Anda di halaman 1dari 23

LAPORAN PRESENTASI JURNAL

JURNAL UTAMA :

PERUBAHAN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN TERAPI


MUSIK GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD
dr. LEOKMONOHADI KUDUS

JURNAL KEDUA :

PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERAHDAP INTENSITAS NYERI


PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

KELOMPOK 6 :

Lidyana Puspitawati (2004085)

Lintang Eva Ningrum (2004086)

Maria Apriliani S. Doa (2004089)

Yulia Friska Ardhiani (2004096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

TAHUN 2021
LEMBAR PENGESAHAN

JURNAL UTAMA :

PERUBAHN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN TERAPI MUSIK


GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU) RSUD dr.
LEOKMONOHADI KUDUS

JURNAL KEDUA :

PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERAHDAP INTENSITAS NYERI


PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE UNIT (ICU)

DISETUJUI OLEH :

Diah Pujiastuti, S. Kep., Ns., M. Kep.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS

STIKES BETHESDA YAKKUM YOGYAKARTA

TAHUN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan kasihNya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah laporan
presentasi jurnal yang membandingkan dua jurnal. Makalah ini disusun untuk
menyelesaikan tugas mata kuliah Keperawatan Gadar dan Kritis pada Program
Studi Pendidikan Profesi Ners di STIKES Bethesda Yakkum Yogyakarta.

Penyusunan makalah ini tidak dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dan
dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu kami ingin menyampaikan terima kasih
kepada :

1. Ibu Vivi Retno Intening, S. Kep., Ns., MAN., selaku Ketua STIKES
Bethesda Yakkum Yogyakarta.
2. Ibu Diah Pujiastuti, S. Kep., Ns., M. Kep, selaku dosen pembimbing
kelompok 6.
3. Teman-teman kelompok yang telah bekerja sama dalam menyelesaikan
makalah ini.

Kami menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan, oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi teman-
teman dan pembaca. Terimakasih.

Yogyakarta, Maret 2021

Penyusun

BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Berdasarkan keputusan Menteri Kesehatan Nomor: 1778/ Menkes/
SK/XII/ 2010 mendefinisikan Intensive Care Unit ( ICU) adalah suatu
bagian dari rumah sakit yang mandiri dengan staf yang khusus dan
perlengkapan yang khusus pula yang ditujukan untuk obervasi, perawatan,
dan terapi pasien- pasien yang menderita penyakit, cidera atau penyulit-
penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam nyawa.
American Association of Critical-Care Nurses (2013) mengatakan bahwa
banyak pasien dewasa dengan perawatan intensif mengalami nyeri yang
signifikan selama rawat inap di ICU. Pengalaman nyeri pasien yang
dirawat di ICU disebabkan oleh beberapa hal yaitu pengaruh penyakit
patofisiologis, dampak terapi dan prosedur yang diberikan pada pasien
(Cade, 2008).
Selama periode perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan
pemantauan dan terapi yang intensif, oleh sebab itu pasien menjalani
banyak prosedur rutin dan perawatan, yang sering menimbulkan rasa tidak
nyaman dan nyeri. Maka perlunya perawatan khusus pada pasien yang
dirawat di ICU untuk meminimalkan nyeri misalnya dengan memberikan
terapi musik. Beberapa contoh terapi yang dapat dilakukan adalah terapi
musik gamelan dan terapi musik alfa. Terapi musik sebagai terapi non-
farmakologis diharapkan menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.
Musik gamelan dinyatakan sebagai musik yang dihasilkan oleh kreativitas
budaya yang tinggi karena keanekaragaman alat, irama, dan nada yang
dihasilkan. Terapi musik gamelan juga diharapkan dapat membantu
mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit (Wulan,
E. S., 2020). Terapi musik alfa adalah suatu jenis terapi musik alfa dengan
suara air mengalir. Frekuensi musik 40-60 Hz telah terbukti dapat
menurunkan ketegangan otot, nyeri, dan memberikan efek tenang
(Pangestika, D.D., 2020).

B. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana analisis pengaruh terapi musik gamelan terhadap intensitas
nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus?
2. Bagaimana analisis pengaruh terapi musik alfa terhadap intensitas
nyeri pada pasien dengan ventilator di Intensive Care Unit (ICU)?
3. Bagaimana analisis perbandingan kedua jurnal tersebut dalam analisis
PICO?

C. TUJUAN PENELITIAN
1. Mengetahui nalisis pengaruh terapi musik gamelan terhadap intensitas
nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU) RSUD dr.
Loekmonohadi Kudus.
2. Mengetahui analisis pengaruh terapi musik alfa terhadap intensitas
nyeri pada pasien dengan ventilator di Intensive Care Unit (ICU).
3. Mengetahui analisis pengaruh terapi musik gamelan dan terapi musik
alfa terhadap intensitas nyeri pada pasien di Intensive Care Unit (ICU).

