Anda di halaman 1dari 13

KARYA TULIS ILMIAH

GAMBARAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN


PNEUMONIA DALAM PEMENUHAN
KEBUTUHAN OKSIGENASI DI RUANG
INSTALASI GAWAT DARURAT

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SURAKARTA


JURUSAN KEPERAWATAN
PRODI D – III KEPERAWATAN
2018
Pneumonia merupakan peradangan parenkim paru
yang disebabkan oleh bakteri, virus, jamur, parasite,
bahan kimia ataupun karena paparan fisik seperti suhu
atau radiasi sehingga mengganggu sistem pernapasan.
Laporan World Health Organization (WHO) pada tahun
2013 menyebutkan bahwa penyebab kematian tertinggi
akibat penyakit infeksi di dunia adalah infeksi saluran
napas akut termasuk pneumonia dan influenza. Data
Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun 2013 Latar belakang
menyebutkan bahwa angka insiden pneumonia di
Indonesia adalah 1,8% dengan prevalensi sebanyak 4,5%.
Sedangkan prevalensi pneumonia di Jawa Tengah
sebanyak 5,0% (Riset Kesehatan Dasar, 2013). Data
pasien Pneumonia di RSUD Kota Surakarta pada tahun
2017 sebanyak 1310 pasien (RSUD Kota Surakarta,
2018).
Bakteri, virus, jamur, parasite, bahan kimia

Kerangka Teori Infeksi parenkim paru

Koloni organisme patogen

Antigen Produk toksik

Antigen patogen berikatan dengan antibodi Cedera jaringan

Pengaktifan kaskade komplemen Kerusakan sel

Pelepasan mediator nyeri


Menghasilkan produk protein Kemotaksis netrofil dan Aktifasi sel masit dan basofil
makrofag
Merobek antigen Merangsang medulla spinalis
Vasodilator kapiler
(reseptor nyeri)
Aktifasi proses fagositosis Permeabilitas kapiler meningkat
Persepsi nyeri
Pelepasan pirogen endogen
(sitokin)
Penumpukan fibrin, eksudat,
Perpindahan eksudat ke intersisial Nyeri akut
Merangsang hipotalamus eritrosit, leukosit

Sekret menumpuk pada bronkus Oedema kapiler alveoli


Meningkatkan titik patokan suhu
Hipoksia jaringan
Gangguan Pertukaran Gas
Batuk, sesak nafas,
Menggigil, meningkatkan suhu basal Pola Nafas Tidak Efektif
dyspneu
1. Kaji dyspnea, takipnea, bunyi
pernafasan abnormal.
Bersihan Jalan Nafas 1. Kaji frekuensi kedalaman pernafasan dan ekspansi
Hipertermi 2. Catat tanda-tanda sianosis dan
Tidak Efektif dada. Catat upaya pernafasan
perubahan warna kulit, membran
mukosa, dan warna kuku 2. Auskultasi bunyi nafas
Metabolisme meningkat 3. Bantu mengubah posisi fowler atau semi fowler.
3. Monitor GDA
1. Kaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, 4. Posisikan fowler atau semi 4. Kaji/awasi secara rutin kulit, kuku dan warna dan
Energi meningkat irama, kedalaman fowler perubahan yang terjadi pada membrane mukosa
2. Catat kemampuan untuk mengeluarkan secret, catat bibir
5. Dorong untuk pengeluaran
karakter, jumlah sputum 5. Observasi pola batuk dan karakter secret
Keletihan 3. Berikan pasien posisi semi atau fowler
sputum/penghisapan bila ada
indikasi 6. Dorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk
4. Lakukan fisioterapi dada (postural drainage,
clapping, perkusi dan vibrasi) 6. Awasi dan pantau tingkat efektif
5. Bersihkan secret dari mulut dan trachea, suction keasadaran 7. Berikan dorongan penggunaan pelatihan otot-otot
Intoleransi
bila perlu. 7. Awasi tanda vital dan status pernafasan jika diharuskan
Aktivitas 6. Bantu intubasi darurat bila perlu.
jantung 8. Kolaborasi (berikan oksigen tambahan, berikan
7. Berikan terapi obat sesuai indikasi. humidifikasi tambahan misalnya nebulizer)
8. Berikan terapi oksigen sesuai
indikasi dan pertahankan ventilasi
mekanik dan bantu intubasi.

