Anda di halaman 1dari 30

ASUHAN KEPERAWATATAN KEGAWATDARURATAN

DENGAN DISTOSIA BAHU

Dosen: Ns. Revelino Hamel S.Kep M.Kes

Disusun oleh Kelompok 9 :

Angriyani Marselita Aniki (19142010012)


Regina Takumansang (19142010008)
Prasyogi Kaingat (19142010202)
Geraldo Pangkey (19142010153)

FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN INDONESIA MANADO
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu anterior


macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat masuk ke
dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat promontorium, tetapi
mendapat halangan dari tulang sakrum (tulang ekor). Lebih mudahnya
distosia bahu adalah peristiwa dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak
dapat di lahirkan setelah kepala janin di lahirkan.
Angka kematian ibu bersalin dan angka kematian perinatal
umumya dapat digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan
penyelenggaraan pelayanan kesehatan suatu bangsa. Selain itu, angka
kematian ibu dan bayi di suatu negara mencerminkan tingginya resiko
kehamilan dan persalinan. Berdasarkan Survey Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2007, AKI di Indonesia mencapai 228/100.000
kelahiran hidup dan angka kematian bayi sebesar 34/1000 kelahiran
hidup umumnya kematian terjadi pada saat melahirkan. Namun hasil
SDKI 2012 tercatat, angka kematian ibu melahirkan sudah mulai turun
perlahan bahwa tercatat sebesar 102 per seratus ribu kelahiran hidup dan
angka kematian bayi sebesar 23 per seribu kelahiran hidup.
Salah satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu
saat proses persalinan. Distosia bahu adalah suatu keadaan diperlukannya
manuver obstetrik oleh karena dengan tarikan ke arah belakang kepala
bayi tidak berhasil untuk melahirkan kepala bayi. Pada persalinan dengan
presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat dilahirkan dengan
cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3% dari seluruh persalinan
vaginal presentasi kepala (Prawirohardjo, 2009).
Angka kejadian distosia bahu tergantung pada kriteria diagnosa
yang digunakan. Salah satu kriteria diagnosa distosia bahu adalah bila

2
dalam persalinan pervaginam untuk melahirkan bahu harus dilakukan
maneuver khusus seperti traksi curam bawah dan episiotomi.
Gross dkk (1987) Dengan menggunakan kriteria diatas menyatakan bahwa
dari 0.9% kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis, hanya 0.2%
yang memenuhi kriteria diagnosa diatas.
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian dari distosia bahu.
2. Mengetahui Etiologi dari distosia bahu.
3. Mengetahui patofisiologis dari distosia bahu
4. Mengetahui penyebab komplikasi dari distosia bahu.
5. Mengetahui faktor Resiko yang berhubungan dengan distosia bahu.
6. Mengetahui penatalaksanaan dari distosia bahu
7. Mengetahui Pencegahan untuk distosia bahu,
8. Mengetahui penatalaksanaan serta asuhan kebidanan pada
kasus Distosia Bahu

3
BAB II
KONSEP MEDIS
A. Definisi

Distosia bahu adalah suatu keadaan di perlukannya tambahan


manuver obsterik oleh karena dengan tarikan biasa ke arah belakang pada
kepala bayi tidak berhasil untuk melahirkan bayi. Pada persalinan dengan
presentasi kepala, setelah kepala lahir bahu tidak dapat di lahirkan dengan
car pertolongan biasa dan tidak di dapatkan sebab lain dari kesulitan
tersebut. Insidensi distosia bahu sebesar 0,2-0,3 % dari selurh persalinan
vaginal presentasi kepala. Apabila distosia bahu di definiskan sebagai
jarak waktu antara lahirnya kepala dengan lahirnya badan bayi lebih dari
60 detik, maka insidennya menjadi 11%.
Pada mekanisme persalinan normal, ketika kepala di lahirkan maka
bahu memasuki panggul dalam posisi oblik. Bahu posserior memasuki
panggul lebih dahulu sebelum bahu anterior. Ketika kepala melakukan
paksi luar, bahu posterior berada di cekungan tulang atau sekitar spina
iskhiadika dan memberikan ruang yang cukup bagi bahu anterior untuk
memasuki panggul melalui belakang tulang pubis atau berotasi dari
fenomena obturator. Apabila bahu berada dalam posisi antero-posterior
ketika hendak memasuki pintu atas panggul, maka bahu posterior dapat
tertahan promontorium dan bahu anterior tertahan tulang pubis. Dalam
keadaan demikian kepala yang sudah di lahirkan akan tidak dapat
melakukan putar paksi luar, dan tertahan akibat adanya tarikan yang terjadi
antara bahu posterior dengan kepala (disebut dengan turtle sign).
B. Etiologi
Distosia bahu terutama di sebabkan oleh deformitas panggul, kegagalan
bahu untuk “melipat” ke dalam panggul (misal: pada makrosomia) di
sebabkan oleh fase aktif dan persalinan kala II yang pendek pada multipara
sehingga penurunan kepala yang terlalu cepat menyebabkan bahu tidak
melipat pada saat melalui jalan lahir atau kepala telah melalui pintu tengah

