Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan anugerah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Dengan
diselesaikannya makalah ini, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bimbingannya dari dosen pembimbing. Semoga makalah ini dapat membantu proses belajar
mengajar, terutama pada mata kuliah Ilmu Gizi Dasar.
Kami menyadari bahwa makalah yang kami buat ini masih terdapat banyak kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam proses
penyusunan makalah berikutnya dapat lebih baik. Akhir kata, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca. Amin.
Penyusun
Daftar Isi
BAB I
Pendahuluan
1.3. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sistem regulasi tubuh dan laju metabolisme
2. Untuk mengetahui macam – macam suhu tubuh dan mekanisme perubahan
suhu tubuh
3. Untuk mengetahui faktor – faktor yang mempengaruhi suhu tubuh
4. Untuk mengetahui pengaturan dan pengukuran suhu tubuh
BAB II
Pembahasan
Pengertian regulasi suhu adalah suatu pengaturan secara kompleks dari suatu proses dan
kehilangan panas sehingga suhu tubuh dapat dipertahankan secara konstan. Manusia pada
dasarnya secara fisiologis digolongkan dalam makhluk berdarah panas atau homoteral.
Organisasi homoteral mempunyai temperatur tubuh konstan walaupun suhu lingkungan
berubah. Hal ini karena ada interaksi secara berantai yaitu heat produksi (pembentukan
panas) dan heat loss (kehilangan panas). Kedua proses ini aktivitasnya diatur oleh susunan
saraf yaitu hipotalamus.
2.2. Macam – Macam Suhu Tuhuh dan Mekanisme Perubahan Suhu Tubuh
Berdasarkan distribusi suhu di dalam tubuh, dikenal suhu inti (core temperatur), yaitu
suhu yang terdapat pada jaringan dalam, seperti kranial, toraks, rongga abdomen, dan rongga
pelvis. Suhu ini biasanya dipertahankan relatif konstan (sekitar 37°C). selain itu, ada suhu
permukaan (surface temperatur), yaitu suhu yang terdapat pada kulit, jaringan sub kutan, dan
lemak. Suhu ini biasanya dapat berfluktuasi sebesar 20°C sampai 40°C.
Vasodilatasi pembuluh darah perifer hampir dilakukan pada semua area tubuh.
Vasodilatasi ini disebabkan oleh hambatan dari pusat simpatis pada hipotalamus
posterior yang menyebabkan vasokontriksi sehingga terjadi vasodilatasi yang kuat
pada kulit, yang memungkinkan percepatan pemindahan panas dari tubuh ke kulit
hingga delapan kali lipat lebih banyak.
b. Berkeringat
Pengeluaran keringat melalui kulit terjadi sebagai efek peningkatan suhu yang
melewati batas kritis, yaitu 37°C. pengeluaran keringat menyebabkan peningkatan
pengeluaran panas melalui evaporasi. Peningkatan suhu tubuh sebesar 1°C akan
menyebabkan pengeluaran keringat yang cukup banyak sehingga mampu
membuang panas tubuh yang dihasilkan dari metabolisme basal 10 kali lebih
besar. Pengeluaran keringat merupakan salh satu mekanisme tubuh ketika suhu
meningkat melampaui ambang kritis. Pengeluaran keringat dirangsang oleh
pengeluaran impuls di area preoptik anterior hipotalamus melalui jaras saraf
simpatis ke seluruh kulit tubuh kemudian menyebabkan rangsangan pada saraf
kolinergic kelenjar keringat, yang merangsang produksi keringat. Kelenjar
keringat juga dapat mengeluarkan keringat karena rangsangan dari epinefrin dan
norefineprin.
