Disusun Oleh:
M. IQBAL RENALDY
NIM : 1930103121
Dosen Pengampu:
Romziaatusaadah, S.H.,M.Hum.
PENDAHULUAN
A. PENGERTIAN KRIMINOLOGI
Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mem pelajari kejahatan dari berbagai
aspek ; yang lahir sebagai ilmu pengetahuan pada abad ke - 19 . Nama kriminologi
perta ma kali dikemukakan oleh P. Topinord ( 1830-1911 ) , seorang ahli antropologi
berkebangsaan Perancis . Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni kata crime
yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan , maka kriminologi
dapat berarti ilmu tentang kejahatan . Definisi yang tercakup dalam " kriminologi "
menunjuk kan kalau ilmu ini bukan bermaksud mempelajari cara berbu at kejahatan ,
melainkan " kejahatan " dipelajari dalam rangka menanggulanginya . Beberapa
sarjana terkemuka mengurai kan pengertian kriminologi sebagai berikut : • Edwin H.
Sutherland : criminology is the body of knowled ge regarding delinquency and crime
as social phenomena . ( Kriminologi adalah kumpulan pengetahuan yang membahas
kenakalan remaja dan kejahatan sebagai gejala seluas-luasnya
• W.A. Bonger : ilmu pengetahuan yang bertujuan menyeli diki gejala kejahatan
seluas - luasnya .
• Thorsten Stellin : kriminologi dipakai untuk untuk meng gambarkan ilmu tentang
penjahat dan cara menanggu langinya ( treatment ) , sedangkan ahli kontinental , me
nurut beliau hanya mencari sebab - musabab kejahatan ( ethiology of crime ) .
• J. Constant : ilmu pengetahuan yang bertujuan menentu kan faktor - faktor yang
menjadi sebab - musabab terjadi nya kejahatan dan penjahat .
• S. Seelig : ajaran tentang gejala - gejala yang nyata , artinya gejala - gejala badaniah
dan rohaniah .
• J. Michael dan M. J. Adler : kriminologi itu meliputi kese luruhan dari data tentang
perbuatan dan sifat penjahat , lingkungannya dan cara bagaimana penjahat itu secara
resmi atau tidak resmi diperlakukan oleh badan - badan kemasyarakatan dan oleh para
anggota masyarakat .
• W. M. E. Noach : ilmu pengetahuan yang menyelidiki gejala - gejala kejahatan dan
tingkah laku yang tidak senonoh , sebab - musabab serta akibat - akibatnya .
• Frank E. Hagen : ilmu atau disiplin yang mempelajari ke jahatan dan perilaku
kriminal.
• Stephen Hurwits : kriminologi adalah bagian dari ilmu kriminal yang dengan
penelitian empirik atau nyata berusaha memberi gambaran tentang faktor - faktor
kriminalitas .
• Muljatno : ilmu pengetahuan tentang kejahatan dan ke lakuan jelek dan tentang
orangnya yang tersangkut pada kejahatan dan kelakuan jelek itu . Dengan kejahatan di
maksudkan pula pelanggaran , artinya perbuatan yang menurut undang - undang
diancam dengan pidana , dan kriminalitas meliputi kejahatan dan kelakuan jelek.
• Soedjono Dirdjosisworo : ilmu pengetahuan yang mem pelajari sebab , akibat ,
perbaikan dan pencegahan keja hatan sebagai gejala manusia dengan menghimpun
sum bangan - sumbangan berbagai ilmu pengetahuan .
• R. Soesilo : ilmu pengetahuan yang ditunjang oleh ber bagai ilmu yang mempelajari
kejahatan dan penjahat , bentuk penjelmaan , sebab dan akibatnya , dengan tujuan
untuk mempelajarinya sebagai ilmu , atau agar supaya ha silnya dapat digunakan
sebagai sarana untuk mencegah dan memberantas kejahatan itu.
Berdasarkan definisi - definisi di atas , menunjukan krimi nologi sebagai ilmu yang
menekankan untuk memahami dan menganalisis sebab - sebab kejahatan , dan juga
menelusuri apa yang melatari kelakuan jahat . Kriminologi sebagai ilmu yang
mempelajari tentang keja hatan bertujuan untuk mencegah terjadinya kejahatan , sete
lah dilakukan penelitian sehingga ditemukannya prima causa kejahatan . Kendatipun
kemudian , juga memberikan sum bangsih untuk penindakan bagi pelaku kejahatan ,
misalnya dengan pembinaan di lembaga pemasyaratakan .
I Pada hakikatnya ruang lingkup pembahasan kriminologi mencakup tiga hal pokok,
yakni :
1 . Proses pembentukan hukum pidana dan acara pidana ( making laws ) .