4
panggul setelah mengalami pemanjangan kala II sebelah bahu
berhasil melipat masuk ke dalam panggul.
faktor resiko distosia bahu:
1) Ibu dengan diabetes, 7% insiden distosia bahu terjadi pada ibu
dengan diabetes gestasional (Keller, dkk). Terutama pada diabetes
kehamilan atau diabetes tipe A, karena kemungkinan makrosomia.
Pada bayi ini mempunyai resiko lingkar bahu-kepala lebih besar
dari pada ibu non diabetes walaupun memiliki berat lahir yang
sama.
2) Janin besar (makrosomia), distosia bahu lebih sering terjadi pada
bayi dengan berat lahir yang lebih besar, meski demikian hampir
separuh dari kekahian distosia bahu memiliki berat >4000 gram.
3) Lewat waktu, karena bayi terus tumbuh dan menjadi lebih besar
seiring peningkatan makrosomia antara minggu ke 40 dan ke 42
minggu. Terdapat rasio lingkar bahu kepala yang lebih besar
sejalan pertumbuhan diameter diparietal yang lambat, tetapi tidak
pada diameter bahu dan dada.
4) Riwayat obstetri atau persalinan dengan bayi besar.
5) Ibu dengan obesitas
6) Multiparitas
7) Riwayat obstetri dengan persalinan lama/persalinan sulit atau
riwayat distosia bahu, terdapat kasusu distosia bahu rekuen pada 5
(12%) di anatara 42 wanita (Smith, dkk)
8) Cephalopelvic disproportion (bentuk pelvic yang memperpendek
diameter anterior posterior dan atau deformitas pelvis misalnya
akibat kecelakaan atau riketsia)
9) Fase aktif yang tidak tentu pada kala I, pada fase ini pasien hanya
mengalami sedikit kemajuan. Hal ini dapat mengindikasikan
disproporsi sefalopelvic, yang dalam persalinan hal ini dapat
menjadi tanda bahwa distosia bahu akan terjadi.

5
10) Kala II persalinan yang memanjang, termasuk penurunan kepala
yang lambat dan kegagalan kepala untuk turun tercermin dalam
deep transverse arrest.
11) Ada indikasi perlu rotsi midpelvis dan atau kelahiran dengan
forcep atau vakum ekstraktor
C. Manifestasi klinik
Gejala klinis dari distosia bahu pada ibu, yakni:
1. Panggul yang tampak sempit
2. Usia
3. Nyeri pada panggul
Gejala Klinis dari distosia bahu pada janin, yakni:
1. Adanya kelainan yang terdapat pada janin
2. Bayi besar >3500 gram
3. Bayi melakukan putaran paksi luar
D. Patofisiologi
Setelah kelahiran kepala, akan terjadi putaran paksi luar yang
menyebabkan kepala berada pada sumbu normal dengan tulang dengan
tulang belakang bahu umumnya akan berada pada sumbu miring (oblique)
di bawah ramus pubis. Dorongan pada saat ibu meneran akan
menyebabkan bahu depan (anterior) berada di bawah pubis, bila bahu
gagal untuk mengadakan putaran menyesuaikan dengan sumbu miring dan
tetap berada pada posisi depan terhadap sinfisis sehingga bahu tidak bisa
lahir mengikuti kepala.
E. Komplikasi
Komplikasi maternal:
 Perdarahan pasca pesalinan
 Fistula Ractovaginal
 Simfisiolisis atau diatheis, dengan atau tanpa “transient femoral
neuropathy”
 Robekan perineum derajat III atau IV
 Rupture uteri

