Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN FISIOLOGI HEWAN

UJI SENSORIK DAN MOTORIK PADA MENCIT

DISUSUN OLEH:

Sinta Bella Lestari (4219001)

Dosen Pengampu : Mareta Widya, M.Pd.Si

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONESIA
(STKIP PGRI) LUBUKLINGGAU
2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,yang telah melimpahkan rahmat-
Nya sehingga kami dapat menyelesaikan. Laporan tenatng uji sensorik dan motorik pada
mencit ini dengan baik dan lancar sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Adapun maksud
pembuatan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Fisiologi Hewan.

Pada kesempatan ini kami juga ingin menyampaikan banyak terima kasih kepada
semua pihak yang telah mendukung kami. Kami juga menyadari bahwa dalam penyusunan
laporan ini masih terdapat banyak kekurangan sehingga dibutuhkan kritik dan saran dari
berbagai kalangan demi perbaikan dan sekaligus memperbesar manfaat tulisan ini sebagai
sebuah referensi.

Lubuklinggau, Desember 2021

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mencit (Mus musculus) adalah hewan yang masih satu kerabat dengan tikus liar
ataupun tikus rumah. Mencit adalah binatang asli Asia, India, dan Eropa Barat. Jenis ini
sekarang ditemukan di seluruh dunia karena pengenalan oleh manusia.
Mencit memiliki perilaku yang unik dalam hal sensorik dan motoriknya.
Motorik adalah semua gerakan tubuh, termasuk alam pengertian motorik adalah gerak
internal tidak teramati yang berawal dari penangkapan stimulus oleh indra, penyampaian
stimulus tersebut oleh susunan syaraf sensorik ke bagian memori (otak), pembuatan
keputusan dan penyampaian keputusan tersebut ke otot oleh susunan syaraf motorik. Uji
sensorik ini merupakan uji yang dapat melihat mencit yang mengalami kegagalan proses saat
embriologi atau tidak, sedangkan uji motorik dapat melihat perilaku mencit dalam
mempertahankan tubuhnya dari serangan yang akan mengganggu dirinya. Selain itu pula,
mencit dapat melakukan lokomosi yang sangat aktif dan khas.

B. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum mengenai Uji Refleks Sensorik dan Motorik Mencit
(Mus musculus) adalah, untuk mengetahui adanya penyimpangan perilaku mencit pada saat
percobaan uji refleks sensorik dan motorik mencit (Mus Musculus) serta uji lokomosinya.

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Mencit merupakan salah satu hewan yang sering dipakai untuk percobaan. Hewan ini
paling kecil diantara jenisnya dan memiliki galur mencit yang berwarna putih. Mencit
termasuk hewan pengerat (rodentia) yang dapat dengan cepat berkembang biak.
Pemeliharaan hewan ini pun relatif mudah, walaupun dalam jumlah yang banyak.
Pemeliharaannya ekonomis dan efisien dalam hal tempat dan biaya. Mencit memiliki variasi
genetik cukup besar serta sifat anatomis dan fisiologisnya terkarakterisasi dengan baik
(Malole dan Pramono 1989 dalam Agustiyanti, 2008).
Menurut Arrington (1972) dan Priambodo (1995) dalam Agus Pribadi (2008), mencit
dan tikus masih merupakan satu famili, yaitu termasuk ke dalam famili Muridae. Dan mencit
merupakan hewan yang paling banyak digunakan sebagai hewan model laboratorium dengan
kisaran penggunaan antara 40-80 %. Menurut Moriwaki et al. (1994) dalam Agus Pribadi
(2008), mencit banyak digunakan sebagai hewan laboratorium (khususnya digunakan dalam
penelitian biologi), karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti siklus hidup yang relatif
pendek, jumlah anak per kelahiran banyak, variasi sifat-sifatnya tinggi, mudah ditangani,
serta sifat produksi dan karakteristik reproduksinya mirip hewan lain, seperti sapi, kambing,
domba, dan babi
Adapun klasifikasi dari mencit (Mus musculus) :
Kingdom : Animalia
Filum : Chordata
Class : Mamalia
Ordo : Rodentia
Famili : Muridae
Genus : Mus
Spesies : Mus Musculus. SW