2. Stress
Stres fisik dan emosi meningkatkan suhu tubuh melalui stimulasi hormonal dan
persarafan. Perubahan fisiologi tersebut meningkatkan panas. Pasien yang cemas saat
masuk rumah sakit atau sedang melakukan pemeriksaan kesehatan suhu tubuhnya
akan lebih tinggi dari normal. Adanya stres dapat dijembatani dengan mengunakan
sistem pendukung, intervensi krisis dan peningkatan harga diri. Sistem pendukung
sangat penting untuk penatalaksanaan stres seperti keluarga (orang tua) yang dapat
mendengarkan, perhatian, merawat dengan dukungan secara emosional selama
mengalami stress. Sistem pendukung pada intinya dapat mengurangi reaksi stres dan
peningkatan kesejahteraan fisik dan mental. Intervensi krisis merupakan teknik untuk
menyelesaikan masalah, memulihkan seseorang secepat mungkin pada tingkat fungsi
semua dimensi sebelum krisis. Peningkatan harga diri dilakukan untuk membantu
dalam strategi reduksi stres yang positif yang dilakukan untuk mengatasi stres (Perry,
2005).
3. Lingkungan
Lingkungan mempengaruhi suhu tubuh dimana suhu dikaji dalam ruangan yang
sangat hangat, pasien mungkin tidak mampu meregulasi suhu tubuh akan naik.
Apabila klien berada pada lingkungan luar tanpa baju hangat, suhu tubuh mungkin
rendah karena penyebaran yang efektif dan pengeluaran panas yang kondusif. Bayi
dan lansia paling sering dipengaruhi oleh suhu lingkungan karena mekanisme suhu
mereka kurang klien.
4. Perubahan suhu
Perubahan suhu tubuh diluar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, produksi
panas minimal. Pengeluaran panas minimal atau setiap gabungan dari perubahan
tersebut. Sifat perubahan tersebut mempengaruhi masalah klinis yang di alami klien
(Perry, 2005).
Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengukuran suhu tubuh, antara
lain sebagai berikut:
1. Tempat pengukuran. Tempat pengukuran yang tidak bersih, basah dan terdapat
infeksi atau di lokasi dapat memberikan hasil yang kurang akurat, hal ini dapat
berpengaruh pada hasil akhir pengukuran suhu yang dilakukan.
2. Alat pengukuran. Alat yang digunakan adalah termometer air raksa yang
sejenis dan ukurannya sama.
3. Metode pengukuran. Sebelum melakukan pengukuran air raksa sudah harus
diturunkan sampai batas reservoir.
4. Waktu. Waktu yang dibutuhkan untuk pengukuran baik yang di ketiak maupun
di lipat paha harus sama (menit) (Perry, 2005)
Suhu tubuh konstan penting untuk aktivitas enzimatik normal. Enzim berfungsi dalam rentang
suhu tubuh normal yang pendek yaitu dari 36,1˚ sampai 37,8˚ Celcius (97˚ sampai 100˚ Fahrenheit).
Suhu tubuh adalah suatu keadaan kulit dimana dapat diukur dengan menggunakan
thermometer. Suhu dapat di bagi, antara lain:
1. Suhu inti (core temperature) Suhu inti menggambarkan suhu organ-organ dalam
(kepala, dada, abdomen) dan dipertahankan mendekati 37C.
2. Suhu kulit (shell temperature) Suhu kulit menggambarkan suhu kulit tubuh, jaringan
subkutan, batang tubuh. Suhu ini berfluktuasi dipengaruhi oleh suhu lingkungan.
3. Suhu tubuh rata-rata (mean body temperature) merupakan suhu rata-rata gabungan
suhu inti dan suhu kulit.
Determinan suhu tubuh adalah kesimbangan antara produksi panas dan pengeluaran
panas. Keseimbangan ini dipertahankan oleh mekanisme homeostatik.
Pusat termoregulator hipotalamus merupakan sekolompok saraf pada area preoptik dan
hipotalamus posterior yang berfungsi sebagai termostat. Termostat hipotalamus memiliki
semacam titik kontrol yang disesuaikan untuk mempertahankan suhu tubuh. Jika suhu tubuh
turun sampai di bawah atau naik sampai di atas titik ini, pusat akan memulai impuls untuk
menahan panas atau meningkatkan pengeluaran panas. Termostat terbagi atas 2 yaitu :
a. Termoreseptor perifer yang terletak dalam kulit, mendeteksi perubahan
suhu kulit dan membran mukosa tertentu serta mentransmisi informasi
tersebut ke hipotalamus.
b. Termoreseptor sentral yang terletak di antara hipotalamus anterior, medula
spinalis, organ abdomen dan struktur internal lainnya, juga mendeteksi
perubahan suhu darah.