2 . Etiologi kriminal , pokok pembahasannnya yakni teori teori yang menyebabkan
terjadinya kejahatan ( breaking of laws ) .
3.. Reaksi terhadap pelanggaran hukum ( reacting toward the breaking of laws )
Reaksi dalam hal ini bukan hanya ditu jukan kepada pelanggar hukum berupa
tindakan represif tetapi juga reaksi terhadap " calon " pelanggar hukum be rupa upaya
- upaya pencegahan kejahatan ( criminal pre vention )
Hal yang menjadi pembahasan dalam proses pembuatan hukum pidana ( process of
making laws ) di antaranya :
1. Definisi kejahatan ;
2. Unsur - unsur kejahatan ;
3. Relativitas pengertian kejahatan ;
4. Penggolongan kejahatan ;
5. Statistik kejahatan .
Selanjutnya , yang dibahas dalam etiologi kriminal ( brea king laws ) meliputi : 1.
Aliran - aliran ( mazhab - mazhab ) kriminologi ;
2. Teori - teori kriminologi :
3 . Berbagai perspektif kriminologi .
C. BERSIFAT INTERDISIPLINER
D. PEMBAGIAN KRIMINOLOGI
Dalam gar is besarnya kriminologi terbagi dalam dua go longan , yaitu kriminologi teoretis
dan kriminologi praktis . Selanjutnya dari masing - masing pembagian tersebut , masih
terbagi - bagi lagi sebagaimana diuraikan berikut ini .
Dalam pemahaman awam , bahkan dalam bahasa kese hari - harian oleh berbagai media cetak
dan online , kerap kali istilah kriminalisasi dimaknai dalam konotasi negatif . Silah kan amati
pada kasus " Cicak - Buaya Jilid II " ( KPK vs Polri ) , penetapan tersangka terhadap dua
komisioner anti rasuah ( KPK ) , ramai pemberitaan yang mengatakan kalau telah ter jadi
kriminalisasi .
Padahal dalam kriminologi istilah " kriminalisasi " tetap lah berkonotasi positif . Jika dibuka
dalam KBBI ( 1998 ) , ternya ta makna kriminalisasi juga hampir sama dengan yang dipa
hami dalam kriminologi , yaitu proses yang memperlihatkan perilaku yang semula tidak
dikategorikan sebagai peristiwa pidana tetapi kemudian digolongkan sebagai peristiwa pida
na oleh masyarakat .
Pada dasarnya , kriminalisasi terkait dengan asas legalitas atau dalam bahasa Latinnya
dikenal postulat nullum delictum nulla poena sine praevia lege poenali ( tidak ada suatu
perbuatan dapat dihukum , kecuali ketentuan pidana dalam UU yang telah ada lebih dahulu
daripada perbuatan itu ) . Inilah makna asas legalitas yang menunjukan bahwa UU harus
memberi kan peringatan terlebih dahulu sebelum merealisasikan an caman yang terkandung
di dalamnya ( moneat lex , piusquam feriat ) . Adapun dalam kajian dekriminalisasi dan
depenalisasi terkait dengan asas ultimum remidum principle , bahwa peng gunaan hukum
pidana sebagai langkah terakhir saja.
Kriminologi dan hukum pidana memiliki kesamaan , juga memiliki perbedaan , itulah
sebabnya selanjutnya dikatakan sebagai perbandingan , berikut masing - masing persamaan
dan perbedaannya .
Tidak dapat disangkal kriminologi telah membawa man faat yang tak terhingga dalam
mengurangi penderitaan um mat manusia , dan inilah yang merupakan tujuan utama
mempelajari kriminologi . Secara sederhana , manfaat mempelajari kriminologi da pat
digolongkan dalam tiga sasaran utama , meliputi :
BAB 2
TENTANG KEJAHATAN
B. PENGGOLONGAN KEJAHATAN
Kejahatan dapat digolongkan berdasarkan motif pelaku nya , ancaman pidananya ,
kepentingan statistik , kepentingan pembentukan teori dan berdasarkan pandangan para
ahli sosiologi, berikut masing-masing uraiannya :
1. Motif Pelakunya
2. Berdasarkan Berat atau Ringannya Ancaman Pidana
3. Kepentingan Statistik
4. Kepentingan Pembentukan Teori
5. Ahli- ahli Sosiologi
C. STATISTIK KEJAHATAN
Tidak semua kejahatan yang terjadi dapat tercatat dalam angka - angka , ada pula
kejahatan yang tidak tercatat disebab kan baik oleh pihak pelaku , korban , aparat penegak
hukum atau masyarakat yang mengetahui kejahatan tersebut , namun urung tak
melaporkannya . Akan tetapi , dalam statisitik keja hatan , lazimnya dengan data
kejahatan yang sudah diperoleh dapat memprediksi kejahatan yang masih tersembunyi
( ter selubung )
1. Kejahatan Tercatat (Reecord Crime)
2. Kejahatan Terselubung (Hidden Crime)
BAB 3
ETIOLOGI KRIMINAL
BAB 4
Seiring dengan perkembangan teori pemidanaan , hu kuman tidak lagi bertujuan untuk
memberikan efek jera saja , bermotifkan balas dendam atas perbuatan si penjahat ,
namun hukuman diadakan untuk memperbaiki tata laku si pembuat kejahatan , maka
institusionalisasi sang penjahat dihilangkan pula keadaan yang memungkinkan terjadi
" labelisasi " atas di rinya .