Sistem saraf berfungsi untuk menerima rangsangan, menghantarkannya dan


mengintegrasikannya untuk selanjutnya mengaktifkan efektor kedalam koordinasi rangsang.
Otak sebagai salah satu pusat sistem saraf juga merupakan pusat intelektual, kemauan dan
kesadaran. Sistem saraf disusun oleh tiga bagian utama, yaitu :
a. Sistem saraf pusat (otak dan sumsum tulang belakang)

2
b. Sistem saraf tepi
c. Sistem saraf otonom (Cartono, 2004).
Sel saraf atau neuron merupakan unit struktural yang membangun sistem saraf.
Neuron dibangun oleh bagian-bagian berikut:
a) Badan sel atau prokarion, merupakan pusat tropik untuk seluruh sel saraf tersebut dan
dapat menerima rangsang. Didalamnya terdapat inti berukuran cukup besar (berjumlah
satu atau dua), neuro fibril, badan golgi, mitokondria, serta badan-badan paraplasma.
b) Dendrit, merupakan uluran-uluran sitoplasma dengan jumlah yang banyak, berperan
menangkap rangsang dari lingkungan, dari sel epitel sensoris atau darii neuron lain.
c) Akson, merupakan uluran sitoplasma tunggal dan panjang, berperan untuk
membangkitkan dan menghantarkan impuls ke sel lain (sel saraf, otot atau kelenjar).
Berdasarkan fungsinya, sel saraf/neuron dibedakan menjadi 4 macam, yaitu:
a) Neuron motoris berfungsi menghantarkan impuls aau tanggapan dari sistem saraf pusat ke
otot-otot atau efektor lainnya. Neuron ini biasanya mempunyai akson yang panjang dan
ditutupi oleh pembungkus mielin (myelin) dan neurilemna.
b) Neuron sensoris, dendritnya dapat hanya satu danmemanjang. Berfungsi menghantarkan
rangsang dari reseptor atau penerima ke pusat susunan saraf.
c) Neuron konektor memiliki dendrit maupun akson yang dihubungkan dengan neuron yang
satu dengan neuron yang lainnya. Jadi neuron ini merupakan penghubung antar neuron.
d) Neuron adjustor merupakan penghubung neuron-neuron motoris dan neuron-meuron
sensoris didalam sistem saraf pusat yaitu otak dan sumsum tulang belakang. Sering pula
dikatakan sistem saraf pusat adalah neuron asosiasi atau neuron penghubung yang
berfungsi sebagai penghubung. Neuron ini sangat banyak memiliki tonjolan (Cartono,
2004).
Saraf kranial I (Olfaktorius) merupakan sel reseptor utama untuk indera penciuman.
Saraf ini memonitor asupan bauan yang dibawa udara ke dalam sistem pernapasan manusia
dan sangat menentukan rasa, aroma dan palatabilitas dari makanan dan minuman. Selain
fungsinya yang dalam meningkatkan nafsu makan melalui bauan, Saraf Olfaktorius juga
dapat berperan dalam memperingatkan adanya makanan yang busuk, kebocoran gas, polusi
udara, dan asap yang berbahaya untuk tubuh (Goetz dan Pappert, 2007).
Gerak merupakan pola koordinasi yang sangat sederhana untuk menjelaskan
penghantar impuls oleh saraf. Gerak pada umumnya terjadi secara sadar, namun ada pula
gerak yang terjadi tanpa di sadari yaitu gerak refleks. Impuls pada gerakan sadar melalui
jalan panjang, yaitu dari reseptor, ke saraf sensoris di bawah ke otak untuk selanjutnya diolah

3
oleh otak kemudian hasil olahan oleh otak berupa tanggapan, di bawah oleh saraf motor
sebagai perintah yang harus dilaksanakan oleh efektor.
Suatu refleks adalah respons motorik tak sadar dan cepat terhadap suatu stimulus.
Lengkung refleks memiliki 5 unsur: reseptor, neuron sensorik, pusat integrasi, neuron
motorik dan efektor. Jadi dapat di katakan gerakan terjadi tanpa dipengaruhi kehendak atau
tanpa disadari terlebih dahulu. Contoh gerak refleks misalnya berkedip, bersin, atau batuk.
Unit dasar setiap kegiatan refleks terpadu adalah lengkung refleks. Lengkung refleks ini
terdiri dari alat indra, serat saraf aferen satu atau lebih sinaps yang terdapat di susunan saraf
pusat atau di ganglion simpatios saraf eferent dan efektor.
Kegiatan pada lengkung refleks di mulai pada reseptor sensorik sebagai potensial
reseptor yang besarnya sebanding dengan kuat rangsangan. Lengkung refleks paling
sederhana adalah lengkung refleks yang mempunyai satu sinaps antara neuron aferent dan
eferent. Lengkung refleks semacam ini dinamakan monosinaptik dan refleks yang terjadi di
sebut refleks monosinaptik (Sudarsono, 2004).
Sistem saraf somatik (Somatic Nervous System), salah satunya yaitu, saraf tulang
belakang yang merupakan bagian dari sistem saraf somatik dimulai dari ujung saraf dorsal
dan ventral dari sumsum tulang belakang (bagian luar sumsum tulang belakang). Saraf-saraf
tersebut mengarah keluar rongga dan bercabang-cabang disepanjang perjalanannya menuju
otot atau reseptor sensoris yang hendak dicapainya. Cabang-cabang saraf tulang belakang ini
umumnya disertai oleh pembuluh-pembuluh darah, terutama cabang-cabang yang menuju
otot-otot kepala (Darmadi, 2005).
Saraf-saraf kepala terdiri dari 12 pasang saraf kranial yang meninggalkan permukaan
ventral otak. Sebagian besar saraf-saraf kepala ini mengontrol fungsi sensorik dan motorik
dibagian kepala dan leher. Salah satu dari keduabelas pasang saraf tersebut adalah saraf
vAgus (vAgus nerves/ saraf yang berkelana) yang merupakan saraf nomor sepuluh yang
mengatur fungsi-fungsi organ tubuh dibagian dada dan perut. Menunjukkan fungsi-fungsi
dasar saraf-saraf kepala beserta bagian-bagian tubuh yang dikontrolnya.
Sistem saraf otonom mengatur fungsi otot-otot halus, otot jantung, dan kelenjar-
kelenjar tubuh (autonom berarti mengatur dirinya sendiri). Otot-otot halus terdapat dibagian
kulit (berkaitan dengan folikel-folikel rambut ditubuh), dipembuluh-pembuluh darah, di mata
(mengatur ukuran pupil), didinding serta jonjot usus, kantung empedu dan kantung kemih
(Darmadi, 2005).

4
BAB III
METODE

A. Alat dan Bahan


Bahan Alat
Mencit 3 ekor Baskom
Air Kayu bidang miring (1 buah)
Parfum Stopwatch (dari hp)
Cotton bud Sendok dan garpu
Kawat
Jas lab
Sarung tangan

B. Waktu dan Tempat


Praktikum dilakukan pada malam hari pada tanggal 26-November-2021, jam 19.00-
selesai, bertepatan di depan ruang kelas kampus STKIP PGRI LUBUKLINGGAU.

C. Prosedur Kerja
a. Pengamatan uji refleks menghindari jurang
1. Disiapkan mencit yang akan di uji
2. Diletakkan mencit diatas meja datar pada tepi meja dengan posisi tangan dan
hidung diletakkan sejajar di tepi meja
3. Diamati reaksi mencit dan dicocokkan pada skor
a) Skor 0 : mencit bergerak maju dan menjatuhkan dirinya ke jurang
b) Skor 1 : mencit diam saja di posisinya
c) Skor 2 : mencit berhasil menghindari jurang dan memutar posisi tubuhnya
4. Dicatat hasil pengamatan pada buku kerja
5. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif
b. Pengamatan uji refleks geotaksis negatif
1. Disiapkan mencit yang akan diuji
2. Disiapkan bidang miring dengan sudut kemiringan 45°
3. Diletakkan mencit yang akan diuji pada bidang miring yang telah disiapkan
4. Diamati rekasi mencit dan dicocokan dengan skor