Bersihan jalan nafas tidak efektif teratasi

Pola nafas tidak efektif teratasi


Gangguan pertukaran gas teratasi
1. Irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang
1. TidaTidak ada penafasan
normal
cuping hidung
2. Tidak ada suara nafas abnormal 1. Tidak mengalami dyspnea dan sianosis, 2. Pola nafas normal
3. Mampu mengeluarkan sekret takikardi 3. Tidak sesak nafas
4. Tidak ada dyspneu 2. Tidak ada bunyi nafas tambahan 4. k ada dyspnea
Tindakan

Kerangka Konsep
1. Menkaji fungsi pernafasan : bunyi nafas, kecepatan, irama, kedalaman, takipnea,
dyspnea
2. Mencatat upaya pernafasan
3. Melakukan auskultasi bunyi nafas
4. Mengawasi dan pantau tingkat keasadaran
5. Mengawasi tanda vital
6. Memonitor GDA
7. Mencatat kemampuan untuk mengeluarkan sekret, catat karakter, jumlah sputum
8. Memberikan pasien posisi semi atau fowler
9. Mendorong/bantu pasien dalam nafas dan latihan batuk efektif
10. Melakukan fisioterapi dada (postural drainage, clapping, perkusi dan vibrasi)
11. Membersihkan sekret dari mulut dan traeak, suction bila perlu.
12. Memberikan terapi obat sesuai indikasi.
13. Memberikan terapi oksigen sesuai indikasi dan pertahankan ventilasi mekanik, bantu
intubasi darurat bila perlu.

Pengkajian Evaluasi Hasil


Analisa Data : 1. Irama nafas dan frekuensi
1. Dyspneu pernafasan dalam rentang
2. Sianosis Masalah Kebutuhan Oksigenasi normal
3. Peningkatan jumlah leukosit 1. Bersihan jalan nafas tidak 2. Tidak ada suara nafas abnormal
4. Ronkhi efektif 3. Mampu mengeluarkan sekret
5. Batuk tidak efektif 2. Pola nafas tidak efektif 4. Tidak mengalami dyspnea,
6. Peningkatan produksi sekret 3. Gangguan pertukaran gas sianosis dan takikardi
7. Takikardi 5. Tidak ada penafasan cuping
8. Perubahan irama dan frekuensi hidung
pernafasan 6. Pola nafas normal
9. Pola nafas abnormal 7. Tidak sesak nafas
10. Kelelahan fisik
Definisi Operasional
No Sub Variabel Definisi Alat Ukur Hasil Ukur
1 Pengkajian kebutuhan Tahap mengumpulkan informasi dan data a. Lembar observasi Deskripsi data yang meliputi identitas pasien, karakteristik pasien (data
oksigenasi pasien serta dilakukan pemeriksaan b. Blangko pengkajian subyektif dan data obyektif)
primer dan sekunder. c. Alat pemeriksaan fisik Data obyektif :
meliputi : stetoskop, arloji, a. Dyspneu
oksimetri, termometer. b. Sianosis
c. Peningkatan jumlah leukosit
d. Batuk tidak efektif
e. Peningkatan produksi sekret
f. Takikardi
g. Perubahan irama dan frekuensi pernafasan
h. Pola nafas abnormal

2 Diagnosa keperawatan Perumusan masalah oksigenasi yang a. SDKI (2017) Rumusan diagnosa keperawatan dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi :
kebutuhan oksigenasi muncul berdasarkan analisa data. b. Form Analisa data a. Bersihan jalan nafas tidak efektif
b. Pola nafas tidak efektif
c. Gangguan pertukaran gas
3 Intervensi keperawatan Rencana tindakan pemenuhan kebutuhan NOC (2013) Outcome pasien dalam pemenuhan kebutuhan oksigenasi terpenuhi
kebutuhan oksigenasi oksigenasi

4 Implementasi Tindakan pemenuhan kebutuhan NIC (2013) Kriteria hasil :


keperawatan oksigenasi untuk mencapai tujuan dan a. Irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang normal
kebutuhan oksigenasi hasil yang diharapkan dari asuhan b. Tidak ada suara nafas abnormal
keperawatan c. Mampu mengeluarkan sekret
d. Tidak mengalami dyspnea, sianosis dan takikardi
e. Tidak ada penafasan cuping hidung
f. Pola nafas normal
g. Tidak sesak nafas
5 Evaluasi keperawatan Penilaian hasil dan proses asuhan Kriteria hasil dan hasil dalam S : -
kebutuhan oksigenasi keperawatan dalam pemenuhan proses tindakan berdasarkan O : pola nafas normal, irama nafas dan frekuensi pernafasan dalam rentang
kebutuhan oksigenasi Subyektif, Obyektif, Analisa, normal, mampu mengeluarkan sekret, tidak mengalami sianosis dan takikardi
Planning (SOAP) A : masalah teratasi/ masalah teratasi sebagian/ masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi/ hentikan intervensi/ modifikasi intervensi
Hasil Studi Kasus
Kasus kelolaan Tn. T Kasus kelolaan Ny. P
Airway Airway

•Pasien mengeluh sesak nafas sejak tadi siang, batuk ± selama 1 •Pasien mengeluh sesak nafas, batuk berdahak sudah 2 hari, saat
minggu dan terdapat sumbatan jalan nafas berupa sekret. dilakukan pengkajian, terdapat sumbatan jalan nafas berupa sekret.

Breathing Breathing

•Pasien tampak sesak nafas, respiratory rate (RR) 34x/menit, SpO2 : •Pasien tampak sesak nafas, respiratory rate (RR) 28x/menit, SpO2 :
92%, pernafasan cepat dan dangkal, terdapat suara nafas 95%, pernafasan cepat dan dangkal, terdapat suara nafas tambahan
tambahan ronkhi, irama nafas tidak teratur, terdapat pernafasan ronkhi, irama nafas tidak teratur, terdapat pernafasan cuping hidung
cuping hidung dan adanya retraksi dada. dan terdapat adanya retraksi dada.

Circulation Circulation

•Tekanan darah 200/130 mmHg, nadi 122 x/menit, CRT <2 detik , •Tekanan darah 148/82 mmHg, nadi 116 x/menit, CRT <2 detik ,
akral teraba hangat, tidak ada sianosis, warna kulit pucat, mukosa akral teraba hangat, tidak ada sianosis, warna kulit pucat, tidak
bibir lembab, tidak ada edema. terdapat edema.

Disability Disability

•Keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran composmentis, •Keadaan umum pasien tampak lemah, kesadaran composmentis,
GCS 15 E4V5 M6, sklera ikterik (-), pupil isokor, dan reaksi pupil GCS 15 E4V5 M6, pupil isokor, dan reaksi pupil terhadap rangsang
terhadap rangsang cahaya baik. cahaya baik.

Exposure Exposure

•Tidak ada jejas di tubuh pasien dan tidak ada perdarahan. •Tidak ada jejas di tubuh pasien dan tidak ada perdarahan.
Pembahasan Pengkajian

Secara umum, data fokus yang ditemukan dalam kasus nyata tidak jauh berbeda
dengan data fokus yang terdapat dalam teori. Data fokus yang ditemukan dalam
kedua pasien (Tn. T dan Ny. P) :
1. Sesak nafas
2. Batuk
3. Ronkhi
4. Pernafasan cepat dan dangkal
5. Irama nafas tidak teratur
6. Terdapat sumbatan jalan nafas berupa sekret
7. Terdapat pernafasan cuping hidung
8. Adanya retraksi dada
Pembahasan Diagnosa Keperawatan

1.
Sesak

2.
nafas
Sesak
nafas
Pernafasan
cuping
hidung

Pola nafas
tidak efektif
Bersihan jalan
nafas tidak berhubungan Adanya
retraksi
efektif dengan dada
beruhubungan hambatan
sekret yang upaya nafas
tertahan
Produksi
Batuk Ronkhi
berdahak sputum
berlebih

Irama
nafas
tidak
teratur
Pembahasan Intervensi Keperawatan

Bersihan jalan nafas tidak efektif Pola nafas tidak efektif berhubungan
beruhubungan sekret yang tertahan dengan hambatan upaya nafas
• Tujuan yang diharapkan jalan nafas pasien • Tujuan yang diharapkan pola nafas pasien
kembali efektif dengan kriteria hasil : kembali efektif dengan kriteria hasil: sesak
respiratory rate (RR) dalam batas normal 18- nafas berkurang/hilang, respiratory rate (RR)
24 x/menit, sesak nafas berkurang/hilang, 18-24 x/menit, SpO2 95-100%, irama nafas
mampu mengeluarkan sekret, dan tidak ada teratur, tidak ada penggunaan otot bantu
suara nafas tambahan. pernafasan, tidak ada suara nafas tambahan,
• Intervensi keperawatan yang akan dilakukan tidak ada retraksi dada.
pada kedua pasien yaitu observasi status • Intervensi yang akan dilakukan yaitu observasi
pernafasan, berikan posisi semi fowler, pola nafas, monitor tanda-tanda vital, berikan
lakukan fisioterapi (batuk efektif), dan berikan posisi semi fowler, berikan terapi oksigenasi
bronkodilator sesuai indikasi. sesuai indikasi.

Intervensi keperawatan tersebut sesuai dengan teori


yang dikemukakan Andarmoyo (2012), NIC (2013),
NOC (2013).
Pembahasan Implementasi Keperawatan

Implementasi keperawatan pada kedua pasien telah dilaksanakan


berdasarkan intervensi yang telah disusun yaitu mengobservasi status
pernafasan, mengauskultasi bunyi nafas, memberikan posisi semi fowler,
melakukan fisioterapi dada, memberikan nebulizer Ventolin, memonitor tanda-
tanda vital, memberikan terapi oksigenasi.
Pembahasan Evaluasi Keperawatan

Kedua pasien memiliki catatan perkembangan yang hampir sama. Status


pernafasan kedua pasien menjadi lebih baik (sesak nafas berkurang, respiratory
rate (RR) dan SpO2 dalam rentang normal). Diagnosa keperawatan yang muncul
pada pasien belum ada yang teratasi sepenuhnya, sehingga intervensi yang sudah
direncanakan perlu dilanjutkan dan dipertahankan untuk memenuhi kebutuhan
oksigen sehingga kondisi pasien dapat stabil.
• Pengkajian
• Diagnosa keperawatan
Kesimpulan • Intervensi keperawatan
• Implementasi keperawatan
• Evaluasi keperawatan

• Bagi pasien
• Bagi peneliti
Saran • Bagi penelitian keperawatan
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai