Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

TERMOREGULASI TIDAK EFEKTIF

Disusun oleh

RIDEL JOSHUA EXCEL PAAT

19142010200

A3 KEPERAWATAN / IV

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA

2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus, karena berkat kasih dan rahmat-
Nya penulis dapat menyelesaikan tugas Makalah yang berjudul “ Termoregulasi Tidak
Efektif”. Tujuan dibuatnya makalah ini diharapkan agar wawasan kita semakin bertambah
dalam memahami termoregulasi tidak efektif. Makalah ini berisi tetang diagnosa dan
intervensi, Penulis telah berusaha demi keberhasilan dan kesempurnaan makalah ini.

Namun, penulis merasa masih terlalu banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
mohon kritikan dan saran yang membangun baik dari dosen pengampuh dan teman sekalian.
Tidak lupa penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini, semoga dengan apa yang ada dalam Makalah ini
dapat member manfaat bagi kita semua.

Motoling, 3 Mei 2021

Penyusun,
DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara
mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. 

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Termoregulasi ?
2. Penyebab dari termoregulasi tidak aktif?
3. Gejalah dan Kondisi klinis termoregulas tidak efektif?
C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian termoregulasi
2. Mengetahui penyebab dari termoregulasi tidak efektif
3. Mengetahui gejalah dan kondisi klinis termoregulasi tidak efektif
4. Mengetahui Diagnosa serta Intervensinya
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.

Mekanisme Pengeluaran Panas


Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan.Struktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan,pengeluaran panas secara normal melalui
:
1. Radiasi
Perpindahan panas dari permukaan suatu objek ke objek lain tanpa
keduanya bersentuhan.contohnya : melepaskan pakaian dan selimut.
2. Konduksi
Perpindahan panas dari suatu objek ke objek lain dengan kontak
langsung.Contohnya memberikan kompres es atau memandikan klien dengan
air dingin.
3. Konveksi
Perpindahan panas karena gerakan udara.Contohnya Kipas
angin,AC,dan pendingin udara.
4. Evaporasi
Perpindahan energi panas ketika cairan berubah menjadi gas.contohnya
: berkeringat.
5. Diaforesis
Respirasi visual dahi dan torak atas.Contohnya : Bila suhu tubuh
meningkat,kelenjar keringat mengeluarkan keringat yang menguap dari kulit
untuk meningkatkan kehilangan panas.

Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh


1. Usia
Pada saat lahir,bayi meninggalkan lingkungan yang hangat,yang relatif
konstan,masuk dalam lingkungan yang suhunya berfluktuasi dengan cepat.
Mekanisme kontrol suhu masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis
terhadap perubahan suhu lingkunga n. Pakaian harus cukup dan paparan pada suhu
yang ekstrim harus di hindari. Bayi baru lahir engeluaran lebih dari 30% panas
tubuhnya melalui kepala dan oleh karena itu perlu menggunakan penutup kepala
untuk mencegah pengeluaran panas. Bila terlindung dari lingkungan yang ekstrim,
suhu tubuh bayi dipertahankan pada 35,50C – 39,50C. Produksi panas akan
meningkat seiring dengan pertumbuhan bayi memasuki masa anak-anak. Perbedaan
secara individu 0,250C – 0,550C adalah normal (Whaley and Wong 1995).
Regulasi suhu tidak stabil sampai anak-anak mencapai pubertas tentang suhu normal
turun secara berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia. Lansia mempunyai
rentang suhu tubuh yang lebih sempit dari ada dewasa awal. Suhu oral 350C tidak
lazim pada lansia dalam cuaca dingin. Namun, rentang suhu tubuh pada lansia sekitar
360C. Lansia terutama sensitif terhadap suhu yang ekstrim karena kemunduran
mekanisme kontrol, terutama pada kontrol vase motor (kontrol vase kontriksi dan
vase dilatasi),penurunan jumlah jaringan subkutan, penurunan aktivitas kelenjar
keringat dan penurunan metabolisme.

2. Aktivitas
Dalam olah raga, aktivitas otot memerlukan penigkatan suplay darah dan
pemecahan karbohidrat dan lemak. Hal ini menyebabkan peningkatan metabolisme
dan produksi panas. Segala jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas segala
jenis olahraga dapat meningkatkan produksi panas akibatnya meningkatkan suhu
tubuh. Olah raga berat yang lama, seperti lari jarak jauh, dapat meningkatkan suhu
tubuh untuk sementara sampai 410C.