6
Komplikasi Fetal:
 Brachial plexus palsy
 Fraktura clavicle
 Kematian janin
 Hipoksia janin, dengan atau tanpa kerusakan neurologis permanen
 Fraktura humerus
F. Penatalaksanaan
1. Tetap tenang. Anda tahu apa yang harus di lakukan dan akan
menangani situasi ini dengan efektif. Kesigapan penolong persalinan
dalam mengatasi distosia bahu sangat di perlukan.
2. Bersikap relax. Hal ini akan mengkondisikan penolong untuk
berkonsentrasi dalam menangani situasi gawat darurat secara efektif
3. Memanggil dokter. Bila bidan/perawat masih terus meolong sampai
bayi ini lahir sebelum dokter datang, maka dokter akan menangani
perdarahan yang mungkin terjadi atau untuk tindakan resusitasi.
4. Siapkan perlatan resusitasi
5. Menyiapkan perlatan dan obat-obatan untuk penanganan perdarahan
6. Beritahu ibu prosedur yang akan di lakukan
7. Atur posisi Mc. Robert
Teknik ini di temukan pertama kali oleh Gonik dkk, tahun 1963
dan selanjutnya William A Mc Robert mempopulerkan di
University of Texas di Housten, Manauver ini terdiri dari
melepaskan kaki dari penyangga dan melakukan fleksi sehingga
paha menempel pada abdomen ibu. Tindakan ini dapat
menyebabkan sacrum mendatar, rotasi simfisis pubis ke arah
kepala maternal dan mengurangi sudut inklinasi. Meskipun ukuran
panggul tak berubah, rotasi cephalas panggul cenderung untuk
menyebabkan bahu depan yang terhimpit.
8. Cek posisi bahu, ibu diminta tidak mengejan. Putar bahu menjadi
diameter oblik dari pelvis atau anteroposterior bila melintang. Kelima
jari tangan di letakan pada dada janin, sedangkan kelima jari tangan

7
satunya pada punggung janin sebelah kiri. Perlu tindakan secara hati-
hati karena tindakan ini dapat menyebabkan kerusakan pleksus syaraf
brachialis.
9. Meminta pendampingan persalinan untuk menekan daera suprapubik
untuk menekan kepala ke arah bawah dan luar. Hati-hati dalam
melaksanakan tarikan ke bawah karena dapat menimbulkan kerusakan
pleksus syaraf brachialis. Cara menekan daerah supra pubik dengan
cara kedua tangan saling menumpuk di letakkan di atasa simpisi.
Selanjutnya di tekan ke arah luar bawah perut.
10. Bila persalinan belum di lahirkan, istirahat sebentar (sekitar 40-45
detik) agar anda lebih memahami situasi, mendapat kesempatan, dan
sedikit ruang untuk melahirkan bahu: kosongkan kandung kemih
karena dapat mengganggu turunnya bahu, pastikan untuk melakukan
atau memperluas episitomi, dan melakukan VT untuk mencari
kemungkinan adanya penyebab lain distosia bahu. Tangan di usahakan
memeriksa kemungkinan: Tali pusat pendek, bertambah besarnya janin
pada daerah thirak dan abdomen oleh karena tumor, lingkaran bandl
yang mengindikasikan akan terjadi ruptre uteri., locked twins dan
conjoined twins.
11. Mencoba kembali melahirkan bahu seperti langkah-langkah di atas bila
distosia bahu ringan-sedang, janin akan dapat di lahirkan
12. Manauver Woods (“Wood crock screw maneuver”)
Lakukan tindakan perasat seperti menggunakan alat untuk
membuka botol (corkcrew) dengan cara seperti menggunakan
prisnsip skrup wood. Lakukan pemutaran dari bahu belakang
menjadi bahu depan searah jarum jam, kemudian di putar kembali
dengan posisi bahu belakang menjadi bahu depan berlawanan arah
dengan jarum jam putar 180o. lakukan gerakan pemutaran paling
sedikit 4 kali, kemudia melahirkan bahu dengan menekan kepada
ke arah luar belakang di sertai dengan penekanan daerah supra
pubik.

