Anda di halaman 1dari 13

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Lumbar puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal
dengan memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk
pemeriksaan cairan serebrospinalis, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal,
menentukan ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya blok
subarakhnoid spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinal
terutama kasus infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630).
Jarum biasanya dimasukan kedalam ruang subarkhnoid diantara tulang belakang
daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat dan kelima hingga mencapai
ruang subarachnoid dibawah medulla spoinalis di bagian causa. Karena medula spinalis
membagi lagi dalam sebuah berkas saraf pada tulang belakang bagian lumbal yang pertama
maka jarum ditusukan di bawah tingkat ketiga tulang belakang daerah lumbal, untuk
mencegah meduila spinalis tertusuk. Manometer dipasang diujung jarum via dua jalan dan
cairan serebrospinal memungkinkan mengalir ke manometer untuk mengetahui tekanan
intraspinal.
Test Queckenstedt’s (Uji manometrik lumbal) dilakukan pada kesempatan ini. Test
queckensted’s dilakukan untuk menentukan adanya obstruksi di jalur subarakhnoid spinal.
Normalnya, aliran cepat dalam tekana intraspinal ketika vena jugularis ditekan pada masing-
masing sisi leher selama pungsi lumbal dan kecepatan kembali normal ketika tekanan
dilepaskan. Peningkatan tekanan disebabkan karena adanya tekanan. Bila terjadi obstruksi,
munculnya tekanan intraspinal dan turunnya kembali sangat lambat. Selanjutnya Jika
menometer sempurna terpasang dan 2-3 ml cairan serebrospinal dialirkan kedalam tempat
specimen steril. Kita akan mengobservasi warna, konsistensi dan opacitas cairan
serebrospinal apakah ada darah atau tidak. Normalnya tekanan CSS meninggi cepat dalam
merespons terhadap penekanan vena jugularis dan menurun dengan cepat sampai normal bila
penekanan dikurangi.

1
1.2 Rumusan Masalah
Untuk mengetahui :
a) Pengertian Pungsi Lumba
b) Tujuan dan Manfaat Pungsi Lumbal
c) Ciri – Ciri Pungsi Lumbal
d) Prosedur Pelaksanaan Pungsi lumbal
e) Alat dan Bahan
f) Cara Melakukan Pungsi Lumbal
g) Dampak Pungsi Lumbal

1.3 Tujuan Penulisan


Adapun tujuan penulisan makalah ini yaitu sebagau berikut:
1. Tujuan umum
Mampu melakukan prosedur-prosedur pungsi lumbal dengan benar.
2. Tujuan khusus
a. Mampu melakukan tindakan dalam melakukan pungsi lumbal.
b. Mampu melakukan persiapan-persiapan sebelum melakukan tindakan pungsi
lumbal.
c. Mengetahui indikasi dan kotnraindikasi pungsi lumbal.
d. Mampu melaksanakan perawatan pungsi lumbal.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Pungsi Lumbal

Lumbal puncture (lumbal fungsi) adalah upaya pengeluaran cairan serebrospinal dengan
memasukan jarum ke dalam ruang subarakhnoid. Test ini dilakukan untuk pemeriksaan
cairan serebrospinali, mengukur dan mengurangi tekanan cairan serebrospinal, menentukan
ada tidaknya darah pada cairan serebrospinal, untuk mendeteksi adanya bloksubarakhnoid
spinal, dan untuk memberikan antibiotic intrathekal ke dalam kanalis spinalterutama kasus
infeksi. (Brunner and Suddarth’s, 1999, p 1630)

Pungsi lumbar (lumbar puncture) adalah tindakan medis yang dilakukan dengan
“menusuk” daerah lumbar tulang belakang, biasanya untuk mengumpulkan sampel cairan
serebrospinal. Proses ini sering disebut dengan spinal tap. Tulang belakang, yang juga disebut
tulang punggung, terdiri dari vertebra, yang digolongkan menjadi tiga bagian. Tulang
belakang leher terdiri dari 7 vertebra, yang ditemukan di sekitar daerah leher. Ini adalah
bagian tulang belakang yang paling dekat dengan otak. Di tengah adalah area toraks, yang
berada di area dada. Tulang belakang dada terdiri dari lebih sepuluh vertebra. Di bagian
terendah adalah tulang lumbar, yang sering disebut sebagai punggung bawah dan memiliki
lima vertebra. Empat vertebra dari tulang belakang saling menyatu dan membentuk tulang
ekor.

