Disusun Oleh :
20214663020
2021
PRESENTASI JURNAL
1. CLINICAL QUESTION
Pada pasien asma bagaimana latihan napas dalam dapat meningkatkan saturasi oksigen?
2. PICO/ PICOT/PIO
P : Pasien dengan hipoksia
I : Latihan napas dalam Pemberian zinc dan prebiotik
O: Saturasi oksigen
3. KEYWORD SYNONYM
- Asma - Penyakit saluran pernapasan
- Saturasi oksigen - Kadar oksigen
4. CRITICAL APRASIAL
Critical Article 1 Article 2 Article 3 Conclusion
Apraisal
Title Pengaruh Nafas EFEKTIFITAS LATIHAN
Dalam dan Posisi PEMBERIAN PERNAFASAN
Terhadap Saturasi TEHNIK DIAFRAGMA
Oksigen dan RELAKSASI DALAM
Frekuensi Nafas NAPAS DALAM MEMPENGARU
Pada Pasien Asma TERHADAP HI SATURASI
PENURUNAN OKSIGEN
GEJALA (SPO2) PADA
PERNAPASAN PASIEN ASMA
PADA PASIEN DI RUANG
ASMA DI IGD RAWAT INAP
RSUD PATUT RSUD PATUT
PATUH PATJU PATUH PATJU
GERUNG GERUNG
LOMBOK BARAT
1. Why Asma adalah Asma sangat Manajemen asma Pada ketiga
was this kelainan berbeda pada setiap tidak secara artikel
study inflamasi kronik orang hingga langsung mempunyai
done? saluran napas penanganannya pun memberikan hasil kesamaan latar
yang berbeda, tergantung yang maksimal belakang
menyebabkan faktor pencetusnya. untuk saturasi dilakukannya
sesak napas Prevalensi penyakit oksigen pada penelitian,
sehingga dalam asma cenderung pasien asma. dimana asma
keadaan klinis semakin meningkat Penggunaan menjadi
dapat terjadi sejalan dengan bronkodilator masalah cukup
penurunan peningkatan umur, tidak dapat serius.
saturasi oksigen. sedikit lebih tinggi menunjukkan Manajemen
Salah satu perempuan hasil yang asma dengan
intervensi yang daripada laki-laki. signifikan pada latihan napas
dapat dilakukan Pengobatan asma peningkatan dalam
pada pasien asma secara garis besar di fungsi paru-paru diharapkan
untuk bagi dalam yang dimonitor mampu untuk
memaksimalkan pengobatan non dengan nilai meningkatkan
ventilasi paru farmakologik dan saturasi oksigen. nilai saturasi
adalah latihan pengobatan Intervensi yang oksigen pada
pernapasan farmakologik. dapat dilakukan pasien asma.
diafragma. Pengobatan non pada pasien asma
Sehingga perlu farmakologik untuk
adanya terdiri dari: meningkatkan
penelitian untuk penyuluhan, kekuatan otot-otot
hal tersebut. menghindari faktor pernapasan pada
pencetus, pasien asma
fisioterapi dan sehingga dapat
relaksasi napas memaksimalkan
dalam. Sehingga ventilasi paru
perlu adanya studi adalah latihan
lebih lanjut untuk pernapasan
membuktikan diafragma.
keefektifan Sehingga perlu
penggunaannya. adanya penelitian
lebih lanjut untuk
membuktikan
keefektifannya.
2. What Sampel Sampel dalam Penelitian ini Pada ketiga
is sample penelitian penelitian ini menggunakan artikel
size? keseluruhan sebanyak 38 orang. desain jenis memiliki
berjumlah 30 Teknik Sampling penelitian pra sampel dan
orang. yang digunakan eksperiment krikeria inklusi
Responden dalam penelitian ini dengan rancangan yang berbeda,
dibagi menjadi 2 adalah Accidental pretest posttest dimana pada
kelompok, yaitu Sampling yang one group design. artikel pertama
kelompok dilakukan dengan Sampel pada sebanyak 30
kontrol dan cara mengambil penelitian ini sampel, artikel
kelompok kasus atau sebesar 16 kedua
intervensi. responden yang responden yang sebanyak 38
Kriteria inklusi : kebetulan ada atau diperoleh secara sampel dan
- Pasien dengan tersedia di suatu porpusive artikel ketiga
kondisi sadar tempat sesuai sampling. Dengan sebanyak 16
dan kooperatif konteks penelitian. beberapa kriteria sampel.
- Mampu Kriteria inkluisi : inkluisi :
berkomunikasi - Semua pasien - Pasien asma
dengan baik asma yang yang dirawat di
dan dirawat di IGD Ruang Rawat
mempunyai RSUD Patut Inap RSUD
pendengaran Patuh Patju Patut Patuh
yang baik Gerung Lombok Patju Gerung
- Bersedia Barat selama Lombok Barat
menjadi periode 20 hari yang memiliki
responden dan penelitian (20 saturasi oksigen
mengikuti Desember 2016 tidak normal
prosedur sampai dengan 10 (<95%).
penelitian Januari 2017)
sampai dengan
tahap akhir
3. Are Pada penelitian Dalam penelitian Penelitian ini Dari ketiga
the ini terdapat 2 ini peneliti terdapat 2 artikel
measurm variabel yakni menggunakan 2 variabel, yaitu penelitian
ents of variabel variabel, yakni variabel tersebut
major independen variabel independennya diperoleh hasil
variables nafas dalam dan independen adalah berupa latihan yang sama,
valid and posisi, pemberian tehnik pernafasan dimana ketiga
reliable? sedangkan untuk nafas dalam, dsn diafragma, artikel tersebut
variabel untuk variabel sedangkan menjelaskan
dependen dependen adalah variabel bahwa ada
saturasi oksigen gejala penurunan dependennya hubungan
dan frekuensi pernafasan. Hasil adalah saturasi yang
nafas. Analisis penelitian oksigen. signifikan
yang menggunakan uji Berdasarkan hasil antara
digunakakan uji wilcoxon adalah uji Wilcoxon pemberian
mann whitney. ada perubahan didapatkan hasil latihan napas
Hasil penelitian gejala pernapasan uji Sig ρ (0,000) < dalam dengan
ada pengaruh asma secara α (0,05), maka H0 peningkatan
intervensi nafas signifikan setelah ditolak atau dapat saturasi
dalam dan posisi 15 menit pada disimpulkan oksigen. Pada
terhadap nilai kelompok bahwa ada pasien asma.
SpO2 pasien perlakuan dan pengaruh
asma (P Value = kelompok kontrol signifikan latihan
0,001) dan ada (p<0,05). Hasil uji pernapasan
pengaruh Mann-Whithney diafragma
intervensi nafas yaitu ada perbedaan terhadap
dalam dan posisi yang signifikan peningkatan
terhadap nilai pada gejala saturasi oksigen
RR pasien asma frekwensi pada pasien asma
(P Value = pernapasan di Ruang Rawat
0,001). (respiration rate) Inap RSUD Patut
antara kelompok Patuh Patju Tahun
perlakuan dan 2018.
kontrol pada menit
ke 30 dan 45 setelah
terapi.
4. How Penelitian ini Desain penelitian Metode penelitian Ketiga artikel
ware the menggunakan adalah two group yang digunakan memakai uji
date perbandingan pretest dan posttest adalah metode yang berbeda,
analyzed proporsi. with control group pre-experimental, dimana artikel
? Responden design. Kelompok dengan program pertama
dibagi menjadi 2 kontrol hanya one group pretest- memakai iji
kelompok, yaitu mendapatkan posttest. Yaitu Mann
kelompok Bronchodilator, seluruh responden Whitney,
kontrol dan sedang kelompok diukur saturasi artikel kedua
kelompok perlakuan oksigennya memakai
intervensi. Untuk mendapatkan sebelum dan gabungan uji
membandingkan kombinasi sesudah diberikan Wilcoxon-
variabel SpO2 Bronchodilator dan latihan Mann
maupun variabel relaksasi nafas pernapasan Whitney, dan
RR digunakan dalam. Analisa data diafragma. artikel ketiga
uji mann menggunakan uji uji pretest-
whitney. Wilcoxon – Mann posttest design
Whitney.
5. Were Peneliti tidak Pada penelitian ini Pada penelitian ini Pada ketiga
there any mencantumkan peneliti tidak peneliti tidak artikel
untoward efek merugikan mencantumkan mencantumkan penelitian ini
events atau hal tidak efek merugikan efek merugikan tidak men-
during diinginkan pada atau hal yang tidak atau hal yang cantumkan
the saat dilakukan diinginkan pada tidak diinginkan kekurangan
conduct penelitian. saat dilakukannya pada saat dari masing-
of the Namun peneliti penelitian. Namun dilakukannya masing artikel.
study? menyadari ada peneliti menyadari penelitian. Namun
keterbatasan saat adanya peneliti
melakukan keterbatasan dalam menyadari adanya
penelitian, melakukan keterbatasan
sehingga penelitian sehingga dalam melakukan
berpesan pada berpesan pada penelitian
peneliti peneliti selanjutnya sehingga berpesan
selanjutnya untuk lebih pada peneliti
untuk lebih menyempurnakan. selanjutnya untuk
menyempurna- lebih
kan. menyempurna-
kan.
6. How Pada penelitian Pada penelitian ini Penelitian ini Bahwa ketiga
do the ini dicantumkan dicantumkan mencantumkan artikel
results fit mengenai hasil mengenai hasil hasil penelitan menyantum-
with penelitan penelitan sebelumnya oleh kan hasil
previous sebelumnya sebelumnya yang Sepdianto (2013), penelitian-
in the yang dilakukan dilakukan oleh bahwa latihan ini penelitian
area? oleh Safiri Kustanti dan dapat meningkat- sebelumnya.
(2011), bahwa Widodo (2008), kan relaksasi otot,
ada pengaruh dimana dengan menghilangkan
yang signifikan latihan tehnik kecemasan,
antara pemberian relaksasi napas menyingkirkan
latihan napas dalam yang rutin pola aktifitas otot
dalam terhadap dapat memberikan pernapasan yang
penurunan sesak efek pada respon tidak berguna dan
napas pada kesehatan. tidak terkoordina-
pasien asma si, melambatkan
dengan nilai sig. frekuensi napas
0,006 (α 0,05). dan mengurangi
kerja pernapasan.
7. What Berdasarkan Penelitian ini Hasil penelitian
does this hasil penelitian membuktikan menunjukkan
research dapat disimpul- bahwa ada bahwa latihan
mean for kan bahwa ada efektifitas yang pernapasan
clinical pengaruh yang signifikan antara diafragma dapat
practice? signifikan pemberian tehnik meningkatkan
pemberian relaksasi napas saturasi oksigen
intervensi nafas dalam terhadap pada pasien asma.
dalam dan posisi penurunan gejala
terhadap nilai pernapasan pada
saturasi oksigen pasien asma.
dan frekuensi
nafas pada
pasien asma.
Intervensi nafas
dalam dan posisi
dapat diterapkan
pada pasien
asma.
DAFTAR PUSTAKA
Yulia, A., Dahrizal., Lestari, W. (2019). Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi
Oksigen dan Frekuensi Nafas Pada Pasien Asma. Jurnal Keperawatan Raflesia, 1 (1), 67-
75. ISSN: 2656-6222. DOI 10.33088/jkr.vlil.398
Fithriana, D., Atmaja, H.K., Marvia, E. (2017). Efektifitas Pemberian Tehnik Relaksasi Napas
Dalam Terhadap Penurunan Gejala Pernapasan Pada Pasien Asma Di IGD RSUD Patut
Patuh Patju Gerung Lombok Barat. Jurnal Ilmiah Prima, 3 (1), 23-31. ISSN:2477-0604
Abstract
Asthma is a disorder of chronic inflammation of the airways which causes shortness of breath so that
in clinical conditions there will be a decrease in oxygen saturation. One intervention that can be done
in asthma patients to maximize pulmonary ventilation is diaphragmatic breathing exercises. This study
aimed to determine the effect of deep breath and position on the oxygen saturation (SpO2) and
respiratory rate (RR)in asthma patients. This study used a quasi-experimental design with pretest-
posttest with control group. In this study the sample was taken using consequtives sampling with 15
people in one group and the entire study sample was 30 people. Measuring the SpO2 value of patients
using Oxymetri and the frequency of breathing using a stopwatch for one minute. Intervention of deep
breathing techniques and positioning and after observation for 30 minutes. The analysis used the Mann
Whitney test. The results of the study showed the influence of deep breathing intervention and position
on the SpO2 value of asthma patients (P Value = 0.001) and there was influence of deep breathing
intervention and position on the RR value of asthma patients (P Value = 0.001). Asthma can be realized
by proper management of asthma. Appropriate management includes making lung function close to
normal, preventing recurrence of the disease to prevent death.