8
13. Manuver Rubin
Terdiri dari 2 langkah:
a. Mengguncang bahu anak dari satu sisi ke sisi lain dengan
melakukan tekanan pada abdomen ibu, bila tidak berhasil
maka di lakukan langkah berikutnya.
b. Tangan mencari bahu anak yang paling mudah untuk di
jangkau dan kemudian di tekan ke depan ke arah dada anak.
Tindakan ini untuk melakukan abduksi kedua bahu anak
sehingga diameter bahu mengecil dan melepaskan bahu
depan dari simfisis pubis.
Manuver Rubin II
 Diameter bahu terlihat antara kedua tanda panah
 Bahu anak yang paling mudah di jangkau di dorong
ke arah dada anak sehingga diameter bahu mengecil
dan membebaskan bahu anterior terjepit.
14. Bila belum berhasil, ulangi melakukan pemutaran bahu janinseperti
langkah 12-13.
15. Melahirkan bahu belakang
a. Operator memasuka tangan ke dalam vagina menyusuri
humerus posterior janin dan kemudian melakukan fleksi lengan
posterior atas di depan dada dengan mempertahankan posisi
fleksi siku.
b. Tangan janin dan lengan di luruskan melalui wajah janin
c. Lengan posterior di lahirkan
16. Kleidotomi: pemahatan klavikula di lakukan engan menenkan
klavikula anterior ke arah SP.
17. Manuver Zavanelli
Manuver zavanelli: mengembalikan kepala ke alam jalan lahir dan
anak di lahirkan melalui SC.

9
Memutar kepala anak menjadi occiput anterior atau posterior sesuai
dengan PPL yang sudah terjadi. Membuat kepala anak menjadi fleksi
dan secara perlahan mendorong kepala ke dalam vagina.

10
BAB III
KONSEP KEPERAWATAN
Pengkajian Asuhan Keperawatan Intranatal Care Pada Ny. ...
G..., P..., A... Dengan...... Di ..............
I. Data Umum
1. Inisial klien : Ny. D Inisial suami : Tn. A
2. Usia : 25 Th Usia : 26 Th
3. Status perkawinan : Nikah Suku : Indonesia
4. Pekerjaan : Perawat Pekerjaan : Perawat
5. Pendidikan terakhir : Ners Pendidikan terakhir : Ners
6. Suku : Indonesia Agama : Islam
7. Agama : Islam
8. Alamat : Jl. Beringin

II. DATA UMUM KESEHATAN


TB/BB : 140cm/ 55 kg
BB sebelum hamil : 42 kg
Masalah Kesehatan khusus : DM Tipe A
Obat–obatan : -
Alergi (obat/makanan/bahan tertentu) : Makanan belemak
Diet Khusus : -
Alat bantu yang digunakan : Kacamata
Lain – lain :
Frekuensi BAB/BAK : 2x sehari
Masalah BAB/BAK : Konstipasi dan Poliuria
Kebiasaan waktu tidur : -
III. DATA UMUM KEBIDANAN
Kehamilan sekarang direncanakan (ya/tidak)*
Status Obstetri: G1 P1 A0 H1
HPHT: 27 Januari Taksiran partus : 25 Oktober
Jumlah anak di rumah: -