Di tulang belakang juga terdapat kolom berongga yang dikenal sebagai kanal tulang
belakang. Di dalamnya ada sumsum tulang belakang, yang terdiri dari sekumpulan saraf.
Saraf ini bertindak sebagai pintu gerbang untuk sinyal yang datang dari dan menuju ke otak.
Tanpa saraf ini, organ tubuh tidak akan berfungsi dengan baik. Otak dan tulang belakang
sangatlah penting bagi kehidupan, sehingga keduanya harus sangat dilindungi dari cedera
atau penyakit. Perlindungan ini diberikan oleh cairan serebrospinal (cerebrospinal fluid/CSF),
yang strukturnya sama seperti air dalam tubuh. Cairan ini juga bertanggung jawab untuk
menjaga tekanan di otak.

Namun demikian, CSF harus mempertahankan beberapa bentuk keseimbangan supaya


dapat berfungsi dengan baik. Misalnya, gula harus 50-75mg/dl. Protein juga harus berada di
kisaran 15-45mg/dl. CSF juga memiliki sel-sel darah putih yang tekanan awal harus 70-
180mm. Perhatikan, bagaimanapun, jumlah rentangan ini bisa sedikit berbeda tergantung

3
pada laboratoriumnya. Setiap penyimpangan dari angka-angka ini, serta manifestasi lain atau
gejala dalam tubuh, bisa mengindikasikan masalah yang memengaruhi otak, tulang belakang,
dan sistem saraf.

2.2 Tujuan dan Manfaat Pungsi Lumbal

Berikut adalah tujuan pungsi lumbal :

a. Mengidentifikasi penyebab gejala yang disebabkan oleh infeksi, peradangan,


tumor atau perdarahan;
b. Untuk mendiagnosa penyakit pada otak dan sumsum tulang belakang, seperti
multiple sclerosis atau sindrom Guillain Barre;
c. Menentukan tekanan cairan serebrospinal di kanal tulang belakang.Jika tekanan
tinggi, mereka dapat disebabkan oleh gejala tertentu;
d. Masukkan anestesi lokal di ruang shell dari sumsum tulang belakang di epidural
atau obat lain yang digunakan dalam pengobatan leukemia dan kanker lainnya
dari sistem saraf pusat;
e. Memperkenalkan media kontras selama beberapa studi radiologi khusus untuk
mendeteksi herniated disc.

Manfaat Pungsi Lumbal dapat dilakukan untuk:

a. Mendiagnosa kanker

Spinal tap adalah bentuk biopsi di mana sampel jaringan akan diambil untuk
memeriksa adanya sel-sel ganas. Jika ada sel-sel kanker, kemungkinan kanker
primer ada di otak, atau ini adalah kanker sekunder, di mana kanker telah
menyebar ke tulang belakang dan otak.

b. Menentukan infeksi

Contohnya adalah meningitis, jenis infeksi yang biasanya disebabkan oleh


patogen seperti bakteri dan virus. Seseorang yang memiliki meningitis dapat
mengalami pembengkakan di otak, yang dapat menyebabkan kerusakan dan
kematian jaringan. Meningitis dapat berakibat fatal, karena itu diagnosis awal
melalui pungsi lumbal sangat penting.

4
c. Menghitung nilai komponennya

Kondisi tertentu dapat dikonfirmasi, dikesampingkan, atau dievaluasi


menggunakan pungsi lumbar. Misalnya, peningkatan tekanan CSF bisa berarti
penumpukan tekanan intrakranial, yang berarti ada tekanan tinggi di tengkorak.
Hal ini dapat disebabkan oleh tumor otak (jinak atau ganas), aneurisma otak,
pendarahan, atau cedera otak traumatis. Angka protein CSF yang lebih tinggi dari
normal dapat menunjukkan diabetes, infeksi, atau cedera. Di sisi lain, nilai yang
lebih rendah juga dapat dikaitkan dengan masalah kesehatan tertentu. Tekanan
CSF rendah dapat disebabkan oleh koma diabetes atau tumor yang tumbuh di
tulang belakang.

d. Pemberian anestesi

Biasanya, operasi membutuhkan anestesi, baik total atau lokal. Pada


pembiusan lokal, pasien tetap terjaga atau sadar tapi ada bagian tubuh tertentu
yang mati rasa. Anestesi dapat dimasukkan di daerah pinggang, yang dapat
membuat bagian bawah tubuh mati rasa saat operasi.

e. Memberikan obat

Obat-obatan, terutama yang dimaksudkan untuk tulang belakang lumbar,


sebaiknya langsung diberikan ke bagian tubuh yang membutuhkan. Pada kasus
tertentu, kemoterapi didistribusikan melalui pungsi lumbal.

Hasil yang diharapkan akan bergantung pada alasan prosedur. Setiap


penyimpangan dari nilai-nilai yang ideal bisa menunjukkan adanya atau resiko dari suatu
penyakit. Jika pungsi lumbal dilakukan untuk memberikan anestesi, pasien perlu
menunggu beberapa jam sebelum dapat kembali menggerakkan tubuh.

Sedang untuk tes, mungkin memakan waktu kurang dari 30 menit untuk
menyelesaikan, tetapi hasilnya mungkin tidak bisa langsung didapatkan. Biasanya, jika
dimaksudkan untuk mendiagnosa infeksi seperti meningitis, hasilnya bisa didapat dalam
waktu 2 hari. Kadang-kadang, jika masalahnya lebih kompleks, pasien bisa menunggu
hingga beberapa minggu.

5
2.3 Ciri – Ciri Pungsi Lumbal

1. Meningitis bacterial / TBC.


2. Perdarahan subarahnoid.
3. Febris (Kaku kuduk) dengan kesadaran menurun (sebab tak jelas).
4. encepahilitis atau tumor malignan.
5. Tumor mielum : sebelum dan sesudah mielografi / caudiografi.
6. Sindroma GuillainBarre (bila perlu diulang-ulang + satu minggu).
7. Kelumpuhan yang tidak jelas penyebabnya.
8. Untuk mengidentifikasi adanya darah dalam CSS akibat trauma ataudicurigai adanya
perdarahan subarachnoid.
9. Kejang
10. Paresis atau paralisis termasuk paresis Nervus VI
11. Ubun – ubun besar menonjol
12. Syock/renjatan
13. Infeksi local di sekitar daerah tempat pungsi lumbal
14. Peningkatan tekanan intracranial (oleh tumor, space occupying lesion,hidrosefalus)
15. Gangguan pembekuan darah yang belum diobati
16. Pasien yang mengalami penyakit sendi-sendi vertebra degeneratif. Hal ini akan
sulituntuk penusukan jarum ke ruang interspinal
17. Pasien dengan peningkatan tekanan intra cranial. Herniasi serebral atau herniasi
serebral bisa terjadi pada pasien ini.