3. Kadar Hormon
Secara umum, wanita mengalami fruktuasi suhu tubuh yang lebih besar
dibandingkan pria. Variasi hormonal selama siklus menstruasi menyebabkan fruktuasi
suhu tubuh. Kadar progesteron meningkatkan dan menurunkan secara bertahap
selama iklus menstruasi. Bila keadaan progesteron rendah, suhu tubuh beberapa
derajat di bawah kadar batas. Suhu tubuh yang rendah berlangsung sapai terjadi
ovulasi. Selama ovulasi jumlah progesteron yang lebih besar memasuki sistem
sirkulasi dan meningkatkan suhu tubuh sampai kadar batas atau lebih tinggi. Variasi
suhu ini dapat digunakan untuk memperkirakan masa paling subur pada wanita untuk
hamil. Perubahan suhu juga terjadi pada wanita selama menopause (penghentian
menstruasi). Wanita yang sudah berhenti menstruasi dapat mengalami periode panas
tubuh dan berkeringat banyak, 30 detik-5 menit. Hal tersebut karena kontrol
vasomotor yang tidak stabil dalam melakukan vasodilatasi dan vasokontriksi (Bobak,
1993).

4. Irama sirkadian
Suhu tubuh berubah secara normal 0,5oC sampai 1oC selama periode 24 jam.
Bagaimana pun, suhu merupakan irama paling stabil pada manusia. Suhu tubuh
biasanya paling rendah antara pukul 01:00 dan 04:00 dini hari. Sepanjang hari, suhu
tubuh naik, sampai sekitar pukul 18:00 dan kemudian turun seperti pada dini hari.
Penting diketahui, pola suhu tidak secara otomatis berubah pada orang yang bekerja
pada malam hari dan tidur di siang hari. Perlu waktu 1-3 minggu untuk perputaran
tersebut berubah. Secara umum, irama suhu sirkadian tidak berubah sesuai usia.
Penelitian menunjukkan, puncak suhu tubuh adalah dini hari pada lansia (Lenz, 1984).

5. Stres
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal
dan persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Klien yang cemas
saat masuk rumah sakit atau tempak praktik dokter, suhu tubuhnya dapat lebih tinggi
dari normal.

6. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh. Jika suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, klien mungkin tidak mkampu meregulasi suhu tubuh melalui
mekanisme pengeluaran-panas dan suhu tubuh akan naik. Jika klien berada di
lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin rendah karena penyebaran
yang efektif dan pengeluaran panas yang konduktif. Bayi dan lansia paling sering
dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu mereka kurang efisien.

Tubuh manusia merupakan organ yang mampu menghasilkan panas secara


mandiri dan tidak tergantung pada suhu lingkungan. Suhu tubuh dihasilkan dari :
1. Laju metabolisme basal (basal metabolisme rate, BMR)
2. Laju cadangan metabolisme yang disebabkan aktivitas otot (termasuk kontraksi
otot akibat menggigil).
3. Metabolisme tambahan akibat pengaruh hormon tiroksin dan sebagian kecil
hormon lain, misalnya hormon pertumbuhan (growth hormone dan testosteron).
4. Metabolisme tambahan akibat pengaruh epineprine, norepineprine, dan
rangsangan simpatis pada sel.
5. Metabolisme tambahan akibat peningkatan aktivitas kimiawi di dalam sel itu
sendiri terutama bila temperatur menurun.
Suhu tubuh manusia cenderung berfluktuasi setiap saat. Banyak faktor yang
dapat menyebabkan fluktuasi suhu tubuh dari fungsi yang terganggu hingga
lingkungan yang ekstrim. Titik tetap tubuh dipertahankan agar suhu tubuh inti
konstan pada 37°C. Apabila pusat temperatur hipotalamus mendeteksi suhu tubuh
yang terlalu panas, tubuh akan melakukan mekanisme umpan balik. Mekanisme
umpan balik ini terjadi bila suhu inti tubuh telah melewati batas toleransi tubuh
untuk mempertahankan suhu, yang disebut titik tetap (set point).
Tubuh manusia memiliki seperangkat sistem yang memungkinkan tubuh
menghasilkan, mendistribusikan, dan mempertahankan suhu tubuh dalam keadaan
konstan. Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core
temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks,
rongga abdomen, dan rongga pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan
(sekitar 37°C). Selain itu, ada suhu permukaan (surface temperatur), yaitu suhu
yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan lemak. Suhu ini biasanya dapat
berfluktuasi sebesar 30°C sampai 40°C.
Patofisiologi
Suhu tubuh secara normal dipertahankan pada rentang yang sempit, walaupun
terpapar suhu lingkungan yang bervariasi. Suhu tubuh secara normal berfluktuasi
sepanjang hari, 0,50 C dibawah normal pada pagi hari dan 0,5 0 C diatas normal
pada malam hari.3 Suhu tubuh diatur oleh hipotalamus yang mengatur
keseimbangan antara produksi panas dan kehilangan panas. Produksi panas
tergantung pada aktivitas metabolik dan aktivitas fisik. Kehilangan panas terjadi
melalui radiasi, evaporasi, konduksi dan konveksi.
Dalam keadaan normal termostat di hipotalamus selalu diatur pada set point
sekitar 370 C, setelah informasi tentang suhu diolah di hipotalamus selanjutnya
ditentukan pembentukan dan pengeluaran panas sesuai dengan perubahan set point.
B. Diagnosa