11
No Jenis Umur Cara Penolong Penyulit BB Keadaan Umur
Kelamin kehamilan Lahir Persalinan persalinan Lahir saat ini

Mengikuti kelas prenatal (ya/tidak) : Tidak


Jumlah kunjungan ANC pada kehamilan ini :
Masalah kehamilan yang lalu : Tidak Ada
Masalah kehamilan sekarang : Konstipasi
Rencana KB: Ya
Makanan bayi sebelumnya : Tidak Ada
Pelajaran yang diinginkan saat ini : (lingkari)
Relaksasi/pernafasan/manfaat ASI/cara memberi minum botol/senam nifas/
metoode KB/perawatan perineum/perawatan payudara/lain-lain
Jelaskan
.............................................................................................................................
.................
Setelah bayi lahir, siapa yang diharapkan membantu: Orang Tua dan suami
Masalah dalam persalinan yang lalu: Tidak Ada
IV. RIWAYAT PERSALINAN SEKARANG
Mulai persalinan (kontraksi) tanggal/jam : 26 Oktober/09.00
Pengeluaran pervaginam (tanggal/jam) : 26 Oktober/01.00
Keadaan kontraksi (frekuensi dalam 10 menit, lamanya, kekuatannya) :
Denyut jantung janin : Frekuensi: kontraksi muncul dalam waktu tiap 3 menit
Kualitas: Sangat Nyeri
Irama.......................................................
Pemeriksaan fisik :
Kenaikan BB selama hamil : 10 kg
TTV : TD. 140/60 mmHg, N 60x/mnt, S 37oC P 24x/mnt
Kepala dan leher : Normal

12
Jantung : Normal
Paru : Normal
Payudara: Normal
Abdomen : (secara umum dan pemeriksaan obstetrik) :
Ekstremitas : Tidak
Refleks :
Pemeriksaan dalam pertama : pukul 09.00 oleh: Bidan
Hasil: Terdapat pembukaan 2
Ketuban: Pecah, : tgl/jam : 25 Oktober/05.00
Warna:
Laboratorium:
V. DATA PSIKOSOSIAL
Penghasilan keluarga setiap bulan : Rp. 6.000.000/bulan
Perasaan klien terhadap kehamilan sekarang : senang, gelisah, cemas, takut
Perasaan suami terhadap kehamilan sekarang :senang tapi cemas
Jelaskan respon sibling terhadap kehamilan sekarang : senang
LAPORAN PERSALINAN
I. Pengkajian awal
Tanggal : 26 Oktober Jam: 07.00
TTV : TD 140/60.mmHg, N : 92x/mnt, S : 37oC, P : 23x/mnt
Pemeriksaan palpasi abdomen
Leopold I :
Leopold II:
Leiopold III :
Leopold IV :
Hasil pemeriksaan dalam :
Pemeriksaan perineum :
Dilakukan klisma (ya/tidak) :
Pengeluaran pervaginam :
Perdarahan pervaginam: Ya, jumlah 700ml

13
Kontraksi uterus (frekuensi, lamanya, kekuatan) : 1x dalam 3 menit, sangat
nyeri
DJJ :
Status janin : Hidup
II. Kala Persalinan
Kala I
Mulai persalinan : 25 Oktober/jam 18.30
Tanda dan gejala : Ketuban pecah, nyeri
Lama Kala I :
Keadaan psikososial :
Kebutuhan khusus klien :
Tindakan :
Pengobatan :
Observasi kemajuan persalinan :
Tanggal/jam Kontraksi DJJ Keterangan
uterus

Kala II
Kala II dimulai : 25 Oktober/jam 21.00
TTV : TD 140/60 mmHg. N 90x/mnt, S 37.oC, P 24x/mnt
Lama kala II :
Keadaan psikososial :

14
Kebutuhan khusus klien:
Tindakan :
Perineum (utuh/episiotomi/ruptur)*, jika ruptur, tingkat ruptur :
Bonding ibu dan bayi (inisiasi menyusu dini):
TTV bayi : TD.............mmHg, N................x/mnt, S...................oC,
P..................x/mnt
Pengobatan :
Catatan kelahiran :
Bayi lahir jam : 10.00
Cara Persalinan: Normal
Jenis Kelamin : Perempuan
Nilai APGAR menit I. menit V..................................
BB/PB/Lingkar Kepala : 3.500gram/40cm/15cm
Karakteristik khusus bayi:
Kaput suksadaneum/cephal hematoma :
Anus : berlubang
Perawatan tali pusat :
Perawatan mata :
Kala III
Mulai jam :
TTV : TD 140/60 mmHg, N 90x/mnt, S 37oC, P 24 x/mnt
Tanda dan gejala : Nyeri
Plasenta lahir jam : 10.25
Cara lahir plasenta : Normal
Karakteristik plasenta :
Diameter.....................cm
Ketebalan....................cm
Panjang tali pusat : ....................................
Jumlah pembuluh darah :........................... arteri..............................vena
Insersio tali pusat : .....................................
Kelainan : ...................................................