B. Pengkuruan suhu tubuh
Perubahan suhu tubuh di luar rentang normal mempengaruhi set point hipotalamus.
Perubahan ini dapat berhubungan dengan produksi panas yang berlebihan, pengeluaran panas
yang berlebihan/dan produksi panas yang minimal. Pada Sifat perubahan tersebut
mempengaruhi masalah klinis yang dialami klien.
1. Demam
Hiperpireksia atau demam terjadi karena mekanisme pengeluaran panas tidak mampu
untuk mempertahankan kecepatan pengeluaran kelebihan produksi panas, yang
mengakibatkan peningkatan suhu tubuh abnormal. Tingkat ketika demam mengancam
kesehatan seringkali merupakan sumber yang diperdebatkan diantara pemberi perawat
kesehatan. Demam biasanyatidak berbahaya jika berada pada suhu dinawah 39⁰C.
Terus menerus : tingginya menetap lebih dari 24 jam bervariasi 1⁰C sampai 2⁰C.
Intermiten : demam memuncak secara berseling dengan suhu normal. Suhu kembali
normal paling sedikit dalam 24 jam.
Remiten : demam memuncak dan turun tanpa kembali ke tingkat suhu normal.
Relaps : periode episode demam diselingi dengan tingkat suhu normal, episode
demam dan normotemia dapat memanjang lebih dari 24 jam.
Kelelahan akibat panas terjadi apabila diaphoresis yang banyak mengakibatkan kehilangan
cairan dan elektrolit yang berlebihan. Disebabkan oleh lingkungan yang sangat panas. Tanda
dan gejala kurangnya volume cairan adalah hal yang umum selama kelelahan akibat panas.
Tindakan yang pertama yaitu memindahkan klien kelingkungan yang lebih dingin serta
memperbaiki keseimbangan cairan dan elektrolit.
3. Hipertermia
Hipertermia yaitu peningkatan suhu tubuh sehubungan dengan ketidak mampuan tubuh
untuk meningkatkan pengeluaran panas atau menurunkan produksi panas.
4. Heatstroke
Pajanan yang lama terhadap sinar matahari atau lingkungan dengan suhu tinggi dapat
mempengaruhi mekanisme pengeluaran panas. Kondisi ini disebut heatstroke. Klien yang
beresiko termasuk yang masih sangat muda atau sangat tua yang memiliki penyakit
kardiovaskular, hipotoroidisme, diabetes, atau alkoholik. Yang juga termasuk beresiko adalah
yang mengkonsumsi orang yang dapat menurunkan kemampuan tubuh untuk mengeluarkan
panas (misaslnya : Fenotiazim, antikolirgenik, diuretic, amfetamin dan antagonis resptor
beta-adrenergik) dan mereka yang menjalani latihan olahraga atau kerja yang berat
(misalnya : atlet, pekerja kontruksi dam petani)
Penderita heatstroke tidak berkeringat karena kehilangan elektrolit sangat berat dan
malfungsi hupotalamus. Heatstroke dengan suhu >40,5⁰C mengakibatkan kerusakan
jarungan jaringan pada sel dari semua organ tubuh.
5. Hipotermia
Jika hipotermia terus berlangsung, klien akan mengalami disritmia jantung, kehilangan
kesadaran dan tidak responsif terhadap stimulus nyeri. Dalam kasus hipotermia berat, klien
dapat menunjukan tanda klinis yang mirip dengan orang mati misalnya tidak ada respon
terhadap stimulus dan nadi serta pernafasan sangat lemah.
Berikut klasifikasi hpotermia yaitu :
Laju metabolisme mengacu pada jumlah energi yang dilepas dalam tubuh
melalui katabolisme per satuan waktu. Jumlah ini dapat diukur dengan kilokalori
atau dinyatakan dengan persentase di atas atau di bawah normal.