5
a) Skor 0 : mencit tidak dapat menahan berat tubuhnya dan menukik turun ke
bagian bidang miring
b) Skor 1 : mencit diam saja diposisinya
c) Skor2: mencit berhasilmenahan berat tubuhnya dan memutar posisi tubuhnya
5. Dicatat hasil pengamatan pada buku kerja
6. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif
c. Pengamatan uji perkembangan kemampuan berenang
1. Disiapkan mencit yang akan di uji
2. Disiapkan akuarium atau bejana berisi air (suhu 27°-30°)
3. Dimasukan mencit dan dicocokan dengan skor: posisi sudut kepala
a) Skor 0 : menyelam
b) Skor 1 : hidung diatas permukaan air
c) Skor 2 : hidung dan kepala bagian atas berada di permukaan/di atas
permukaan air
d) Skor 3 : seperti pada skor 2, mata telah berada di atas permukaan air, daun
elinga ¼ nya berada pada permukaan air
e) Skor 4 : seperti pada skor 3, seluruh bagian daun telinga telah berada di atas
permukaan air

Arah berenang

a) Skor 1 : tenggelam
b) Skor 2 : mengapung
c) Skor 3 : berenang melingkar
d) Skor 4 : berenang lurus dan mendekati lurus

Penggunaan anggota badan

a) Skor 1 : mengayuh dengan ke 4 anggota badan


b) Skor 2 : mengayuh hanya dengan anggota belakang, anggota depan dalam
posisi diam
c) Skor 3 : tanpa mengayuh
4. Dianalisis data diperoleh secara deskriptif
d. Pengamatan uji perkembangan kemampuan mengangkat badan dan anggota
belakang
1. Disiapkan mencit yang akan diuji

6
2. Disiapkan kawat dengan diamter 2 mm yang direntangkan pada dua tiang kayu
setinggi 30 cm.
3. Diletakkan tangan mencit pada alat yang telah disiapkan pada no 2 dengan posisi
menggantung.
4. Diamati respon yang diperlihatkan mencit apakah mampu menggenggam
(grasping) dan mengangkat bada serta kakinya sehingga tidak jatuh atau tidak.
5. Dicatat hasil pengamatan pada buku jerha. Respon positif (+) jika mencit mampu
menggenggam (grasping) dan mengangkat badan serta kakinya sehingga tidak
jatuh dan respon (-) jika mencit tidak mampu melakukannya
6. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif
e. Pengamatan uji perkembangan kemampuan penciuman
1. Disiapkan mencit yang akan di uji
2. Disiapkan cotton bud dan parfum
3. Dicelupkan cotton bud ke dalam parfum dan didekatkan pada hidung mencit
4. Diamati respon yang diperhatikan mencit. Respon positif (+) jika mencit
menghindar dan respon negatif (-) jika mencit diam saja.
5. Dicatat hasil pengamatan pada buku kerja
6. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif
f. Pengamatan uji perkembangan kemampuan penglihatan
1. Disiapkan tongkat horizontal dan mencit yang akan di uji.
2. Dipegang ujung ekor mencit dengan posisi seperti digantung.
3. Didekatkan mencit pada tongkat horizontol dan dijaga misalnya tidak menyentuh
tongkat.
4. Diamati respon yang diperlihatkan mencit. Respon positif (+) jika mencit yang
diuji mampu dan berusaha meraih tongkat dan respon negatif (-) jika mencit tidak
berusaha menggapai tongkat.
5. Dicatat hasil pengamatan pada buku kerja.
6. Dianalisi data yang diperoleh secara deskriptif.
g. Pengamatan uji perkembangan kemampuan pendengaran
1. Disiapkan mencit yang akan diuji
2. Disiapkan 2 buah garputala
3. Dipukulkan dua buah garputala di atas mencit secara diam-diam

7
4. Diamati respon yang diperlihatkan mencit. Respon dinilai positif (+) jika mencit
tersentak pada saat kedua garputala dipukulkan secara diam-diam di atasnya, dan
respon dinilai negatif (-) jika mencit tidak tersentak.
5. Dicatat hasil pengamatan pada buku kerja
6. Dianalisis data yang diperoleh secara deskriptif

8
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Pengamatan

a. Tabel hasil uji motorik

Uji
Kelompok Mencit
Menghindar jurang Geotaksis Mengangkat badan

1 Skor 2 Skor 2 +

KEL 1 2 Skor 1 Skor 2 +

3 Skor 2 Skor 2 +

1 Skor 2 Skor 1 +

2 Skor 1 Skor 2 +

KEL 2 3 Skor 2 Skor 0 +

b. Tabel hasil uji sensorik

Uji
Kelompok Mencit
Penciuman (parfum) Pengelihatan Pendengaran
1 + + +

KEL 1 2 + + +

3 + + +

1 + + +

2 _ - _

KEL 2 3 + + _

9
c. Tabel hasil hasil uji lokomosi

Skor
Kelompok Mencit Sudut
Arah berenang Penggunaan anggota badan
kepala
1 4 3 1

KEL 1 2 4 3 1

3 4 3 1

1 1 1 1

2 1 1 1

KEL 2 3 1 1 1

B. Pembahasan

a. Uji coba gerak motorik

1. Uji coba refleks menghindar jurang

Berdasarkan hasil dari percobaan pada kelompok 1 dam 2 , pada uji kemampuan
refleks menghindari jurang terdapat 4 mencit yang mendapatkan skor 2 hal ini dikarenakan
pada mencit hanya membutuhkan waktu kurang dari 30 detik untuk dapat menghindari jurang
(responnya sangat aktif), akan tetapi terdapat 2 mencit yang mendapatkan skor 1 karena saat
dilakukan uji refleks menghindar jurang responnya hanya diam saja di posisinya, hal ini
mungkin dikarenakan mencit mengalami stress sehingga tidak bergerak aktif ketika
dihadapkan pada jurang yang mungkin tidak terlalu menjadi ancaman bagi mencit, kecuali
jika keadaan mencit sedang dikejar oleh predator (pemangsa) bisa saja mencit tersebut
dengan refleks membalikkan arah (menghindari jurang) dan mengambil jalan lain, atau bisa
saja dalam keadaan terdesak sekali mencit akan melompat kedalam jurang tersebut.

2. Uji coba refleks geotaksis negatif


Berdasarkan pada data hasil pengujian kelompok 1 dan 2, terdapat 4 mencit yang
mendapatkan skor 2 hal ini dikarenakan mencit cepat dalam membalikkan arah jalannya
(keatas) ketika dihadapkan pada media atau permukaan jalan yang memiliki sudut 45° serta

10
memutar posisi tubuhnya, hal ini mungkin karena mencit merasa permukaan miring tersebut
merupakan ancaman yang dapat membuat dirinya dalam bahaya atau cidera (misal terjatuh)
jika dia berjalan kebawah, tidak menghindari gravitasi. Namun terdapat juga 1 mencit yang
mendapatkan skor 0 karena saat dihadapkan dengan bidang miring mencit tidak dapat
menahan berat tubuhnya dan menukik turun ke bagian dasar bidang miring, serta terdapat 1
yang mendapatkan skor 1 karena mencit ketika dihadapan dengan bidang miring respon
mencit diam saja diposisi, hal seperti ini dapat terjadi dikarena ketika mencit dihadapan
dengan bidang miring tidak mampu menahan berat tubuhnya atau diam saja hal ini
disebabkan oleh keadaan mencit yang sedang hamil sehingga ia tidak mampu menahan berat
tubuhnya sehingga terjauh, posisi diam pada mencit bisa juga dikarenakan mencit tersebut
sedang dalam kondisi hamil sehingga ketika dihadapkan dengan bidang miring mencit
tersebut hanya diam saja tidak berusaha memutar posisi tubuhnya.

3. Uji coba kemampuan mengangkat badan dan anggota ke belakang


Berdasarkan hasil dari percobaan kelompok 1 dan 2 didapatkan di semua mencit
mendapatkan skor 2 karena ketika dilakukan uji kemampuan pada mencit yang diuji memiliki
kemampuan respon positif ketika mampu mengengam kawat serta mengangkat badannya
dengan sangat cepat yaitu kurang dari 1 detik. Hal ini dikarenakan mencit memiliki gerak
refleks yang cukup baik untuk menghindari ancaman atau keadaan yang dirasanya tidak
aman, sehingga mencit dapat mengangkat badan dan mengaitkan kakinya di kawat tersebut
dengan cepat.

b. Uji coba gerak sensorik


1. Uji kemampuan penciuman
Berdaasarkan hasil percobaan kelompok 1 dan 2, banyak didapati 5 mencit ketika
dilakukan pengujian penciuman dengan menggunakan cotton bud yang telah dicelupkan pada
parfum. Berdasarkan pengamatan kmencit bereaksi positif (menghindar) sedangkan yang
bereaksi negatif (diam saja) terdapat 1 mencit. Reaksi menghindar dari parfum ini
dikarenakan bau dari parfum sangat menyengat tajam karena mengandung alkohol membuat
mencit merasa pusing serta menganggu penciumannya. Namun terdapat 1 mencit yang hanya
diam saja ketika mencium bau parfum hal ini menandakan bahwa terdapat ketidaknormalan
pada mencit tersebut bisa dikarena mencit sudah mencium lebih dahulu bau parfum tersebut
dari jauh, bisa juga dikarena faktor stress dari mencit tersebut karena banyaknya perlakuan
sehingga membuat respon sensorisnya melambat.

11
2. Uji kemampuan pengelihatan
Berdasarkan hasil percobaan kelompok 1 dan 2, terdapat 5 mencit ketika dilakukan
pengujian pengelihatan dengan menggunakan tongkat, mencit memberikan respon positif
yaitu mampu meraih tongkat tersebut hal ini menandakan bahwa pada ke lima mencit
tersebut memiliki pengelihatan yang baik sehingga respon sensoriknya sangat cepat ketika
dihadapkan dengan tongkat tersebut, namun terdapat 1 mencit yang memberikan respon
negatif yaitu mencit tidak dapat menggapai tongkat hal ini juga menandakan bahwa
pengelihatan pada mencit itu tidak baik, bisa juga dikarenakan faktor stress yang dialami
mencit karena banyaknya perlakuan sehingga membuat respon sensorik nya lambat
memberikan respon.

3. Uji kemampuan pendengaran


Berdasarkan hasil percobaan kelompok 1 dan 2, terdapat 4 mencit ketika dilakukan
pengujian pendengaran dengan menggunakan garpu dan sendok dipukulkan di atas mencit
secara diam-diam, pada ke 4 mencit tersebut memberikan respon positif yaitu tersentak saat
garpu dan sendok tersebut dipukulkan, hal ini menandakan bahwa pada ke 4 mencit tersebut
memiliki pendengaran yang baik sehingga respon sensoriknya sangat cepat, namun terdapat 2
mencit yang memberikan respon negatif yaitu tidak tersentak saat garpu dan sendok
dipukulkan di atas mencit hal ini menandakan bahwa terjadi ketidaknormalan pada mencit
yaitu rusaknya indra pendengaran pada mencit atau dapat disebabkan karena faktor mencit
tersebut stress karena sudah banyak dilakukan perlakuan.

c. Uji coba Lokomosi


Pada hasil uji lokomosi berenang semua mencit mendapatkan skor 1 pada penggunaan
anggota badan saat berenang yaitu menggunakan ke 4 anggota badannya, kecuali posisi sudut
kepala dan arah berenang pada ke 6 mencit ini berbeda-beda. Pada posisi sudut kepala
terdapat 3 mencit yang mendapatkan skor 4 karena saat berenang mata mencit telah berada di
atas permukaan air, seluruh bagian daun telinga telah berada di atas permukaan air mencit
yang aktif berenang tersebut merupakan mencit yang berjenis kelamin laki-laki dan terdapat 3
mencit yang mendapatkan skor 1 karena saat berenang yang berada di atas permukaan air
hanya hidung mencit, untuk arah berenang terdapat 3 mencit yang mendapatkan skor 3
karena mencit berenang dengan arah melingkar dan terdapat 3 mencit yang mendapatkan skor
1 karena saat berenang mencit tersebut tenggelam. Perbedaan skor yang di dapatkan dari