Sang pelaku kejahatan bukan lagi sebagai objek yang bisa diperlakukan kejam ,
bengis , ia juga sebagai manusia ( subjek ) yang memiliki hak untuk diperlakukan
secara manusiawi . Ia ditempatkan dalam suatu bangunan penjara sebagai warga
binaan yang sedianya mendapat pembinaan dan pembim bingan , agar di kemudian
hari dapat kembali diterima oleh lingkungannya .
1. Sejarah Pemasyarakatan
2. Prinsip- prinsip Pemasyarakatan
3. Pelaksanaan Pemasyarakatan
BAB 5
FENOMENA PELACURAN
B. PENGERTIAN PELACURAN
Prostitusi atau pelacuran bukanlah hal baru yang terjadi pada hari ini , bahkan
mewarnai berbagai zaman hingga me lintasi generasi . Kita bisa menemui berbagai
cerita tentang pelacuran dalam beberapa buku yang pernah ditulis oleh lip Wijayanto (
Fresh Chicken ) , atau yang ditulis oleh Moamar Emka ( Jakarta Undercover )
mengenai kondisi pelacuran , leng kap dengan segala mutasinya , bahkan modus
operandinya . Soal siapa yang melayani dan siapa yang mencari pelayan an seksual
tetap sama model , seperti yang dulu , hanya yang berubah mungkin tempatnya ,
dulunya rumah reyot , sekarang kebanyakan wanita - wanita pelacur dihimpun dalam
tempat mewah ( seperti losmen , panti pijat , hotel , dan klub malam ) .
Mulai di era penjajahan Belanda , dalam beberapa lite ratur juga diceritakan kalau
Presiden pertama di republik ini ( Soekarno ) pernah " memata - matai " Belanda
melalui seorang pelacur . Bagi Soekarno , pelacur adalah mata - mata terbaik dunia .
Dengan kemampuan merayunya , para pelacur konon dapat menggali banyak
informasi dari orang - orang Belanda yang menjadi pelanggannya . Selain itu , para
pelacur dapat juga berfungsi sebagai kontraspionase dan membongkar ke dok para
pengikut PNI yang berkhianat ( Ipnu Rano , " The Love Story Bung Karno , 2013 :
118 ) . Artinya , di zaman penjajahan saja ada tempat pelacuran , hingga
keberadaannya masih bisa dijumpai ( seperti di Jalan . Nusantara , Makassar ) walau
kita sudah mencapai kemerdekaan hingga 71 tahun lamanya .
BAB 6
KRIMINOLOGI KONTEMPORER
C. KEJAHATAN KONTEMPORER
Empat kejahatan berikut sengaja ditempatkan sebagai je nis kejahatan
kontemporer dengan basis argumentasi : Perta ma , akhir - akhir ini banyak yang
menyoroti sebagai kejahatan yang sulit dalam pemberantasannya . Sudah cukup
lengkap law reform undang - undang yang terkait dengan tindak pida na korupsi ,
tindak pidana terorisme , tindak pidana narkotika , cyber crime , akan tetapi angka
kejahatannya tetap saja meng alami peningkatan . Kedua , jenis - jenis kejahatan
tersebut da lam hal metode mewujudkan perbuatannya terorganisir , su lit
dideteksi , sehingganya sering dianggap sebagai kejahatan terselubung . Ketiga ,
dalam perkembangannya keempat keja hatan itu , banyak menjadi perhatian
negara - negara di dunia , sebab kerugiannya yang ditimbulkannya berdampak
besar , maka ditempatkanlah empat kejahatan tersebut sebagai keja hatan yang
sifatnya ekstra ( kejahatan luar biasa ) .
Selanjutnya, dari keempat jenis kejahatan kontemporer tersebut , akan diuraikan
satu persatu, masing - masing pengertian singkatnya , kajian kriminologi tersebut.
1. Korupsi
2. Narkotika
3. Terorisme
4. Cyber Crime