BAB II
JURNAL TERKAIT
A. JUDUL UTAMA
PERUBAHAN INTENSITAS NYERI MELALUI PEMBERIAN
TERAPI MUSIK GAMELAN PADA PASIEN DI INTENSIVE
CARE UNIT (ICU) RSUD dr. LOEKMONOHADI KUDUS
Nama Pengarang : Emma Setiyo Wulan1, Renny Wulan Apriliyasari
Tahun : 2020
Abstrak :
Selama periode perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan
pemantauan dan terapi yang intensif, oleh sebab itu pasien menjalani
banyak prosedur rutin dan perawatan, yang sering menimbulkan rasa
tidak nyaman dan nyeri. Manajemen nyeri dilakukan dengan
penatalaksanaan terapi farmakologi dan non farmakologi. Terapi non
farmakologi diantaranya adalah dengan menggunakan terapi musik,
dimana penelitian ini menggunakan terapi musik gamelan. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan intensitas nyeri pada
pasien yang diberikan terapi musik gamelan. Metode penelitian yang
digunakan adalah quasi experiment. Teknik pengambilan sampel
menggunakan purposive sampling dengan jumlah 25 responden pada
kelompok yang diberikan terapi musik gamelan. Instrumen yang
digunakan adalah Verbal Discriptor Scale (VDS) dan Critical-Care
Pain Observational Tool (CPOT).Pengumpulan data dilakukan dengan
cara melakukan pengukuran intensitas nyeri sebelum dan sesudah
pemberian terapi musik gamelan. Analisis data yang digunakan untuk
mengetahui perubahan intensitas nyeri adalah uji Wilcoxon. Hasil
penelitian menunjukkan dengan terapi musik gamelan terjadi
perubahan intensitas nyeri baik menggunakan VDS maupun CPOT
dengan nilai p= 0,001 dan p=0,002. Sehingga dapat diinterpretasikan
bahwa terdapat perbedaan rata-rata skor pre test dan post test intensitas
nyeri pada kelompok tersebut. Hasil penelitian dapat menjadi bahan
masukan bagi perawat dalam manajemen nyeri non farmakologi bagi
pasien. Untuk peneliti selanjutnya dapat melakukan penelitian dengan
kelompok budaya lain, atau membandingkan terapi musik gamelan
jawa dengan musik klasik yang lain.

B. JUDUL KEDUA
PENGARUH TERAPI MUSIK ALFA TERHADAP INTENSITAS
NYERI PASIEN DENGAN VENTILATOR DI INTENSIVE CARE
UNIT (ICU)
Nama Pengarang : Destiya Dwi Pangestika1, Endiyono2
Tahun : 2020
Abstrak :
Latar Belakang Pasien yang dirawat di ICU (Intensive Care Unit)
banyak yang menggunakan ventilator mekanik. Penggunaan ventilator
mekanik dapat menyebabkan nyeri pada pasien karena masuknya
benda asing ke dalam mulut pasien. Managemen nyeri yang tidak
akurat dapat menyebabkan perubahan fisiologis dan psikologis yang
signifikan. Salah satu cara untuk mengurangi nyeri adalah
menggunakan terapi musik. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui pengaruh terapi musik terhadap nyeri pada pasien dengan
ventilator. Metode Penelitian ini menggunakan jenis penelitian
kuantitatif dengan desain quasi eksperimental dengan one group
design (pretest-posttest). Hasil Berdasarkan hasil analisa menggunakan
software statistik “R”, didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan
rerata skor nyeri sebelum dan sesudah diberikan terapi musik (p
value=0,004). Kesimpulan Terapi Musik dapat menurunkan nyeri pada
pasien dengan ventilator mekanik.

BAB III
PEMBAHASAN DENGAN PICO
A. PROBLEM

No Problem Jurnal I Jurnal II


1. YA Pasien kritis adalah Nyeri pada pasien
pasien menjalani dengan ventilator
banyak prosedur rutin memiliki efek yang
dan perawatan yang serius, maka perlu
sering menimbulkan dilakukan pengkajian
rasa tidak nyaman dan dan
nyeri. Tindakan yang penanganan yang
dapat dilakukan untuk serius. Jika pengkajian
mengatasi rasa nyeri nyeri dan intervensinya
adalah terapi tidak akurat, maka
farmakologi dan non dapat bepengaruh
farmakologi. Metode signifikan pada kondisi
pereda nyeri non fisik dan psikologisnya.
farmakologis biasanya Frekuensi untuk nyeri
mempunyai resiko yang adalah 40-52 Hz.
sangat rendah, salah Terapi musik bisa
satu distraksi yang diawali dengan
efektif adalah musik, frekuensi 40 Hz dimana
yang dapat menurunkan frekuensi tersebut sama
nyeri fisiologis, stres, dengan frekuensi di
dan kecemasan dengan Thalamus sehingga
mengalihkan perhatian musik dapat membuat
seseorang dari nyeri. efek kognitif yang
(Smeltzer & Bare, positif pagi pendengar.
2010) Frekuensi musik 40-60
Hz telah terbukti dapat
menurunkan
ketegangan otot, nyeri,
dan memberikan efek
tenang. (Georgiou,
2015)