1. Satu kilokalori juga disebut satu Kalori besar (K) atau kkal, adalah jumlah
panas yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu satu kilogram air sebesar 1˚
Celcius. 1 kkal sama dengan 1.000 kalori kecil (k) dan digunakan untuk
menyatakan kandungan kalori makanan dan pengeluaran energi oleh individu.
2. Kilokalori yang dilepas melalui oksidasi makanan dalam tubuh dapat langsung
diukur melalui bom kalorimetri (menempatkan tubuh dalam suatu kalorimeter
dan mengukur jumlah panas yang dilepaskan air yang mengelilingi tubuh) atau
secara tidak langsung melalui pengukuran konsumsi oksigen tubuh dengan
respirometer. Tubuh menghasilkan 4,8 K panas untuk setiap liter oksigen yang
digunakan.
a. Dalam tubuh, 1 g karbohidrat melepas 4,1 K, 1 g lemak melepas 9,5 K
dan 1 g protein melepas 4,1 K
b. Makanan yang berbeda memiliki kandungan kalori yang berbeda
bergantung pada komposisinya. Sebagian besar makaan merupakan
gabungan anatara karbohidrat, lemak, dan protein.
3. Specific dynamic action (SDA) makanan adalah peningkatan laju metabolisme
sebesar 10% sampai 20% melebihi laju energi basal yang digunakan dalam
pencernaan makanan. SDA protein lebih besar dibandingkan SDA lemak atau
karbohidrat sehingga makanan kaya protein biasanya sedikit meningkatkan
laju metabolisme.
4. Aktivitas muskular rate menghasilkan peningkatan laju metabolisme terbesar..
Latihan yang berat dapat meningkatkan metabolisme sampe 15 kali.
Basal metabolic rate (BMR) adalah pelepasan energi per satuan waktu dalam
kondisi basal yang secara standar dapat diterima : kondisi terjaga dan istirahat,
pada masa postabsorbsif (12 jam setelah makan) dan dalam lingkungan nyaman
serta hangat.
c. Usia
BMR tertinggi dapat dicapai pada masa kanak – kanak dan akan
menurun sejalan dengan pertambahan usia.
d. Jenis kelamin
BMR pada laki – laki sedikit lebih tinggi dibandingkan pada
perempuan di usia yang sama, mungkin berkaitan dengan ukuran
tubuh.
e. Suhu tubuh
BMR meningkat 15% setiap pertambahan 1˚ Celcius saat demam
(7% per derajat Fahrenheit)
f. Faktor – faktor lain yang meningkatkan BMR antara lain kecemasan,
obat tertentu, dan temperatur lingkungan yang menurun. Depresi
menurunkan BMR, demikian juga dengan masa kelaparan yang
panjang.
1. Jika nilai kalori dalam makanan yang ditelan (asupan energi) sama dengan energi
yang dikeluarkan melalui panas dan aktivitas (kecepatan metabolisme total), berat
badan tetap sama.
2. Jika asupan kalori kurang dibandingkan output energi, simpanan glikogen tubuh,
kemudian lemak dan akhirnya protein tubuh, akan dikatabolis dan terjadi
penuruan berat badan.
3. Jika asupan kalori melebihi output energi, energi yang berlebihan akan disimpan
sebagai lemak.
a. Kurang lebih 3500 K dipakai untuk menyintesis 1 pon (0,5 kg) jaringan
adiposa. Dengan demikian, menambah asupan sebanyak 500 K per hari
melebihi kebutuhan energi diatas selama saru minggu, akan menambah berat
badan sebanyak 0,5 kg.
b. Untuk mengurangi berat badan, asupan kalori harus dikurangi dan output
energi harus bertambah.
Daftar Pustaka
Sloane, Ethel. 2003. Anatomi dan Fisiologi. Jakarta : Buku Kedokteran
EGC
http://sariindah891.blogspot.com/2012/12/suhu-tubuh.html?m=1