Termoregulasi Tidak Efektif (D.149)


Penyebab
1. Stimulasi pusat termoregulasi hipotalamus
2. Fluktuasi suhu lingkungan
3. Proses penyakit misal infeksi
4. Proses Penuaan.
5. Dehidrasi
6. Ketidak sesuaian pakaian untuk suhu lingkungan.
7. Peningkatan kebutuhan oksigen
8. Perubahan laju metabolism
9. Suhu lingkungan ekstrim
10. Ketidakadekuatan suplai lemak subkutan
11. Berat badan ekstrem
12. Efek agen farmalogis (mis. sedasi)

Gejala dan Tanda mayor


Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Kulit dingin/hangat
2.Menggigil
3.Suhu Tubuh Fluktuatif
Gejala dan Tanda Mayor
Subjektif Objektif
(tidak tersedia) 1.Piolereksi
2.Pengisian kapiler >3 detik
3. Tekanan darah meningkat
4.Pucat
5.Frekuensi nafas meningkat
6.Takikardia
7.Kejang
8.Kulit kemerahan
9.Dasar kuku sianotik

Kondisi Klinis Terkait


1. Cedera medula spinalis
2. Infeksi/spesis
3. Pembedahan
4. Cedera otak akut
5. Trauma

C. Intervensi

Edukasi Pengukuran Suhu Tubuh (I.12414)


Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
 Dokumentasikan hasil pengukuran suhu

Edukasi

 Jelaskan prosedur pengukuran suhu tubuh


 Anjurkan terus memegang bahu dan menahan dada saat pengukuran aksila
 Ajarkan memilih lokasi pengukuran suhu oral / axilla
 Ajarkan cara meletakkan ujung thermometer dibawah lidah atau bagian tengah
aksilla
 Ajarkan cara membaca hasil thermometer raksa dan/ atau elektronik
Edukasi Termoregulasi (I.12457)
Observasi
 Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
Terapeutik
 Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
 Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
 Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi
 Ajarkan kompres hangat jika demam
 Ajarkan cara pengukuran sushu
 Anjurkan penggunaan pakaian yang dapat menyerap keringat
 Anjurkan tetap memandikan pasien, jika mungkin
 Anjurkan pemberian antipiretik sesuai indikasi
 Anjurkan banyak minum
 Anjurkan menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman
 Anjurkan penggunaan pakaian yang longgar
 Anjurkan melakukan pemeriksaan darah jika demam > 3hari
BAB III

PENUTUP
A. Kesimpulan
Termoregulasi adalah Suatu pengaturan fisiologis tubuh manusia mengenai
keseimbangan produksi panas dan kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat
dipertahankan secara konstan.
Pengeluaran dan produksi panas terjadi secara simultan.Struktur kulit dan
paparan terhadap lingkungan secara konstan,pengeluaran panas secara normal melalui
:
1. Radiasi
2. Konduksi
3. Konveksi
4. Evaporasi
5. Diaforesis
Faktor-Faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
1. Usia
2. Aktivitas
3. Kadar Hormon
4. Irama sirkadian
5. Stres
6. Lingkungan

B. Kritik dan Saran


Dalam penyusunan makalah ini, penulis merasa masih banyak kekurangan. Untuk itu
kritik dan saran dari pembaca sangat penulis harapkan.
DAFTAR PUSTAKA

 Herdman, T.H. & Kamitsuru, S. (Eds). (2014). NANDA international Nursing


Diagnoses: Definitions & classification, 2015-2017. Oxford : Wiley Blackwell.
 Lewis, SL., Dirksen, SR., Heitkemper, MM, and Bucher, L.(2014).Medical surgical
Nursing. Mosby: ELSIVER
 Tim Pokja SDKI DPP PPNI, (2016), Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
(SDKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Tim Pokja SLKI DPP PPNI, (2018), Standar Luaran Keperawatan Indonesia (SLKI), 
Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia
 Tim Pokja SIKI DPP PPNI, (2018), Standar Intervensi Keperawatan Indonesia
(SIKI),  Edisi 1, Jakarta, Persatuan Perawat Indonesia

Anda mungkin juga menyukai