2.4 Prosedur Pelaksanaan Pungsi lumbal


1. Lakukan cuci tangan steril
2. Persiapkan dan kumpulkan alat-alat
3. Jamin privacy pasien
4. Bantu pasien dalam posisi yang tepat, yaitu pasien dalam posisi miring pada salah
satu sisi tubuh. Leher fleksi maksimal (dahi ditarik kearah lutut), eksterimitas bawah
fleksi maksimum (lutut di atarik kearah dahi), dan sumbu kraniospinal (kolumna
vertebralis) sejajar dengan tempat tidur.
5. Tentukan daerah pungsi lumbal diantara vertebra L4 dan L5 yaitu dengan menemukan
garis potong sumbu kraniospinal (kolumna vertebralis) dan garis antara kedua spina

6
iskhiadika anterior superior (SIAS) kiri dan kanan. Pungsi dapat pula dilakukan antara
L4 dan L5 atau antara L2 dan L3 namuntidak boleh pada bayi
6. Lakukan tindakan antisepsis pada kulit di sekitar daerah pungsi radius 10 cm dengan
larutan povidon iodine diikuti dengan larutan alcohol 70 % dan tutup dengan duk
steril di mana daerah pungsi lumbal dibiarkan terbuka Tentukan kembali daerah
pungsi dengan menekan ibu jari tangan yang telah memakai sarung tangan steril
selama 15-30 detik yang akan menandai titik pungsi tersebut selama 1 menit.
7. Anestesi lokal disuntikan ke tempat tempat penusukan dan tusukkan jarum spinal
pada tempat yang telah di tentukan. Masukkan jarum perlahan – lahan menyusur
tulang vertebra sebelah proksimal dengan mulut jarum terbuka ke atas sampai
menembus durameter. Jarak antara kulit dan ruang subarakhnoi berbeda pada tiap
anak tergantung umur dan keadaan gizi. Umumnya 1,5 – 2,5 cm pada bayi dan
meningkat menjadi 5 cm pada umur 3-5 tahun. Pada remaja jaraknya 6-8 cm.
8. Lepaskan stylet perlahan – lahan dan cairan keluar. Untuk mendapatkan aliran cairan
yang lebih baik, jarum diputar hingga mulut jarum mengarah ke cranial. Ambil cairan
untuk pemeriksaan.
9. Cabut jarum dan tutup lubang tusukkan dengan plester
10. Rapihkan alat-alat dan membuang sampah sesuai prosedur rumah sakit
11. Cuci tangan

2.5 Alat dan Bahan


1. Sarung tangan steril
2. Duk luban
3. Kassa steril, kapas dan plester
4. Antiseptic: povidon iodine dan alcohol 70
5. Troleey
6. Baju steril
7. Jarum punksi ukuran 19, 20, 23 G.
8. Manometer spinal
9. Two way tap
10. Alcohol dalam lauran antiseptic untuk membersihkan kulit.
11. Tempat penampung csf steril x 3 (untuk bakteriologi, sitologi dan biokimia)
12. Plester

7
13. Depper
14. Jam yang ada penunjuk detiknya
15. Tempat sampah.

2.6 Cara Melakukan Pungsi Lumbal

Pasien diposisikan tidur lateral pada ujung tempat tidur dengan lutut ditarik ke
abdomen. Catatan : bila pasiennya obesitas, bisa mengambil posisi duduk di atas kursi,
dengan kursi dibalikan dan kepala disandarkan pada tempat sandarannya.
Pungsi lumbal dilakukan dengan memasukan jarum kedalam ruang subarakhnoid
untuk mengeluarkan CSS yang bertujuan untuk diagnostik atau pengobatan. Tujuan
memperoleh CSS adalah untuk diuji, diukur dan menurunkan tekanan CSS, untuk
menentukan ada atau tidak adanya darah didalam CSS, mendeteksi sumbatan
subarakhnoid spinal dan pemberian antibiotik intratekal yaitu kedalam kanal spinal pada
kasus infeksi.
Jarum biasanya dimasukan kedalam ruang subarkhnoid diantara tulang belkang
daerah lumbal ketiga dan keempat atau antara lumbal keempat dan kelima. Karena
medula spinalis membagi lagi dalam sebuah berkas saraf padatulang belakang bagian
lumbal yang pertma maka jarum ditusukan di bawah tingkat ketiga tulang belakang
daerah lumbal , untuk mencegah meduila spinalis tertusuk.
Pungsi lumbal yang berhasil membutuhkan pasien dalam keadaan rileks, kecemasan
pasien menimbulkan tegang dan peningkatan kecemasan dapat menyebabkan peningkatan
tekanan pada saat hasil dibaca.Jarak normal tekanan cairan spinal dengan posisi
rekumben adalah 7o samapai 200 mm H2O. Tekanan sampai 200 mm H2O dikatakan
abnormal.
Pungsi lumbal sangat berbahaya bila dilakukan pada masa lesi intrakranial, karena
tekanan intra kranial diturunkan melalui pengeluaran CSS, maka herniasi otak menurun
sampai tentorium dan foramen magnum.
Tes Queckenstedt. Uji manometrik lumbal (uji quueckenstedt) dapat dilakukan
dengan menekan vena jugularis pada masing-masing sisi leher selama pungsi lumbal.
Peningkatan tekanan disebabkan karena adanya tekanan , sehingga tekanan dikurangi dan
tekanan dibaca dengan membuat interval pada 10 detik.
Normalnya tekanan CSS meninggi cepat dalam merespons terhadap penekanan vena
jugularis dan menurun dengan cepat sampai normal bila penekanan dikurangi. Peninggian

8
lambat dan turunnya tekanan merupakan indikasi adanya hambatan sebagian karena
penekanan sebuah lesi pada jalur subarkhnoid spinal. Jika tidak ada perubahan tekanan
merupakan indikasi adanya hambatan total. Uji ini tidak digunakan jika dicurigai ada lesi
intrakranial. Pemeriksaan Cairan Serebrospinal. CSS harus jernih dan tidak berwarna .
Warna merah muda, adanya darah, atau bercampur darah merupakan indikasi sebuah
kontusio serebral, laserasi atau perdarahan subarakhnoid. Kadang-kadang karena
kesulitan dalam pungsi lumbal, CSS dapat mengandung darah, karena ada trauma lokal
tetapi akhirnya menjadi jernih.
Umumnya spesimen diperoleh untuk melihat jumlah sel, kultur, kandungan glukosa
dan protein. Spesimen ini harus segera dikirim ke laboratorium karena perubahan tempat
dapat mengubah hasil pemeriksaan spesimen yang benar. Sakit kepala pasca-Pungsi
lumbal. Setelah pungsi nlumbal, pusing dapat terjadi pada skala sedang sampai berat,
dapat terjadi beberapa hari setelah prosedur. Tindakan sering menyebabkan komplikasi,
yaitu sekitar 11% sampai 25% pasien. Denyut bifrontal atau sakit kepala daerah oksipital,
dengan karakteristik ringan dan dalam, terutama sekali bertambah berat pada saat duduk
atau berdiri tegak tetapi hal ini berkurang atau hilang bila pasien dibaringkan.
Penyebabnya yaitu Sakit kepala disebabkan karena bocornya CSS pada tempat
pungsi, cairan terus menerus keluar kejaringan dari kanan spinal melalui jejak jarum,
kemudian di absorpsi dengan cepat oleh getah bening . Sebagai akibat kebocoran ini,
suplai CSS didalam kranium menjadi kosong, dimana hal ini tidak cukup untuk
mempertahankan stabilisasi mekanik otak dengan tepat. Kebocoran pada CSS ini
menyebabkan penurunan otak bila pasien dengan posisi tegak, yang akan menimbulkan
tegangan dan regangan sinus venosus dan struktur yang sensitif merasakan nyeri. Baik
tegangan dan tegangan dikurangi dan kebocoran diturunkan ketika pasien berbaring.
Pungsi lumbal dapat dilakukan dengan tujuan diagnostik atau terapeutik. Banyak
kelainan yang dapat didiagnosis dengan teknik ini. Penyakit meningitis, hidrosefalus,
maupun penyakit neurologis seperti sklerosis multipel, sindrom Guillain-Barre,
sarkoidosis, dan leukoensefalopati. Terapi untuk pasien seperti pemberian obat atau
anestesi, kemoterapi intratekal, dan penanganan hipertensi intrakranial idiopatik juga
dapat dilakukan.
Jika pasien memiliki kondisi berikut, yaitu tumor fossa posterior, lesi massa
intrakranial, INR (International Normalised Ratio) lebih dari satu setengah, nilai hitung
platelet kurang dari 50.000 per milimeter kubik, atau pun infeksi supuratif pada daerah
lumbal, maka pungsi lumbal tidak dapat dilakukan.

