Anda di halaman 1dari 15

Kata Pengantar

Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan
diselesaikannya makalah ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingannya dari dosen pembimbing. Semoga makalah ini dapat membantu proses belajar
mengajar, terutama pada mata kuliah Ilmu Gizi Dasar.

Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam proses
penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Amin.

Pekanbaru, 29 Agustus 2019

Penyusun
Daftar Isi
BAB I

Pendahuluan

1.1. Latar Belakang


Suhu adalah besaran yang menyatakan panas atau dinginnya suatu benda. Panas
adalah energi termis yang mengalir dari su-atu benda ke benda lain karena adanya
perbedaan suhu. Secara alamiah panas sela-lu mengalir dari benda bersuhu tinggi ke
benda bersuhu lebih rendah, tetapi tidak perlu dari benda berenergi termis banyak ke
benda berenergi termis lebih sedikit.
Suhu tubuh yaitu sebagai salah satu tanda vital yang menggambarkan status
kesehatan seseorang. Dibandingkan dengan primata lainnya, manusia mempunyai
kemampuan yang lebih besar untuk mentolerer suhu tinggi oleh karena banyaknya
kelenjar keringat, dan kulitnya hanya ditumbuhi oleh rambut halus. Di dalam tubuh
energi panas dihasilkan oleh jaringan aktif terutama dalam otot, kemudian juga dalam
alat keringat, lemak, tulang, jaringan ikat, serta saraf. Energi panas yang dihasilkan
didistribusikan ke seluruh tubuh melalui sirkulasi darah, namun suhu bagian-bagian
tubuh tidak merata. Terdapat perbedaan yang cukup besar (sekitar 4°C) antara suhu
inti dan suhu permukaan tubuh.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian sistem regulasi suhu tubuh?
2. Apa saja macam – macam suhu tubuh dan mekanisme perubahan suhu tubuh?
3. Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh?
4. Bagaimana pengaturan dan pengukuran suhu tubuh?
5. Apa yang dimaksud dengan laju metabolisme?

1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem regulasi tubuh dan laju metabolisme
2. Untuk mengetahui macam – macam suhu tubuh dan mekanisme perubahan
suhu tubuh
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
4. Untuk mengetahui pengaturan dan pengukuran suhu tubuh
BAB II

Pembahasan

2.1. Pengertian Sistem Regulasi Suhu Tubuh

Pengertian regulasi suhu adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu proses dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Manusia pada
dasarnya secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas atau homoteral.
Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan
berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu heat produksi (pembentukan
panas) dan heat loss (kehilangan panas). Kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan
saraf yaitu hipotalamus.

2.2. Macam – Macam Suhu Tuhuh dan Mekanisme Perubahan Suhu Tubuh

Macam-macam suhu tubuh menurut (Tamsuri Anas 2007) :

 Hipotermi, bila suhu tubuh kurang dari 36°C


 Normal, bila suhu tubuh berkisar antara 36 – 37,5°C
 Febris / pireksia, bila suhu tubuh antara 37,5 – 40°C
 Hipertermi, bila suhu tubuh lebih dari 40°C

Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu
permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.

Mekanisme Tubuh Ketika Suhu Tubuh Berubah

1. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh meningkat yaitu :


a. Vasodilatasi

Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat
pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit
hingga delapan kali lipat lebih banyak.

b. Berkeringat

Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih
besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu
meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh
pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar
keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.

c. Penurunan pembentukan panas

Beberapa mekanisme pembentukan panas, seperti termogenesis kimia dan


menggigil dihambat dengan kuat.

2. Mekanisme tubuh ketika suhu tubuh menurun, yaitu :


a. Vasokontriksi kulit di seluruh tubuh
b. Vasokontriksi terjadi karena rangsangan pada pusat simpatis
hipotalamus posterior.
c. Piloereksi

Rangsangan simpatis menyebabkan otot erektor pili yang melekat pada


folikel rambut berdiri. Mekanisme ini tidak penting pada manusia, tetapi
pada binatang tingkat rendah, berdirinya bulu ini akan berfungsi sebagai
isolator panas terhadap lingkungan.

d. Peningkatan pembentukan panas


Pembentukan panas oleh sistem metabolisme meningkat melalui
mekanisme menggigil, pembentukan panas akibat rangsangan simpatis,
serta peningkatan sekresi tiroksin.

2.3. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Suhu Tubuh


Suhu tubuh adalah tingkat atau derajat panas tubuh, yang merupakan salah satu
indikator kesehatan. Faktor-faktor yang mempengaruhi suhu tubuh antara lain sebagai
berikut :
1. Usia
Pada saat lahir bayi meninggalkan lingkungan yang hangat yang relatif konstan,
masuk ke dalam lingkungan yang suhu berfluktuasi dengan cepat. Mekanisme tubuh
masih imatur. Suhu tubuh bayi dapat berespon secara drastis terhadap perubahan
suhu. Pada bayi baru lahir pengeluaran suhu tubuh melalui kepala, oleh karena itu
perlu mengunakan penutup kepala untuk mencegah pengeluaran panas.Regulasi tidak
stabil sampai pada anak-anak mencapai pubertas. Rentang suhu normal turun secara
berangsur sampai seseorang mendekati masa lansia.

2. Stress
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya
akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan mengunakan
sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri. Sistem pendukung
sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang tua) yang dapat
mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan secara emosional selama
mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan
peningkatan kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk
menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi
semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantu
dalam strategi reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres (Perry,
2005).

3. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dimana suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, pasien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh akan naik.
Apabila klien berada pada lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif. Bayi
dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu
mereka kurang klien.

4. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, produksi
panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan
tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang di alami klien
(Perry, 2005).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran suhu tubuh, antara
lain sebagai berikut:
1. Tempat pengukuran. Tempat pengukuran yang tidak bersih, basah dan terdapat
infeksi atau di lokasi dapat memberikan hasil yang kurang akurat, hal ini dapat
berpengaruh pada hasil akhir pengukuran suhu yang dilakukan.
2. Alat pengukuran. Alat yang digunakan adalah termometer air raksa yang
sejenis dan ukurannya sama.
3. Metode pengukuran. Sebelum melakukan pengukuran air raksa sudah harus
diturunkan sampai batas reservoir.
4. Waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran baik yang di ketiak maupun
di lipat paha harus sama (menit) (Perry, 2005)

2.4. Pengaturan Suhu Tubuh dan Pengukuran Suhu Tubuh


A. Pengaturan Suhu Tubuh

Suhu tubuh konstan penting untuk aktivitas enzimatik normal. Enzim berfungsi dalam rentang
suhu tubuh normal yang pendek yaitu dari 36,1˚ sampai 37,8˚ Celcius (97˚ sampai 100˚ Fahrenheit).
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer. Suhu dapat di bagi, antara lain:

1. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam
(kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37C.
2. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan
suhu inti dan suhu kulit.

Determinan suhu tubuh adalah kesimbangan antara produksi panas dan pengeluaran
panas. Keseimbangan ini dipertahankan oleh mekanisme homeostatik.

1. Produksi panas berlangsung melalui reaksi katabolisme makanan dan aktivitas


otot. Dalam kondisi basal, hati memproduksi 20%, panas tubuh, otak 15% ,
jantung 12% dan otot sisanya.
2. Pengeluaran panas ke udara atau ke objek yang berdekatan terjadi melalui proses
– proses fisik seperti radiasi, konduksi, konveksi, dan evaporasi. 80% panas
dikeluarkan melalui kulit. Sisanya melalui membran mukosa saluran pencernaan,
pernapasan,dan saluran urinaria.
 Radiasi adalah pemindahan panas dalam bentuk sinar infra merah antar
objek yang tidak bersentuhan. Secara normal, lebih dari setengah panas
yang dikeluarkan tubuh adalah melalui radiasi
 Konduksi adalah pemindahan panas antar objek yang bersentuhan.
Konduksi mengakibatkan pengeluaran panas yang besar, kecuali gradien
panasnya memang besar. (Contoh : kompres air dingin diletakkan di kulit)
 Konveksi adalah pemindahan panas ke media bergerak seperti udara atau
air saat temperatur udara atau air lebih rendah dari suhu tubuh.
 Evaporasi adalah pemindahan dan pengeluaran panas melalui difusi
molekul air yang menembus permukaan tubuh ke udara. Air keluar dari
permukaan tubuh melalui perspirasi tak kasat mata yang terus berlangsung
selama difusi dari jaringan dibawahnya dan terevaporasi tak kasat mata di
kulit, serta berkeringat, yang dikendalikan oleh termoregulasi.

Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekolompok saraf pada area preoptik dan
hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai termostat. Termostat hipotalamus memiliki
semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai di bawah atau naik sampai di atas titik ini, pusat akan memulai impuls untuk
menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas. Termostat terbagi atas 2 yaitu :
a. Termoreseptor perifer yang terletak dalam kulit, mendeteksi perubahan
suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi
tersebut ke hipotalamus.
b. Termoreseptor sentral yang terletak di antara hipotalamus anterior, medula
spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi
perubahan suhu darah.
B. Pengkuruan suhu tubuh

Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan/dan produksi panas yang minimal. Pada Sifat perubahan tersebut
mempengaruhi masalah klinis yang dialami klien.

1. Demam

Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam mengancam
kesehatan seringkali merupakan sumber yang diperdebatkan diantara pemberi perawat
kesehatan. Demam biasanyatidak berbahaya jika berada pada suhu dinawah 39⁰C.

Berikut beberapa pola demam yaitu :

 Terus menerus : tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1⁰C sampai 2⁰C.
 Intermiten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali
normal paling sedikit dalam 24 jam.
 Remiten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
 Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode
demam dan normotemia dapat memanjang lebih dari 24 jam.

2. Kelelahan akibat panas

Kelelahan akibat panas terjadi apabila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang sangat panas. Tanda
dan gejala kurangnya volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Tindakan yang pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.

3. Hipertermia

Hipertermia yaitu peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidak mampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.

4. Heatstroke

Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke. Klien yang
beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotoroidisme, diabetes, atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah
yang mengkonsumsi orang yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan
panas (misaslnya : Fenotiazim, antikolirgenik, diuretic, amfetamin dan antagonis resptor 
beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat
(misalnya : atlet, pekerja kontruksi dam petani)

Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hupotalamus. Heatstroke  dengan suhu  >40,5⁰C mengakibatkan kerusakan
jarungan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.

5. Hipotermia

Pengeluaran panas akibat paparan terus menerus terhadap dingin mempengaruhi


kemampuan tubuh untuk memproduksi panas akibat hipotermia. Ketika suhu tubuh turun
menjadi 35⁰C klien mengalami gemetar yang todak terkontrol, hilang ingatan, depresi, dan
tidak mampu menilai. Jika suhu tubuh menurun dibawah 34,4⁰C frekuensi jantung pernafasan
dan tekanan dalam turun.

Jika hipotermia terus berlangsung, klien akan mengalami disritmia jantung, kehilangan
kesadaran dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipotermia berat, klien
dapat menunjukan tanda klinis yang mirip dengan orang mati misalnya tidak ada respon
terhadap stimulus dan nadi serta pernafasan sangat lemah.
Berikut klasifikasi hpotermia yaitu :

Celcius (C) Fahrenheit (F)


Ringan 33⁰ – 36⁰ 91,4⁰ – 96,8⁰
Sedang 30⁰ – 33⁰ 86,0⁰ – 91,4⁰
Berat 27⁰ – 30⁰ 80,6⁰ – 86,0⁰
Sangat berat <30⁰ <80,6⁰

2.5. Laju Metabolisme


Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai
oleh tubuh per-satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan dengan respirasi
karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan
yang bergantung pada adanya oksigen. Laju metabolisme biasanya
diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk
hidup per-satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan
makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk
menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya juga. Akan tetapi laju
metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi
oksigen.
Menurut Tobin faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen adalah
temperatur, ukuran badan dan aktivitas yang dilakukannya. Hurkat dan
Marthur 1976 menambahkan bahwa konsumsi oksigen pada tiap organisme
berbeda – beda tergantung pada jenis kelamin, temperatur, ukuran badan,
aktivitas dan hormon. Semakin kecil hewannya akan semakin semakin cepat
laju konsumsinya dan begitu pula sebaliknya semakin besar hewannya maka
semakin lambat lajunya.