CRITICAL THINGKING :
Sejumlah faktor yang menyebabkan terjadinya nyeri antara lain:
1. Reaksi pasien terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor
yang saling berinteraksi usia, jenis kelamin, pengalaman
nyeri sebelumnya, budaya, faktor fisik, psikososial, dan
lingkungan. (Andarmoyo, 2013)
2. Salah satu faktor yang menyebabkan terhambatnya
pengkajian nyeri adalah pengkajian nyeri memiliki tingkat
kesulitan tersendiri karena pasien ICU tidak dapat
berkomunikasi secara bebas karena intubasi atau gangguan
kognitif, pemasangan ventilator mekanik dapat
mengakibatkan pasien merasakan nyeri. Adhiany (2014)

KESIMPULAN :
Faktor yang dapat menyebabkan nyeri terjadi adalah reaksi pasien
terhadap nyeri dibentuk oleh berbagai faktor yang saling
berinteraksi usia, jenis kelamin, pengalaman nyeri sebelumnya,
budaya, faktor fisik, psikososial, dan lingkungan, pemasangan
ventilator mekanik dapat mengakibatkan pasien merasakan nyeri.
Adhiany (2014)

B. INTERVENSI

No Intervensi Jurnal I Jurnal II


1. YA Untuk mengetahui Untuk mengetahui
intensitas nyeri intensitas nyeri
dilakukan intervensi dilakukan intervensi
terapi musik gamelan. terapi musik alfa.
Musik gamelan tersebut Terapi musik selama
diberikan dua kali 30 menit 16 detik
sehari dengan durasi 30 dengan tingkat
menit selama 4 hari. kebisingan 68,75 dB.
Pemberian terapi musik Penilaian intensitas
dan observasi dilakukan nyeri menggunakan
pada pukul 10.00 WIB Critical-care Pain
dan 16.00 WIB. Observation Tool
Penilaian intensitas (CPOT). Penilaian
nyeri menggunakan intensitas nyeri
Verbal Descriptor dilakukan secara pre-
Scale (VDS) dan test dan post-test.
Critical-Care Pain
Observation Tool
(CPOT). Penilaian
intensitas nyeri
dilakukan secara pre-
test dan post-test.

CRITICAL THINGKING :
1. Musik gamelan mempunyai alunan musik yang lembut, penuh
kewibawaan, dan ketenangan. Efek terapi musik pada nyeri
adalah distraksi terhadap pikiran tentang nyeri, menurunkan
kecemasan, menstimulasi ritme nafas agar lebih teratur,
menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif
pada visual imagery, dan relaksasi sehingga meningkatkan
mood yang positif (Windyastuti, E., 2016). Menurut jurnal
terapi musik gamelan diberikan dengan durasi 30 menit selama
4 hari. Hasil pre-test menggunakan VDS tingkat nyeri adalah
5.67 dan menggunakan CPOT adalah 4.40. Hasil post-test
menggunakan VDS tingkat nyeri adalah 4.13 dan
menggunakan CPOT adalah tingkat nyeri 3.13.
2. Terapi musik alfa adalah suatu jenis terapi musik alfa dengan
suara air mengalir. Frekuensi yang direkomendasikan untuk
mengurangi nyeri adalah 40-52 Hz. Terapi musik bisa diawali
dengan frekuensi 40 Hz, dengan asumsi dasar bahwa ini adalah
frekuensi dasar talamus, sehingga stimulasi getaran dengan
frekuensi yang sama akan memulai efek kognitif untuk terapi.
Musik dengan frekuensi 40-60 Hz juga telah terbukti
menurunkan kecemasan, menurunkan ketegangan otot,
mengurangi nyeri, dan menimbulkan efek tenang (Pangestika,
D.D., 2020). Hasil pre-test menggunakan CPOT adalah 5.41
dan hasil post-test menggunakan CPOT adalah 4.58.

KESIMPULAN :
Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa yang diberikan pada
pasien di ICU sama-sama berpengaruh pada intensitas nyeri pasien
di ICU dan dapat menurunkan skala nyeri pada pasien di ICU.
Terapi musik gamelan lebih mudah dicari dan dapat menurunkan
skala nyeri lebih besar, dan tidak memerlukan biaya yang mahal.

C. COMPARATION

No Compara Jurnal I Jurnal II


tion
1. YA Penelitian ini Jenis penelitian yang
menggunakan metode digunakan adalah jenis
Quasi penelitian kuantitatif
Eksperimen,dengan dengan desain penelitian
design one grup pre quasi eksperimental
test and post test. dengan one group
Penelitian ini design (pretest-posttest).
dilaksanakan di RSUD Penelitian dilaksanakan
dr. Loekmonohadi pada bulan Maret-April
Kudus ruang ICU 2019 di ICU RSUD
(Intensive Care Unit). Prof. Dr. Margono
Sampel berjumlah 25 Soekarjo Purwokerto
responden, dengan terhadap 17 responden.
tekhnik penentuan Sebelum diberikan
sampel yaitu purposive terapi musik responden
sampling dimana akan dikaji kenyamanan
kelompok tersebut dan nyeri terlebih
mendapatkan dahulu menggunakan
intervensi musik Critical-care Pain
gamelan. Instrumen Observation Tool
yang digunakan untuk (CPOT), selanjutnya
pengumpulan data responden akan
pada penelitian ini diberikan terapi musik
adalah lembar selama 30 menit 16
observasi yang detik dan dilanjutkan
digunakan observer dengan pengkajian nyeri
untuk menanyakan kembali. Jenis musik
pada pasien tingkat yang digunakan adalah
intensitas nyerinya musik alfa yang sudah
dengan menggunakan dilakukan uji lab
Verbal Descriptor terlebih dahulu dengan
Scale (VDS), tingkat kebisingan 68,75
sedangkan untuk dB. Analisa data yang
obyektifitas pasien digunakan
peneliti menggunakan menggunakan uji
Critical-Care Pain dependent t test untuk
Observation Tools mendapatkan nilai
(CPOT). Headphone perbedaan skor
merupakan media yang kenyamanan sebelum
digunakan untuk dan setelah diberikan
mendengarkan alunan terapi musik.
musik yang telah
ditentukan sebagai
terapi. Headphone
tersebut terhubung
dengan mp3 yang
sudah diisi musik
dengan jenis musik
Jawa 4 Tengah yaitu
langgam jawa dengan
iringan instrumen
gamelan dengan acuan
lagu laras pelog.
Pengumpulan data
dilakukan dengan cara
melakukan pengukuran
intensitas nyeri
sebelum dan sesudah
pemberian terapi musik
gamelan. Analisis data
yang digunakan untuk
mengetahui perubahan
intensitas nyeri adalah
uji Wilcoxon.

CRITICAL THINGKING :
Kedua penelitian ini sama-sama efektif terhadap intensitas nyeri
dan didapatkan hasil bahwa terdapat perbedaan rerata skor nyeri
sebelum dan sesudah diberikan terapi musik.
Pada kedua penelitian ini menggunakan metode Quasi Eksperimen
dengan design one grup pre test and post test untuk melihat adanya
perbedaan intensitas nyeri sebelum dan sesudah diberikan
intervensi.
Musik gamelan merupakan musik yang dihasilkan oleh beberapa
jenis alat musik. Musik gamelan dinyatakan sebagai musik yang
dihasilkan oleh kreativitas budaya yang tinggi karena
keanekaragaman alat, irama, dan nada yang dihasilkan. Kolaborasi
berbagai instrumen yang berbeda pada gamelan jawa memberikan
struktur tersendiri baik untuk improvisasi dalam terapi musik
(Oktavia, 2013). Terapi musik gamelan ini mempunyai tujuan
membantu mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik,
memberi pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi,
meningkatkan memori, serta menyediakan kesempatan yang unik
untuk berinteraksi dan membangun kedekatan emosional. Dengan
demikian, terapi musik gamelan juga diharapkan dapat membantu
mengatasi stres, mencegah penyakit dan meringankan rasa sakit
Djohan (2006) dalam Oktavia (2013).
Berdasarkan American Musik Therapy Association, terapi musik
dapat menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan,
meningkatkan daya ingat, meningkatkan komunikasi dan
membantu proses rehabilitasi fisik. Pernyataan tersebut sesuai
dengan hasil hasil penelitian ini, bahwa responden akan mengalami
penurunan skala nyeri setelah diberikan terapi musik. Hal tersebut
juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ciftci tahun
(2015) yang mengatakan bahwa musik adalah salah satu terapi
yang dapat meningkatnya kenyamanan pasien ICU dengan
menurunkan nyeri dan kecemasan.

KESIMPULAN :
Terapi musik gamelan dan terapi musik alfa sama-sama
mempunyai pengaruh terhadap intensitas nyeri.
D. OUTCOME
No Outcome Jurnal I Jurnal II
1. YA Berdasarkan hasil Berdasarkan hasil
pengukuran dengan pengukuran dengan
Verbal Description Critical-Care Pain
Scale (VDS) dan Observation Tool
Critical-Care Pain (CPOT) dengan analisis
Observation Tool software statistik “R”
(CPOT) dianalisis didapatkan perbedaan
dengan uji Wilcoxon rerata skor pre-test dan
pada kelompok post-test yang
gamelan dengan 25 dilakukan pada 17
responden didapatkan responden. Hasil
perubahan intensitas sebelum diberikan
nyeri baik. Pada VDS terapi adalah 5.41 dan
sebelum terapi adalah sesudah diberikan
5.67 dan sesudah terapi adalah 4.58.
diberikan tapi adalah Hasil uji statistik
4.13, sedangkan untuk menunjukkan p=0,004
CPOT sebelum terapi sehingga dapat
adalah 4.40 dan diinterpretasikan bahwa
sesudah terapi 3.13. terdapat pengaruh
Hasil uji statistik terapi musik alfa
menunjukkan nilai terhadap nyeri.
p=0,001 dan p=0,002
sehingga dapat
diinterpretasikan
bahwa terdapat
pengaruh musik
gamelan terhadap nyeri
pada kelompok
gamelan.

CRITICAL THINGKING :
Kedua jurnal sama-sama efektif dalam menurunkan intensitas
nyeri.
Terapi musik gamelan merupakan kolaborasi berbagai instrument
yang berbeda pada gamelan Jawa yang membeikan sruktur
tersendiri baik untuk improvisasi dalam terapi musik. Terapi musik
gamelan membantu mengekspresikan perasaan, membantu
rehabilitasi fisik, memberi pengaruh positif terhadap kondisi
suasana hati dan emosi, meningkatkan memori, serta menyediakan
kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan membangun
kedekatan emosional, mengatasi stress, mencegah penyakit dan
meringakan rasa sakit (Djohan, 2006 dalam Wulan&Apriliyasari,
2020)
Pemberian terapi musik disesuaikan dengan latar belakang
responden sehingga mampu menghasilkan stimulant yang bersifat
ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap pendengaran kita dan
diolah dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal
pendengarnya. Ritme tersebut yang mempengaruhi metabolisme
tubuh manusia sehingga prosesnya berlangsung lebih baik.
Gamelan jawa menonjolkan kestabilan mental terletak pada suara
musik yang tidak hingar bingar tetapi enak didengar karena
keteraturan irama (Salim, 2005 dalam Wulan&Apriliyasari, 2020).
Terapi musik dapat menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan
perasaan, meningkatkan daya ingat, meningkatkan komunikasi dan
membantu proses rehabilitasi fisik. Pengaruh terapi musik terhadap
penurunan nyeri pasien dikarenakan musik dapat meningkatkan
aktivitas sistem saraf parasimpatis dan imunitas. Maka dari itu,
terapi musik efektif dalam menurunkan level autonom dan
neuroendokrin dan memfasilitasi respon relaksasi fisik (McCarthy,
1998 dalam Pangestika&Endiyono, 2020). Jenis musik yang
diberikan pada penelitian ini adalah musik alfa dengan suara air
mengalir, dimana jenis musik tersebut merupakan salah satu musik
terapi. Terapi musik alami dapat menurunkan kecemasan pada
pasien kritis.

KESIMPULAN :
Dari kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi musik
gamelan dan musik alfa dapat menurunkan intensitas nyeri.

BAB IV
PEMBAHASAN
Menurut The International Association for the Study of Pain atau IASP (2011),
nyeri merupakan pengalaman sensoris dan emosional tidak menyenangkan yang
disertai oleh kerusakan jaringan secara potensial dan aktual. Selama periode
perawatan di ruang intensif, pasien memerlukan pemantauan dan terapi yang
intensif, oleh sebab itu pasien menjalani banyak prosedur rutin dan perawatan,
yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri. Nyeri yang timbul pada
pasien kritis disebabkan oleh tindakan keperawatan seperti penghisapan lendir
pasien dengan ventilasi mekanik, perubahan posisi, penggantian balutan luka dan
pemasangan atau pelepasan kateter. Nyeri yang dialami pasien dapat
menyebabkan perubahan psikologis dan fisiologis. Perubahan psikologis yang
ditunjukkan pasien yang terpasang ventilator selama penilaian diantaranya
ekspresi wajah meringis, kaku, metutupnya mata dan ekspresi tangan yang
mengepal. Adanya penilaian nyeri berdampak pada berkurangnya lama pemakaian
ventilator berkurang dan mengurangi lama rawat pasien di ICU.
Maka perlunya perawatan khusus pada pasien yang dirawat di ICU untuk
meminimalkan nyeri. Manajemen nyeri dapat diatasi dengan pemberian terapi
farmakologi dan non farmakologis. Terapi farmakologis yaitu dengan pemberian
terapi analgesik agar pengendalian nyeri menjadi efektif, obat yang sering
digunakan di ICU antara lain :
1. Tingkat 1: paracetamol, dan golongan OAINS seperti aspirin, naproxen,
diklofenak, celecoxib.
2. Tingkat 2: kodein, dihidikodein, tramadol.
3. Tingkat 3: morfin, fentanyl, tramadol, oxycodone.
Terapi nonfarmakologi yaitu seperti stimulasi dan massage, distraksi dan relaksasi
seperti guided imagenary, hipnotis, dan terapi musik. Terapi musik sebagai teknik
relaksasi yang digunakan untuk penyembuhan suatu penyakit dengan
menggunakan bunyi atau irama tertentu. Jenis musik yang digunakan dalam terapi
musik dapat disesuaikan dengan keinginan seperti musik klasik, instrumental dan
slow musik (Nurdiyansyah, T. E., 2015). Manfaat terapi musik mampu menutupi
bunyi dan perasaan yang tidak menyenangkan mempengaruhi pernafasan,
mempengaruhi denyut jantung, nadi, dan tekanan darah manusia, mempengaruhi
suhu tubuh manusia, menimbulkan rasa aman dan sejahtera, dan mempengaruhi
rasa sakit (Sesriyanti, V., 2018).
Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphine (substansi sejenis
morfin yang disuplai tubuh yang dapat mengurangi rasa sakit/nyeri) yang dapat
menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri
dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan
kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat
mengurangi kontraksi otot (Potter & Perry, 2011). Menurut Hendro, dkk, (2015)
menyatakan bahwa musik dan nyeri mempunyai persamaaan penting yaitu bahwa
keduanya bisa digolongkan sebagai input dan output sensor. Sensori input berarti
bahwa ketika musik terdengar, sinyal dikirim ke otak ketika rasa sakit dirasakan.
Jika getaran musik dapat dibawa ke dalam resonansi dekat dengan getaran rasa
sakit, maka persepsi psikologis rasa sakit akan diubah dan dihilangkan.
Pemilihan jenis musik yang digunakan bisa disesuaikan keinginan seperti musik
klasik, instrumentalia dan slow music. Pemilihan musik yang sesuai dapat
menghasilkan stimulan yang bersifat ritmis. Stimulan ini kemudian ditangkap
pendengaran kita dan diolah dalam sistem saraf tubuh serta kelenjar otak yang
mereorganisasi interpretasi bunyi ke dalam ritme internal pendengarnya. Ritme
tersebut yang mempengaruhi metabolisme tubuh manusia sehingga prosesnya
berlangsung lebih baik. Musik dapat memberikan efek menurunkan frekuensi
denyut jantung, mengurangi kecemasan dan depresi, menghilangkan nyeri dan
menurunkan tekanan darah. Terapi musik tradisional memiliki efek positif pada
suasana hati seseorang.
Musik gamelan yang dapat digunakan sebagai terapi musik yaitu musik gamelan
dengan nada gamelan laras slendro yang memiliki tempo kurang lebih 60
ketukan/menit, musik gamelan jawa memiliki tempo lambat antara 60-100 beats
per minute (bpm) pada tempo cepat antara 200-240 bpm. Terapi musik alfa adalah
terapi musik yang berasal dari bunyi-bunyian alam. Musik alfa yang dapat
digunakan untuk terapi musik yaitu dengan seruling, gemercik air, suara air
mengalir dan suara burung. Untuk dapat menurunkan nyeri frekuensi dari musik
tersebut berkisar 40-60 dB sehingga dapat menurunkan ketegangan otot,
memberikan efek tenang, dan dapat menurunkan nyeri.

Pada pasien sadar kita dapat mengetahui respon nyeri dengan menggunakan
Verbal Discriptor Scale (VDS) sedangkan pada pasien dengan penurunan
kesadaran kita tidak mengetahui apakah pasien bisa mendengar atau tidak, kita
dapat melihat respon nyeri pasien tersebut dengan instrumen Critical-Care Pain
Observational Tool (CPOT). Verbal Discriptor Scale (VDS) adalah sebuah garis
yang terdiri dari tiga sampai lima kata yang mendeskripsikan perasaan nyeri,
tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis. Kata-kata yang digunakan
untuk mendeskripsikan tingkat nyeri di urutkan dari tidak terasa nyeri sampai
nyeri yang tidak tertahankan. Perawat menunjukkan ke klien tentang skala
tersebut dan meminta klien untuk memilih skala nyeri terbaru yang dirasakan.
Perawat juga menanyakan seberapa jauh nyeri terasa paling menyakitkan dan
seberapa jauh nyeri terasa tidak menyakitkan. Alat VDS memungkinkan klien
untuk memilih dan mendeskripsikan skala nyeri yang dirasakan (Potter & Perry,
2011).

Critical pain observation tools (CPOT) adalah alat yang dikembangkan


menggunakan unsur-unsur rasa nyeri yang ada pada beberapa alat ukur pengkajian
nyeri. CPOT adalah alat penilaian nyeri yang dapat digunakan dalam menilai rasa
sakit dan meningkatkan manajemen nyeri pada pasien kritis. CPOT terdiri dari
empat indikator yaitu ekspresi wajah, pergerakan tubuh, kekuatan otot, dan dan
penyesuaian terhadap penggunaan ventilator (pada pasien yang terintubasi) atau
vokalisasi (pada pasien yang diekstubasi). Setiap indikator mempunyai skor 0 -2
dengan rentang skor minimum yaitu 0 (tidak ada nyeri) dan skor maksimum 8
(sangat nyeri) (Priambodo, A. P., dkk., 2016).
Musik gamelan lebih efektif daripada musik alfa dalam menurunkan nyeri. Dari
jurnal utama didapatkan hasil pre-test menggunakan VDS tingkat nyeri adalah
5.67 dan menggunakan CPOT adalah 4.40. Hasil post-test menggunakan VDS
tingkat nyeri adalah 4.13 dan menggunakan CPOT adalah tingkat nyeri 3.13.
Penurunan nyeri dengan VDS adalah 5.062 sedangkan dengan CPOT adalah
sebesar 1.27. Dari jurnal pembanding didapatkan hasil pre-test menggunakan
CPOT adalah 5.41 dan hasil post-test menggunakan CPOT adalah 4.58.
Penurunan nyeri dengan CPOT adalah sebesar 0.83. Dari kedua jurnal dapat
dilihat bahwa hasil penurunan nyeri lebih banyak setelah diberikan terapi musik
gamelan daripada musik alfa. Terapi musik gamelan diberikan dua kali sehari
dengan durasi 30 menit selama 4 hari. Pemberian terapi musik dan observasi
dilakukan pada pukul 10.00 WIB dan 16.00 WIB. Musik alfa diberikan selama 30
menit 16 detik dengan tingkat kebisingan 68,75 dB, dalam jurnal tidak disebutkan
dalam berapa hari terapi dilakukan.

BAB IV
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Pasien kritis adalah pasien menjalani banyak prosedur rutin dan perawatan
yang sering menimbulkan rasa tidak nyaman dan nyeri. Nyeri pada
beberapa pasien kritis dipicu oleh beberapa faktor seperti stadium
penyakit, prosedur invasif, dan tindakan pasca bedah (Siffleet, 2007).
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mengatasi rasa nyeri adalah terapi
farmakologi dan non farmakologi. Metode pereda nyeri non farmakologis
biasanya mempunyai resiko yang sangat rendah, salah satu distraksi yang
efektif adalah musik yang dapat menurunkan nyeri fisiologis, stres, dan
kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri. (Smeltzer
& Bare, 2010). Metode pereda nyeri nonfarmakologis yang bias digunakan
yaitu terapi musik alfa dan terapi musik gamelan.
Berdasarkan American Musik Therapy Association, terapi musik dapat
menurunkan stress, nyeri, mengungkapkan perasaan, meningkatkan daya
ingat, meningkatkan komunikasi dan membantu proses rehabilitasi fisik.
Efek terapi musik pada nyeri adalah distraksi terhadap pikiran tentang
nyeri, menurunkan kecemasan, menstimulasi ritme nafas agar lebih teratur,
menurunkan ketegangan tubuh, memberikan gambaran positif pada visual
imagery, dan relaksasi sehingga meningkatkan mood yang positif
(Windyastuti, E., 2016).
Terapi musik dengan tingkat kebisingan 68,75 dB yang dapat menurunkan
nyeri. Dari kedua jurnal diatas dapat disimpulkan bahwa terapi musik
gamelan dan musik alfa dapat menurunkan intensitas nyeri, dan yang
paling direkomendasikan adalah terapi musik gamelan karena dilihat dari
instrumen Critical-care Pain Observation Tool (CPOT) didapatkan hasil
sebelum dan sesudah diberikan terapi (p-value=0,004).
Selain itu terapi musik gamelan ini mempunyai tujuan membantu
mengekspresikan perasaan, membantu rehabilitasi fisik, memberi
pengaruh positif terhadap kondisi suasana hati dan emosi, meningkatkan
memori, serta menyediakan kesempatan yang unik untuk berinteraksi dan
membangun kedekatan emosional.
Berdasarkan kedua jurnal kelompok merekomendasikan terapi musik
gamelan karena waktu pemberian terapi lebih jelas yaitu diberikan dua kali
sehari dengan durasi 30 menit selama 4 hari, kemudian dilakukan
observasi pada pukul 10.00 WIB dan 16.00 WIB. Selain itu, terapi musik
gamelan dapat menurunkan intensitas nyeri lebih banyak yaitu 5.062 dan
1.27, sedangkan musik alfa hanya mampu menurunkan nyeri sebesar 0.83.

B. SARAN
Untuk menjadi tenaga kesehatan yang professional untuk menambah
keilmuan kita dengan mempelajari jurnal penelitian terbaru mengenai ilmu
keperawatan. Tindakan farmakologis tidak selalu menjadi pilihan utama
dalam mengatasi masalah kesehatan yang ada. Tindakan non farmakologis
pun dapat menjadi pilihan dan menunjukan hasil yang baik.