9
Setelah dipastikan bahwa pasien tidak memiliki kontraindikasi, pungsi lumbal bisa
dimulai. Pasien dapat diposisikan dengan dua cara, berbaring atau duduk. Jika pasien
berbaring, maka ia menghadap ke kiri (bagi dokter yang memiliki tangan dominan kanan)
dengan kaki dan leher yang difleksikan.
Pertama-tama, temukan ruang intervertebral L3-L4 dengan palpasi bagian kanan dan
kiri krista iliaka posterior superior dan menggerakkan jari tangan ke arah medial tulang
belakang. Gunakan larutan antiseptik untuk membersihkan kulit secara sirkuler.
Tempatkan kain kasa yang telah dilubangi pada punggung pasien. Gunakan spuit 10 mL
untuk menginjeksikan anestesi lokal.
Stabilkan jarum spinal 20 atau 22 gauge dengan jari telunjuk. Posisi bevel jarum
haruslah paralel dengan serat dural longitudinal, agar peluang bagi jarum untuk
memotong serat lebih kecil dan jarum hanya akan memisahkan serat. Bevel dihadapkan
ke atas jika pasien berbaring secara lateral. Jika pasien duduk, maka bevel dihadapkan ke
sisi kiri atau kanan. Masukkan jarum perlahan-lahan dengan ibu jari pada aspek superior
dari processus spinosus inferior. Jarum tersebut diarahkan ke umbilicus dengan sudut
lima belas derajat.
Saat jarum menusuk ligamentum supraspinosum dan ligamentum flavum, dapat terasa
sensasi “pop”. Stylet yang telah memasuki ligamentum flavum dapat ditarik sekitar 2
mm. Jika cairan belum muncul, stylet dapat diganti dan jarum diputar sebesar 90 derajat.
Jika cara ini belum berhasil, dorong jarum beberapa milimeter lebih dalam. Apabila
prosedur di atas gagal, tarik ujung jarum ke bawah permukaan kulit dan arahkan ulang
jarum.
Setelah cairan serebrospinal mulai keluar, gunakan manometer untuk mengukur
tekanan serebrospinal. Pasien harus dalam posisi berbaring dengan kaki yang lurus agar
tekanan dapat diukur. Tekanan normal pada orang dewasa sekitar 100 hingga 180
mmH2O, dan 30 hingga 60 mmH2O pada anak-anak. Apabila aliran cairan serebrospinal
terlalu lambat, pasien dapat diminta melakukan manuver Valsalva. Setelah itu, cairan
dapat diambil. Jika semua sudah selesai, jarum dapat dilepas. Bersihkan kulit pasien dan
berikan dressing steril.
Komplikasi yang pasien umumnya rasakan adalah Post Lumbar Puncture Headache
(PLPH), yang menghilang setelah sekitar sepuluh hari. Hal ini dapat diminimalisir dengan
menjaga postur agar tetap tegak, serta penggunaan analgesik atau anti emetik.
Setelah melakukan tindakan pasien berbaring datar dengan hanya hanya 1 bantal
untuk mengurangi post-duralpuncture headache.Anjurkan pasien tidur datar selama 6 – 12