Laju metabolisme mengacu pada jumlah energi yang dilepas dalam tubuh
melalui katabolisme per satuan waktu. Jumlah ini dapat diukur dengan kilokalori
atau dinyatakan dengan persentase di atas atau di bawah normal.
1. Satu kilokalori juga disebut satu Kalori besar (K) atau kkal, adalah jumlah
panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu kilogram air sebesar 1˚
Celcius. 1 kkal sama dengan 1.000 kalori kecil (k) dan digunakan untuk
menyatakan kandungan kalori makanan dan pengeluaran energi oleh individu.
2. Kilokalori yang dilepas melalui oksidasi makanan dalam tubuh dapat langsung
diukur melalui bom kalorimetri (menempatkan tubuh dalam suatu kalorimeter
dan mengukur jumlah panas yang dilepaskan air yang mengelilingi tubuh) atau
secara tidak langsung melalui pengukuran konsumsi oksigen tubuh dengan
respirometer. Tubuh menghasilkan 4,8 K panas untuk setiap liter oksigen yang
digunakan.
a. Dalam tubuh, 1 g karbohidrat melepas 4,1 K, 1 g lemak melepas 9,5 K
dan 1 g protein melepas 4,1 K
b. Makanan yang berbeda memiliki kandungan kalori yang berbeda
bergantung pada komposisinya. Sebagian besar makaan merupakan
gabungan anatara karbohidrat, lemak, dan protein.
3. Specific dynamic action (SDA) makanan adalah peningkatan laju metabolisme
sebesar 10% sampai 20% melebihi laju energi basal yang digunakan dalam
pencernaan makanan. SDA protein lebih besar dibandingkan SDA lemak atau
karbohidrat sehingga makanan kaya protein biasanya sedikit meningkatkan
laju metabolisme.
4. Aktivitas muskular rate menghasilkan peningkatan laju metabolisme terbesar..
Latihan yang berat dapat meningkatkan metabolisme sampe 15 kali.

Basal metabolic rate (BMR) adalah pelepasan energi per satuan waktu dalam
kondisi basal yang secara standar dapat diterima : kondisi terjaga dan istirahat,
pada masa postabsorbsif (12 jam setelah makan) dan dalam lingkungan nyaman
serta hangat.

1. BMR menyatakan energi maksimal yang dibutuhkan untuk melakukan


respirasi, sirkulasi, digesti, eksresi, metabolisme makanan, aktivitas saraf dan
muskular dan pertahanan suhu tubuh saat individu terjaga.
2. Faktor yang mempengaruhi BMR
a. Hormon

Dengan cara meningkatkan metabolisme selular, hormon tiroid adalah


faktor utama yang mempengaruhi BMR.

b. Ukuran tubuh dan area permukaan


BMR meningkat sejalan dengan pertambahan berat dan tinggi badan
berarti memperluas area permukaan.

c. Usia

BMR tertinggi dapat dicapai pada masa kanak – kanak dan akan
menurun sejalan dengan pertambahan usia.

d. Jenis kelamin
BMR pada laki – laki sedikit lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan di usia yang sama, mungkin berkaitan dengan ukuran
tubuh.
e. Suhu tubuh
BMR meningkat 15% setiap pertambahan 1˚ Celcius saat demam
(7% per derajat Fahrenheit)
f. Faktor – faktor lain yang meningkatkan BMR antara lain kecemasan,
obat tertentu, dan temperatur lingkungan yang menurun. Depresi
menurunkan BMR, demikian juga dengan masa kelaparan yang
panjang.

Keseimbangan energi dan hubungan dengan berat badan

1. Jika nilai kalori dalam makanan yang ditelan (asupan energi) sama dengan energi
yang dikeluarkan melalui panas dan aktivitas (kecepatan metabolisme total), berat
badan tetap sama.
2. Jika asupan kalori kurang dibandingkan output energi, simpanan glikogen tubuh,
kemudian lemak dan akhirnya protein tubuh, akan dikatabolis dan terjadi
penuruan berat badan.
3. Jika asupan kalori melebihi output energi, energi yang berlebihan akan disimpan
sebagai lemak.
a. Kurang lebih 3500 K dipakai untuk menyintesis 1 pon (0,5 kg) jaringan
adiposa. Dengan demikian, menambah asupan sebanyak 500 K per hari
melebihi kebutuhan energi diatas selama saru minggu, akan menambah berat
badan sebanyak 0,5 kg.
b. Untuk mengurangi berat badan, asupan kalori harus dikurangi dan output
energi harus bertambah.
Daftar Pustaka
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC

http://sariindah891.blogspot.com/2012/12/suhu-tubuh.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai