Observasi tingkat kecemasan
- Berikan dukungan spiritual pada pasien
- Berikan informasi yg jelas dan benar mengenai prosedur pembedahan
L. Evaluasi
- Tindakan dilakukan sesuai prosedur
- Mahasiswa harus lebih memahami prinsip dalam prosedur tindakan, metode
relaksasi otot progresif yang benar
- Relaksasi otot tidak dapat dilakukan pada ibu hamil dan pasien yang beresiko
mengalami peningkatan intrakranial
M. Daftar Pustaka
Ayunani. 2014. Pengaruh Latihan Relaksasi Otot Progresif Terhadap Tekanan
Darah Pada Lanjut Usia Dengan Hipertensi Di Upt Pslu
MojopahitKabupaten Mojokerto, (Onli ne).
(https://jurnalperawat.stikespemkabjombang.ac.id/in
dex.php/maret2016/article/v iew/29, diakses pada 5Januari 2018)

Essa. 2016. Effect of progressive muscle relaxation technique on stress, anxiety,


and depressionafter hysterectomy,(Online).(http://www.sciedu.ca/journ
al/index.php/jnep/article/vie wFile/9987/6783diaksespada 4 Januari
2018).

Potter, Perry. (2010). Fundamental Of Nursing: Consep, Proses and Practice.


Edisi 7. Vol. 3. Jakarta : EGC

Setyoadi. 2011. Terapi ModalitasKeperawatan Pada Klien Psikogeriatrik. Jakarta


: Salemba Medika

Mardiati, Murni, Erni 2018. Pengaruh Progressive Muscle Relaxation Terhadap


Tingkat Kecemasan Pre Operasi di Rumah Sakit Santa Elisabeth Medan
Tahun 2018. Jurnal Mutiara Ners Vol 1 Hal 98 - 108. Januari 2020.

Mengetahui,
Mahasiswa Praktikan, PembimbingKlinik / CI

(Ni Nyoman Ayu Widaswari) ( )

Anda mungkin juga menyukai