Abstrak
Asma adalah kelainan inflamasi kronik saluran napas yang menyebabkan sesak napas sehingga dalam
keadaan klinis dapat terjadi penurunan saturasi oksigen. Salah satu intervensi yang dapat dilakukan
pada pasien asma untuk memaksimalkan ventilasi paru adalah latihan pernapasan diafragma. Penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai saturasi
oksigen dan frekuensi nafas pada pasien Asma. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah
quasi eksperimen dengan rancangan pretest-posttest with control group. Dalam penelitian ini sampel
diambil menggunakan consequtive sampling dengan 15 orang dalam satu kelompok dan seluruh sampel
penelitian adalah 30 orang. Pengukuran nilai SpO2 pasien dengan menggunakan oxymetri dan frekuensi
nafas menggunakan stopwatch selama satu menit. Intervensi teknik nafas dalam dan pengaturan posisi
dan setelah observasi selama 30 menit. Analisis yang digunakakan uji mann whitney. Hasil penelitian
ada pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai SpO2 pasien asma (P Value = 0,001) dan
ada pengaruh intervensi nafas dalam dan posisi terhadap nilai RR pasien asma (P Value = 0,001).
Peningkatan kualitas hidup pasien asma dapat diwujudkan dengan penatalaksanaan asma yang tepat.
Penatalaksanaan yang tepat diantaranya membuat fungsi paru mendekati nilai normal, mencegah
kekambuhan penyakit hingga mencegah kematian.
Hawks, 2010). Berdasarkan uraian diatas, dan posisi terhadap nilai saturasi oksigen
maka mendorong peneliti untuk melakukan dan frekuensi nafas pada pasien asma di
penelitian mengenai pengaruh nafas dalam RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu.
METODE
Dari tabel 2 didapatkan hasil analisis rerata Tabel 2 juga menggambarkan hasil
nilai SpO2 responden sebelum diberikan analisis rerata nilai RR responden sebelum
nafas dalam dan pengaturan posisi untuk diberikan nafas dalam dan pengaturan
kelompok intervensi adalah 94,00 dengan posisi untuk kelompok intervensi adalah
standar deviasi 1,81 serta 95% diyakini 30,00 dengan standar deviasi 1,36 serta
rata-rata nilai SpO2 pada kelompok kontrol 95% diyakini rata-rata nilai RR pada
sebelum diberikan intervensi 93 sampai 95, kelompok kontrol sebelum diberikan
sedangkan untuk kelompok kontrol intervensi 29,25 sampai 30,75, sedangkan
didapatkan hasil analisis rerata nilai untuk kelompok kontrol didapatkan hasil
responden sebelum di berikan pengaturan analisis rerata nilai responden sebelum
posisi adalah 93,13 dengan standard deviasi diberikan pengaturan posisi adalah 30,93
2,29 serta 95% diyakini rata-rata nilai SpO2 dengan standar deviasi 2,18 serta 95%
pada kelompok kontrol sebelum diberikan diyakini rata-rata nilai RR pada kelompok
intervensi 91,86 sampai 94,40. kontrol sebelum diberikan intervensi 29,72
sampai 32,14.
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 71
Tabel 3. Perbedaan Rata-rata Nilai SPO2 Sebelum dan Setelah Intervensi pada Kelompok
Intervensi dan Kontrol di IGD RSUD Dr. M. Yunus Bengkulu Tahun 2018
*Wilcoxon
Tabel 3 didapatkan hasil analisis SpO2 posisi. Sementara hasil analisis SpO2 untuk
untuk kelompok intervensi menunjukkan kelompok kontrol menunjukkan nilai P
nilai P value = 0.001< 0.05 sehingga dapat value = 0.001< 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai disimpulkan ada beda rata rata antara nilai
SpO2 sebelum dan setelah diberikan SpO2 sebelum dan setelah diberikan
intervensi nafas dalam dan pengaturan pengaturan posisi.
Tabel 5 didapatkan hasil analisis SpO2 (Centers for Disease Control and
untuk kelompok intervensi menunjukkan Prevention, 2017).
nilai P value = 0.009 < 0.05 sehingga dapat
disimpulkan ada beda rata rata antara nilai Gambaran Rata-rata Perubahan Nilai
SpO2 sebelum dan setelah diberikan SPO2 dan Frekuensi Nafas Sebelum
intervensi nafas dalam dan pengaturan diberikan Intervensi Nafas Dalam dan
posisi. Didapatkan hasil analisis RR untuk Posisi.
kelompok intervensi menunjukkan nilai P
value = 0.012 < 0.05 sehingga dapat Hasil penelitian sebelum diberikan nafas
disimpulkan ada perbedaan rata rata antara dalam dan pengaturan posisi untuk
nilai RR sebelum dan setelah diberikan kelompok intervensi SpO2 mean 94,00
pengaturan posisi. dengan standar deviasi 1,81. Pada
kelompok kontrol sebelum di berikan
pengaturan posisi SpO2 mean 93,13 dengan
PEMBAHASAN standar deviasi 2,29. Hasil penelitian
sebelum diberikan nafas dalam dan
Karakteristik Responden. pengaturan posisi untuk kelompok
intervensi RR mean 30,00 dengan standar
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa deviasi 1,36. Pada kelompok kontrol
usia rata-rata responden pada kelompok sebelum diberikan pengaturan posisi RR
kontrol 43 tahun dan pada kelompok mean 30,93 dengan standar deviasi 2,18.