DAFTAR PUSTAKA
AACN. (2013). Competencies and Curricular Expectations for Clinical Nurse
Leader Education and Practice. http://www.aacn.nche.edu/cnl/CNL-
Competencies-October2013. diakses pada 15 Maret 2021 jam 20.15 WIB

Adhiany, Eka et al. (2014). Perbedaan Sedasi Midazolam dan Ketamin terhadap
Base Excess Pasien dengan Ventilator. J Anestesiologi Indonesia Vol VI
No.1 tahun 2014.

Andarmoyo, S. (2013). Konsep dan Proses Keperawatan Nyeri. Yogjakarta: AR-


RUZZ MEDIA.

Cade, C. H. (2008). Clinical tools for the assessment of pain in sedated critically
ill adults. Nursing in Critical Care, 13(6), 288–297. doi:10.1111/j.1478-
5153.2008.00294.x. diakses pada pada 15 Maret 2021 jam 20.30 WIB.

Hendro, dkk. (2015). Pengaruh Pemberian Musik Terhadap Skala Nyeri Akibat
Perawatan Luka Bedah Pada Pasien Pasca Operasi. Universitas Sam
Ratulangi Manado. Fakultas kedokteran.

International Association for the Study Of Pain [IASP]. (2011). IASP Sponsori
Tahun Global Melawan Nyeri Akut. Diakses melalui http://www.iasp-
pain.org/files/Content/ContentFolders/GlobalYearAgainstPain2/20102011A
Diakses pada 17 Maret 2021 jam 14.30 WIB.

Nurdiyansyah, T. E., (2015). Pengaruh Terapi Musik Terhadap Respon Nyeri


Pada Pasien Dengan Post Operasi Di RSUD A. Dadi Tjokrodipo Kota
Bandar Lampung. Jurnal Kesehatan, Volume VI, Nomor 1. Lampung: Bandar
Lampung.

McCraty R, Atkinson M, Tiller WA, Rein G, Watkins AD. The effects of


emotions on short-term power spectrum analysis of heart rate variability. Am
J Cardiol 1995; 76: 1089-1093.

Oktavia, N. S (2013). Perbandingan Efek Musik Klasik Mozart dan Musik


Tradisional Gamelan Jawa terhadap Pengurangan Nyeri Persalinan Kala 1
Fase Aktif pada Nulipara. http://www.e-jurnal.com/2014/10/perbandingan-
efek-musik-klasik-mozart.html.

Pandharipande PP, Patel MB, Barr J. Management of pain, agitation, and


delirium in critically ill patients. Pol Arch Med Wewn. 2014;124:114–23.

Pangestika, Destiya Dwi., & Endiyono. (2020). Pengaruh Terapi Musik Alfa
terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien dengan Ventilator di Intensive Care
Unit (ICU). Jurnal Ilmu Keperawatan dan Kebidanan Vol.11 No.1 (2020)
134-139. diakses pada pada 15 Maret 2021 jam 21.10 WIB

Patricia A. Potter & Perry, Anne G. (2011). Buku Ajar Fundamental Keperawatan
(Konsep, Proses, dan Praktik). Jakarta : EGC.

Priambodo, A. P., dkk. (2016). Pengkajian Nyeri pada Pasien Kritis dengan
Menggunakan Critical Pain Observation Tool (CPOT) di Intensive Care Unit
(ICU). Volume 4 Nomor 2 Agustus 2016. diakses pada 17 Maret 2021 jam
15.00 WIB.
Sesrianty, Vera., & Wulandari, Sri., (2018). Terapi Musik Klasik (Alunan Piano)
Menurunkan Intensitas Nyeri pada Pasien Post Operasi. Prosiding Seminar
Kesehatan Perintis E-ISSN : 2622-2256 Vol. 1 No. 1 Tahun 2018. Padang:
STIKes Perintis Padang.

Wijayanti, Kurnia. Nature Sounds Musik To Decreased Anxiety On Critically Ill


Patients. Nurscope : Jurnal Penelitian dan Pemikiran Ilmiah Keperawatan,
[S.l.], v. 2, n. 2, p. 20-29, dec. 2016. ISSN 2476-8987. Available at :
http://jurnal.unissula.ac.id/index.php/jnm. Date accessed : 17 June 2019. doi :
http://dx.doi.org/10.30659/nurscope.2.

Windyastuti, Erlina., & Setiyawan. (2016). Pengaruh Terapi Musik Gamelan


untuk Menurunkan Skala Nyeri Pada Lansia dengan Osteoartritis di Panti
Wredha Aisyiyah Surakarta. Jurnal KesMaDaSka. Surakarta: STIKES
Kusuma Husada Surakarta
Wulan, Emma Setiyo., & Apriliyasari, Renny Wulan. (2020). Pengaruh Terapi
Musik Gamelan terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien di Intensive Care Unit
(ICU) RSUD Dr. Loekmonohadi Kudus. Jurnal Keperawatan dan Kesehatan
Masyarakat Vol. 9, No.1 Maret 2020. Kudus: STIKES Cendekia Utama
Kudus

Anda mungkin juga menyukai