12
masing-masing mencit tersebut dikarenakan keadaan setiap mencit yang berbeda-beda,
terdapat mencit yang responnya aktif, terdapat juga mencit yang memiliki respon yang
lambat hal ini dikarena faktor mencit sedang hamil, stress atau sakit pada mencit tersebut.

Dari seluruh hasil praktikum ketidaksesuaian dalan praktikum selain yang telah
disebutkan di atas juga terjadi karena adanya faktor-faktor lain ang mempengaruhi kepekaan
rangsangan seseorang diantaranya: Jenis kelamin pada umumnya, betina lebih peka
dibandingkan jantan dalam merasakan sesuatu. Usia pada umumnya, kemampuan mencit
dalam merasa, mencium, mendengar, dan melihat semakin berkuang seiring bertambahnya
usia. Kondisi fisiologis yang mempengaruhi kepekaannya adalah kondisi lapar ataupun
kenyang serta kondisi hamil yang mempengaruhi gerak pada mencit tersebut.

13
BAB V
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pada praktikum ini peneliti melakukan 3 praktikum yaitu uji coba motorik,uji coba
sensorik dan uji coba lokomosi pada mencit. Terdapat 3 percobaan uji motorik pada mencit
yaitu penciuman, pengelihatan, pendengaran. Pada uji coba penciuman terdapat 5 mencit
yang mendapat respon positif dan 1 mencit yang mendapat respon negatif. Pada uji coba
pengelihatan terdapat 5 mencit yang mendapatkan respon positif dan 1 mencit yang mendapat
respon negarif. Pada uji coba pendengaran terdapat 4 mencit yang mendapat respon positif
dan 2 mencit yang mendapat respon negatif.
Selanjutnya uji coba sensorik pada mencit berupa uji coba refleks menghindar jurang,
uji coba refleks geotaksis dan uji coba mengangkat badan. Pada uji coba refleks menghindar
jurang terdapat 4 mencit yang mendapat skor 2 dan 2 mencit yang mendapat skor 1. Pada uji
coba refleks geotaksis terdapat 4 mencit yang mendapat skor 2, untuk 1 mencit mendapat
skor 1 dan 1 mencit lagi mendapat skor 0. Pada uji coba mengangkat badan seluruh mencit
memberikan respon positif.
Untuk uji coba lokomosi berenang, terdapat 3 mencit yang mendapatkan skor 3 dan 3
mencit yang mendapat skor 1 untuk arah berenangnya. Pada sudut renangnya terdapat 3
mencit yang mendapatkan skor 4 dan terdapat 3 mencit yang mendapatkan skor 1. Pada
penggunaan anggota gerak saat berenang semua mencit mendapatkan skor 1.

14
DAFTAR PUSTAKA

Cartono, M. P., M. T. 2004. Biologi Umum. Prisma Press: Bandung.


Darmadi, Goenarso. 2005. Fisiologi Hewan. Universitas Terbuka: Jakarta.
Juliandi, Ferry.2020.Perilaku Mencit (Mus musculus) terhadap Feses Ular Kobra Jawa
(Naja sputatrix).IPB University.Vol. 6 No. 1, hlm 13-19.
Muslim, Choirul. 2015. Pengaruh Pemberian Ekstrak Daun Honje Hutan Etlingera
Hemisphaerica (blume) R.M.Sm Terhadap Gejala Parkinsonisme Pada Mencit Mus
Musculus L. (1758) swiss webster yang telah disuntik paraquat.Universitas
Tanjungpura Pontianak.

15
LAMPIRAN

16

Anda mungkin juga menyukai