intervensi 41 tahun. Hasil penelitian ini
sejalan dengan penelitian yang dilakukan Menurut analisa peneliti terhadap
sebelumnya oleh (Safiri, 2011) yang penelitian ini adalah di temukan tinggi
menyebutkan bahwa usia terbanyak pasien respirasi sebelum dilakukan nafas dalam
penderita asma adalah 41 – 50 Tahun yaitu dan posisi dan menurunnya saturasi oksigen
sebanyak (33%). sebelum diberikan terapi nafas dalam dan
posisi. Hal ini disebabkan karena asma
Karakterisik kedua adalah jenis kelamin, dapat menyebabkan terjadinya
teridentifikasi pada kelompok intervensi penyempitan saluran pernafasan yang di
dan kontrol adalah laki-laki 6 orang (40%) interpretasikan melalui sesak nafas dan
dan perempuan 9 orang (60%). Sejalan penurunan saturasi oksigen dalam tubuh.
dengan penelitian yang dilakukan oleh Menurut Price dan Wilson (2006), secara
Wedri (2013) menyatakan bahwa teori, terdapat beberapa hal yang dapat
perempuan lebih banyak mengalami asma. menurunkan compliance dinding dada,
Menurut Zein dan Erzurum (2015), wanita sehingga kemampuan pengembangan
lebih berisiko menderita asma dinding dada menjadi turun, antara lain
dibandingkan dengan laki-laki dikarenakan adanya perubahan fungsi anatomi dan
faktor hormonal pada wanita. Wanita fisiologi yang terjadi pada sistem
dengan asma kronik mempunyai tantangan pernafasan pasien asma, termasuk adanya
besar saat menstruasi, hamil ataupun peningkatan kekakuan dinding dada dan
menopause. Perubahan kadar estrogen peningkatan diameter anterior-posterior
dapat memicu respon inflamasi yang dapat dada yang disebabkan oleh pendataran
menimbulkan tanda dan gejala asma diafragma dan elevasi iga. Hal tersebut
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 73
sesuai dengan pernyataan Weinner et al. khususnya pada pasien asma teknik
(2004) yang menyatakan bahwa pasien pernapasan ini dapat mencegah terjebaknya
asma akan mengalami kelemahan pada udara dalam paru dikarenakan adanya
otot-otot pernafasan. obstruksi jalan nafas (Price dan Wilson,
2006). Hal tersebut sesuai dengan
Gambaran Rata-rata Perubahan Nilai pernyataan Weinner et al. (2004) yang
SPO2 dan Frekuensi Nafas Setelah menyatakan bahwa dengan melatih otot-
diberikan Intervensi Nafas Dalam dan otot pernafasan akan meningkatkan fungsi
Posisi. otot respirasi, beratnya gangguan
pernafasan akan berkurang, dapat
Dari hasil penelitian ini dilakukan uji beda meningkatkan toleransi terhadap aktivitas,
dua mean setelah dilakukan intervensi serta dapat menurunkan gejala dispnea.
posisi dan nafas dalam pada pasien asma
didapatkan nilai SpO2 post mean 98,33 Pengaruh Intervensi Nafas Dalam dan
median 99,00 dan standar deviasi 1,17 Posisi Terhadap Nilai SPO2 dan
dengan nilai p value sebesar 0,001 < 0.05 Frekuensi Nafas.
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
perbedaan nilai SpO2 antara kelompok Hasil penelitian (Singal dkk, 2013)
intervensi yang diberikan intervensi ditemukan 64% pasien lebih baik dalam
melalui nafas dalam dan pengaturan posisi 30-45°, 24% pada posisi 60°, dan
posisidengan kelompok kontrol yang hanya 12% pasien lebih baik dalam posisi 90°.
diberikan pengaturan posisi. Sama dengan penelitian (Safiri, 2011)
menunjukkan bahwa ada pengaruh yang
Nilai frekuensi nafas post mean 24,47 signifikan pemberian posisi semi fowler
median 25,00 dan standar deviasi 1,30 terhadap penurunan sesak napas pada
dengan nilai p value sebesar 0,000 <0.05 pasien asma dengan nilai sig. 0,006 (α
sehingga dapat disimpulkan bahwa ada 0,05). Secara teori, melalui latihan
perbedaan nilai RR antara kelompok pernafasan akan menyebabkan peningkatan
intervensi yang diberikan intervensi peredaran darah ke otot-otot pernafasan.
melalui nafas dalam dan pengaturan posisi Lancarnya aliran darah akan membawa
dengan kelompok kontrol yang hanya nutrisi (termasuk kalsium dan kalium) dan
diberikan pengaturan posisi. Sejalan oksigen yang lebih banyak ke otot-otot
dengan penelitian sebelumnya yang pernafasan. Kekuatan otot pernafasan yang
dilakukan oleh (Susanto, 2015) terlatih ini akan meningkatkan compliance
mendapatkan hasil nilai saturasi perifer paru dan mencegah alveoli menjadi kolaps
pada pasien asma sebelum dilakukan (ateletaksis) (Guyton, 2007).
intervensi napas dalam dengan nilai rata
rata 93,80% dan setelah dilakukan Pernafasan diafragma yang dilakukan
intervensi napas dalam didapatkan nilai rata berulang kali secara teratur dan rutin dapat
rata 95,32%. membantu seseorang menggunakan
diafragmanya secara benar maka ketika dia
Teori menyatakan bahwa Diaphragmatic bernafas akan terjadi peningkatan volume
Breathing Exercise dapat menyebabkan tidal, penurunan kapasitas residu
pernapasan menjadi lebih efektif dengan fungsional, dan peningkatan pengambilan
menggunakan otot diafragma dan
74 | Jurnal Keperawatan Raflesia, Volume 1 Nomor 1, Mei 2019
oksigen yang optimal (Smith, 2004). adalah kualitas hidup penderita meningkat
Melatih otot-otot pernafasan dapat dengan tingkat keluhan minimal, tetapi
meningkatkan fungsi otot respirasi, memiliki aktivitas yang maksimal.
mengurangi beratnya gangguan pernafasan, Penatalaksanaan yang tepat diantaranya
meningkatkan toleransi terhadap aktivitas, membuat fungsi paru mendekati nilai
dan menurunkan gejala dyspnea, sehingga normal, mencegah kekambuhan penyakit
terjadi peningkatan perfusi dan perbaikan hingga mencegah kematian (Yunus, 2006).
kinerja alveoli untuk mengefektifkan difusi
oksigen yang akan meningkatkan kadar O2
dalam paru dan terjadi peningkatan pada KESIMPULAN
saturasi oksigen.