15
Pengeluaran darah per vaginam.......................................ml
Karakteristik perdarahan :..................................................
Keadaan psikososial : ........................................................
Kebutuhan khusus :............................................................
Tindakan :...........................................................................
Pengobatan :...................................................................
Kala IV
Mulai jam : 10.15
TTV : TD 140/60 mmHg, N : 90x/mnt, S : 37oC, P : 24x/mnt
Kontraksi uterus :
Pengeluaran darah pervaginam : 700ml
Karakteristik : cair
Tindakan : ................................................................

16
A. Diagnosa keperawatan
NO DIAGNOSA
Nyeri akut (00132)
Definisi : pengalaman sensori dan emosional tidak menyenangkan yang
muncul akibat kerusakan jaringan actual atau potensial atau yang di
gambarkan sebagai kerusakan (international association for the study of pain) ;
1
awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan
akhir yang dapat di antisipasi atau di prediksi.
Domain 12 : kenyamanan
Kelas 1 : kenyamanan fisik
Resiko Perdarahan (00206)
2 Definisi rentan mengalami penurunan volume darah, yang dapat mengganggu
kesehatan.
Resiko Cedera (Janin) (0035)
Definisi :rentan mengalami cedera fisik akibat kondisi lingkungan yang
berinteraksi dengan sumber adaptif dan sumber defensive individu, yang dapat
3
mengganggu kesehatan
Domain 11 :keamaan/perlindungan
Kelas 2 : cedera fisik
Resiko Cedera Maternal (Ibu)
penurunan tonus otot/pada kontraksi otot, obstruksi mekanis pada penurunan
4
janin, keletihan maternal.

17
No Diagnosa Keperawatan NOC NIC Rasional
1. Nyeri akut (00132) 1. Nyeri maggie akan di 1. menganjurkan klien untuk 1. agar klien bisa
Definisi : pengalaman sensori dan tangani atau di atasi menggunakan teknik mengurangi rasa
emosional tidak menyenangkan dengan efektif relaksasi nyeri yang di
yang muncul akibat kerusakan rasakan
jaringan actual atau potensial atau 2. meninjau kembali teknik 2. untuk mendapatkan
yang di gambarkan sebagai pernafasan hasil yang maksimal
kerusakan (international 3. menganjurkan perubahan 3. agar klien merasa
association for the study of pain) ; posisi nyaman dan
awitan yang tiba-tiba atau lambat mengurangi rasa
dari intensitas ringan hingga berat nyeri
dengan akhir yang dapat di 4. melakukan tindakan untuk 4. agar nyeri tidak terus
antisipasi atau di prediksi. mengupayakan menerus di rasakan
Domain 12 : kenyamanan kenyamanan oleh klien
Kelas 1 : kenyamanan fisik 5. mengupayakan lingkungan 5. agar klien mampu
Batasan karakteristik : yang tenang beristirahat yang
1) sikap melindungi area nyeri nyaman hingga bisa
2) indikasi nyeri yang dapat di mengurangi rasa
amati nyeri
3) perubahan posisi untuk 6. memberi obat nyeri sesuai 6. untuk mempercepat
menghindari nyeri program proses penyembuhan