10
jam setelah dilakukan prosedur.Observasi tempat penusukan apakah ada kebocoran.
Observasi pasien mengenai orientasi, gelisah, perasaan mengantuk, mual,
irritabilitasserebral (fitting, twitching, spasticity atau kelemahan tungkai) dan
melaporkannya kepada dokter.Anjurkan pasien melaporkan adanya nyeri kepala dan
memberikan analgerik sesuai program.Melaporkan ke dokter bila ada hal yang tidak bisa
diatasi. intervensi keperawatan Tanggung jawab perawat adalah membantu pasien
mempertahankan posisi lateral rekumben dengan lutut fleksi. Menjamin prinsip/ teknik
aseptik secara ketat. Memberi label specimen CSF. Menjaga posisi pasien dengan posisi
flat beberapa jam tergantung pada permintaan dokter. Memonitor status cairan, neurologis
dan tanda-tanda vital. Memberikan obat analgetik sesuai kebutuhan. (Lewis,Heitkemper
and Dirksen, 2000. p 1603).

2.7 Dampak Pungsi Lumbal


1. Infeksi
2. Iritasi zat kimia terhadap selaput otak
3. Jarum pungsi pata
4. Hernias
5. Tertusuknya saraf oleh jarum pungs
6. Nyeri kepala hebat akibat kebocoran CSS.
7. Meningitis akibat masuknya bakteri ke CSS.
8. Paresthesia/ nyeri bokong atau tungkai.
9. Injury pada medulla spinalis.
10. Injury pada aorta atau vena cava, menyebabkan perdarahan serius.
11. Herniasi otak. Pada pasien denga peningkatan tekanan, tiba-tiba terjadi penurunan
12. tekanan akibat lumbar puncture, bisa menyebabkan herniasi kompressi otak terutama
13. batang otak.
14. -10 – 30% pasien dalam 1 – 3 hari dan paling lama 2 – 7 hari mengalami postlumbar
15. puncture headache. Sebagian kecil mengalami nyeri, tapi bisa dikurangi dengan
berbaringdatar. Penanganan meliputi bed rest dan cairan dengan analgetik ringan.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan diatas maka kami menarik kesimpulan bahwa, Lumbal pungsi
merupakan pengeluaran cairan serebrospinal (CSS) dengan cara memasukan jarum
keruang subarachnoid. Pengambilan cairan serebrospinal sendiri dilakukan untuk
mendiagnosa berbagai indikasi penyakit yang biasanya menyerang bagian otak. Saat
melakukan lumbal pungsi persiapan pasien harus diperhatikan secara mendetail, persiapan
alat dan bahan serta tenaga medis juga harus secara mendetail, dikarenakan keintensifan
pelaksanaa lumbal pungsi. Lumbal pungsi sendiri tidak dianjurkan dilaksanakan pada
balita.

3.2 Saran
Adapun saran-saran yang dapat kami sampaikan :
1. Sebagai seorang perawat dan calon perawat hendaknya kita perlu memiliki
pengetahuan yang lebih mengenai cara-cara pelaksanaan Pemeriksaan Lumbal pungsi.
2. Sebagai masyarakat, kita perlu mengetahui indikasi, kontra indikasi dan komplikasi
dari tindakan melakukan Pemeriksaan Lumbal Pungsi, sehingga penanganan dini
kelainan otak dapat tercapai.

12
DAFTAR PUSTAKA

Brunner and Suddarth’s. 1999. Medical Surgical Nursing. 9th Edition. Lippincot :
Philadelphia

Lewis, Heitkemper and Dirksen. 2000. Medical Surgical Nursing : Assessment and
Management of Clinical Problems. Volume 2. Mosby : St. Louis Missouri

Luckmann and Sorensen’s. 1993. Medical Surgical Nursing : A Psychophysiologic


Appraoach.

13

Anda mungkin juga menyukai