Berdasarkan hasil penelitian yang
Peningkatan frekuensi napas saat serangan dilakukan dapat disimpulkan bahwa ada
asma dapat mengakibatkan peningkatan pengaruh yang signifikan pemberian
kerja otot-otot pernapasan, yang merupakan intervensi nafas dalam dan posisi terhadap
bentuk mekanisme tubuh untuk tetap nilai saturasi oksigen dan frekuensi nafas
mempertahankan ventilasi paru, pada saat pada pasien asma. Intervensi nafas dalam
serangan asma, otot-otot yang lebih sering dan posisi dapat diterapkan pada pasien
digunakan adalah otot-otot interkostalis asma.
daripada otot-otot rektus abdominis,
sedangkan otot pernapasan yang paling
utama adalah otot diafragma, penggunaan DAFTAR PUSTAKA
otot-otot interkostalis secara terus menerus
akan menyebabkan terjadinya kelemahan Badan Penelitian dan Pengembangan
Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
pada otot pernapasan (Shaffer, Wolfson, & (2013). Laporan riset kesehatan dasar
Bhutani, 2012). (Riskesdas) 2013. Jakarta.
Modifikasi teknik relaksasi nafas dalam dan Badan Penelitian dan Pengembangan
posisi semi fowler merupakan suatu bentuk Kesehatan Departemen Kesehatan RI.
(2018). Laporan riset kesehatan dasar
asuhan keperawatan yang dapat (Riskesdas) 2018. Jakarta.
meningkatkan ventilasi paru dan
meningkatkan oksigen dalam darah Black, J. M. & Hawks, J. H. (2010). Medical
surgical nursing: Clinical management
(Guyton, 2007). Setelah melakukan for positive outcomes. (8th ed.).
Diaphragmatic Breathing Exercise pasien Singapore: Elsevier.
asma diharapkan dapat mengkondisikan
Centers for Disease Control and Prevention.
dirinya saat merasa akan terjadi serangan (2017). Asthma in women. Diunduh dari
maupun saat serangan asma, dengan begitu https://www.cdc.gov/healthcommunicati
diharapkan keluhan pasien akan menjadi on/toolstemplates/entertainmented/tips/
minimal dan dapat meningkatkan kualitas AsthmaWomen.html.
hidup pasien asma. Departemen Kesehatan RI. (2009). Pedoman
pengendalian penyakit asma. Jakarta:
Peningkatan kualitas hidup pasien asma Depkes RI.
dapat diwujudkan dengan penatalaksanaan Global Initiative for Asthma (GINA). (2015).
asma yang tepat dengan tujuan akhirnya Global strategy for asthma management
and prevention.
Yulia, dkk, Pengaruh Nafas Dalam dan Posisi Terhadap Saturasi Oksigen... | 75
Guyton, H. (2007). Buku ajar fisiologi Susanto, M., & Ardiyanto, T. (2015). Pengaruh
kedokteran. (edisi ke-1). Jakarta: EGC. terapi nafas dalam terhadap perubahan
saturasi oksigen perifer pada pasien
Mayuni, et al. (2015). Pengaruh diaphragmatic asma di rumah sakit wilayah Kabupaten
breathing exercise terhadap kapasitas Pekalongan.
vital paru pada pasien asma di wilayah
kerja puskesmas III denpasar utara. Wedri, dkk. (2013). Saturasi oksigen perkutan
COPING Ners Jurnal, 3(3), 31-36. dengan derajat keparahan asma.
Politeknik Kesehatan Denpasar. Bali.
Potter & Perry. (2006). Buku ajar fundamental
keperawatan. (edisi ke-4). Jakarta: EGC. Weinner, et al. (2004). Terapi pernapasan pada
penderita asma. Universitas negeri:
Price & Wilson. (2006). Patofisiologi: Konsep Yogyakarta.
klinis proses penyakit. Jakarta: EGC.
WHO. (2017). Asthma. Diunduh dari
Shaffer, T., Wolfson, M., & Bhutani, V. (2012). https://www.who.int/news-room/fact-
Respiratory Muscle Function sheets/detail/asthma.
Assesment And Training. United States
Of America : Physical therapy journal Yunus, F. (2005). Senam asma Indonesia.
of the american physical therapy Jakarta: Yayasan Asma Indonesia
association. FKUI.
Safiri, R. (2011). Keefektifan pemberian posisi Zein, J. G., & Erzurum, S. C. (2015). Asthma is
semi fowler terhadap penurunan sesak Different in Women. Current allergy
napas pada pasien asma di ruang rawat and asthma reports, 15(6), 28.
inap kelas III RSUD Dr. Moewardi. doi:10.1007/s11882-015-0528-y.
Surakarta.
ABSTRAK
Asma sangat berbeda pada setiap orang hingga penanganannya pun berbeda,
tergantung faktor pencetusnya. Prevalensi penyakit asma cenderung semakin meningkat
sejalan dengan peningkatan umur, sedikit lebih tinggi perempuan daripada laki-laki. Di
RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat, tercatat jumlah pasien penderita penyakit
asma pada bulan juli 2013 berjumlah 90 orang, kemudian pada bulan agustus 2013
mengalami penurunan dengan jumlah 72 orang, sedangkan pada bulan september 2013
meningkat dengan jumlah 180 orang. Pengobatan asma secara garis besar di bagi dalam
pengobatan non farmakologik dan pengobatan farmakologik. Pengobatan non
farmakologik terdiri dari: penyuluhan, menghindari faktor pencetus, fisioterapi dan
relaksasi napas dalam. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efektifitas
pemberian tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di IGD RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat.
Desain penelitian yang digunakan adalah two group pretest dan posttest with
control group design. Sampel dalam penelitian ini adalah pasien asma yang dirawat di IGD
RSUD Patut Patuh Patju Gerung Lombok Barat selama periode 20 hari penelitian yang
memenuhi kriteria inklusi sebanyak 38 orang dengan teknik sampling Accidental
Sampling. Kelompok perlakuan hanya mendapatkan terapi farmakologi Bronchodilator,
sedangkan kelompok perlakuan mendapatkan kombinasi Bronchodilator dan teknik
relaksasi nafas dalam. Instrumen yang digunakan adalah pedoman observasi gejala
pernafasan dan analisa data menggunakan uji Wilcoxon – Mann Whitney.
Hasil penelitian menggunakan uji wilcoxon adalah ada perubahan gejala
pernapasan asma secara signifikan setelah 15 menit pada kelompok perlakuan dan
kelompok kontrol (p<0,05). Hasil uji Mann-Whithney yang dilakukan yaitu ada perbedaan
yang signifikan pada gejala frekwensi pernapasan (respiration rate) antara kelompok
perlakuan dan kontrol pada menit ke 30 dan 45 setelah terapi.
Penelitian ini dapat disimpulkan bahwa Ada efektifitas yang signifikan antara
pemberian tehnik relaksasi napas dalam terhadap penurunan gejala pernapasan pada pasien
asma di IGD RSUD Patuh Patut Patju Gerung Lombok Barat dengan taraf signifikan 95%
yang berarti bahwa hipotesis alternatif (Ha) diterima dan (Ho) ditolak dengan nilai P
hitung < 0,05.
dan tehnik relaksasi napas dalam terhadap pemberian terapi bronchodilator dan
penurunan gejala pernapasan. tehnik relaksasi napas dalam terhadap
Berasarkan penurunan gejala penurunan gejala pernapasan.
pernapasan pada pasien asma didapatkan Pada frekwensi pernapasan
bahwa semua pasien mengalami gejala (respiration rate), hal ini sesuai dengan
yang berbeda. Dari data juga didapatkan teori yang dimana jika terapi tehnik
bahwa gejala asma pasien bervariasi dari relaksasi napas dalam dilakukan dengan
adanya retraksi dada, wheezing, baik maka dapat memperbaiki fungsi
pernapasan cuping hidung, sianosis dan paru-paru sehingga dengan demikian
frekwensi pernapasan (respiration rite). serangan asma dapat diminimalkan.
Hal ini sesuai pendapat Brunner & Kemudian pada gejala retraksi dada,
Suddart, 2007 yang menyebutkan bahwa wheezing, pernapasan cuping hidung dan
gejala-gejala asma tersebut tidak selalu sianosis tidak sesuai dengan teori yang
dijumpai bersamaan, pada serangan asma dimana profil kelompok perlakuan lebih
berat, gejala-gejala yang timbul makin berat dibandingkan kelompok kontrol dan
banyak dan serangan asma sering kali umur pada kelompok perlakuan lebih
terjadi pada malam hari. dominan responden yang berumur 26-35
Tehnik relaksasi napas dalam tahun dan 46-55 tahun, sedangkan pada
merupakan suatu bentuk asuhan kelompok kontrol lebih dominan
keperawatan, yang dalam hal ini perawat responden berumur 36-45 tahun dan >16
mengajarkan kepada pasien bagaimana tahun.
cara melakukan napas dalam, napas Berdasarkan uji Mann-Whithney
lambat (menahan inspirasi secara yang dilakukan, menjelaskan ada
maksimal) dan bagaimana perbedan yang signifikan pada gejala
menghembuskan napas secara perlahan. frekwensi pernapasan (respiration rate)
Selain dapat menurunkan gejala antara kelompok perlakuan dan kontrol
pernapasan, teknik relaksasi napas dalam, pada menit ke 30 dan 45 setelah terapi.
juga dapat meningkatkan ventilasi paru Hal ini berarti, perbaikan frekwensi
dan meningkatkan oksigenasi darah pernapasan (respiration rite) lebih
(Smeltzer;Bare, 2009). dipengaruhi oleh tehnik relaksasi napas
Pada penderita asma, sangat bagus dalam dibandingkan dengan terapi
jika dilakuakan atau diberikan tehnik bronkhodilator. Sehingga dapat
relaksasi napas dalam yang salah satu disimpulkan bahwa ada efektifitas
manfaatnya, yaitu: jika tidak dalam pemberian tehnik relaksasi napas dalam
serangan latihan pernapasan (tehnik terhadap penurunan gejala pernapasan
relaksasi napas dalam) diperlukan untuk pada pasien asma di IGD RSUD Patut
mencegah sesak napas, memperbaiki Patuh Patju Gerung Lombok Barat dengan
fungsi paru-paru sehingga dengan taraf signifikan 95% (p<0,05).
demikian serangan sesak napas tidak Pada gejala retraksi dada,
terjadi dan menenangkan pikiran dan wheezing, dan pernapasan cuping hidung
mengurangi kecemasan. tidak ada perbedaan yang signifikan
Dari hasil uji wilcoxon adalah ada antara kelompok perlakuan dan kontrol.
perubahan gejala pernapasan asma secara Hal ini berarti, yang lebih berperan adalah
signifikan setelah 15 menit pada terapi bronkhodilator dibandingkan terapi
kelompok perlakuan dan kontrol (p<0,05). tehnik relaksasi napas dalam.
Untuk parameter sianosis, tidak ada Ada beberapa faktor yang
responden yang mengeluhkan gejala ini menyebabkan salah satu alasan kenapa
pada kelompok kontrol yang berarti terapi tehnik relaksasi napas dalam tidak
bahwa Ho ditolak atau ada pengaruh
DINA FITHRIANA 30
HADI KUSUMA ATMAJA
EVA MARVIA
KESIMPULAN
Oleh
Aan Dwi Sentana , Mardiatun2) & Pandit D3)
1)
1,2
Dosen Poltekes Kemenkes Mataram & 3Mahasiswa Poltekes Kemenkes Mataram
Email: dwi_sentana@yahoo.co.id, mardiatun.ayani@gmail.com &
sineru.pandit@yahoo.com
Abstrak
Asthma management does not directly giving a maximum results fot oxygen saturation to asthmatic
patient. The use of bronchodilator can not indicate significant result in the improvement of lung
function that is monitored by oxygen saturation value. The result of pre liminary research in Patut
Patuh Patju Gerung Hospital from 7 asthmatic patient there are 5 patient (71 %) have under normal
oxygen saturation (<95%) dan 2 patient with normal oxygen saturation (≤95%) The purpose is to
know influence of diaphragm respiratory practice for oxygen saturation (SPO 2) to asthmatic patient
in inpatient Patut Patuh Patju Gerung Hospital. The research method is used pre-experimental
method with program one group pretest-posttest. Total sample taken with 16 people with purposive
sampling techique. The results of this research obtained 100% respondents with abnormal oxygen
saturation (<95%) before doing diphragm respiratory practice, while after did the diaphragm
respiratory practice, 100% respondents have normal oxygen saturation (≥95%) with significant
value ρ = 0,000 < α = 0,05 There is a good significant influence for the asthamtic patient after
doing the diaphragm respiratory practice. The diaphragm respiratory practice recommende do
improve oxygen saturation fot asthamtic patient.
Keyword : Diaphragm Respiratory Practice, Oxygen Saturation, Asthma/Asthmatic
PENDAHULUAN tingkat pendidikan rendah. Prevalensi tertinggi
Asma adalah gangguan inflamasi kronik berada di Kabupaten Lombok Barat dan
saluran napas yang melibatkan banyak sel dan Lombok Timur sebesar 5,9 %, Bima 5,5 %,
elemennya. Proses inflamasi kronik ini Lombok Tengah dan Lombok Utara 5,3 %,
menyebabkan saluran pernapasan menjadi Sumbawa 4,5 %, Mataram 4,1 %, Dompu
hiperresponsif yang menghasilkan pembatasan 3,5 %, Kota Bima 3,1 %, dan Sumbawa Barat
aliran udara di saluran pernapasan dengan 2,3 % (RISKESDAS NTB, 2013).
manifestasi klinik yang bersifat episodik Angka kunjungan pasien asma tertinggi
berulang berupa mengi, sesak napas, dada berada di Kabupaten Lombok Barat dengan
terasa berat, batuk-batuk terutama pada malam angka kunjungan 879 pasien tertinggi ke dua
hari atau pagi hari (PDPI, 2006). Kabupaten Lombok Timur dengan angka
Laporan WHO (World Health kunjungan 798 pasien dan terendah di
Organization) tahun 2013, saat ini sekitar 235 Kabupaten Lombok Utara dengan angka
juta penduuk dunia terkena penyakit asma. Data kunjungan 432 pasien (Dinas Kesehatan
RISKESDAS 2013 Kemenkes RI, prevalensi Provinsi NTB, 2015).
asma bronkial di Indonesia yaitu 4,5 persen, Menurut data dari Rekam Medik RSUD
meningkat sebesar 1% dari laporan Riset Patut Patuh Patju Gerung, pada tahun 2013
Kesehatan Dasar tahun 2007. dan khusus di tercatat angka kejadian kasus asma bronkial
Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yaitu 5,1 sejumlah 650 pasien, dengan 66 yang menjalani
persen. Prevalensi asma bronkial di NTB rawat rawat inap. Sedangkan, jumlah pasien
cenderung lebih tinggi pada masyarakat dengan penderita asma bronkial yang pernah masuk
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.13 No.2 September 2018
Open Journal Systems
878 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
rumah sakit lebih dari satu kali sebanyak 54 nilai saturasi oksigen normal (95-100%). Studi
orang. Pada tahun 2014, terjadi jumlah pendahuluan yang dilakukan di RSUD Patut
peeningkatan kasus kejadian asma. Terdapat Patuh Patju Gerung dari 7 pasien asma
sejumlah 766 kasus asma, dengan 78 yang didapatkan yaitu sebanyak 5 orang (71%)
menjalani rawat inap, dan 76 pasien mengalami dengan saturasi oksigen dibawah normal
kekambuhan berulang. Pada tahun 2015 juga (<96%) dan 2 orang (29%) dengan saturasi
terjadi peningkatan kasus kejadian asma oksigen normal (≥96%).
menjadi 879 kasus, dengan 168 pasien yang Keluhan utama yang sering terjadi saat
menjalani rawat inap, dan 88 pasien yang terjadinya asma adalah sesak napas. Sesak
mengalami kekambuhan berulang. napas terjadi disebabkan oleh adanya
Penatalaksanaan asma tidak langsung penyempitan saluran napas. Penyempitan
memberikan hasil yang maksimal pada saturasi saluran napas terjadi karena adanya
oksigen pada pasien asma. Penggunaan hiperreaktivitas dari saluran napas terhadap
bronkodilator tidak dapat menunjukkan hasil berbagai rangsangan, sehingga menyebabkan
yang signifikan pada peningkatan fungsi paru bronkospasme, infiltrasi sel inflamasi yang
yang dipantau dengan nilai FEV1 (Forced Vital menetap edema mukosa, dan hipersekresi
Capacity) dan saturasi oksigen. Pada studi mukus yang kental (Price & Wilson, 2006).
klinis penggunaan secara regular dari long- Bronkospasme pada asma menyebabkan
acting bronkodilator inhalasi (LABA atau terjadinya penurunan ventilasi paru. Penurunan
antikolinergik) atau ipratropium berkaitan ventilasi paru menyebabkan terjadinya
dengan perbaikan status kesehatan pasien. penurunan tekanan transmural. Penurunan
Begitu juga dengan penggunaan secara regular tekanan transmural berdampak pada
tiotropium dapat menurunkan tingkat mengecilnya gradient tekanan transmural
eksaserbasi dan tidak memberikan hasil yang (Perry & Potter, 2006).
signifikan pada peningkatan saturasi oksigen Pengembangan paru yang tidak optimal
(Williams & Bourdet, 2005). berdampak pada terjadinya penurunan
Wawancara yang dilakukan di Ruang kapasitas paru serta peningkatan residu
Rawat Inap RSUD Patut Patuh Patju, belum fungsional dan volume residu paru (Guyton,
pernah menerapkan pemberian latihan 2007). Penurunan kapasitas vital paru yang
pernafasan Diafragma pada pasien asma. diikuti dengan peningkatan residu fungsional
Penelitian yang dilakukan oleh Wedri dkk dan volume residu paru menyebabkan
(2013) di Rumah Sakit Umum Bangli, pada 47 timbulnya perbedaan tekanan parsial gas,
responden didapatkan yaitu sebanyak 19 antara tekanan parsial gas dalam alveoli dengan
responden (40,4%) dengan saturasi oksigen tekanan parsial gas dalam pembuluh kapiler
normal (95-100%), sebanyak 26 responden paru (Guyton, 2007). Penurunan difusi oksigen
(55,3%) dengan saturasi oksigen (90-94%), dan menyebabkan konsentrasi oksigen dalam darah
sebanyak 2 responden (4,3%) dengan saturasi akan berkurang dengan sehingga dalam
oksigen (75-89%). Hal ini menunjukkan keadaan klinis akan terjadi penurunan saturasi
adanya saturasi oksigen tidak normal pada oksigen (Guyton, 2007).