18
4) gangguan tidur nyeri yang di
Faktor yang berhubungan : rasakan klien
1) agen cedera (misalnya,
biologis, zat kimia, fisik, dan
psikologis)
2. Resiko Perdarahan (00206) 1. Status Maternal: Pencegahan Perdarahan Rasional
Definisi: rentan mengalami Intrapartum
1. Untuk mencegah
penurunan volume darah, yang 1. Monitor dengan ketat
Tujuan : Setelah dilakukan terjadinya
dapat mengganggu kesehatan. resiko terjadinya
tindakan keperawatan selama … perdarahan yang
Domain: perdarahan pada pasien
x24 jam Nyeri akut dapat diatasi parah.
11/Keamanan/Perlindungan
dengan 2. Komponen
Kelas: 2. Cedera Fisik 2. Monitor komponen
Kriteria Hasil: koagulasi darah
koagulasi darah (termasuk
1. Dasar denyut jantung berperan untuk
Potrombin Time (PT),
janin (120-160) (4) proses penyembuhan
Partial Thrombloplastin
2. Perlambatan denyut luka untuh
Time (PTT), fibrinogen.
jantung periodik (4) mencegah terjadinya
Degradasi fibrin split
3. Variabilitas denyut perdarahan.
products, dan trombosit
jantung janin (4)
hitung dengan cara yang
4. Warna cairan ketuban (4)
tepat.
5. Jumlah cairan ketuban (4) 3. Untuk mengetahui
3. Monitor tanda-tanda vital
6. Posisi janin (4) tekanan darah pasien

19
7. Bagian presentasi janin ortostatik termasuk setiap saat.
(4) tekanan darah
8. Kadar pH darah kulit 4. Monitor tanda dan gejala 4. Mencegah terjadinya
kepala janin (4) perdarahan menetap perdarahan sejak
9. Respon stimulus kulit (contoh: cek semua dini
kepala janin (4) sekresi darah yang terlihat
10. Oksimetri denyut janin (4) jelas maupun yang
11. Pola denyut jantung janin tersembunyi/for-frank or
episodik (4) occult blood)
12. Akselerasi denyut jantung 5. Catat nilai hemoglobin 5. Pemberian obat
janin dengan gerakan (4) dan hematokrit sebelum dapat membantu
13. Akselerasi denyut jantung dan setelah pasien mengurangi
janin dengan stimulasi (4) kehilangan darah sesuai terjadinya
indikasi perdarahan yang
Catatan:
lebih parah.
- 1= tidak pernah 6. Instruksikan pasien untuk 6. Untuk mengurangi
menunjukkan meningkatkan makanan perdarahan yang
- 2= jarang menunjukkan yang kaya vitamin K akan timbul pada
- 3= kadang-kadang klien
menunjukkan 7. Instruksikan pasien dan 7. Agar tidak
- 4= sering menunjukkan keluarga untuk memonitor menimbulkan

20
- 5= secara konsisten tanda-tanda perdarahan komplikasi yang
menunjukkan dan mengambil tindakan tidak di inginkan
yang tepat jika terjadi (misalnya syok)
perdarahan.
8. Berikan obat-obatan jika 8. Untuk mengatasi
di perlukan. perdarahan klien

21
3. Resiko Cedera Pada Janin 1. Status janin yang 1. Mengkaji reaksi denyut 1. Untuk mencegah
(0035) meragukan tidak akan jantung janin terhadap terjadinya kelainan
Definisi :rentan mengalami terjadi atau akan di atasi kontraksi untuk yang terjadi pada
cedera fisik akibat kondisi dan bayi akan lahir mendeteksi deselarasi atu janin.
lingkungan yang berinteraksi dengan selamat bradikardia
dengan sumber adaptif dan 2. Jika status janin 2. Untuk dapat
sumber defensive individu, yang meragukan, mengatur menghindari hal-hal
dapat mengganggu kesehatan posisi maggie nyeri ke yang tidak di
Domain 11 samping, menghentikan inginkan yang bisa
:keamaan/perlindungan pemberian sitosin, saja di alami oleh
Kelas 2 : cedera fisik meningkatkan IV rumatan, janin
Faktor resiko : mulai memberi oksigen,
1) gangguan fungsi kognitif dan memberi tahu kepada

22
2) gangguan fungsi psikomotor dokter.
3) disfungsi imun

23
4. Resiko Cedera Maternal (Ibu) 1. Pergerakan 1. Pantau masukan dan 1. Agar dengan mudah
penurunan tonus otot/pada keluaran cairan R/ memberikan
Tujuan : Setelah dilakukan
kontraksi otot, obstruksi mekanis membandingkan apakah tindakan dalam
tindakan keperawatan selama …
pada penurunan janin, keletihan pemasukan dan mengatasi dehidrasi
x24 jam Nyeri akut dapat diatasi
maternal. pengeluaran seimbang klien
dengan
sehingga tidak terjadi
Kriteria Hasil:
dehidrasi.
- Cara berjalan (4)
2. Pantau tanda vital. Catat 2. Untuk memberikan
- Gerakan sendi (4)
laporan pusing dan intervensi
- Bergerak dengan
perubahan posisi R/ selanjutnya
mudah (4)
peningkatan frekuensi nadi pada klien dengan