sebagian besar penderita asma. Kebutuhan oksigenasi merupakan
Berdasarkan penelitian yang dilakukan kebutuhan dasar manusia yang digunakan
oleh Imam Harmaen (2017) di Rumah Sakit untuk kelangsungan metabolisme sel tubuh
Umum Daerah Patut Patuh Patju Gerung, pada mempertahankan hidup dan aktivitas berbagai
20 responden didapatkan yaitu sebanyak 16 organ atau sel (Hidayat, 2006). Jika saturasi
responden (80%) memiliki nilai saturasi oksigen dalam tubuh rendah (<95%) dapat
oksigen di bawah nilai normal (<95%) dan menimbulkan berbagai masalah kesehatan
sebanyak 4 responden (20%) yang memiliki diantaranya hipoksemia. Hipoksemia ditandai
Vol.13 No.2 September 2018 http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI
Open Journal Systems
ISSN 1978-3787 (Cetak) Media Bina Ilmiah 879
ISSN 2615-3505 (Online)
………………………………………………………………………………………………………
dengan sesak napas, peningkatan frekuensi jenis kelamin. Adapun distribusi responden
napas 35 x/menit, nadi cepat dan dangkal, berdasarkan umur sebagai berikut:
sianosis serta penurunan kesadaran (Perry & 1. Distribusi Responden Berdasarkan Umur
Potter, 2006). Adapun distribusi responden berdasarkan
Pengobatan untuk asma dibedakan atas umur , yaitu:
dua macam yaitu pengobatan secara Tabel 1Distribusi frekuensi responden
farmakologis dan non farmakologis. Bentuk berdasarkan usia pada pasien
pengobatan nonfarmakologis adalah Asma di RSUD Patut Patuh Patju
pengobatan komplementer yang meliputi Tahun 2018
breathing technique (teknik pernafasan),
acupunture, exercise theraphy, psychological
therapies, manual therapies (Council, 2006).
Intervensi yang dapat dilakukan pada
pasien asma untuk meningkatkan kekuatan
otot-otot pernapasan pada pasien asma
sehingga dapat memaksimalkan ventilasi paru
adalah Latihan Pernapasan Diafragma. Latihan Berdasarkan tabel 3, menunjukan bahwa
Pernapasan Diafragma merupakan melatih jumlah responden terbanyak adalah kelompok
pasien untuk menggunakan diafragma dengan umur 46 – 55 tahun dan >65 Tahun yaitu
baik dan merelaksasi otot-otot asesoris (otot masing-masing 4 responden (25 %).
bantu pernapasan), dan bertujuan 2. Distribusi responden berdasarkan jenis
meningkatkan volume alur napas, menurunkan kelamin.
frekuensi respirasi dan residu fungsional, Distribusi karateristik responden
memperbaiki ventilasi dan memobilisasi berdasarkan jenis kelamin yaitu jenis kelamin
sekresi mukus pada saat drainase postural perempuan dan laki-laki dapat dilihat pada
(Vijai, 2008). Tabel 2 di bawah ini :
Berdasarkan latar belakang diatas Tabel 2. Distribusi responden berdasarkan
mendorong peneliti untuk melakukan jenis kelamin pada pasien Asma di
penelitian dengan judul “Pengaruh Latihan RSUD Patut Patuh Patju Tahun
Pernapasan Diafragma Terhadap Saturasi 2018
Oksigen pada Pasien Asma di Ruang Rawat
Inap RSUD Patut Patuh Patju Gerung Tahun
2018 ”
Metode
Penelitian ini menggunakan desain jenis
penelitian pra eksperiment dengan rancangan Berdasarkan tabel 2, menunjukan bahwa
pretest posttest one group design.. Sampel pada sebagian besar responden berjenis kelamin
penelitian ini sebesar 16 responden yang perempuan yaitu sebanyak 9 responden
diperoleh secara porpusive sampling (56,25 %).
Hasil dan Pembahasan 3. Distibusi responden berdasarkan
Penelitian ini dilaksanakan di RSUD pendidikan.
Patut Patuh Patju Gerung Tahun 2018 ” Hasil Distribusi karateristik responden
penelitian adalah sebagai berikut : berdasarkan pendidikan bervariasi dari tamat
A. Karakteristik Responden SMP sampai dengan tamat Perguruan Tinggi
Gambaran umum responden pada
penelitian ini, dilihat berdasarkan umur dan
http://ejurnal.binawakya.or.id/index.php/MBI Vol.13 No.2 September 2018
Open Journal Systems
880 Media Bina Ilmiah ISSN No. 1978-3787 (Cetak)
ISSN 2615-3505 (Online)
……………………………………………………………………………………………………....
atau Akademi, untuk lebih jelasnya dapat Berdasarkan tabel 4 menunjukan bahwa
dilihat pada Tabel 3 di bawah ini: sebelum dilakukan intervensi. seluruh
responden (16 responden) memiliki nilai
saturasi oksigen dibawah normal/hipoksia
(<95 %) dan setelah dilakukan intervensi nilai
saturasi oksigen seluruh responden (16
responden) meningkat/normal (≥95 %).
2. Hasi Uji Stastik Pengaruh Latihan
Pernapasan Diafragma Terhadap Saturasi
Oksigen Pada Pasien Asma Di Ruang Rawat
Inap RSUD Patut Patuh Patju Tahun 2018.
Tabel3.Distribusi responden berdasarkan Tabel. 5 Hasi Uji Stastik Pengaruh Latihan
jenjang pendidikan pada pasien Pernapasan Diafragma Terhadap
asma di RSUD Patut Patuh Patju Saturasi Oksigen Pada Pasien Asma
Tahun 2018 Di Ruang Rawat Inap RSUD Patut
Patuh Patju Tahun 2018.