Catatan: dan suhu, dan perubahan teapt sesuai


dengan

24
tekanan datah ortastatik keluhan yang di
- 1= tidak pernah
dapat mendandakan alami
menunjukkan
penurunan volume
- 2= jarang menunjukkan
sirkulasi.
- 3= kadang-kadang
3. Kaji elastisitas kulit R/ 3. Untuk lebih
menunjukkan
kulit yang tidak elastis memastikan saja,
- 4= sering menunjukkan
menandakan terjadi bahwa klien benar-
5= secara konsisten menunjukkan
dehidrasi. benar mengalami
dehidrasi
4. Kaji bibir dan membran 4. Di jadikan sebagai
mukosa oral dan derajat data penunjang pada
saliva R/ membran pemeriksaan klien
mukosa atau bibir kering dehidrasi
dan penurunan indikator
lanjut dari dehidrasi.
5. Catat kondisi serviks. 5. Untuk mengetahui
Pantau tanda apa saja yang harus
amnionionitis. Catat di lakukan pada
peningkatan suhu atau klien kedepannya
jumlah sel darah putih:
catat bau dan rabas vagina

25
R/ serviks kaku atau tidak
siap tidak akan di latasi,
menghambat penurunan
janin/kemajuan persalinan.
Terjadi amniositis secara
langsung di hubungkan
dengan lamanya
persalinan sehingga
melahirkan harus terjadi
dalam 24 jam setelah
pecah ketuban.
6. Catat penonjolan, 6. Sebagai data klien
posisi janin dan yang mengakibatkan
presentase janin R/ di persalinan yang lama
gunakan sebagai
indikator dalam
mengidentifikasi
persalinan yang lama. 7. Untuk menghambat
7. Anjurkan klien berkemih aktivitas uterus,
dalam 1-2 jam. Kaji hingga janin di
terhadap penuhan kandung dalam perut mudah
kemih di atas simfisis

26
pubis R/ kandung kemih untuk turun
dapat menghambat
aktivitas uterus dan
mempengaruhi penurunan
janin.
8. Tempatkan klien pada 8. Untuk membantu
posisi rekumben lateral klien dalam
dan anjurkan tirah baring melangsungan
atau ambulasi sesuai proses
toleransi R/ ambulasi persalinan normal
dapat membantu kekuatan
gravitasi dalam
merangsang pola
persalinan normal dan
dilatasi serviks.
9. Bantu dengan persiapan 9. Untuk bisa
sectio caesarea sesuai membantu klien
indikasi untuk mal posisi, melahirkan anaknya
CPD. Atau cincin bandl R/ tanpa ada resiko
melahirkan sectio caesarea yang bisa terjadi
segera di indikasikan pada ibu maupun

27
untuk cincin distres janin janin
karena CP.

28
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

Distosia bahu ialah kelahiran kepala janin dengan bahu


anterior macet di atas sakral promontori karena itu tidak bisa lewat
masuk ke dalam panggul, atau bahu tersebut bisa lewat
promontorium, tetapi mendapat halangan dari tulang sakrum
(tulang ekor). Lebih mudahnya distosia bahu adalah peristiwa
dimana tersangkutnya bahu janin dan tidak dapat di lahirkan
setelah kepala janin di lahirkan.
B. Saran
Di harapkan dPt menjadi acuan bagi pembaca terutama perawat
dalam membuat asuhan keperawatan. Di dalam menentukan
asuhan keperawatan terlebih mengenai “Distosia Bahu” kita harus
lebih banyak berdiskusi dengan klien secara langsung.

29
DAFTAR PUSTAKA
Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2013. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta
Marmi.2016. Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan.
Pustaka Belajar: Jakarta
Saifuddin Abdul Bari, dkk. 2016. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo:
Jakarta

30

Anda mungkin juga menyukai